Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG

JENIS LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS


RAWAT INAP DI RSUD CIAMIS
TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
pada Program Studi D3 Analis Kesehatan

Oleh :
DIAS WIDI PRAWESTI
NIM. 13DA277008

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT INAP DI RSUD CIAMIS
TAHUN 2016¹

Dias Widi Prawesti2 Minceu Sumirah3 Atun Farihatun4

INTISARI

Jumlah leukosit yang tinggi pada pasien tuberkulosis disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi atau
peradangan pada paru-paru. Dengan jumlah leukosit yang tinggi dilakukan
hitung jenis leukosit untuk mengetahui jenis leukosit yang meningkat pada
pasien tuberkulosis. Pada kasus infeksi atau peradangan sel limfosit dan
sel monosit adalah jenis sel yang cenderung meningkat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah
sampel sebanyak 16 sampel darah pasien tuberkulosis rawat inap di
RSUD Ciamis.
Hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit didapatkan hasil
cenderung tinggi sebanyak 3 sampel dengan rata – rata nilai 10.566/mm3
dan hasil normal sebanyak 12 sampel dengan nilai rata – rata 5.217/mm3.
Sedangkan hitung jenis leukosit diperoleh hasil abnormal sebanyak 2
sampel yang ditandai dengan adanya peningkatan pada sel leukosit dan
hasil normal sebanyak 14 sampel.

Kata kunci : Tuberkulosis, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit


Kepustakaan : 17, (2006-2015)
Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Nama Pembimbing I,
4 Nama Pembimbing II.

iv
AN EXAMINATION COUNT OF THE NUMBER AND DIFFERENTIAL
COUNT OF LEUKOCYTE IN PEOPLE WITH TUBERCULOSIS
INPATIENT IN RSUD CIAMIS YEAR 2016¹

Dias Widi Prawesti2 Minceu Sumirah3 Atun Farihatun4

ABSTRACT

A high number of leukocytes in patients with tuberculosis caused by


Mycobacterium tuberculosis bacteria that cause infection or inflammation
of the lungs. With a high number of leukocytes count was done kind of
leukocytes to know the type of Leukocyte that is increased in patients with
tuberculosis. In the case of infection or inflammation of the cells of the
monocyte cells and lymphocytes are a type of cell that tend to increase.
This research is descriptive research with the total sample as many
as 16 blood samples of patients with tuberculosis inpatient in RSUD
Ciamis.
Inspection results count the number of leukocytes obtained results
tend to be high as many as three people with an average
value10.566/mm3and normal results as much as 12 people with median
value – flat 5.217/mm3.While the type of Leukocyte count abnormal results
obtained as much as 2 orangyang is characterized by an increase in
leukocytes and cells on normal results of as many as 14 people.

Keywords : Tuberculosis, count of the number leukocyte, differential


count of leukocyte.
Library : 16, (2006-2015)
Description : 1 The title , 2 Name Of Student, 3 Name Of Supervisor I,
4 Name Of Supervisor II.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang
sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya
istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakan agama Islam.
Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat
Yunus ayat 57 :

Artinya : ''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi
orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57).
Tubuh manusia sering kali mengalami gangguan dan
penyakit, oleh karena itu memerlukan perawatan dan pengobatan.
Bila penyakit ini menyerang, Al-Quran adalah sebaik-baik obat
penyembuh bagi umat manusia. Sebagai tenaga kesehatan yang
turut berperan serta sebagai perantara dalam menyembuhkan suatu
penyakit, bertanggung jawab atas segala tindakan pengobatan dan
hasil pemeriksaan suatu penyakit. Terdapat berbagai jenis
pemeriksaan untuk menegakan diagnosa, salah satunya adalah
pemeriksaan hitung jumlah dan hitung jenis leukosit.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi sebagai sistem imun
yaitu melindungi tubuh dari mikroorganisme dengan memfagosit
(menyerang) bakteri atau zat asing yang masuk. Sistem imun dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu sistem imun spesifik dan non

1
2

spesifik. Didalam tubuh sistem imun non spesifik yang berfungsi untuk
pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan dari
berbagai jenis mikroorganisme oleh karena itu dapat memberikan
respon langsung. Sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan
waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum memberikan
responya.
Jumlah sel darah putih atau leukosit pada tubuh manusia
dewasa sekitar 4.500-10.000/mm³. Sedangkan batas atas nilai kritis
leukosit yaitu 30.000/mm³. Lekositosis hingga 50.000/mm³
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang. Nilai leukosit yang
sangat tinggi (di atas 20.000/mm³) dapat disebabkan oleh leukemia.
Sedangkan batas bawah nilai krisis leukosit yaitu ≤4.000/mm³.
Leukopenia atau leukosit rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus,
anemia aplastik atau pengaruh obat (Corwin, 2009).
Pemeriksaan hitung jenis sel leukosit sangat bermanfaat
sebagai penegakan diagnosa. Hasil pemeriksaan ini dapat
menggambarkan kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama
penyakit infeksi seperti pada tuberkulosis (Kiswari, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru. Sumber penularan penyakit
ini adalah pasien tuberkulosis dengan BTA positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. Infeksi akan terjadi apabila orang lain
menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius
tersebut. Terdapat empat tahapan perjalanan ilmiah penyakit
tuberkulosis. Tahapan tersebut meliputi tahap paparan, infeksi,
menderita sakit dan meninggal dunia.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2007, tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien tuberkulosis di Indonesia diperkirakan mencapai
539.000 pasien yang merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah
3

India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari jumlah total
pasien tuberkulosis di dunia. (DepKes RI, 2007). Pada tahun 2013 di
Kabupaten Ciamis jumlah total kasus tuberkulosis yang ditemukan
sebanyak 1.601 kasus, pada tahun 2014 jumlah kasus tuberkulosis
1.189 kasus kemudian pada tahun 2015 sampai dengan triwulan III
sebanyak 845 kasus (Dinas Kesehatan Kab. Ciamis, 2015).
Berdasarkan hasil survei ke RSUD Ciamis pada tahun 2015
menunjukan bahwa jumlah pasien tuberkulosis yang rawat inap
selama satu tahun yaitu sebanyak 547 orang, yang terdapat pada
ruang Teratai 392 orang, ruang Melati 92 orang, Kenanga 29 orang,
ruang Dahlia 10 orang, ruang Bougenvil 8 orang, ruang VIP 6 orang,
ruang ICU 5 orang, ruang Mawar 3 orang, ruang Peri 1 orang,dan
ruang Delima 1 orang (RSUD Ciamis, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin meneliti
pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada pasien
tuberkulosis rawat inap di RSUD Ciamis tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan
masalahnya adalah “Bagaimana jumlah leukosit dan hitung jenis
leukosit pada pasien tuberkulosis rawat inap di RSUD Ciamis tahun
2016 ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran hasil hitung jumlah leukosit
dan hitung jenis leukosit pada pasien tuberkulosis rawat inap di
RSUD Ciamis tahun 2016.
4

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit pada pasien tuberkulosis rawat
inap di RSUD Ciamis tahun 2016.
2. Bagi Akademik
Dengan adanya hasil penelitian dalam rangka membuat
Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah perbendaharaan
perpustakaan Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit pada pasien tuberkulosis rawat
inap di RSUD Ciamis tahun 2016, kemudian dapat
mengaplikasikanya dalam keterampilan untuk melakukan
pemeriksaan.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nisa Niswatul Sakinah (2015) dari STIKes Muhammadiyah Ciamis,
yang berjudul “Gambaran Jumlah Leukosit pada Penderita
Tuberkulosis (TB Paru) yang Menjalani Pengobatan Tahap Awal (0-2)
di Rumah Sakit Umun dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya” dengan hasil
jumlah leukosit yang abnormal (tinggi). Perbedaan dengan penelitian
Nisa Niswatul Sakinah (2015) yaitu hanya melakukan pemeriksaan
hitung jumlah leukosit saja, sedangkan penelitian ini melihat jumlah
leukosit dan hitung jumlah leukosit secara manual pada pasien
tuberkulosis rawat inap di RSUD Ciamis. Persamaan dengan
penelitian Nisa Niswatul Sakinah (2015) yaitu terletak pada
pemeriksaan jumlah leukosit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam
pembuluh darah yang berbentuk cair dan berwarna merah. Pada
orang dewasa muda yang sehat memiliki darah sekitar 7% dari
berat badan atau kira-kira sekita 4-5 liter. Jumlah tersebut
berbeda-beda untuk setiap orang tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah merupakan kendaraan atau medium untuk
transportasi berbagai nutrisi ke seluruh tubuh. Darah berfungsi
dalam mengangkut oksigen, zat gizi dan sisa hasil metabolisme
dari jantung keseluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung (Winarto,
2014).
2. Susunan Sel Darah
Susunan darah terdiri dari :
a. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah merupakan sel terbanyak, yaitu sekitar
5 juta/mm³ darah. Bentuknya dalam sirkulasi darah berbentuk
biconcave (cekung pada kedua sisinya), tidak mempunyai inti
sel. Inti sel darah ini menghilang saat lahir sebagai suatu
proses pematangan sel yang terjadi pada sumsum tulang
merah. Bentuk yang biconcave ini memungkinkan ratio
volume permukaan sel yang paling besar, yang penting untuk
mengikat oksigen (O₂) atau CO₂ lebih banyak. Oksingen dan
CO₂ dalam sel darah merah ini terinkat pada Hemoglobin (Hb)
yang terdapat dalam sel darah merah.

5
6

Fungsi utama sel darah merah yaitu mengangkut O₂ ke


jaringan/organ yang membawa kembali CO₂ dari jaringan ke
paru-paru untuk di keluarkan lewat pernafasan.
Eritrosit di produksi oleh sumsum tulang merah. Dalam
sehari di produksi sekitar 3,5 juta sel/Kg berat badan. Sel
darah merah ini tetap bertahan dan berfungsi selama 90 – 120
hari, dan kemudian dihancurkan oleh makrofag pada limfa dan
hati (Saprini, 2014).

Gambar 2.1 Eritrosit, 100x


Sumber : Arif, 2015

b. Trombosit (Platelet)
Trombosit adalah sel yang bergranula yang membentuk
agregat ditempat cedera pembuluh darah. Fungsi trombosit
sangat penting pada pembekuan darah. Ketika kita sedang
melakukan aktifitas dan mengalami cidera pada otot yang
menyebabkan pembuluh darah robek maka trombosit akan
bertugas membekukan darah agar tidak keluar dari pembuluh
darah (Nugraha, 2015).
7

Gambar 2.2 Trombosit, 100x


Sumber : Arif, 2015

c. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darrah putih atau disebut juga leukosit merupakan
unit sistem pertahanan tubuh yang bergerak aktif. Leukosit
sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di
jaringan limfe. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam
darah menuju bagian tubuh yang membutuhkannya.
Fungsi utama dari leukosit yaitu secara khusus dikirim
menuju daerah yang mengalami infeksi dan mengalami
peradangan, dengan demikian leukosit dapat melindungi
tubuh dari benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit
jumlahnya lebih sedikit dibanding eritrosit dan trombosit. Pada
orang dewasa normal jumlah leukosit sekitar 4.500 –
10.000/mm3.
Berdasarkan bentuk intinya, leukosit terbagi dalam dua
kelompok yaitu granulosit yaitu terdiri dari neutrofil, eosinofil
dan basofil dan agranulosit yang terdiri dari limfosit dan
monosit (Sofro, 2012).
8

Gambar 2.3 Leukosit, 100x


Sumber : Arif, 2015

Adapun beberapa jenis leukosit adalah sebagai berikut:


1) Neutrofil
Sel ini merupakan sel yang paling banyak
jumlahnya sekitar 50-70% di bandingkan leukosit lain.
Terdapat dua macam neutrofil yaitu neutrofil batang dan
neutrofil segmen perbedaan kedua neutrofil tersebut
terletak pada bentuk intinya yang berbeda sedangkan ciri-
ciri lainya sama. Neutrofil batang merupakan bentuk muda
dari neutrofil segmen.
Neutrofil berukuran sekitar 14 µm, inti padat
bengan bentuk batang seperti tapal kuda pada neutrofil
batang dan inti padat dengan bentuk segmen yang terdiri
dari dua sampai lima lobus dengan sitoplasma pucat.
Granula neutrofil berbentuk butiran halus tipis dengan sifat
netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin)
dan warna basa (biru metilen) pada granula yang
menghasilkan warna ungu atau merah muda yang samar.
Neutrofil berperan penting dalam garis depan
pertahanan tubuh terhadap invasi zat asing. Neutrofil
bersifat fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan yang
terinfeksi. Satu sel neutrofil dapat memfagosit 5-10 bakteri
dengan masa hidup sekitar 6-10 jam (Nugraha, 2015).
9

2) Eosinofil
Jumlah eosinofil dalam tubuh 1-3%, sel-sel ini mirip
dengan neutrofil kecuali ukuran eosinofil mencapai 16 µm
dengan granula sitoplasmanya yang bersifat eosinofilik
sehingga dengan pengecatan giemsa akan berwarna
merah karena akan mengikat zat warna eosin, ukuran
granula sama besar dan teratur seperti gelembung udara.
Nukleus jarang terdapat lebih dari tiga lobus.
Eosinofil merupakan fagosit paling lemah, memiliki
kacenderungan berkumpul dalam satu jaringan yang
terjadi reaksi antigen-antibodi karena kemampuan
khususnya dalam memfagosit dan mencerna kompleks
antigen-antibodi. Eosinofil meningkat jika terjadi infeksi
cacing, pembuangan fibrin pada selama proses
peradangan dan masuknya protein asing. Masa hidup
eosinofil lebih lama dari pada neutrofil sekitar 8-12 jam
(Nugraha, 2015).
3) Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit
jumlahnya yaitu 0-1%. Sel ini memiliki ukuran sekitar 14
µm, granula memiliki ukuran yang bervariasi dan tidak
teratur hingga menutupi nukleus yang bersifat basofilik
sehingga berwarna gelap jika dilakukan pewarnaan
giemsa. Basofil hanya kadang-kadang ditemukan dalam
darah normal, terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang
seperti asma, alergi kulit dan lain-lain. Penurunan basofil
terjadi pada penderita stres dan kehamilan (Nugraha,
2015).
4) Monosit
Merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling
besar yaitu sekitar 18 µm, inti padat dan berlekuk seperti
10

ginjal atau bulat seperti telur, masa hidup 20 – 40 jam


dalam sirkulasi. Jumlah monosit kira-kira 2 – 8% dari total
jumlah leukosit. Peningkatan monosit terjadi pada infeksi
virus, dan bakteri. Jumlah monosit akan mengalami
penurunan pada penderita leukemia limposit dan anemia
aplastik (Nugraha, 2015).
5) Limfosit
Merupakan sel yang berbentuk bulat dengan
ukuran 12 µm. Sel ini kompeten secara imunologik karena
kemampuanya membantu fagosit dan jumlahnya
mencapai 20 – 40%. Sebagai imunosit, limfosit memiliki
kemampuan spesifisitas antigen dan ingatan imunologik.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik,
infeksi virus dan infeksi kronik. Sedangkan penurunan
limposit terjadi pada penderita kanker,anemia aplastik dan
gagal ginjal (Nugraha, 2015).

Gambar 2.4 (a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen


(c) Eosinofil (d) Basofil (e) Monosit (f) Limfosit, 100x
Sumber :Arif, 2015

3. Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Kuman ini
berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, dan lebar 0,2-0,6
11

mikron. Kuman dapat bersifat dormant (tidur) karena tahan


terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu yang lama pada suhu 4°C sampai -70°C. Kuman
sangat peka terhadap sinar matahari dan simar ultraviolet,
paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dapat mematikan
kuman tuberkulosis. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan
dengan metode Ziehl-Neelsen (Kemenkes RI, 2014) berikut cara
pewarnaan Ziehl-Neelsen yaitu :
a. Sediaan pada kaca objek di fiksasi, disiram dengan
karbolfuksin, kemudian panaskan menggunakan lidah api
hingga keluar uap, diamkan selama lima menit.
b. Tambahkan asam alkohol hingga warnanya hilang, kemudian
bilas menggunakan air mengalir.
c. Tambahkan metilen blue selama 20 detik, kemudian bilas
kembali.
d. Keringkan sediaan, baca dibawah mikroskop dengan 100x
perbesaran. Hasil pengecatan Mycrobacterium tuberculosis
akan berwarna merah dan bakteri lainya berwarna biru
(Irianto, 2013). Kuman akan nampak berbentuk batang dan
berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.

Tabel 2.1 Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak


dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD (Union
Againts To Lungs Disease)

Pemeriksaan Mikroskopis Hasil


Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang negatif

Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang tulis jumlah kuman yang
ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang (2+)
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang (3+)
12

Penulisan gradasi hasil pembacaan penting untuk


menunjukan keparahan penyakit dan tingkat penularan penderita
tersebut.
a. Hitung jumlah leukosit
Pemeriksaan laboratorium di perlukan sebagai salah
satu penunjang untuk mengetahui penyebab timbulnya suatu
penyakit. Karena itu pemeriksaan laboratorium berperan
penting dalam menentukan diagnosis klinis, salah satu
pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan hematologi
yang meliputi pemeriksaan darah rutin yaitu kadar
haemoglobin (Hb), jumlah trombosit, jumlah eritrosit,
hematokrit, hitung jumlah leukosit dan indeks eritrosit.
Pemeriksaan jumlah leukosit termasuk pemeriksaan
penyaring karena tidak sulit dan manfaatnya besar untuk
diagnosa penyakit. Caranya cukup sederhana yaitu dengan
mengencerkan darah dengan larutan Turk (larutan gentian
violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat glasial 1 mL, aquades
sampai 100 mL). Kemudian dihitung dengan menggunakan
bilik hitung.
Untuk menghitung jumlah leukosit digunakan bilik
hitung Improve Neubauer pada empat bidang besar. Cara
menghitung di mulai dari sudut kiri atas bergeser ke kanan,
bila menemui bagian paling tepi (ditandai dengan 3 garis)
geser ke bawah. Hal yang sama dikerjakan pada bidang
ketiga dan bidang lainya. Lensa objektif yang dipakai adalah
perbesaran 10x.
Dengan metode tabung, darah yang telah diencerkan
oleh larutan Turk sebanyak 10x (90 µL turk ditambah 10 µL
darah). Kalikan dengan koreksi volume kamar hitung 2,5 maka
faktor perkalian untuk hitung leukosit adalah 10 x 2,5 x N
(N=jumlah kotak leukosit) (Priyana, 2010).
13

b. Hitung jenis leukosit


Sel darah putih ini dibedakan berdasarkan gambaran
mikroskopis masing-masing. Ada lima macam leukosit, yang
menurut bentuk inti masing-masing terbagi menjadi dua
kelompok utama yaitu polimorfonuklear (berinti banyak) atau
granulosit (bergranula) dan mononuklear (berinti tunggal) atau
agranulosit (tidak bergranula). Setiap kelompok jenis sel
leukosit tersebut menjalankan fungsi yang berbeda-beda,
namun semuanya berhubungan dengan fungsi pertahanan.
Selain itu, tiap jenis leukosit ini dalam keadaan sehat berada
dalam jumlah yang berbeda-beda. Perubahan jumlah
persentase tiap leukosit dapat menunjukan apakah infeksi
yang dialami merupakan infeksi jangka pendek atau jangka
panjang. Pada infeksi jangka pendek atau infeksi akut jenis sel
yang cenderung meningkat adalah sel leukosit
polimorfonuklear atau granulosit yaitu neutrofil, eosinofil dan
basofil. Jika infeksi yang dialami merupakan infeksi jangka
panjang atau infeksi kronis sel yang cenderung meningkat
adalah sel leukosit mononuklear atau agranulosit yaitu limfosit
dan monosit. Persentase jenis leukosit dapat diperiksa secara
sederhana dengan menggunakan mikroskop. Setetes darah
yang diambil dengan cara menusuk jari manis dengan
penusuk yang steril, ditempatkan diatas kaca objek yang
bersih dan kering. Dari tetesan darah tersebut, segera dibuat
hapusan darah, setelah kering kemudian difiksasi dengan
metanol sampai kering dan diwarnai dengan pewarna giemsa.
Leukosit sejumlah 100 dihitung dalam lapang pandang
berbeda. Tiap kali menghitung, leukosit tersebut dikelompokan
kedalam salah satu dari jenis leukosit. Perhitungan persentase
jenis leukosit ini dinamakan hitung jenis atau defferential count
(Sadikin, 2006).
14

B. Kerangka Konsep

Penderita tuberkulosis

Rawat inap Rawat jalan

BTA positif (+) BTA negatif (-)

Pemeriksaan hitung Pemeriksaan hitung


jumlah leukosit jenis leukosit

Nilai hitung jumlah Nilai hitung jenis leukosit


leukosit /mm³ (neutrofil, monosit, limposit,
eosinofil, basofil) dalam (%)

Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an. (2010) Al Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit


Dipenogoro.

Arif, Mansyur. (2015) Penuntun Praktikum Hematologi. Makasar : Fakultas


Kedokteran UNHAS

Bain, Barbara.J. (2015) Hematologi Kurikulum Inti. Jakarta : Kedokteran


EGC.

Bakta, I Made. (2012) Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.

Crowin, Elizabeth.J. (2009) Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Kedokteran


EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2007) Buku Panduan Pos TB Desa. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI 614.542.

Gandasoebrata. R. (2011) Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian


Rakyat.

H.R, Hardianah. (2012) Mikrobiologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Irianto, Koes. (2013) Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme.


Bandung : Penerbit Yrama Widya.

Jawetz, dkk. (2010) Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Kedokteran EGC.

Kemenkes RI (2014) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.


Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011.
Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
Jakarta.

Kiswari, Rukman. (2014) Hematologi & Transfusi. Jakarta : Erlangga.

M. Sofro, Abdul. (2012) Darah. Jakarta : Pustaka Pelajar.

Nugraha, Gilang. (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi


Dasar. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Priyana, Adi. (2010) Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Dokter


Berbasis Kompetensi. Jakarta : Universitas Trisakti.

26
27

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. (2016) Banyaknya pasien


tuberkulosis rawat inap satu tahun 2015. Ciamis

Sadikin, Mohamad. (2006) Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika.

Saprini, Rusbandi. (2014) Anatomi dan Fisiologis Tubuh Manusia untuk


Para Medis. Jakarta : In Media

Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung. Alfabeta.

Winarto, Giri. (2014) Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Yogyakarta :


Notebook.

Anda mungkin juga menyukai