Disusun Oleh:
1. Christina Ika Ratnawati (1907057)
2. Ulfanisatun (1907064)
3. Fajar Dwi Hertanto (1907087)
4. Charisma Hanif febria N (1907088)
A. LATAR BELAKANG
Kita tidak pernah tahu keadaan emergensi apa yang akan datang kepada
kita, yang kita bisa lakukan adalah memikirkan apa yang akan kita lakukan ketika
keadaan emergensi itu datang. Seperti kasus letusan gunung merapi di jogja pada
oktober lalu, yang merupakan letusan terbesar dalam satu abad belakangan ini,
banyak korban yang berjatuhan, keadaan panik, dan akhirnya mahasiswa pun
akan diturunkan dalam lapangan. sebelum melakukan terapi definitif, penting
untuk melakukan seleksi korban dilapangan, untuk menentukan prioritas mana
korban yang harus diselamatkan terlebih dahulu.
Kata Triage berasal dari bahasa perancis trier yang berarti memisahkan,
memilah, dan memilih. Triase atau triage adalah proses seleksi korban untuk
menentukan prioritas penanganan berdasarkan pada kriteria tertentu, sedang
pananganan pra-rumah sakit adalah tahap penanganan yang dilakukan sebelum
korban mencapai rumah sakit. Bebeda dengan fase pra-rumah sakit yang
mengutamakan tindakan resusitasi dan stabilisasi, pada fase rumah sakit juga
direncanakan penanganan sampai tahap definitif. Ketiga proses tersebut, triase –
penanganan pra-rs – penanganan intra rs, merupakan proses yang berurutan,
sehingga memerlukan kesamaan konsep dan koordinasi yang baik dari para
petugasnya. Sesuai dengan situasi yang dihadapi dan sumber daya yang tersedia,
maka proses triase dapat dilakukan dalam beberapa metode, yang kesemuanya
berdasar pada filosofi yang sama, yaitu memilih tindakan yang akan memberikan
manfaat bagi kelompok terbesar korban.Walaupun demikian, setelah triase
dilakukan, prinsip-prinsip pananganan korban sebagai individu tetap harus
dijalankan. Penanganan pra-rumah sakit meliputi penanganan di tempat kejadian
dan selama transportasi. Ditempat kejadian, pertolongan dimulai dari tindakan
penyelamatan ( rescue ) dan evakuasi korban dari tempat kejadian, misalnya
gedung yang runtuh, yang umumnya dilakukan oleh petugas penyelamat dan
bukan oleh petugas medis. Setelah itu baru dilakukan proses triase oleh petugas
medis, sebelum dialkukan tindakan lebih lanjut. Jadi selain di rumah sakit, triase
juga dilakukan ditempat kejadian, sehingga diperlukan kerja sama yang baik
antara petugas penyelamat dan petugas medis.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang kami angkat
adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan triage ?
2. Apakah tujuan triage ?
3. Bagaimanakah prinsip dalam triage ?
4. Bagaimanakah klasifikasi dalam triage ?
5. Bagaimankah sistem dalam penanganan triage ?
6. Bagaimanakah metode triage pada bencana ?
7. Bagaimanakah tipe triage di rumah sakit dan di lapangan ?
8. Bagaimanakah sistem klasifikasi triage dalam gambaran kasus ?
9. Bagaimanakah aspek legal dalam pelaksanaan triage ?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi triage
2. Untuk mengetahui tujuan triage
3. Untuk mengetahui prinsip dalam triage
4. Untuk mengetahui klasifikasi triage
5. Untuk mengetahui metode triage pada bencana
6. Untuk mengetahui sistem dalam penanganan triage
7. Untuk mengetahui tipe triage di rumah sakit dan di lapangan
8. Untuk mengetahui sistem klasifikasi triage dalam gambaran kasus
9. Untuk mengetahui aspek legal dalam pelaksanaan triage
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI TRIAGE
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti membagi dalam 3
group.
Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an yang ditujukan untuk
memprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada korban yang
terluka parah.
Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli bedah pada pasukan Napoleon,
merancang suatu metode evaluasi dan kategorisasi yang cepat pada pasukan yang
terluka dimedan pertempuran dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya.
Pada tahun 1950-1960 triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan
yaitu: meningkatkan kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen.
Triase merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan prioritas untuk
dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
Triage adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien
yang tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus memilah pasien
berdasarkan beratnya cedera atau penyakit : menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan. Triage
inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai ulang terus menerus karena status
dapat berubah. Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat
ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan
tingkat kegawatan kondisinya.
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban
berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan
berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.
2. TUJUAN TRIAGE
Tujuan triage adalah :
Bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak
mungkin.
Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan
Agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat
kegawatannya, dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat
sesuai dengan sumber daya yang ada.
3. PRINSIP TRIAGE
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik
untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
4. KLASIFIKASI TRIAGE
Klasifikasi berdasarkan pada :
- Pengetahuan
- data yang tersedia
- situasi yang berlangsung
P P P P
1 2 3 0
Keterangan:
P1 : Immediate
P2 : Urgent
P3 : Delayed
P0 : Dead
Biasanya diikat pada kaki penderita, Sulit mengubah kategori, tidak ideal untuk
triage dinamis
c. Cruciform label
P3
P1 P0
P2
- Keuntungan :
Dapat dilipat sesuai prioritas yg diperlukan, cocok untuk triage yg dinamis
- Kerugian :
Lipatan harus rapi sehingga tidak membingungkan, mekanisme lipat dapat
membingungkan pengguna, tidak memungkinkan untuk pemantauan pasien yg
gerak.
d. Mettag
Gunakan kode warna sesuai dengan prioritas. Bagian bawah tag dapat dirobek untuk
situasi akut.
Hijau (Walking Wounded) Prioritas 3
Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban dapat berjalan
Kuning (Delay) - Prioritas 2
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya dapat ditunda.
Merah (Immediate) Prioritas 1
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan
dalam ukuran menit, harus ditangani dengan segera.
Hitam (Dead and Dying) Prioritas 0 (mati)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi pertolongan.
9. SISTEM KLASIFIKASI TRIAGE DALAM GAMBARAN KASUS
a. Prioritas 1 – Kasus Berat
- Perdarahan berat
- Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
-Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
- Fraktur terbuka dan fraktur compound
- Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
- Shock tipe apapun
b. Prioritas 2 – Kasus Sedang
- Trauma thorax non asfiksia
- Fraktur tertutup pada tulang panjang
- Luka bakar terbatas
- Cedera pada bagian / jaringan lunak
c. Prioritas 3 – Kasus Ringan
- Minor injuries
- Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
d. Prioritas 0 – Kasus Meninggal
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
1. KESIMPULAN
Triage adalah pengelompokan atau digolongkan menurut tipe dan tingkat
kegawatan, kondisi korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit
serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Triase merupakan suatu sistem yang
digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian di berikan prioritas untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
Prinsip Triage adalah “Time Saving Is Life Saving (Respon Time Diusahakan
Sependek Mungkin), The Right Patient, To The Right Place At The Right Time Serta
melakukan Yang Terbaik. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage
tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And
Rapid Transportation). Penanganan triase dikelompokan berdasarkan non disaster
dan disaster. Perawat yang memimpin triage merupakan kewenangan perawat untuk
mentriage pasien secara independen, Perawat triage membuat keputusan akhir dari
triage, Hanya perawat yang memiliki pendidikan khusus yang di ijinkan melakukan
triage.
2. SARAN
Sebagai seorang perawat hendaknya dapat memahami konsep triage dan
mengaplikasikannya ke lapangan sesuai prinsip yang berlaku baik penanganan korban
disaster ataupun non disaster. Selain itu juga diperlukan pelatihan- pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan dalam pelaksanaan manajemen triase dan harus dapat
menentukan organ mana terganggu dan dapat menyebabkan kematian serta
menentukan penanggulangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimity. --- . Tindakan Triase Saat Keadaan Bencana http://bencana-
kesehatan.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=101&Itemid=106&lang=id. diakses tanggal
11 September 2013