Anda di halaman 1dari 7

Nama : Herlambang Andri Prayoga

Mata kuliah : Konsumenrisme

1. Apa yang membuat konsumenrisme terjadi dan berikan contohnya!


Konsumtif berdasarkan KBBI berarti hanya memakai, tidak
menghasilkan sendiri, dan bergantung pada hasil produksi pihak lain.
Berikut 5 penyebab gaya hidup konsumtif di masyarakat:

a. Pengaruh Budaya
Gaya hidup konsumtif telah tertanam dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat kita. Buktinya, di negeri ini lebih banyak orang
yang hanya gemar mengonsumsi daripada memproduksi sendiri
berbagai barang yang dibutuhkan. Dengan alasan kepraktisan
kita lebih memilih membeli apa yang sudah ditawarkan pasar,
padahal peluang untuk membuat sesuatu dan dilempar ke
pasaran masih sangat banyak.

Budaya konsumtif masyarakat Indonesia juga erat kaitannya


dengan daya juang kita dalam berbisnis. Kita lebih senang bekerja
untuk orang lain tanpa melihat peluang berkarya. Mental kita
sebagai individu harus ditempa agar tidak hanya jadi generasi
pekerja.

b. Tuntutan Gaya Hidup


Banyak faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumtif
seseorang, di antaranya adalah pekerjaan dan lingkungan sosial.
Untuk dapat diterima di lingkungan kerja atau lingkungan
pergaulannya, seseorang akan berusaha membuat standar hidup
yang sama dengan orang-orang di sekelilingnya.
Misalnya saja ibu rumah tangga yang tinggal di perumahan elite.
Dia akan merasa terdesak untuk tampil seperti ibu-ibu yang
ditemui dalam acara kumpulan RT, syukuran tetangga, dan
pengajian sekali pun. Sikap konsumtif pun akhirnya berpotensi
muncul berjemaah.

c. Terlena Media Sosial


Kedahsyatan media sosial tak hanya berefek pada kalangan muda.
Kini, kegiatan media sosial yang mengasyikan dan melenakan
waktu, sudah menembus lintas generasi. Tidak heran jika dari
cucu hingga nenek masing-masing mempunyai minimal satu akun
media sosial.

Daripada hanya digunakan sebagai media berekspresi dan


mengunggah status, ada baiknya memanfaatkan media ini untuk
mendapatkan penghasilan, yaitu melalui Facebook Ads.

Facebook Ads sebagai fasilitas beriklan untuk pengguna Facebook,


dapat membantu penggunanya mengklasifikasikan target pasar
usaha mereka, termasuk menentukan ingin menyasar kalangan
usia yang mana.

d. Haus Akan Pengakuan Diri


Bagi manusia yang terbiasa hidup bersosial pasti akan ada satu
titik saat kebutuhan dasarnya telah terpenuhi, dia ingin mendapat
pengakuan dari orang lain. Ingin dihargai, diberikan perhatian
akan keberadaannya. Pengakuan diri akan berujung pada sikap
konsumtif ketika orang-orang mulai membelanjakan uangnya
hanya untuk mendapat pengakuan.
Sadar atau tidak, terkadang kita sendiri pun membeli sesuatu
bukan karena kebutuhan. Tapi, karena ingin meningkatkan
kepercayaan diri. Sepatu orisinal keluaran merek ternama dengan
harga jutaan rupiah pun akan Anda usahakan untuk bisa
memilikinya, karena memang dapat meningkatkan kepercayaan
diri.

Sikap konsumtif datang berbarengan dengan hasrat kita untuk


mempercantik dan memperkeren penampilan. Dan hal tersebut
kebanyakan kita dapat dari produk-produk luar negeri, padahal
banyak pabrik di Indonesia yang membuat barang-barang untuk
dijual di pasar Internasional dengan merek dagang buatan luar.
Seperti sepatu dan kaos yang ternyata kita lebih bangga karena
mereknya bukan karena pabrik pembuatannya yang berlokasi di
Indonesia.

e. Kemudahan Berbelanja
Dengan bermodal ponsel dan data internet, seseorang dapat
menghabiskan gaji satu bulan kerja dalam waktu kurang dari satu
menit tanpa beranjak dari kursi. Kemudahan bertransaksi yang
kini kita rasakan berdampak pula pada intensitas berbelanja
masyarakat yang semakin sering.

Dulu, untuk membeli satu barang incaran, kita harus berkeliling


dari satu toko ke toko lain seharian penuh. Bahkan ada yang
menundanya hingga esok hari bila belum puas dan belum
menemukan yang pas di hati. Berbeda dengan sekarang, bisa
hampir setiap hari jika masih ada saldo tersisa di rekening
seseorang menghabiskan waktu dengan berbelanja online.
Contoh Kasus Konsumerisme
Beragam contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat yang
mudah untuk ditemukan dalam berbagai bidangnya. Misalnya saja
prilaku konsumtif ini antara lain sebagai berikut;

a. Sekolah
Dalam pengertian lembaga pendidikan seperti sekolah mudah
menemukan prilaku yang tergolong dalam konsumtif, misalnya
dalam hal ini seperti penggunaan ponsel Iphone yang dilihat
sebagai penentu tingkatan dalam kelas sosial para pelajar. Hal ini
lantaran pengguna ponsel Iphone akan dilihat sebagai orang yang
berada dalam kelas borjuis atau orang yang kaya.

b. Masyarakat
Contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat untuk hal
ini misalnya saja “Konsumerisme ruang”, yang terjadi lantaran
hancurnya suatu lingkungan karena pemakaian yang berlebihan
oleh masyarakat. Karena masyarakat terobsesi untuk mempunyai
kendaraan lebih dari satu, jalan-jalan akan semrawut.

c. Agama
Dalam prilaku konsumtif juga banyak ditemukan dalam kajian
keagamaan, misalnya untuk hal ini terjadi pada perayaan Idul
Fitri, masyarakat yang beragama menggandakan pengeluarannya,
antara lain untuk membeli barang-barang yang akan dipakai pada
saat silaturahmi nanti. Ini menjadi sebuah kebiasaan setiap
tahunnya.

2. Bagaimana cara mengendalikan konsumenrisme?


a. Membuat prioritas kebutuhan

Langkah awal untuk menjauhi gaya hidup hedon adalah dengan


menyusun daftar kebutuhan prioritas. Buatlah daftar prioritas
tersebut kemudian tanamkan dalam pikiran bahwa kamu harus
lebih memprioritaskan hal tersebut daripada lainnya. Jadi ketika
timbul hasrat membeli sesuatu di luar kebutuhan, kamu bisa
lebih berpikir panjang, apakah barang tersebut masuk daftar
prioritas kebutuhan atau hanya keinginan belaka.

b. Menabung dan investasi

Untuk orang yang memiliki gaya hidup konsumtif, biasanya


sangat sulit untuk menabung ataupun investasi karena Sebagian
besar penghasilannya dialokasikan untuk memenuhi gaya hidup.
Padahal menabung dan investasi sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, seperti biaya
pendidikan anak, membayar DP rumah, atau persiapan dana
pensiun. Menabung tidak harus dalam jumlah banyak, kamu bisa
menyisihkan 10-30% penghasilan per bulan untuk pos keuangan
ini.

c. Minimalkan penggunaan kartu kredit

gaya hidup modern

Hal penting yang benar-benar harus kamu ingat adalah kartu


kredit merupakan alat pembayaran, bukan alat hutang.
Gunakanlah kartu kredit dengan bijak dan manfaatkan promo
ataupun diskon yang diberikan oleh bank penyedia kartu kredit
agar pengeluaran kamu bisa lebih hemat. Jangan malah terayu
untuk membeli barang-barang tidak esensial dengan kartu kredit.
Perlu diingat, dalam perencanaan keuangan, maksimal proporsi
yang ideal untuk pos hutang maksimal sebesar 30% dari
penghasilan setiap bulan. Jika lebih dari itu, keadaan keuangan
kamu bisa goyah dan berpotensi mengalami masalah keuangan.

d. Kurangi cuci mata offline ataupun online

Belanja online

Jalan-jalan atau cuci mata kini tidak hanya bisa dilakukan di


mall. Semenjak pandemik ini godaan belanja online jauh lebih
besar karena tidak butuh effort banyak saat belanja. Tapi justru
hal ini bisa memicu gaya hidup hedon, niat awalnya hanya
sekedar cuci mata virtual, banyak lho yang berakhir dengan
checkout belanjaan. Sebenarnya boleh saja belanja online, asalkan
barang tersebut merupakan kebutuhan bukan sekedar iseng dibeli
karena lucu atau diskon.

e. Beramal dan bersedekah

Cara yang satu ini memang terlihat religi, namun tidak kalah
ampuh untuk mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan
bersedekah berarti kamu telah berbagi dengan orang-orang lain
yang membutuhkan. Dari segi mental, berbagi dengan orang lain
akan memberikan kamu perasaan bahagia dan nyaman sehingga
dapat lebih mengendalikan keinginan untuk hidup hedon.

Terlebih di keadaaan ekonomi yang serba tidak pasti ini, ada


baiknya kamu mulai membiasakan hidup hemat dan mengatur
keuangan secara bijak. Jangan sampai memiliki hutang konsumtif
hanya untuk kebutuhan ego. Untuk keluar dari gaya hidup
konsumtif memang tidak mudah, dibutuhkan komitmen dan
kemauan kuat untuk meninggalkannya.

Anda mungkin juga menyukai