Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Cultural Heritage

Cultural heritage atau heritage dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan sebagai
warisan budaya, peninggalan budaya, atau tinggalan budaya. Apabila berangkat dari
pemahaman tentang budaya di atas, maka warisan atau tinggalan budaya (apapun bentuknya)
juga bagian dari kebudayaan karena ia merupakan perangkat-perangkat simbol/lambang
kolektif milik generasi sebelumnya. Di sini, tinggalan budaya dapat didefinisikan sebagai
perangkat-perangkat simbol kolektif yang diwariskan oleh generasi-generasi sebelumnya dari
kolektivitas pemiliki simbol tersebut

Ada empat bentuk yang dapat diidentifikasi dan dikategorikan sebagai peninggalan
budaya. Pertama, benda-benda fisik atau material culture. Wujud pertama ini mencakup
seluruh benda-benda hasil kreasi manusia, mulai dari benda-benda dengan ukuran yang relatif
kecil hingga benda-benda yang sangat besar (dari emblem kerajaan Sultan Nata Sintang, kain
songket, keris, sampai Candi Borobudur, misalnya). Kemudian, wujud kedua ialah pola-pola
perilaku yang merupakan representasi dari adat-istiadat sebuah kebudayaan tertentu. Bentuk
kedua ini meliputi hal-hal keseharian, seperti pola makan, pola kerja, pola belajar, pola
berdoa, hingga pola-pola yang bersangkutan dengan aktivitas sebuah komunitas, seperti pola
upacara adat ataupun ritual Ngaben di masyarakat Bali. 

Di dalam pola-pola keseharian itu, terkandung nilai-nilai atau tata-aturan dari adat
istiadat yang berlaku. Tata-aturan yang berlaku tersebut merupakan ejawantah dari
pandangan hidup atau sistem nilai dalam masyarakat tertentu, di mana pandangan hidup ini
merupakan wujud ketiga dari kebudayaan. Wujud ketiga ini bersifat lebih abstrak dibanding
kedua wujud sebelumnya. Sistem nilai atau pandangan hidup ini bisa berupa falsafah hidup
atau kearifan lokal dari suatu masyarakat dalam memandang atau memaknai lingkungan
sekitarnya. Hal ini tiada lain adalah representasi dari pola pikir atau pengetahuan atau logika
masyarakat pengampu kebudayaan tertentu. 

Selain itu, dalam konteks tinggalan budaya di sini, terdapat satu lagi bentuk
peninggalan yang merupakan wujud keempat, yakni lingkungan. Barangkali, muncul
pertanyaan dalam benak kita mengapa lingkungan dapat dikategorikan sebagai warisan
budaya? Lantas, lingkungan seperti apa yang termasuk peninggalan budaya? Sebelum masuk
pada pemaparan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya bila mengetahui terlebih
dahulu pengertian lingkungan di dalam tulisan ini.
Lingkungan dapat menjadi bagian dari tinggalan budaya oleh karena lingkungan
memainkan peran sebagai bagian yang tak terpisahkan bagi terciptanya kebudayaan itu
sendiri. Sebagai ilustrasi, dapat dibandingkan masyarakat pesisir atau nelayan di sepanjang
Pantai Utara Jawa di Cirebon, masyarakat nelayan di Kepulauan Karimunjawa, atau
masyarakat Suku Laut di Thailand Selatan dengan masyarakat agraris, seperti masyarakat
petani salak di Yogya¬karta atau masyarakat petani kopi di kawasan pegunungan Minahasa.
Letak perbedaan pertama yang tampak dengan jelas ialah kawasan atau lingkungan di mana
mereka menjalani siklus kehidupannya (lahir, bekerja, berinteraksi, kawin, dan sebagainya),
yakni pegunungan atau dataran tinggi dan pesisir atau pantai. Perbedaan kedua ialah pola
pikir masyarakatnya atau cara pandang mereka terha¬dap hidupnya. Pola pikir masyarakat
pesisir dengan masyarakat pegunungan sudah tentu berlainan. Perbedaan ini terletak pada
tataran perangkat pengetahuan (sistem simbol) masyarakat yang pada gilirannya
mempengaruhi cara mereka memaknai persoalan-persoalan atau hal-hal yang berkaitan
dengan lingkungannya, dengan hidupnya. Inilah yang dinamakan kearifan lokal, sebuah
pengetahuan yang khas pada masyarakat tertentu, yang muncul lewat penghayatan manusia
atas lingkungannya. Penghayatan terhadap lingkungan inilah yang kemudian menghasilkan
kearifan lokal atau kebudayaan yang khas pula, yakni sistem nilai, adat-istiadat, dan artefak-
artefak budaya.

Warisan budaya yang saya usulkan

CANDI GEDONG SONGO

1200m dari permukaan laut, candi Hindu yang terletak di lereng Gunung Ungaran-
Bandungan ini menyuguhkan panorama alam yang sejuk dan tentunya dengan suhu
udara yang cukup dingin. Candi ini ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan
merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9
(Wikipedia.org). Nama Gedong Songo sendiri berasal dari bahasa jawa, “Gedong” yang
berarti rumah atau bangunan dan “Songo” yang berarti Sembilan. Jadi Gedong Songo
adalah sembilan (kelompok) bangunan.

Anda mungkin juga menyukai