Anda di halaman 1dari 4

NOTA DINAS

Kepada Yth. : Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
Dari : Kepala Bidang Keamanan Hayati Nabati
Perihal : Laporan Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Komisi Agens Hayati
Tanggal : 4 Juni 2018

Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Komisi Agens Hayati dilaksanakan pada tanggal 30
Mei-1 Juni 2018 di Hotel Permata, Bogor. Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati selaku Wakil Ketua Komisi Agens Hayati dengan
narasumber dari Biro Hukum Kementerian Pertanian dan dihadiri oleh perwakilan dari Sekretarat
Jenderal, Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Badan Litbang
Pertanian, Badan Karantina Pertanian, serta para ahli di bidang agens hayati.
A. Arahan Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
Sebelum membuka secara resmi, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati memberikan arahan sebagai berikut :
1. Penanganan Pemasukan Agens Hayati ke Wilayah Indonesia telah berjalan dengan baik
sesuai ketentuan Kepmentan No. 411 tahun 1995 dan pedoman yang telah ditetapkan.
2. Kajian pemasukan agens hayati ke wilayah Indonesia dilakukan dengan prinsip kehati-
hatian yang tinggi untuk menjamin keamanan pemasukan agens hayati karena akan
berdampak besar terhadap keselamatan manusia, hewan, tumbuhan dan kelestarian
lingkungan hidup.
3. Dalam rangka mendukung peningkatan pelayanan perlu mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) termasuk perizinan pemasukan agens hayati.
Pemasukan agens hayati selama ini dikelola oleh Badan Karantina Pertanian selaku Ketua
Komisi dan sekaligus sebagai institusi pengawas di tempat pemasukan. Oleh karena itu
perlu ada pemisahan kedua fungsi tersebut. Badan Karantina Pertanian sesuai tugas pokok
dan fungsinya hanya melakukan pengawasan di tempat pemasukan.
4. Dalam hal pengelolaan Kesekretariatan Komisi Agens Hayati tidak berada di Badan
karantina Pertanian, diharapkan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian yang ditetapkan
sebagai pengelola telah siap termasuk dukungan anggaran.
B. Paparan Biro Hukum Kementerian Pertanian
Biro Hukum dalam paparannya menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Pertanian Nomor
411/Kpts/TP.120/6/95 tentang Pemasukan Agens Hayati Ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia menyatakan bahwa pemasukan agens hayati hanya dapat dilakukan
oleh orang atau badan hokum yang telah mendapat izin dari Menteri. Dalam rangka
pemberian izin sebagaimana dimaksud, Menteri dibantu Komisi Agens Hayati yang
keanggotaan, tugas dan tanggung jawabnya ditetapkan dalam Keputusan Menteri.
2. Perizinan berusaha yang diterbitkan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah
untuk memulai, melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan usaha, perlu ditata
kembali agar menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi hambatan
perkembangan kegiatan usaha.
3. Untuk mempercepat dan mempermudah pelayanan izin berusaha perlu menerapkan
penggunaan teknologi informasi melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission).
4. Kementerian Pertanian membentuk Satuan Tugas untuk meningkatkan pelayanan,
pengawalan, penyelesaian hambatan, penyederhanaan, dan pengembangan system
online dalam rangka percepatan penyelesaian perizinan berusaha.
5. Pembentukan Satuan Tugas tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 707/Kpts/OT.050/10/2017 tentang Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan
Perizinan Berusaha Lingkup Kementerian Pertanian.
6. Kementerian Pertanian telah mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan
Perizinan Pertanian secara Elektronik (SIMPEL) sebagai system pelayanan public
secara elektronik di Kementerian Pertanian.
7. Melalui SIMPEL pelayanan perizinan pertanian telah dilakukan secara cepat, tepat,
akurat, akuntabel, dan aman.
8. Perkembangan revisi rencangan Peraturan Menteri Pertanian tentang Agens Hayati
telah dibahas di Biro Hukum perlu disesuaikan dengan perkembangan prosedur
perizinan, dengan mengikuti ketentuan Online Single Submission (OSS).
9. Perlu ada pengaturan kembali mengenai susunan keanggotaan Komisi Agens Hayati
disesuaikan dengan perkembangan organisasi dan tatalaksana lingkup Kementerian
Pertanian serta tupoksinya untuk menghindari adanya tumpang tindih dengan tupoksi
komisi lain di Kementerian Pertanian seperti Komisi Pestisida.
10. Perlu dilakukan pembahasan lebih rinci terkait pengelolaan perizinan pemasukan agens
hayati dengan Eselon I lainnya.
C. Hasil Diskusi
Diskusi yang berkembang selama pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pengelolaan agens hayati diawali pada tahun 1984 terkait serangga hidup, kemudian
berkembang ke jenis lainnya. Komisi Agens Hayati mempunyai tugas memberi
rekomendasi kepada Menteri Pertanian terhadap permohonan pemasukan agens hayati.
Sampai saat ini pengawasan terhadap peredaran agens hayati belum diatur.
2. Pengelolaan Kesekretariatan Komisi Agens Hayati, apabila tidak dilakukan oleh Badan
Karantina Pertanian, maka Eselon I lingkup Kementerian Pertanian yang memungkinkan
melaksanakannya adalah Badan Litbang Pertanian. Hal ini karena Badan Litbang
Pertanian merupakan institusi yang melakukan penelitian/pengkajian terhadap seluruh
komoditas pertanian, dan memiliki fasilitas penelitian/pengujian dan tenaga ahli yang
memadai.
3. Komisi Agens Hayati memiliki tanggung jawab yang besar ketika merekomendasikan
permohonan pemasukan agens hayati. Oleh karena itu rekomendasi yang dihasilkan
didasarkan pada kajian ilmiah dan prinsip kehati-hatian.
4. Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agens hayati juga digunakan
sebagai pupuk organik dan biopestisida. Oleh karena itu, perizinan peredaran pupuk
organik dan biopestisida yang mengandung mikroorganisme harus mensyaratkan adanya
rekomendasi dari Komisi Agens Hayati.
5. Keanggotaan Komisi Agens Hayati sebaiknya mengikutsertakan kepakaran bidang
perbenihan.
6. Perlu peninjauan kembali terhadap kompetensi laboratorium penguji agens hayati yang
telah ditetapkan.
7. Revisi Kepmentan No. 411 Tahun 1995 diharapkan dapat segera ditetapkan sekaligus
dengan Keputusan Menteri tentang keanggotaan Komisi Agens Hayati.
8. Untuk mendukung pelayanan perizinan agens hayati melalui PVTPP perlu disusun standar
kecukupan dokumen sebagai acuan bagi petugas pelayanan.
9. Kajian permohonan dan pengujian agens hayati disarankan menjadi persyaratan awal
sebelum mengajukan permohonan pemasukan agens hayati melalui sistem online single
submission (OSS).
D. Kesimpulan
1. Keberadaan Komisi Agens Hayati (KAH) sangat diperlukan untuk membantu Menteri
Pertanian dalam rangka pemberian atau penolakan permohonan izin pemasukan agens
hayati, sebagaimana telah diamanatkan dalam Kepmentan Nomor 411/1995 tentang
Pemasukan Agens Hayati ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Komisi Agens Hayati berperan penting sebagai tim pelaksana pengkajian permohonan
izin pemasukan agens hayati terutama dari aspek keamanan, keefektifan dan kemurnian
agens hayati.
3. Badan Karantina Pertanian merupakan institusi pengawas di tempat pemasukan, yang
salah satu tugasnya melakukan pengawasan keamanan hayati termasuk pengawasan
terhadap pemasukan agens hayati. Sebagai institusi pengawas, Badan Karantina
Pertanian dalam hal proses pemberian izin pemasukan agens hayati hanya sebagai
anggota Komisi Agens Hayati.
4. Badan Litbang Pertanian merupakan institusi yang melakukan penelitian/pengkajian
terhadap seluruh komoditas pertanian, dan memiliki fasilitas penelitian/pengujian dan
tenaga ahli yang memadai. Ketersediaan sumber daya tersebut sangat mendukung dalam
pelaksanaan pengkajian permohonan izin pemasukan agens hayati. Badan Litbang
Pertanian dipandang lebih tepat untuk mengelola KAH yang bertujuan untuk menghasilkan
suatu rekomendasi ilmiah sebagai dasar untuk penerbitan izin pemasukan oleh Menteri
Pertanian
5. Focus Group Discussion (FGD) merekomendasikan sebagai berikut:
a. Kesekretariatan Komisi Agens Hayati pengelolaannya berada di Badan Litbang
Pertanian, sedangkan pengawasan pemasukan agens hayati dilakukan di tempat
pemasukan oleh Badan Karantina Pertanian.
b. Susunan Komisi Agens Hayati yang baru, perlu ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Pertanian dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini mengingat masa tugas Komisi
Agens Hayati telah berakhir sejak April 2017 sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1481/Kpts/OT.160/4/2012 tentang Komisi Agens
Hayati.
c. Pembahasan revisi Kepmentan Nomor 411/1995 tentang Pemasukan Agens Hayati ke
dalam Wilayah Negara Republik Indonesia perlu lebih diintensifkan untuk
mendapatkan penetapan regulasi yang baru.

Demikian kami sampaikan, kami mohon arahan Bapak lebih lanjut, diucapkan terima kasih.
Kepala Bidang,
Ihsan Nugroho

Anda mungkin juga menyukai