Anda di halaman 1dari 16

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun

kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s
mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini
dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding
kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra
(mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).

Menurut para ahli geologi,  pelebaran alur-alur dasar samudra. Pergerakan


benua, pola seismik global, dan pola kegiatan vulkanik, merupakan bagian dari
sirkulasi energi dari dalam bumi. Permukaan planet bumi terdiri dari tujuh bentangan
besar lempeng tektonik yang bersifat keras, tetapi tipis dibandingkan dengan ukuran
bumi. Ukuran lempeng benua yang paling tebal kurang dari 150 km. lempeng-
lempeng benua itu tidak diam, meliankan bergerak.

Benua Asia terdiri dari tiga lempeng tektonik yang besar, yaitu lempeng
Eurasia, Pasifik, India. Eurasia merupakan lempeng yang paling besar dan relatif
statis, sedangkan lempeng Pasifik dan India terus menerus bergerak, bergeser ke arah
barat laut (Pasifik), dan utara (India). Gerakan-gerakan yang saling bertabrakan ini
menghasilkan jajaran pulau-pulau dan jajaran pegunungan seperti pegunungan
Himalaya.
Teori Pergerakan Benua dan Lempeng Tektonik

Teori yang membahas perihal pergerakan benua diajukan pada awal abad dua.

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena

suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini

bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa

lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.

Menurut Kramer (1996), Wagener (1915) misalnya, yakin bahwa bumi dua

ratus juta tahun yang lalu hanya terdiri dari satu benua yang disebut dengan Pangaea.

Dia mengatakan bahwa Pangaea pecah menjadi kepingan-kepingan dan bergerak

secara lambat sekali membentuk format benua dan pulau seperti sekarang ini. Teori

tentang pergerakan benua tidak mendapat banyak perhatian sampai dengan sekitar

tahun 1960, saat jaringan peralatan seismograf dunia mampu menentukan lokasi

gempa secara akurat, dan mengkonfirmasikan bahwa deformasi jangka panjang

terkonsentrasi relatif di sekitar zona antara blok-blok kerak bumi. Dalam waktu

sepuluh tahun berikutnya, teori pergerakan benua sudah dapat lebih diterima secara

meluas dan diakui sebagai kemajuan terbesar dalam ilmu pengetahuan tentang bumi.

Menurut Gubbins (1990), kondisi geologi lantai samudera masih relatif sederhana

dan berusia muda, yaitu hanya sekitar 5% dari usia bumi, dimana beberapa studi

yang cukup detail memberikan dukungan bukti kuat terhadap sejarah pergerakan

benua seperti yang diasumsikan pada teori pergerakan benua.


Teori orisinil pergerakan benua memberikan gambaran benua yang sangat

besar mendesak melalui lautan dan melintasi lantai samudera. Diketahui bahwa lantai

samudera terlampau kokoh untuk dapat mengijinkan pergerakan, dan teori ini semula

ditolak oleh para ilmuwan. Dari latar belakang inilah sesungguhnya teori lempeng

tektonik mulai berkembang. Hipotesa dasar dari lempeng tektonik adalah bahwa

permukaan bumi terdiri dari sejumlah blok utuh yang besar disebut lempeng, dan

lempeng-lempeng ini bergerak saling bersenggolan satu dengan lainnya. Kulit bumi

dibagi atas enam lempeng yang seukuran benua (Afrika, Amerika, Antartika,

Australia, Eurasia, dan Pasifik) serta terdiri atas empat belas lempeng sub-benua

(Caribean, Cocos, Nazca, Phillipine, dan lain-lain) seperti pada Gambar 2.1.

Lempeng yang lebih kecil, disebut lempeng mikro, juga sangat banyak bertebaran di

sekitar lempeng yang lebih besar. Deformasi antara lempeng-lempeng tersebut terjadi

hanya pada area di sekitar tepian atau batasnya. Deformasi dari lempeng ini dapat

terjadi secara lambat dan terus-menerus (a seismic deformation) atau dapat pula

terjadi secara tidak teratur dalam bentuk gempa bumi (seismic deformation). Apabila

deformasi terjadi terutama pada batas-batas antara lempeng, dapat dipastikan bahwa

lokasi-lokasi gempa terkonsentrasi di sekitar batas lempeng.

Teori lempeng tektonik merupakan suatu teori kinematik yang menjelaskan

mengenai pergerakan gempa tanpa membahas penyebab dari pergerakan itu. Sesuatu

seharusnya menjadi penyebab pergerakan tersebut untuk menggerakkan massa yang

sangat besar dengan tenaga yang sangat besar pula.


Penjelasan yang paling dapat diterima secara meluas tentang sumber

pergerakan lempeng bersandar kepada hukum keseimbangan termomekanika

material bumi. Lapis teratas dari kulit bumi bersentuhan dengan kerak bumi yang

relatif dingin, sementara lapis terbawah bersentuhan dengan lapis luar inti panas.

Jelas peningkatan temperatur pasti terjadi pada lapisan. Variasi kepadatan

lapisan dan temperatur menghasilkan situasi tidak stabil pada ketebalan material

(yang lebih dingin) di atas material lebih tipis (yang lebih panas) dibawahnya.

Akhirnya, material tebal yang lebih dingin mulai tenggelam akibat gravitasi dan

pemanasan, dan material yang lebih tipis mulai naik. Material yang tenggelam

tersebut berangsur-angsur dipanaskan dan menjadi lebih tipis, sehingga akhirnya

bergerak menyamping dan dapat naik lagi yang kemudian sebagai material

didinginkan yang akan tenggelam lagi. Proses ini biasa disebut sebagai konveksi.

Arus konveksi pada batuan setengah lebur pada lapisan mengakibatkan

tegangan geser di bawah lempeng, yang menggeser lempeng tersebut ke arah yang

bervariasi melalui permukaan bumi. Fenomena lain, seperti tarikan bubungan atau

tarikan irisan dapat juga menjadi penyebab pergerakan lempeng.

Karakteristik batas lempeng juga mempengaruhi sifat dasar dari gempa yang

terjadi sepanjang batas lempeng tersebut. Pada beberapa area tertentu, lempeng

bergerak menjauh satu dengan lainnya pada batas lempeng, yang dikenal sebagai

bubungan melebar atau celah melebar. Batuan lebur dari lapisan dasar muncul ke

permukaan dimana akan mendingin dan menjadi bahagian lempeng yang

merenggang.
Dengan demikian, lempeng ”mengembang” pada bubungan yang melebar.

Tingkat pelebaran berkisar dari 2 hingga 18 cm/tahun; tingkat tertinggi ditemukan

pada Lautan Pasifik, dan terendah ditemukan sepanjang Bubungan Mid-Atlantic.

Telah diestimasi bahwa kerak bumi yang baru di lautan terbentuk pada tingkatan

2
sekitar 3,1 km /tahun di seluruh dunia. Kerak bumi yang masih berusia muda ini,

disebut basal baru, terbentuk tipis di sekitar bubungan yang melebar. Hal ini juga

dapat terbentuk oleh pergerakan ke atas magma yang relatif lambat, atau dapat pula

oleh semburan yang cepat saat terjadinya aktivitas kegempaan.

Lapisan material mendingin setelah mencapai permukaan pada celah lempeng

yang melebar. Lapisan akan menjadi bersifat magnet sejalan dengan pendinginannya

dengan kutub tergantung arah bidang magnet bumi saat itu. Bidang magnet bumi

tidak konstan terhadap skala waktu geologi, karena berfluktuasi dan berbalik pada

interval waktu yang tidak tentu, sehingga penyimpangan sifat magnetik yang tidak

biasa pada bebatuan terbentuk pada pinggiran bubungan yang melebar.

Karena ukuran bumi tetap konstan, maka pembentukan material lempeng baru

pada bubungan melebar harus seimbang dengan berkurangnya material lempeng di

lokasi yang lain. Hal ini terjadi pada batas zona subduksi dimana pergerakan relatif

dari dua lempeng saling menghunjam satu dengan lainnya. Saat bersentuhan, salah

satu lempeng menyusup ke bawah lempeng yang satunya.

Batas zona subduksi sering ditemukan di sekitar pinggiran benua. Karena kerak

lautan biasanya dingin dan tebal, maka zona subduksi akan tenggelam akibat berat

sendirinya dibawah kerak benua yang lebih ringan. Saat tingkat konvergensi lempeng

tinggi, semacam saluran terbentuk pada batas antara lempeng.


Sehingga batas zona subduksi biasa terakumulasi pada suatu pertambahan irisan di

atas perpotongan dari pengkerakan batuan, sehingga membuat saluran tertutup.

Apabila lempeng mengakibatkan benua bertubrukan, maka dapat menjadi

formasi jajaran pegunungan. Himalaya terbentuk dari dua pengkerakan lapisan yang

dibentuk ketika lempeng Australia bertubrukan dengan lempeng Eurasia. Tubrukan

antar benua dari lempeng Afrika dan lempeng Eropa mengakibatkan berkurangnya

luas Laut Mediterania dan pada akhirnya nanti akan menjadi jajaran pegunungan.

Transformasi patahan terjadi ketika lempeng bergerak dan berselisihan satu

dengan yang lainnya tanpa menciptakan kerak bumi yang baru atau mengurangi

kerak bumi yang sudah ada. Transformasi patahan ini biasanya ditemukan pada

kelengkungan bubungan melebar, dan diidentifikasi berdasarkan penyimpangan sifat

magnetiknya dan torehan yang terdapat pada permukaan kerak bumi. Kelengkungan

penyimpangan magnetik memperlihatkan zona retakan yang dapat terjadi sepanjang

ribuan kilometer.

Lempeng tektonik memberikan suatu kerangka yang sangat berguna untuk

dapat menjelaskan pergerakan dari permukaan bumi dan melokaliser gempa dan

vulkanik. Lempeng tektonik juga menggambarkan pembentukan dari material kerak

bumi yang baru serta pengurangan material kerak bumi yang lama sesuai dengan

ketiga jenis pergerakan lempeng seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Batas Batas
bubungan zona
Batas
melebar subduksi
bubungan
melebar

Zona retakan i
s
k
u
d
b
u
s
Batas transformasi g
n
patahan e
p
m

e
L

Lempeng
subduksi
Batuan pendorong lapisan

Gambar 2.2 Interrelasi di Antara Bubungan Melebar, Zona Subduksi


dan Batas Patahan Lempeng, (Kramer, 1996)

Patahan

Panjang patahan bervariasi dari beberapa meter saja hingga ratusan kilometer

dan kedalamannya dapat bertambah dari permukaan tanah hingga belasan kilometer.

Pemunculannya bisa nyata, seperti yang direfleksikan pada topografi permukaan,

atau dapat pula sangat sulit untuk dideteksi. Pemunculan patahan bisa jadi bukan

merupakan ekspektasi dari suatu gempa, karena pergerakan yang terjadi merupakan

gerakan seismic (kontinyu namun lambat), atau bisa juga karena patahan tersebut

tidak aktif. Kurangnya pengamatan pada patahan permukaan, di sisi lain, bukan

menyatakan secara langsung bahwa gempa tidak dapat terjadi, karena kenyataannya,

rekahan patahan tidak mencapai permukaan bumi pada kebanyakan gempa yang

terjadi.
Bentuk geometri dari patahan

Standar notasi geologi digunakan untuk menentukan orientasi suatu bidang

patahan. Apabila permukaan suatu patahan besar adalah tak-tentu, maka biasanya

diperkirakan sebagai suatu bidang datar. Orientasi bidang patahan ditentukan

berdasarkan tabrakan (strike) dan hunjamannya (dip). Tabrakan patahan merupakan

garis horizontal yang dihasilkan dari perpotongan bidang patahan dengan bidang

horizontal (Gambar 2.3). Azimuth tabrakan digunakan untuk menentukan orientasi

patahan yang mengacu terhadap arah utara. Kemiringan ke bawah dari bidang

patahan ditentukan oleh sudut hunjaman, yang mana merupakan sudut antara bidang

patahan dengan bidang horizontal dihitung tegak lurus terhadap tabrakan. Patahan

vertikal memiliki sudut hunjuman sebesar 900

Vektor
Bidang
Tabrakan
Patahan

Bidang
Horizontal
Sudut
Hunjaman

Vektor
Hunjaman

Gambar 2.3 Notasi Geometri Untuk Pendeskripsian dari


Orientasi Bidang Patahan, (Kramer, 1996)

Pergerakan menghunjam (dip slip movement)

Pergerakan patahan yang terjadi terutama dalam arah menghunjam (atau tegak

lurus terhadap tabrakan) dinyatakan sebagai pergerakan dip slip. Pematahan normal
terjadi ketika komponen horizontal pergerakan hunjaman adalah suatu perpanjangan

ketika material di atas patahan bergerak miring relatif menuju material di bawahnya.

Bidang Patahan

Gambar 2.4 Pematahan Normal, (Kramer, 1996)

Pematahan normal biasanya terjadi bersamaan dengan tegangan regang pada kerak

bumi dan menghasilkan suatu pemanjangan pada kerak bumi. Saat komponen

horizontal gerakan menghunjam dimampatkan dan material patahan bergerak relatif

ke atas menuju material dibawah patahan, maka pematahan terbalik yang terjadi.

Pergerakan patahan terbalik seperti pada Gambar 2.5 menghasilkan suatu

pemendekan kerak bumi secara horizontal. Suatu jenis khusus dari patahan terbalik

merupakan suatu patahan tusukan, yang terjadi ketika bidang patahan membentuk

sudut hunjaman yang kecil.

Gambar 2.5 Pematahan Terbalik, (Kramer, 1996)


Pergerakan tabrakan (strike-slip movement)

Pergerakan tabrakan pada patahan biasanya hampir mendekati vertikal dan dapat

menghasilkan gerakan besar. Patahan strike-slip lebih jauh diketegorikan oleh arah relatif

pergerakan dari material di setiap sisi patahan.

Gambar 2.6 Pematahan Strike-Slip Lateral Arah ke Kiri, (Kramer,


1996)

Suatu pengamat berdiri di dekat patahan strike-slip lateral arah kanan akan melihat

permukaan di sisi sebelahnya bergerak ke arah kanan pula, dan demikian juga sebaliknya suatu

pengamat yang berdiri di dekat patahan strike-slip lateral arah kiri akan melihat permukaan di

sisi sebelahnya bergerak ke arah kiri.

Pembagian dan Penyebab Lempeng Tektonik

Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng mayor (lempeng besar)
dan lempeng minor (lempeng kecil). Perhatikan tabel berikut.
Lempeng mayor Lempeng minor
1. Lempeng Eurasia Lempeng Filipina
2. Lempeng Amerika Utara Lempeng Juan de Fuka
3. Lempeng Amerika Selatan Lempeng Karibia
4. Lempeng Afrika Lempeng Kokos
5. Lempeng Indo-Australia Lempeng Nazca
6. Lempeng Pasifik Lempeng Skotia
7. Lempeng Antartika Lempeng Arabia

Pergerakan lempeng tektonik tersebut ternyata menimbulkan berbagai fenomena di


permukaan bumi, misalnya terjadinya gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi akibat
pergeseran lempeng tektonik disebut gempa bumi tektonik. Gempa tektonik terjadi di daerah
subduksi, yaitu batas pertemuan lempeng yang bertumbukan.
Berlandaskan pada teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecah-pecah menjadi
lempengan-lempengan yang mengapung di atas lapisan yang lebih cair. Lempeng tektonik
tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi ada juga yang lebih tipis dengan luas yang beragam.
Jika lempeng-lempeng tersebut bergerak saling bertumbukan, maka akan terjadi penunjaman.
Sesuai dengan hukum fisika sederhana, lempengan yang berat jenis atau massanya lebih
besar akan menunjam dan menyusup ke bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan
lempeng tektonik tersebut sangat lambat, yaitu antara 1 dan 10 cm per tahun. Namun,
pergerakan yang sangat lambat tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat kuat
secara pelan-pelan di kedalaman sekitar 80 km. Apabila tekanan dan regangan tumbukan
lempeng mencapai titik jenuh, biasanya akan terjadi gerakan lempeng tektonik secara tiba-
tiba. Gerakan tersebut menimbulkan getaran di muka bumi yang disebut gempa.
Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis yang
mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut terdapat rekahan-
rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam bumi. Cairan yang keluar dari
dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi batuan basalt. Banyaknya basalt yang
terus terbentuk mendorong lempeng tektonik ke arah yang saling berlawanan. Akibatnya,
lempeng tektonik terpisah dengan jarak yang makin jauh.
Salah satu contoh lempeng yang saling memisah adalah antara Lempeng Australia dan
Antartika. Kedua lempeng tersebut memisah hingga membentuk pematang tengah samudra.
Gerakan saling menjauh kedua lempeng tersebut menyebabkan lempeng India-Australia
terdorong ke arah utara hingga bertumbukan dengan lempeng Eurasia. Lempeng India-
Australia yang merupakan lempeng samudra selanjutnya menunjam dan menyusup ke bawah
lempeng Eurasia.
Daerah sekitar penunjaman lempeng antara lain terbentuk palung di selatan Pulau Jawa,
jalur gunung api Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta cekungan Sumatra dan Jawa.
Daaerah penunjaman juga merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Pada setiap daerah
penunjaman, kira-kira pada kedalaman 150 km, terjadi pelelehan batuan yang disebut
pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan terjadi karena adanya gesekan batuan dengan
massa yang sangat padat dan berat secara terus menerus. Melalui rekahan atau celah yang
ada, lelehan tersebut akan menyusup dan berusaha menembus kerak bumi. Jika lelehan
tersebut berhasil menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut muncul gunung api. Oleh
karena itu, dapat diketahui bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya gesekan
lempeng tektonik.
Gambar 2.7 Sebaran lempeng tektonik (garis kuning) dan gunung api (segitiga merah) di dunia.

Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik. Kawasan ini
dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena di sepanjang kawasan
ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran api Pasifik membentang di antara subduksi
dan pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng-lempeng India-Australia, Eurasia, dan
Amerika Utara, serta tumbukan lempeng Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.
Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu membentang mulai dari pantai barat
Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada,
semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang, Indonesia, Selandia Baru, dan Kepulauan
Pasifik Selatan.
Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran api Pasifik
juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State Geological Survey
(USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang jalur lingkaran api Pasifik.
Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih sering diakibatkan oleh gerakan
lempeng tektonik daripada aktivitas gunung apinya.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di
bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk menggesek satu sama lain.
Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan. Sebaliknya
pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran
itu berjalan tersentak-sentak. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan baru
apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan rangkaian
gunung berapi.

Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Wegener dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans (1915) mengemukakan bahwa benua yang padat sebenarnya terapung dan
bergerak di atas massa yang relatif lembek (continental drift).
Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua pergerakan lempeng. Gaya gravitasi
menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian itu memang lebih tua dan lebih berat bobotnya.
Kemudian karena tertarik, ada celah di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material
dari dalam mantel.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di
bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk menggesek satu sama lain.
Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan. Sebaliknya
pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran
itu berjalan tersentak-sentak. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan baru
apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan rangkaian
gunung berapi. Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Wegener dalam bukunya The
Origin of Continents and Oceans (1915) mengemukakan bahwa benua yang padat sebenarnya
terapung dan bergerak di atas massa yang relatif lembek (continental drift).
Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua pergerakan lempeng. Gaya
gravitasi menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian itu memang lebih tua dan lebih berat
bobotnya. Kemudian karena tertarik, ada celah di tengah punggung samudera yang kemudian
terisi material dari dalam mantel.
Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik terbesar ketiga yang berada di daerah Eurasia,
daratan yang terdiri dari benua Eropa dan Asia kecuali di daerah India, Jazirah Arab, dan timur
Pegunungan Verkhoyansk di Siberia Timur. Sisi timurnya dibatasi Lempeng Amerika Utara dan
Lempeng Filipina. Sisi selatannya dibatasi Lempeng Afrika, Lempeng Arab dan Lempeng Indo-
Australia. Sisi baratnya dibatasi oleh Lempeng Amerika Utara. Lempeng Burma adalah lempeng
tektonik kecil yang terletak di Asia Tenggara, sering dianggap sebagai bagian dari lempeng
Eurasia. Kepulauan Andaman, Kepulauan Nikobar, dan Sumatra barat laut terletak di lempeng
ini. Busur pulau ini memisahkan Laut Andaman dari Samudra Hindia.
Pergeseran kerak bumi atau diastropisme merupakan terjadinya pergeseran muka bumi
yang dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. Gerakan-gerakan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur
diastropik. Termasuk dalam struktur diastropik tersebut, yaitu pelengkungan, pelipatan, patahan,
dan retakan.
Lempeng Pasifik ialah lempeng tektonik samudra di dasar Samudra Pasifik ke utara di sisi
timur ada batas divergen dengan Lempeng Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda yang berturut-
turut membentuk Punggung Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda. Ke tengah di bagian sisi timur
ada batas peralihan dengan Lempeng Amerika Utara sepanjang Patahan San Andreas dan batas
dengan Lempeng Cocos. Ke selatan di bagian timur ada batas divergen dengan Lempeng Nazca
yang membentuk Tanjakan Pasifik Timur. Lempeng Pasifik, ditunjukkan dalam warna kuning
muda.
Di bagian selatan ada batas divergen dengan Lempeng Antarktika yang membentuk
Punggung Pasifik-Antarktika. Di bagian barat ada batas konvergen yang mensubduksi di bawah
Lempeng Eurasia ke utara dan Lempeng Filipina di tengah yang membentuk Parit Mariana. Di
selatan, Lempeng Pasifik memiliki batas yang kompleks namun umumnya konvergen dengan
Lempeng Indo-Australia, yang mensubduksi di bawahnya ke utara Selandia Baru. Patahan Alpen
menandai batas peralihan antara 2 lempeng, dan lebih lanjut ke utara Lempeng Indo-Australia
mensubduksi di bawah Lempeng Pasifik. Di bagian utara ada batas konvergen yang mensubduksi
di bawah Lempeng Amerika Utara yang membentuk Parit Aleut dan Kepulauan Aleut di
dekatnya. Lempeng Pasifik memuat interior hot spot dalam yang membentuk Kepulauan Hawai
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang
sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan
benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah
yangmengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci
dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Di kemudian hari,
dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan
bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus
konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber
asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang,
meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang
membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan
lempengan.

Anda mungkin juga menyukai