Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

Konsep Dan Model Triase Bencana

Disusun Oleh:
1. Christina Ika Ratnawati (1907057)
2. Ulfanisatun (1907064)
3. Fajar Dwi Hertanto (1907087)
4. Charisma Hanif febria N (1907088)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita tidak pernah tahu keadaan emergensi apa yang akan datang kepada
kita, yang kita bisa lakukan adalah memikirkan apa yang akan kita lakukan ketika
keadaan emergensi itu datang. Seperti kasus letusan gunung merapi di jogja pada
oktober lalu, yang merupakan letusan terbesar dalam satu abad belakangan ini,
banyak korban yang berjatuhan, keadaan panik, dan akhirnya mahasiswa pun
akan diturunkan dalam lapangan. sebelum melakukan terapi definitif, penting
untuk melakukan seleksi korban dilapangan, untuk menentukan prioritas mana
korban yang harus diselamatkan terlebih dahulu.

Kata Triage berasal dari bahasa perancis trier yang berarti memisahkan,
memilah, dan memilih. Triase atau triage adalah proses seleksi korban untuk
menentukan prioritas penanganan berdasarkan pada kriteria tertentu, sedang
pananganan pra-rumah sakit adalah tahap penanganan yang dilakukan sebelum
korban mencapai rumah sakit. Bebeda dengan fase pra-rumah sakit  yang
mengutamakan tindakan resusitasi dan stabilisasi, pada fase rumah sakit juga
direncanakan penanganan sampai tahap definitif. Ketiga proses tersebut, triase –
penanganan pra-rs – penanganan intra rs, merupakan proses yang berurutan,
sehingga memerlukan kesamaan konsep dan koordinasi yang baik dari para
petugasnya. Sesuai dengan situasi yang dihadapi dan sumber daya yang tersedia,
maka proses triase dapat dilakukan dalam beberapa metode, yang kesemuanya
berdasar pada filosofi yang sama, yaitu memilih tindakan yang akan memberikan
manfaat bagi kelompok terbesar korban.Walaupun demikian, setelah triase
dilakukan, prinsip-prinsip pananganan korban sebagai individu tetap harus
dijalankan. Penanganan pra-rumah sakit meliputi penanganan di tempat kejadian
dan selama transportasi. Ditempat kejadian, pertolongan dimulai dari tindakan
penyelamatan ( rescue ) dan evakuasi korban dari tempat kejadian, misalnya
gedung yang runtuh, yang umumnya dilakukan oleh petugas penyelamat dan
bukan oleh petugas medis. Setelah itu baru dilakukan proses triase oleh petugas
medis, sebelum dialkukan tindakan lebih lanjut. Jadi selain di rumah sakit, triase
juga dilakukan ditempat kejadian, sehingga diperlukan kerja sama yang baik
antara petugas penyelamat dan petugas medis.

Dalam triase, secara umum korban akan dikelompokkan menjadi 4


kelompok, yaitu kelompok Merah untuk korban yang memerlukan tindakan life
saving, Kuning untuk kelompok yang tindakannya dapat ditunda, Hijau untuk
kelompok yang tidak memerlukan tindakan emerjensi, serta Hitam untuk korban
yang meninggal. Penentuan prioritas penanganan ini dilakukan oleh Pimpinan
Triase atau Triage Officer, sedangkan tindakan pertolongan dilakukan oleh
petugas lain dalam tim tersebut. Walaupun singkat, proses triase memerlukan
waktu, sehingga kalau terlalu banyak jumlah korban yang di triase oleh seorang
pimpinan triase, maka korban terakhir akan menunggu cukup lama untuk
mendapat giliran diperiksa, dan hal ini bisa berakibat fatal.
Untuk melakukan dasar triage tersebut seseorang petugas gawat darurat
juga dituntut untuk mampu dengan cepat menilai tanda – tanda dan kondisi vital
dari korban, menentukan kemungkinan kebutuhan medisnya, menilai kemampuan
keselamatannya, menilai perawatan medis yang ada ditempat, memprioritaskan
managemen korban dan memberikan pasien label warna sesuai dengan prioritas.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang kami angkat
adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan triage ?
2. Apakah tujuan triage ?
3. Bagaimanakah prinsip dalam triage ?
4. Bagaimanakah klasifikasi dalam triage ?
5. Bagaimankah sistem dalam penanganan triage ?
6. Bagaimanakah metode triage pada bencana ?
7. Bagaimanakah tipe triage di rumah sakit dan di lapangan ?
8. Bagaimanakah sistem klasifikasi triage dalam gambaran kasus ?
9. Bagaimanakah aspek legal dalam pelaksanaan triage ?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi triage
2. Untuk mengetahui tujuan triage
3. Untuk mengetahui prinsip dalam triage
4. Untuk mengetahui klasifikasi triage
5. Untuk mengetahui metode triage pada bencana
6. Untuk mengetahui sistem dalam penanganan triage
7. Untuk mengetahui tipe triage di rumah sakit dan di lapangan
8. Untuk mengetahui sistem klasifikasi triage dalam gambaran kasus
9. Untuk mengetahui aspek legal dalam pelaksanaan triage
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI TRIAGE
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti membagi dalam 3
group.
Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an yang ditujukan untuk
memprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada korban yang
terluka parah.
Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli bedah pada pasukan Napoleon,
merancang suatu metode evaluasi dan kategorisasi yang cepat pada pasukan yang
terluka dimedan pertempuran dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya.
Pada tahun 1950-1960 triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan
yaitu: meningkatkan kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen.
Triase merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan prioritas untuk
dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
Triage adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien
yang tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus memilah pasien
berdasarkan beratnya cedera atau penyakit : menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan. Triage
inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai ulang terus menerus karena status
dapat berubah. Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat
ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan
tingkat kegawatan kondisinya.
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban
berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan
berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.

2. TUJUAN TRIAGE
Tujuan triage adalah :
 Bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak
mungkin.
 Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan
 Agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat
kegawatannya, dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat
sesuai dengan sumber daya yang ada.

Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :


 Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
 Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
 Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat

3. PRINSIP TRIAGE
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik
untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :

 Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit


 Dapat mati dalam hitungan jam
 Trauma ringan
 Sudah meninggal

4. KLASIFIKASI TRIAGE
Klasifikasi berdasarkan pada :
- Pengetahuan
- data yang tersedia
- situasi yang berlangsung

Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya


sebagai berikut :

a. Prioritas 1 atau Emergensi


- Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi
segera
- Pasien dibawa ke ruang resusitasi
- Waktu tunggu 0 (Nol)
b. Prioritas 2 atau Urgent
- Pasien dengan penyakit yang akut
- Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
- Waktu tunggu 30 menit
- Area Critical care
c. Prioritas 3 atau Non Urgent
- Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
- luka lama
- kondisi yang timbul sudah lama
- area ambulatory / ruang P3
d. Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
- tidak ada respon pada segala rangsangan
- tidak ada respirasi spontan
- tidak ada bukti aktivitas jantung
- hilangnya respon pupil terhadap cahaya
e. 3 (tiga) Katagori Sistem Triage :
Format asli dari triage adalah :
- Prioritas tertinggi
- Prioritas kedua
- Prioritas terendah
f. 4 (empat) Kategori Sistem Triage :
- Prioritas tertinggi
Segera, klas 1, berat, emergency
- Prioritas tinggi
Sekunder, klas 2, sedang dan urgent
- Prioritas rendah
Dapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent
- Meninggal
Mungkin meninggal, klas 4, klas 0
g. Kode Warna International Dalam Triage :
- Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)
- Warna MERAH : Priority 1
- Warna JINGGA : Priority 2
- Warna HIJAU : Priority 3

5. METODE TRIAGE PADA BENCANA


Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang
dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun
Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
a. Mettag (Triage tagging system)
 Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap
korban.
 Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.
 Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.

 Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan


penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup
(misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-
fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).

 Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan


cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman
jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis
cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa
gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang
belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).

 Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak


membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana
namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak,
fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan
jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).

 Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau


penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan
dan transportasi, dan Prioritas Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah
pasti tewas.
Bila pada Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label yang sesuai
dan pindahkan kekelompok sesuai.

 Triase Sistim METTAG.

Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban.


Resusitasi ditempat.

b. Start (Simple Triage And Rapid Transportation).


Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi
penderita menjadi 4 kategori :
1) Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis
keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan
berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental
2) Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang
mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera
punggung.
3) Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai
‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4) Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang
mematikan.

Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan


warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus
sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai dengan
prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila
keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama
jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.

 Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T


Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu
pemeriksaan sebagai berikut :
1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal
yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3. Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan
bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri
label MERAH, bila tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian
kapiler.

4. Waktu pengisian kapiler :


a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan
perdarahan besar bila ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak
ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan
perfusi jaringan sudah menurun
5. Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka
beri MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.

Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir


segera lanjutkan ke penderita berikut.
6. SISTEM DALAM PENANGANAN TRIAGE
- Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap
individu pasien
- Disaster : Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam
jumlah banyak
7. TIPE TRIAGE DI RUMAH SAKIT
a. Type 1 : Traffic Director or Non Nurse
- Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
- Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
- Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
- Tidak ada dokumentasi
- Tidak menggunakan protocol
b. Type 2 : Cek Triage Cepat
- Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau
dokter
- Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
- Evaluasi terbatas
- Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat
perawatan pertama
c. Type 3 : Comprehensive Triage
- Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
- 4 sampai 5 sistem katagori
- Sesuai protocol

8. TIPE TRIAGE DI LAPANGAN


a. Triage Labelling
Untuk efisiensi, hasil triage harus diketahui oleh tim
- Kriteria Label triage :
Mudah dilihat, sesuai dengan kategori standar, mudah dan aman dipakai, dapat
diubah dengan mudah sesuai dengan perubahan kondisi klien, memungkinkan
untuk pencatatan klinis.
- Tipe Label Triage :
Single label, Mettag label, Cruciform label,Non card based system (tanda di dahi)
b. Single label system

P P P P
1 2 3 0
Keterangan:
P1 : Immediate
P2 : Urgent
P3 : Delayed
P0 : Dead
Biasanya diikat pada kaki penderita, Sulit mengubah kategori, tidak ideal untuk
triage dinamis
c. Cruciform label

P3

P1 P0

P2

- Keuntungan :
Dapat dilipat sesuai prioritas yg diperlukan, cocok untuk triage yg dinamis
- Kerugian :
Lipatan harus rapi sehingga tidak membingungkan, mekanisme lipat dapat
membingungkan pengguna, tidak memungkinkan untuk pemantauan pasien yg
gerak.
d. Mettag
Gunakan kode warna sesuai dengan prioritas. Bagian bawah tag dapat dirobek untuk
situasi akut.
 Hijau (Walking Wounded) Prioritas 3
Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban dapat berjalan
 Kuning (Delay) - Prioritas 2
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya dapat ditunda.
 Merah (Immediate) Prioritas 1
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan
dalam ukuran menit, harus ditangani dengan segera.
 Hitam (Dead and Dying) Prioritas 0 (mati)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi pertolongan.
9. SISTEM KLASIFIKASI TRIAGE DALAM GAMBARAN KASUS
a. Prioritas 1 – Kasus Berat
- Perdarahan berat
- Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
-Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
- Fraktur terbuka dan fraktur compound
- Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
- Shock tipe apapun
b. Prioritas 2 – Kasus Sedang
- Trauma thorax non asfiksia
- Fraktur tertutup pada tulang panjang
- Luka bakar terbatas
- Cedera pada bagian / jaringan lunak
c. Prioritas 3 – Kasus Ringan
- Minor injuries
- Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
d. Prioritas 0 – Kasus Meninggal
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

10. ASPEK LEGAL DALAM PELAKSANAAN TRIAGE


Triage adalah sesuatu yang menarik, tantangan subspesialis dari perawatan
emergensi.
a. Perawat yang memimpin triage :
 Merupakan kewenangan perawat untuk mentriage pasien secara independen
 Perawat triage membuat keputusan akhir dari triage
 Hanya perawat yang memiliki pendidikan khusus yang di ijinkan melakukan
triage
b. Pengkajian Triage
 Melibatkan teknik pertanyaan yang benar untuk mendapatkan data subyektif
yang cukup dari pasien
 Memiliki arti sebuah pengkajian yang hati-hati dalam menilai data obyektif
 Membutuhkan perawat yang mampu berpikir kritis dalam menentukan
prioritas berdasarkan keakutannya
c. Legal Concern
 Catatan triage harus cukup lengkap untuk kebenaran keputusan triage
 Rekam medik merupakan dokumen yang legal
 Hal ini menyediakan urutan kejadian
d. Dokumentasi Triage
 Tujuan :
- Untuk mendukung keputusan triage
- Untuk komunikasi informasi dasar untuk petugas lain
- Untuk kebutuhan medical legal
 Apa yang harus di dokumentasikan ?
- Waktu triage
- Keluhan utama & gejala yang menyertai
- Riwayat medis yang lalu
- Riwayat alergi
- Tanda-tanda vital
- Pengkajian subyektif & obyektif
- Kategori keakutan
 Apa yang harus di dokumentasikan lagi ?
- Tes diagnostik yang dilakukan
- Intervensi yang telah diberikan
- Disposisi
- Re-evaluasi & perubahan kondisi pasien
 Key points
- Menggambarkan keluhan utama seakurat mungkin. Gunakan kata-kata
yang bisa dimengerti pasien
- Dokumentasikan harapan-harapan pasien
- Dokumentasikan hal-hal yang mempersulit pencarian data, seperti
hambatan bahasa
- Dokumentasikan bila ada konflik antara data subyektif & obyektif
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Triage adalah pengelompokan atau digolongkan menurut tipe dan tingkat
kegawatan, kondisi korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit
serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Triase merupakan suatu sistem yang
digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian di berikan prioritas untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
Prinsip Triage adalah “Time Saving Is Life Saving (Respon Time Diusahakan
Sependek Mungkin), The Right Patient, To The Right Place At The Right Time Serta
melakukan Yang Terbaik. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage
tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And
Rapid Transportation). Penanganan triase dikelompokan berdasarkan non disaster
dan disaster. Perawat yang memimpin triage merupakan kewenangan perawat untuk
mentriage pasien secara independen, Perawat triage membuat keputusan akhir dari
triage, Hanya perawat yang memiliki pendidikan khusus yang di ijinkan melakukan
triage.
2. SARAN
Sebagai seorang perawat hendaknya dapat memahami konsep triage dan
mengaplikasikannya ke lapangan sesuai prinsip yang berlaku baik penanganan korban
disaster ataupun non disaster. Selain itu juga diperlukan pelatihan- pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan dalam pelaksanaan manajemen triase dan harus dapat
menentukan organ mana terganggu dan dapat menyebabkan kematian serta
menentukan penanggulangannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimity. --- . Tindakan Triase Saat Keadaan Bencana http://bencana-
kesehatan.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=101&Itemid=106&lang=id. diakses tanggal
11 September 2013

Anonimity. 2009. Triage, Disaster Management.


http://onesoliha.wordpress.com/2009/02/16/triage-disaster-management/. diakses
tanggal 11 September 2013

Dokter Medis. 2009. Triage. http://dokter-medis.blogspot.com/2009/06/triage.html.


diakses tanggal 11 September 2013

Pro Emergency. 2008. Start : Simple Triage And Rapid Treatment.


http://proemergency-ems.blogspot.com/search/label/Triage. diakses tanggal 11
September 2013

Pro Health. 2008. Aspek Legal Dalam Triage.


http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/aspek-legal-dalam-triage. diakses
tanggal 11 September 2013

Puskesmas Oke. 2008. Sejarah, Konsep dan Kategorisasi Triage. http://puskesmas-


oke.blogspot.com/2008/12/sejarah-konsep-dan-kategorisasi-triage.html. diakses
tanggal 11 September 2013

Widiarso, Heri. Manajemen Triase.http://www.docstoc.com/docs/67842492/05-


Triage--IRD-RSSA. diakses tanggal 11 September 2013

Wijanarko,Bayu. 2011. Triage and Rapid Assesment.


http://scalpelscars.wordpress.com/2011/02/17/triage-and-rapid-assessment/. diakses
tanggal 11 September 2013

Anda mungkin juga menyukai