Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

FASILITAS PADA PELABUHAN KHUSUS

DI SUSUN OLEH :
1. SEPTINUS HOWAY NPM : 19.611.037
2. STEVANUS Y. HANUEBI NPM : 19.611.001

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Fasilitas Pada Pelabuhan Khusus ini
tepat pada waktunya. Adapun Makalah Fasilitas Pada Pelabuhan Khusus ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Pelabuhan yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
Fasilitas Pada Pelabuhan Khusus.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi untuk pihak
yang tertarik pada bidang pelabuhan. Akhir kata, kami mohon maaf bila masih terdapat banyak
kekurangan, karena ilmu di dunia ini sangatlah luas untuk itu jangan puas hanya dengan apa yang
telah dipelajari, seperti kata pepatah tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina. Kami sangat
mengharapkan bila ada kritik dan saran yang membangun.

Jayapura, April 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh semua Negara, terutama
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Permasalahan yang ada bukan hanya
menyangkut transportasi darat, tetapi juga transportasi laut.
Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan manusia juga
ikut meningkat. Akan tetapi, kebutuhan yang ada dalam satu wilayah atau suatu Negara tidak
semuanya dapat tersedia. Dengan adanya transportasi laut ini maka jarak tempuh yang
dibutuhkan akan terasa lebih cepat, terutama bagi perkembangan ekonomi suatu daerah
dimana pusat produksi barang konsumen dapat dipasarkan dengan cepat dan lancar. Selain
itu kebutuhan bagi bidang ekonomi, pelabuhan yang membawa dampak positif bagi
perkembangan suatu daerah yang terisolisir terutama daerah yang berupa perairan sehingga
hubungan darat sulit dilakukan dengan baik.
Sehingga sebagai mahasiswa Teknik Sipil, kita dituntut untuk dapat merencanakan
pelabuhan. Dimana, untuk dapat merencanakan suatu pelabuhan yang baik, terlebih dahulu
kita harus mengetahui fasilitas- fasilitas yang ada di pelabuhan, serta bagaimana cara
penataannya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut
1. Apa saja jenis –jenis pelabuhan dan fasilitasnya?

2. Apa saja fasilitas yang berada di pelabuhan Khusus?

3. Bagaimana pelaksanaan konstruksi pelabuhan?

1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelabuhan serta fasilitas-fasilitas
yang ada dipelabuhan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI PELABUHAN KHUSUS

Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk kegiatan sektor
perindustrian, pertambangan atau pertanian yang pembangunan dan pengoperasiannya dilakukan
oleh instansi yang bersangkutan untuk bongkar-muat bahan baku dan hasil produksinya, yang
tidak dapat ditampung oleh pelabuhan yang dibuka untuk umum
Untuk pelaksanaan di pelabuhan khusus terdiri dari instansi-instansi dan unit-unit kerja
yang tugasnya berkaitan dengan lalu lintas kapal dan barang sesuai dengan sifat pelabuhan
khusus yang bersangkutan
Instansi dan unit kerja pelaksana di pelabuhan khusus adalah:
Pelaksana Pelabuhan Khusus yang merupakan instansi pelaksana yang mengoperasikan
pelabuhan khusus.
Unit-unit pelaksana teknis instansi pemerintah bidang perhubungan laut yaitu
kesyahbandaran, navigasi dan lalu lintas angkutan laut.
Instansi pemerintah lainnya.
Pembangunan pelabuhan khusus dilakukan atas biaya instansi yang bersangkutan.

FUNGSI PELABUHAN

Fungsi dari pelabuhan adalah :


 Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang dari kapal ke
moda transportasi lain dan sebaliknya.
 Link : mata rantai dalam sistem transportasi.
 Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.
 Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap dengan jaringan
dan jasa transportasi.
Peran pelabuhan
 Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda transportasi,
baik angkutan laut maupun darat.
 Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestic, serta memberi
kesempatan yang lebih luas dalam menentukan hubungan perdagangan.
 Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor atau bahan
bakunya impor, dan industri lain.
KLASIFIKASI PELABUHAN

Ditinjau dari segi penyeleggaraannya:


 Pelabuhan umum, diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat
umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan
pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan
untuk maksud tersebut. Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara yang
diberi wewenang untuk mengelola pelabuhan umum diusahakan. Keempat badan
usaha tersebut adalah : PT (Persero) Pelabuhan Indonesia Iberkedudukan di
Medan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III
berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di Ujung
Pandang.
 Pelabuhan khusus, diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna
menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan
umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus
dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta yang berfungsi
untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut. Sebagai contoh
adalah pelabuhan LNG Arun di Aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil
produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain. Pelabuhan pabrik alumunium
Asahan di Kuala Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk melayni import bahan
baku bauksit dan exort alumunium ke daerah / negara lain.

Ditinjau menurut letak geografis

 Pelabuhan alam, merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan
gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk,
estuari dan muara sungai.
Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Estuari adalah bagian dari sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Karena adanya pasang surut tersebut
maka kedalaman air di estuari cukup besar, baik pada waktu air pasng maupun surut,
sehingga memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di

estuari ini tidakdipengaruhi oleh gelombang, tetapi pengaruh arus dan sedimentasi
cukup besar.

Gambar 2.1 Pelabuhan Alam


 Pelabuhan buatan, adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari
pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya
dihubungkan oleh suatu celah atau mulut pelabuhan untuk keluar masuknya kapal.
Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat. Bagunan ini dibuat mulai
dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang menjalar ke pantai
terhalang oleh bangunan tersebut.
Gambar 2.2 Pelabuhan Buatan

 Pelabuhan semi alam, pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di
atas. Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan
buatan hanya pada alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan
ini. Pelabuhan Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk
kolam pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran
sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua
sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut berfungsi untuk menahan masuknya
transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai , yang dapat menyebabkan
terjadinya pendangkalan.

Gambar 2.3 Pelabuhan Semi Alam


2.1 FASILITAS PELABUHAN
Sesuai Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 1996 tentang
Pelabuhan dalam Pasal 8 merupakan daerah yang digunakan untuk :

a. Fasilitas pokok pelabuhan yang


meliputi :
1. Perairan tempat labuh 9. Perkantoran untuk
2. Kolam labuh kegiatan pemerintahan dan
3. Alih muat antar kapal
4. Dermaga pelayanan jasa
5. Terminal penumpang 10. Fasilitas bunker
6. Pergudangan 11. Instalasi air, listrik
7. Lapangan penumpukan
8. Terminal peti emas, curah cair, dan telekomonikasi

curah kering dan RO-RO 12. Jaringan jalan dan rel kereta api
13. Fasilitas pemadam kebakaran
14. Tempat tunggu
kendaraan bermotor

b. Fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi:


1. Kawasan perkantoran untuk mengguna jasa pelabuhan;
2. Sarana umum;
3. Tempat penampungan limbah;
4. Fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi;
5. Fasilitas perhotelan dan restoran ;
6. Areal pengembangan pelabuhan;
7. Kawasan perdagangan;
8. Kawasan industri.

Fasilitas bangunan pelabuhan adalah seluruh bangunan / konstruksi yang berada dalam
daerah kerja suatu pelabuhan baik itu di darat maupun di laut yang merupakan saran
pendukung guna memperlancar jalannya kegiatan yang ada dalam pelabuhan.
Gambar 2.4 Sarana dan Prasarana Pelabuhan
2.2 PERENCANAAN PELABUHAN

Untuk dapat merealisir suatu pembangunan pelabuhan, maka minimal ada tujuh data-data
pokok yang dibutukan, yaitu:
1. Asal dan tujuan muatan; jenis muatan
2. Klimatologi, meliputi: angin, pasang surut, sifat air laut
3. Topografi, geologi, struktur tanah
4. Recana pembiayaan, indikator keberhasilan dilihat dari segi investasi
5. Pendayagunaan modal sitinjau dari segi operasional, terutama dalam penanganan muatan
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang singgah dan sarana/prasarana angkutan lain yang
menfukung kegiatan pelabuhan dengan daerah pendukungnya secara keseluruhan
7. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalu-lintas dan system jaringan guna
mendukung perdagangan.
Untuk perencanaan pelabuhan yang baik, ciri-ciri teknik khusus harus diperhatikan
agar rancangan desain pelabuhan dapat memenuhi persyaratan berikut:
1. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar-masuk pelabuhan dan bebas dari gangguan
gelombang dan cuaca, sehingga navigasi kapal dapat dilakukan
2. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan. Gerakan memutar kapal
untuk mengarah ke luar pelabuhan harus dimungkinkan sebelum kapal ditambatkan
3. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim
4. Mengusahakan perbedaan pasang-surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan harus dapat
diperkecil
5. Kemudahan kapal untuk bertambat
6. Pembuatan dermaga diusahakan sedemikian, agar:
a. Biaya awal dan biaya pemeliharaan yang minim, tetapi kuat memikul muatan, peralatan, dan
tumbukan kapal pada saat menambat
b. Letak dan bentuk tambatan yang mempu menampung berbagai jenis kapal dengan draft atau
penjang kapal yang berlainan
c. Mempunyai ukuran dimensi yang cukup untuk melaksanakan bongkar-muat, jalan kereta api,
jalan raya, gudang pelabuhan, dan alat-alat transportasi lain yang beroperasi di pelabuhan
d. Bagi barang khusus (curah), maka penanganan bongkar-muat agar dapat dilakukan secara
efisien.
7. Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup ataupun lapangan terbuka untuk
menampung muatan
8. Penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai
9. Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan minyak yang
cukup untuk meayani kapal dan muatan
10. Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya.
11. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya terhadap pencurian dan bahaya kebakaran
12. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapalnya maupun peralatannya
13. Tersedia fasilitas perkantoran untuk para karyawan di pelabuhan
14. Masih dimungkinkannya perluasan atau pengembangan pelabuhan

Dengan demikian, perancangan pelabuhan berkaitan erat dengan fungsi dan tata letak tiap-
tiap bagiannya untuk dihadapkan pada kegiatan perencanaan, agar investasi mencapai
tujuannya
2.5.1 Perancangan pelabuhan, berkaitan dengan navigasi kapal
 Alur Pelayaran (Ships Channel)
Alur pelayaran berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar kapal dari dan menuju dermaga.
Penentuan dimensi alur pelayaran meliputi kedalaman dan lebar alur pelayaran. Dalam hal
ini perencana harus memperhatikan:
1. Dimensi kapal yang akan dilayani
2. Jalur lalu lintas (searah / 2 jalur)
3. Bentuk lengkung alur
4. Besaran dari turning circle base kapal dan lokasinya
5. Arah angin, arah arus dan gerakan perambatan gelombang
6. Stabilitas dari pemecah gelombang
7. Arah kapal saat merapat ke dermaga

Kedalaman Alur Pelayaran

Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal adalah :

H=d+G+z+P+R+S+K
(Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, hal 167, 1997)
Dimana:
d = draft kapal = 5.4 m
G = gerakan vertikal kapal karena gelombang.
= 0,5 x B x sin
α z = squat
= 2,4 ∆ . Fr ²
Lpp²
√(1-Fr²)

∆ = d x Lpp x B

V
Fr = angka Fraude =
gh

R = ruang kebebasan bersih = 0,2


dP+S+K=1m

Lebar Alur Pelayaran

Bila lebar kapal adalah B, maka lebar jalur lalu-lintas adalah 1,2 sampai 1,5 B.dan
jalur pengaman adalah 1,5 B. ukuran lebar alur dihitung mulai dari kemiringan alur.

Gambar 2.5 Lebar Alur Pelayaran

Panjang alur Pelayaran


Panjang alur masuk dihitung mulai dari posisi kapal mengurangi kecepatan sampai
memasuki turning basin area (stopping distance, Sd) adalah :
Menurut rekomendasi PIANC, panjang alur minimal untuk kondisi kapal
±10.000 DWT dengan kecepatan maksimum 5 knots, adalah 1× Loa kapal, dengan
Loa digunakan dari kapal rencana terbesar. Panjang alur ini akan digunakan juga
sebagai panjang minimal dari ujung mulut breakwater hingga turning basin area.
 Mulut pelabuhan (Port Entrance)
Gerakan kapal untuk masuk ke dalam sutau pelabuhan harus direncanakan, karena
dipersulit dengan adanya arus dan angin yang berubah. Gerakan ini biasa disebut
navigasi kapal. Navigasi ini meliputi:
a. Pendekatan kapal untuk masuk ke pelabuhan
b. Gerakan memutar pada kolam putar (turning basin)
c. Penambatan kapal
Karena adanya gerakan kapal yang sulit untuk masuk ke pelabuhan, maka dalam
merencanakan mulut pelabuhan untuk melayani kapal-kapal besar (>10.000 DWT)
dianjurkan antara (200ᴼᴼ-300ᴼᴼ) m

2.5.2 Penanganan muatan


Dalam rangka pengembangan ekonomi nasional, pelabuhan menempati
kedudukan yang penting sebagai bagian konsep hubungan dan distribusi.
Pelabuhan bukan hanya berfungsi sebagai terminal, tetapi juga berfungsi sebagai
transito dimana barang / manusia / hewan dapat berpindah pada jenis alat transport
yang lain.
Perpindahan muatan ini dapat menaikkan biaya. Dalam merencanakan pelabuhan
perlu memperhatikan faktor ini, agar konsumen tidak dirugikan. Jadi fasilitas
penangan muatan harus efektif, aman dan cepat.

2.5.3 Parameter penentuan ukuran pelabuhan


1. PANJANG, LEBAR, DAN KEDALAMAN DERMAGA
Ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan berlabuh pada
pelabuhan tersebut. Beberapa bentuk dasar dermaga adalah:
a. Bentuk dermaga memanjang, dimana muka deramaga adalah sejajar dengan garis
pantai; ukuran: d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
Tambatan ini dibangun bila garis kedalaman kolam pelabuhan hamper
merata sejajar dengan garis pantai. Bentuk ini biasa digunakan untuk
pelabuhan peti kemas, dimana dibutuhkan suatu lapangan terbuka

(minimum 60 m)

Gambar 2.6 Dermaga Memanjang

b. Bentuk dermaga menyerupai jari. Dermaga ini dibangun bila kedalaman terbesar
menjorok ke laut dan tidak teratur. Khususnya dibangun untuk melayani kapal dengan
muatan umum:
a. ukuran panjang dermaga (m): d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
b. ukuran lebar kolam (m): b = 2.B + (30 – 40)

Gambar 2.7 dermaga menyerupai jari

c. bentuk pier, dibangun bila garis kedalaman jauh dari pantai dan perencana tidak
menginginkan adanya pengerukan kolam pelabuhan yang besar, berhubung
dengan lingkungan stabilitasnya. Antara dermaga dan pantai dihubungkan dengan
kembatan penghubung (approach trestle) sebagai penerus dari pergerakan barang.

Gambar 2.8 Dermaga bentuk Pier


2. KEDALAMAN KOLAM PELABUHAN DAN ELEVASI DERMAGA
Kedalaman dasar kolam ditetapkan berdasarkan sarat maksimum (maks. draft)
kapal yang bertambat ditambah dengan jarak aman sebesar (0,8-1,0) m. Elevasi
dermaga ditetapkan antara (0,5-1,5) m diatas MHWS sesuai dengan besarnya
kapal.
Gambar 2.9 Kedalaman Kolam Pelabuhan

Gambar 2.10 Elevasi Dermaga

3. PENENTUAN LEBAR DERMAGA


Dermaga direncanakan sesuai dengan kebutuhan dermaga. Perhitungan lebar
dermaga dilakukan dengan memperhitungkan jarak tepi, jarak kaki crane dan
kebutuhan manouver peralatan yang berada diatas dermaga.
4. LEBAR DAN LUAS GUDANG
Gudang harus dirancang sedemikian rupa agar memenuhi persyaratan-
persyaratan berikut:
a. Lalu-lintas dan pergerakan muatan di dalam dan di luar gudang harus lancar
b. Ukuran pintu minimal harus 4 m dan tinggi minimum 3 m. di dalam gudang
hendaknya bebas hambatan
c. Penerangan baik di siang maupun di malam hari. Aman terhadap air hujan
d. Kemiringan lantai harus menjamin tidak tergenangnya air di dalam gudang dan barang
dapat ditumpuk dengan baik.
e. Kekuatan daya dukung lantai gudang minimal untuk 1000Kg/m²
f. Terjaminnya gudang dari bahaya kebakaran dan pencurian

5. JALAN DI DALAM PELABUHAN


Jalan yang menghubungkan dermaga /gudang dengan jaringan jalan di luar
pelabuhan diatur dengan kelas jalan I dan minimal 2 jalur disesuaikan dengan
intensitas keluar-masuknnya muatan di pelabuhan. Disarankan lebar minimal
adalah 8 m

2.5.4 Muatan-muatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan

1. MUATAN HORIZONTAL
a. Gaya akibat angin
Angin yang berhembus ke arah badan kapal yang ditambatkan akan
menyebabkan gerakan pada kapal yang bisa menimbulkan gaya terhadap
dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut akan
berupa benturan kepada dermaga. Sedangkan apabila arah angin meninggalkan
dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya tarikan kepada alat
penambat.
Gaya akibat angin maksimum terjadi saat berhembus angin dari arah
lebar: Fw = Cw . γ w . Aw . (Vw²/2g)
dimana :

Fw = Gaya akibat angin arah tegak lurus kapal


(Kgf ) γ w = Berat jenis udara (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Aw = Proyeksi bidang yang tertiup angin (
m2 ) Vw = Kecepatan angin di pelabuhan
(m/dt )
Cw = Koefisien angin = 1,1
b. Gaya akibat arus
Bila pada tambatan terdapat kapal yang sedang berlabuh, maka
diperhitungkan adalah luas muka kapal diatas permukaan kapal di atas
permukaan air, kemudian dikalikan dengan faktor 1,3 sebagai ganti ukuran
bentuk kapal sebenarnya. Besar gaya akibat arus adalah γ/(2g) . v², dimana:
γ : berat jenis benda cair dimana kapal tersebut terapung
g : percepatan
gravitasi v :
kecepatan arus

c. Gaya akibat benturan kapal

Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan sehingga


terjadi benturan antara dermaga dengan kapal. Dalam perencanaan, dianggap
bahwa benturan maksimum terjadi apabila kapal bermuatan penuh
menghantam dermaga dengan sudut 10º terhadap sisi depan dermaga. Besarnya
energi benturan yang diberikan oleh kapal adalah sesuai dengan rumus berikut
:
E = (WV²)/2g x Cm x Ce x Cs x Cc
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton
meter) V = kecepatan kapal saat merapat (m/det)
W = displacement tonage (ton)
= 1,3 . k . (L.B.D/35)
L = panjang kapal
(ft) B = lebar
kapal (ft)
D = draft (ft)
α = sudut penambatan kapal terhadap garis luar dermaga
(10º) g = gaya gravitasi bumi = 9,81 m/det²
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien bentuk dari tambatan ( diambil 1)

Hasil perhitungan energi akibat benturan kapal kemudian dikalikan dengan dua
untuk mendapatkan beban impak abnormal. Kemudian beban impak abnormal
dikalikan dengan faktor reduksi produk fender yang ditentukan oleh supplier
fender, dengan harga faktor reduksi ± 10% dari beban impak abnormal

d. Gaya akibat gempa


Analisis dinamik menggunakan respon spektrum yang dihitung secara tiga
dimensi dengan menggunakan program SAP 2000 versi 9.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya beban gempa antara lain:


1. Faktor keutamaan struktur (I)
2. Faktor reduksi gempa (R)
3. Faktor respon gempa (C) yang ditentukan berdasarkan zona gempa dan jenis
tanah.
4. Beban vertikal struktur atau massa dari beban sendiri dan beban
dari luar. Faktor Keutamaan Struktur (I)
Faktor keutamaan struktur (I) digunakan untuk memperbesar
beban gempa rencana, agar sistem struktur mampu untuk memikul
beban gempa dengan periode ulang yang lebih panjang. Faktor I adalah
suatu koefisien yang diadakan untuk memperpanjang waktu ulang dari
kerusakan bangunan yang lebih penting, untuk mengamankan
penanaman modal.
Bangunan dermaga adalah bangunan penting yang harus tetap
berfungsi setelah terjadi gempa, jadi faktor keutamaan struktur
bangunan dermaga yaitu 1,4
Faktor Reduksi Beban Gempa (R)
Sistem struktur dermaga ini pada dasarnya memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara lengkap, dimana beban lateral dipikul
rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. Biasanya
untuk sistem rangka pemikul momen biasa dari beton bertulang harga
Faktor Daktilitas Maksimum µm = 2,1 dan Faktor Reduksi Gempa
Maksimum Rm = 3,5.
Faktor Spektrum Respon Gempa (C)
Koefisien spektrum respon gempa (C) digunakan untuk menjamin
agar struktur bangunan mampu untuk memikul beban gempa yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem struktur. Besarnya faktor respon
gempa didapat dari diagram spektrum respon gempa. Pemilihan dan
penggunaan diagram spektrum respon gempa didasarkan pada zona
gempa dan jenis tanah.
Penentuan Zona Gempa
Faktor wilayah kegempaan (Z) dimaksudkan untuk
memperhitungkan pengaruh dari beban gempa pada suatu wilayah
tertentu.
e. Gaya akibat muatan hidup horizontal
Besar muatan hidup horizontal diambil secara prosentase (5-10) % dari
muatan hidup yang bekerja pada bangunan pelabuhan.

2. MUATAN VERTIKAL
Muatan vertikal terdiri dari muatan mati (dead load) dan muatan hidup (life
load). Muatan mati terjadi akibat berat konstruksi-konstruksi yang terdapat
pada bangunan tersebut, sedang muatan hidup biasanya terdiri atas muatan
merata, muatan terpusat akibat roda-roda truk, mobil, crane, dll. Muatan hidup
merata biasanya untuk menampung muatan-muatan minyak / air / barang-
barang curah dan umumnya diambil (2-4) t/m³
BAB III PENUTUP

 KESIMPULAN
1. Fungsi dari pelabuhan adalah :
 Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang
dari kapal ke moda transportasi lain dan sebaliknya.
 Link : mata rantai dalam sistem transportasi.
 Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.
 Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap
dengan jaringan dan jasa transportasi.
2. Peran pelabuhan
 Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda
transportasi, baik angkutan laut maupun darat.
 Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestic,
serta memberi kesempatan yang lebih luas dalam menentukan
hubungan perdagangan.
 Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor
atau bahan bakunya impor, dan industri lain.
3. KLASIFIKASIPELABUHAN
Ditinjau dari segi penyeleggaraannya:
 Pelabuhan umum
 Pelabuhan khusus

Ditinjau menurut letak geografis


 Pelabuhan alam
 Pelabuhan buatan
 Pelabuhan semi alam

4. Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi:


 Perairan tempat labuh
 Kolam Labuh
 Alih Muat antar kapal
 Dermaga
 Terminal penumpang
 Pergudangan
 Lapangan Penumpuk Terminal peti emas, curah kering,RO-RO
 Perkantoran untuk kegiatanpemerintah dan layanan jasa
 Fasilitas bunker
 Instalasi air,listrik dan komunikasi
 Jaringan jalan dan rel kereta api
 Fasilitas pemadam kebakaran
 Tempat tunggu kendaraan bermotor

 SARAN
Pelabuhan merupakan sarana yang penting dalam kelancaran perdagangan
melalui laut, maka dari itu pengelolaan dan pelayanan yang baik sangat diperlukan.
Untuk perkembangan lebih lanjut, Salah satu cara agar kegiatan operasional
pelabuhan dapat berjalan baik yaitu semua kegiatan yang dilakukan harus sesuai
prosedur, meliputi pelayanan terhadap kapal/barang, perawatan sarana dan prasarana
pendukung pelabuhan, serta pelatihan sumber daya manusia yang bekerja di
pelabuhan secara berkala agar pekerja dapat menangani pekerjaan yang ada dengan
lebih baik demi kelancaran kegiatan di pelabuhan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi Syamsul. 2016. Contoh Dan Kesimpulan Saran Yang Benar, (Online),
(http://www.seocontoh.web.id/2016/01/contoh-kesimpulan-dan-saran-makalah.html)
Lasse. 2014. Manajemen Kepelabuhanan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Lasse. 2015. Manajemen Bisnis Transportasi Laut. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Suyono, R.P. 2005. Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta:
Victory Jaya Abadi.

Anda mungkin juga menyukai