Anda di halaman 1dari 55

PERATURAN

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN SERTIFIKAT
CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DI SUPPLIER

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan


Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52/PERMEN-
KP/2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan
Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik di Supplier, perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan tentang
Petunjuk Teknis Penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan
yang Baik di Supplier;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3482);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
-2-

3. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang


Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5726);
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2010 Tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan keamanan Hasil Perikanan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
317);
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
54/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1758);
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52/PERMEN-KP/2018 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan Yang
Baik di Supplier (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1870);
-3-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DI
SUPPLIER.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
adalah upaya pencegahan dan pengendalian yang harus
diperhatikan dan dilakukan sejak praproduksi sampai
dengan pendistribusian untuk menghasilkan hasil
perikanan yang bermutu dan aman bagi kesehatan
manusia.
2. Penanganan adalah sebagian atau keseluruhan dari
rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan terhadap ikan
dimulai dari penerimaan, penyiangan, pemotongan,
pencucian, sortasi, pembekuan, pengemasan,
penyimpanan, dan pendistribusian.
3. Pengolahan adalah rangkaian kegiatan dan/atau
perlakuan dari bahan baku ikan melalui proses
pemanasan, pengasapan, penggaraman, fermentasi,
pengeringan, marinating, ekstraksi, ekstrusi, atau
kombinasi antara proses-proses tersebut sampai menjadi
produk akhir untuk konsumsi manusia.
4. Nomor Induk Berusaha, yang selanjutnya disingkat NIB,
adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan
pendaftaran.
-4-

5. Cara Penanganan Ikan yang Baik, yang selanjutnya


disingkat CPIB, adalah pedoman dan tata cara
penanganan ikan yang baik untuk memenuhi persyaratan
sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
6. Sertifikat CPIB di Supplier yang selanjutnya disebut
Sertifikat CPIB adalah sertifikat yang diberikan kepada
Unit Pengumpul/Supplier sebagai bukti hasil Inspeksi
yang menyatakan bahwa suatu Unit Pengumpul/Supplier
telah menerapkan secara konsisten persyaratan CPIB.
7. Supplier adalah unit penanganan dan/atau pengolahan
milik badan usaha atau perorangan/kelompok yang
memiliki izin usaha, yang memasok bahan baku ke unit
pengolahan ikan.
8. Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap suatu unit
produksi primer, pengolahan dan distribusi serta
manajemennya termasuk sistem produksi, dokumen,
pengujian produk, asal dan tujuan produk, input dan
output dalam rangka melakukan Verifikasi.
9. Verifikasi adalah aplikasi metode, prosedur, pengujian,
asesmen dan evaluasi lainnya untuk memastikan bahwa
rencana Hazard Analysis and Critical Control Point
(HACCP) dan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan telah dilaksanakan sesuai dengan standar
nasional dan internasional yang berlaku.
10. Badan adalah badan yang melaksanakan tugas teknis di
bidang pengendalian mutu dan keamanan hasil
perikanan.
11. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang melaksanakan
tugas teknis dibidang pengendalian mutu dan keamanan
hasil perikanan.
12. Kepala Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan, yang
selanjutnya disebut Kepala UPT, adalah Kepala UPT yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan
Keamanan Hasil Perikanan.
-5-

13. Inspektur Mutu adalah pegawai negeri sipil yang diangkat


oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk melakukan
Pengendalian Mutu.

BAB II
PERSYARATAN PENERBITAN SERTIFIKAT CPIB

Pasal 2
(1) Setiap Supplier hasil perikanan wajib menerapkan dan
memenuhi CPIB yang terdiri dari persyaratan prosedur
operasi standar sanitasi (Standard Sanitation Operating
Procedure) dan Good Manufacturing Practices.
(2) Persyaratan prosedur operasi standar sanitasi (Standard
Sanitation Operating Procedure) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. keamanan air dan es;
b. kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak
dengan produk;
c. pencegahan kontaminasi silang;
d. menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi, dan toilet;
e. proteksi dari bahan kontaminan;
f. pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan
kimia berbahaya;
g. pengawasan kondisi kesehatan dan kebersihan
karyawan; dan
h. pengendalian binatang pengganggu.
(3) Persyaratan Good Manufacturing Practices sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. lokasi;
b. bangunan;
c. peralatan dan perlengkapan;
d. pekerja;
e. penanganan dan pengolahan; dan
f. pengepakan dan pelabelan.
-6-

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan prosedur


operasi standar sanitasi (Standard Sanitation Operating
Procedure) dan Good Manufacturing Practices tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 3
(1) Terhadap Supplier hasil perikanan yang telah menerapkan
dan memenuhi CPIB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 diberikan Sertifikat CPIB.
(2) Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan berdasarkan jenis olahan.
(3) Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Kepala UPT di lingkungan Badan atas
nama Otoritas Kompeten.
(4) Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicetak dengan kertas HVS ukuran A4 dengan berat 100
(seratus) gram, ditandatangani Kepala UPT, dibubuhi
stempel UPT, dan diberi penomoran.
(5) Tata cara penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 4
(1) Untuk memperoleh Sertifikat CPIB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Supplier menyampaikan
permohonan secara tertulis kepada Kepala UPT dengan
melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. NIB; dan
b. panduan penerapan CPIB yang telah divalidasi oleh
pelaku usaha.
(2) Untuk mendapatkan NIB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, Supplier memohon ke Lembaga OSS.
(3) Persyaratan dan tata cara mendapatkan NIB sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
-7-

(4) Panduan penerapan CPIB yang telah divalidasi oleh pelaku


usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling
sedikit memuat:
a. deskripsi produk;
b. diagram alir proses penanganan/pengolahan;
c. Standard Sanitation Operating Procedure;
d. prosedur Good Manufacturing Practices; dan
e. form penerapan Standard Sanitation Operating
Procedure dan Good Manufacturing Practices.
(5) Contoh bentuk dan format panduan penerapan CPIB
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 5
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Kepala UPT melakukan pemeriksaan kelengkapan
dokumen persyaratan.
(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dinyatakan lengkap, Kepala UPT menugasi tim Inspeksi
untuk melakukan Inspeksi terhadap penerapan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada
Supplier.
(3) tim Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit terdiri dari 2 (dua) orang, yaitu :
a. ketua, merupakan Inspektur Mutu yang telah
ditetapkan oleh Kepala Badan.
b. anggota, merupakan Pegawai Negeri Sipil yang
bertugas di Badan dan memiliki sertifikat pelatihan
HACCP dasar.
(4) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dinyatakan tidak lengkap, Kepala UPT menyampaikan
kepada Supplier untuk melengkapi persyaratan.
-8-

BAB III
TATA CARA PELAKSANAAN INSPEKSI

Pasal 6
(1) Pelaksanaan Inspeksi oleh tim Inspeksi diawali dengan
mempersiapkan dokumen dan melakukan desk audit.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. surat penugasan Inspeksi;
b. daftar isian (cheklist);
c. form data umum;
d. form daftar hadir pertemuan pembukaan
dan/penutupan;
e. form laporan temuan ketidaksesuaian; dan
f. form laporan tindakan perbaikan.
(3) Desk audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan pemeriksaan kesesuaian panduan
penerapan CPIB dengan persyaratan prosedur operasi
standar sanitasi (Standard Sanitation Operating Procedure)
dan Good Manufacturing Practices.
(4) Kepala UPT KIPM menginformasikan rencana pelaksanaan
Inspeksi kepada pelaku usaha setelah surat tugas
diterbitkan.
(5) Bentuk dan format dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini

Pasal 7
Pelaksanaan Inspeksi untuk penerbitan Sertifikat CPIB
meliputi tahapan:
a. pertemuan pembukaan;
b. Inspeksi lapangan;
c. pembahasan hasil temuan (caucus meeting); dan
d. pertemuan akhir (closing meeting).
-9-

Pasal 8
Pertemuan pembukaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf a merupakan pertemuan antara tim Inspeksi dengan
pelaku usaha yang bertujuan untuk menjelaskan maksud,
tujuan, dan agenda Inspeksi.

Pasal 9
Inspeksi lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
b merupakan kegiatan yang meliputi:
a. mengumpulkan data sesuai dengan tujuan, ruang lingkup,
dan kriteria Inspeksi;
b. memeriksa dan mencatat bukti secara objektif terkait
temuan ketidaksesuaian ataupun kesesuaian dengan
kriteria Inspeksi melalui wawancara, pengamatan
lapangan, dan tinjauan dokumen;
c. mengkonfirmasi secara langsung setiap temuan
ketidaksesuaian kepada penanggung jawab mutu supplier
di lokasi ditemukan ketidaksesuaian;
d. merekam dan mendokumentasikan semua bukti temuan
ketidaksesuaian pada form laporan temuan
ketidaksesuaian; dan
e. menulis laporan ketidaksesuaian/butir ketidaksesuaian
berdasarkan PLOR (Problem, Location, Objective Evidence
dan Reference), jelas, dan tidak merupakan saran tentang
tindakan yang perlu diambil agar dapat memenuhi
persyaratan, tidak membingungkan, atau ragu-ragu.

Pasal 10
(1) Pembahasan hasil temuan (caucus meeting) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c merupakan diskusi antar
anggota tim Inspeksi terhadap hasil temuan Inspeksi
dalam rangka menyusun laporan hasil Inspeksi.
(2) Diskusi dipimpin oleh ketua tim dan membahas hasil
temuan anggota tim Inspeksi.
(3) Setiap anggota Inspeksi termasuk ketua tim
menyampaikan hasil temuan ketidaksesuaian dan bukti
- 10 -

objektifnya.
(4) Ketua tim Inspeksi membuat laporan temuan
ketidaksesuaian terhadap pemenuhan CPIB.

Pasal 11
(1) Pertemuan akhir (closing meeting) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf d merupakan pertemuan antara tim
Inspeksi dan Supplier dengan tujuan yaitu:
a. tim Inspeksi menyampaikan laporan temuan
ketidaksesuaian hasil Inspeksi kepada Supplier; dan
b. supplier menyampaikan tanggapan terhadap temuan
ketidaksesuian serta menyampaikan rencana tindakan
perbaikan dan target waktu penyelesaiannya.
(2) Target waktu penyelesaian tindakan perbaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama
30 (tiga puluh) hari kalender, dan disepakati bersama
antara tim Inspeksi dengan supplier.
(3) Target waktu penyelesaian tindakan perbaikan yang telah
disepakati dan daftar temuan ketidaksesuaian harus
ditandatangani ketua tim Inspeksi dan supplier.

Pasal 12
Supplier melakukan tindakan perbaikan dan melaporkan hasil
tindakan perbaikan kepada tim Inspeksi sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) dengan melampirkan berkas pendukung
lainnya sebagai bukti tindakan perbaikan.

BAB IV
TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CPIB

Pasal 13
(1) Tim Inspeksi menyampaikan laporan hasil Inspeksi
kepada Kepala UPT.
(2) Berdasarkan laporan hasil Inspeksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala UPT menerbitkan:
- 11 -

a. Sertifikat CPIB, dalam hal hasil Inspeksi telah sesuai;


atau
b. surat penolakan penerbitan Sertifikat CPIB disertai
dengan alasan, dalam hal hasil Inspeksi tidak sesuai.
(3) Bentuk dan Format Sertifikat CPIB sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 14
(1) Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf a diklasifikasikan sebagai berikut:
a. sangat baik;
b. baik; dan
c. cukup.
(2) Klasifikasi Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan tingkat pemenuhan
persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada supplier.
(3) Tingkat pemenuhan persyaratan Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada supplier
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung dari jumlah
ketidaksesuaian kategori kritis, kategori serius, kategori
mayor, dan kategori minor yang ditemukan pada waktu
Inspeksi.
(4) Kategori kritis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan
tindakan koreksi akan segera mempengaruhi keamanan
pangan.
(5) Kategori serius sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan
tindakan koreksi dapat mempengaruhi keamanan pangan.
(6) Kategori mayor sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan
tindakan koreksi mempunyai potensi mempengaruhi
keamanan pangan.
- 12 -

(7) Kategori minor sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan
tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus menerus
akan berpotensi mempengaruhi mutu pangan.

Pasal 15
(1) Sertifikat CPIB klasifikasi sangat baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a diberikan bagi
supplier berdasarkan tingkat pemenuhan persyaratan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
dengan ketentuan jumlah ketidaksesuaian:
a. kategori kritis dengan jumlah penyimpangan 0 (nol);
b. kategori serius dengan jumlah penyimpangan 0 (nol);
c. kategori mayor dengan jumlah penyimpangan paling
banyak 5 (lima); dan
d. kategori mayor dan minor dengan jumlah
penyimpangan paling banyak 11 (sebelas).
(2) Sertifikat CPIB klasifikasi baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b diberikan bagi supplier
berdasarkan tingkat pemenuhan persyaratan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dengan
ketentuan jumlah ketidaksesuaian:
a. kategori kritis dengan jumlah penyimpangan 0 (nol);
b. kategori serius dengan jumlah penyimpangan paling
banyak 2 (dua);
c. kategori serius dan mayor dengan jumlah
penyimpangan paling banyak 10 (sepuluh); dan
d. kategori minor dengan jumlah penyimpangan paling
banyak 7 (tujuh).
(3) Sertifikat CPIB klasifikasi cukup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf c diberikan bagi supplier
berdasarkan tingkat pemenuhan persyaratan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil dengan ketentuan
jumlah ketidaksesuaian:
- 13 -

a. kategori kritis dengan jumlah penyimpangan 0 (nol);


b. kategori serius dengan jumlah penyimpangan paling
banyak 4 (empat);
c. kategori mayor dengan jumlah penyimpangan paling
banyak 11 (sebelas); dan
d. kategori minor dengan jumlah penyimpangan lebih
dari 7 (tujuh).

Pasal 16
(1) Proses penerimaan permohonan sampai dengan
penerbitan atau penolakan Sertifikat CPIB dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.
(2) Sertifikat CPIB yang diterbitkan atau surat penolakan
penerbitan Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) dinotifikasi ke dalam sistem OSS oleh
petugas UPT yang ditetapkan.

Pasal 17
Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf a, berlaku untuk jangka waktu 4 (empat) tahun dan
dapat diberikan perpanjangan untuk jangka waktu yang sama.

BAB V
PERPANJANGAN SERTIFIKAT CPIB

Pasal 18
(1) Perpanjangan Sertifikat CPIB dapat diajukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa berlakunya
berakhir.
(2) Untuk dapat melakukan perpanjangan Sertifikat CPIB,
Supplier mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Kepala UPT.
- 14 -

(3) Berdasarkan permohonan perpanjangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Kepala UPT menugasi tim
Inspeksi untuk melakukan Inspeksi terhadap penerapan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
pada Supplier.
(4) tim Inspeksi menyampaikan laporan hasil Inspeksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Kepala UPT.
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), Kepala UPT menerbitkan:
a. Sertifikat CPIB, dalam hal hasil Inspeksi telah sesuai;
atau
b. surat penolakan penerbitan perpanjangan Sertifikat
CPIB disertai dengan alasan, dalam hal hasil Inspeksi
tidak sesuai.

Pasal 19
Proses penerimaan permohonan perpanjangan sampai dengan
penerbitan atau penolakan perpanjangan Sertifikat CPIB
dilakukan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja,
sejak permohonan diterima secara lengkap.

BAB VI
PENGAWASAN

Pasal 20
(1) Kepala UPT berkewajiban melakukan pengawasan
terhadap Sertifikat CPIB pada Supplier yang telah
diterbitkan.
(2) Mekanisme pengawasan dilakukan melalui kegiatan
Verifikasi.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
terhadap konsistensi dan efektifitas penerapan
persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada Supplier yang telah memiliki sertifikat
CPIB.
- 15 -

(4) Kegiatan Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),


dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
oleh tim Inspeksi.

Pasal 21
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan Inspeksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 12
berlaku secara mutatis mutandis terhadap tata cara
pelaksanaan pengawasan melalui kegiatan Verifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2).

Pasal 22
(1) Tim Verifikasi menyampaikan laporan hasil Verifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) kepada
Kepala UPT.
(2) Dalam hal hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menunjukkan bahwa supplier konsisten dalam
penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan, supplier diberikan surat keterangan hasil
Verifikasi.
(3) Dalam hal hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menunjukkan terjadi ketidaksesuaian atau
penyimpangan dalam penerapan Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan, supplier dikenakan
tindakan berupa:
a. peringatan;
b. pembekuan Sertifikat CPIB; dan
c. pencabutan Sertifikat CPIB.
(4) Surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, dikenakan 1 (satu) kali dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan sejak ditemukan ketidaksesuaian atau
penyimpangan.
- 16 -

(5) Pembekuan Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf b, dikenakan dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan apabila Supplier tidak melakukan
upaya perbaikan sampai dengan berakhirnya jangka
waktu peringatan.
(6) Pencabutan Sertifikat CPIB sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c, dikenakan dalam hal Supplier tidak
melakukan upaya perbaikan sampai dengan berakhirnya
jangka waktu pembekuan.
(7) Tindakan pembekuan dan pencabutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) dinotifikasi ke dalam
sistem OSS dalam rangka pengawasan atas perizinan
berusaha oleh petugas UPT yang ditetapkan.

Pasal 23
(1) Surat keterangan hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (2) diterbitkan oleh Kepala UPT di
lingkungan Badan atas nama Otoritas Kompeten.
(2) Surat keterangan hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dicetak dengan kertas HVS ukuran A4
dengan berat 100 (seratus) gram, ditanda tangani Kepala
UPT, dibubuhi stempel UPT, dan diberi penomoran.
(3) Bentuk dan format surat keterangan hasil Verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Kepala Badan ini.
(4) Tata cara penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 24
Kepala UPT menyampaikan laporan hasil Inspeksi dan hasil
Verifikasi secara rutin setiap 3 (tiga) bulan kepada Kepala
Badan melalui Kepala Pusat Pengendalian Mutu dengan bentuk
dan format tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.
- 17 -

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25
Pada saat Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku,
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu,
dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 371/KEP-BKIPM/2014
tentang Petunjuk Teknis Inspeksi Cara Penanganan Ikan Yang
Baik Berdasarkan Konsepsi Hazard Analysis Critical Control
Point Pada Unit Pengumpul/Supplier, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 26
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 April 2019

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 18 -

LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

PERSYARATAN PROSEDUR OPERASI STANDAR SANITASI


(STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE)
DAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES

I. PROSEDUR OPERASI STANDAR SANITASI (STANDARD SANITATION


OPERATING PROCEDURE)
1. Keamanan air dan es
a. Pasokan aman digunakan dan cukup untuk kegiatan pencucian,
proses, atau pembuatan es;
b. Air laut bersih hanya digunakan untuk kegiatan yang tidak kontak
dengan produk;
c. Air dijaga dan dicegah dari terjadinya kontaminasi;
d. Monitoring mutu dan keamanan air pada titik pasokan dan
penggunaan;
e. Tidak ada hubungan silang antara instalasi air bersih dan air
kotor.
2. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan produk
a. Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan produk
terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan tidak bereaksi
dengan produk;
b. Pakaian kerja dan peralatan harus dijamin kebersihannya;
c. Wadah yang digunakan (keranjang, plastik, blong, pisau) dicuci
dengan air bersih dan disinfektan menggunakan bahan yang
diperbolehkan;
d. Pakaian kerja dicuci setiap hari;
e. Semua peralatan disimpan di tempat yang bersih.
- 19 -

3. Pencegahan kontaminasi silang


a. Mencegah kontaminasi produk atau bahan lain (konstruksi, desain
dan lay out unit supplier) dan karyawan;
b. Higiene karyawan (termasuk pakaian kerja, aktivitas dan perilaku);
c. Mencegah kontaminasi produk akhir oleh bahan baku (pemisahan
antara produk masak dan mentah);
d. Kondisi sanitasi unit supplier dan peralatannya;
e. Penyimpanan dan perawatan bahan pengemas;
f. Cara dan kondisi penyimpanan produk;
g. Ada pemisahan yang efektif antara raw material atau bahan lain
dari produk masak atau siap makan selama penanganan,
pengolahan dan penyimpanan;
h. Pemisahan area kotor dan area bersih;
i. Prosedur higiene dan kesehatan karyawan yang tepat;
j. Pengendalian/pembatasan pergerakan produk dan karyawan
dalam pabrik.
4. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi, dan toilet
a. Toilet
1) Jumlah : 0-15 orang tiap toilet (flushing sistem)
2) Sabun, tissue/pengering sekali pakai
3) Ada ventilasi
4) Pintu tidak menyerap air
5) Dijaga kebersihannya
b. Tempat Cuci Tangan
1) Tersedia bahan pembersih dan pengering
2) Lokasi strategis, mudah dijangkau, jumlah cukup
c. Bak Kaki (Foot Bath)
1) Konstruksi memadai
2) Kedalaman cukup/air memadai
3) Konsentrasi desinfektan
5. Proteksi dari bahan kontaminan
a. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan pengemas yang dipasok
oleh pemasok sesuai persyaratan;
b. Bahan baku dan bahan tambahan yang dipersyaratkan bebas dari
bahan kontaminan (pestisida, bakteri, formalin, dll);
- 20 -

c. Bahan pengemas yang dipasok ke gudang bebas dari kontaminan


(bakteri, dll);
d. Gudang harus tetap dijaga kondisi kebersihannya;
e. Penempatan mesin yang posisinya di langit-langit harus bebas dari
bahan baku/produk dibawahnya.
6. Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan kimia berbahaya
a. Semua bahan kimia, pembersih dan sanitizer diberi label dengan
jelas;
b. Penggunaan bahan kimia, pembersih dan lainnya (lubricant/oli,
minyak dan bahan pembersih) harus sesuai persyaratan;
c. Disimpan di tempat khusus dan terpisah.
d. Dilarang menggunakan bahan kimia misalnya: Pestisida, fumigan,
desinfektan dan deterjen.
7. Pengawasan kondisi kesehatan dan kebersihan karyawan
a. Mencegah kontaminasi produk atau bahan lain oleh karyawan
(jenis penyakit yang mungkin mengkontaminasi seperti :
batuk/pilek, flu, diare, penyakit kulit, dll);
b. Menjamin higiene karyawan dan tidak ada karyawan yang sakit di
ruang proses (karyawan yang sakit dan diduga dapat mencemari
produk dilarang bekerja di unit proses) ;
c. Kondisi kesehatan karyawan dimonitor oleh pihak perusahaan.
8. Pengendalian binatang pengganggu.
a. Hewan pengganggu harus dicegah berkembang biak di Supplier;
b. Hewan pengganggu harus dicegah untuk masuk ke Supplier;
c. Supplier memiliki program dan tindakan menghilangkan hewan
pengganggu.

II. GOOD MANUFACTURING PRACTICES


A. Persyaratan Umum
1. Supplier menerima bahan baku dari unit pembudidayaan ikan yang
bersertifikat cara budidaya ikan yang baik, kapal penangkap dan
kapal pengangkut ikan yang bersertifikat cara penanganan ikan
yang baik;
2. Supplier harus memperhatikan jenis ikan tertentu yang dilarang
atau memerlukan persyaratan tertentu yang dipasarkan untuk
konsumsi manusia, misalnya:
- 21 -

a. Ikan beracun yang berasal family Tetraodontidae, Molidae,


Diodontidae, Canthigasteridae; dan
b. Produk hasil perikanan yang mengandung toksin ciguatera dan
kekerangan yang mengandung toksin hayati misalnya:
Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), Diarethic Shellfish Poisoning
(DSP), Amnestic Shellfish Poisoning (ASP), Neurotic Shellfish
Poisoning (NSP).
3. Supplier dilarang menggunakan bahan tambahan pangan yang
tidak diizinkan sesuai ketentuan perundang-undangan;
4. Supplier yang menangani produk segar harus mempunyai sarana
pendinginan yang mampu mempertahankan suhu produk pada
titik leleh es;
5. Supplier yang akan melakukan penanganan atau pengolahan ikan
harus memiliki, membangun atau bermitra dengan unit pengolah
ikan; dan
6. Supplier dilarang memasarkan hasil olahan yang tidak sesuai
standar untuk dikonsumsi manusia.
7. Supplier yang menangani produk beku harus mempunyai sarana :
a. Pembekuan yang mampu menurunkan suhu secara cepat
sehingga mencapai suhu pusat -18°C; dan
b. Penyimpanan beku (cold storage) yang mampu menjaga suhu
pusat produk -18°C atau lebih rendah.
B. Persyaratan Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi
Supplier harus memenuhi persyaratan lokasi sebagai berikut :
a. Supplier harus dibangun di lokasi yang tidak tercemar dan
dapat diakses untuk melakukan pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan; dan
b. Supplier tidak dibangun di lingkungan pemukiman, kawasan
industri atau kegiatan lain yang dapat mencemari hasil
perikanan yang ditangani, diproses dan diolah.
2. Bangunan
Supplier harus memenuhi persyaratan fasilitas bangunan minimal
sebagai berikut:
a. Ruang kerja yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan
kondisi higienis;
- 22 -

b. Bangunan harus mampu menghindari kontaminasi terhadap


hasil perikanan dan terpisah antara ruang penanganan hasil
perikanan yang bersih dan ruang penanganan hasil perikanan
yang kotor;
c. Bangunan harus dirancang dan ditata dengan konstruksi
sedemikian rupa untuk mendukung proses penanganan secara
higienis, cepat dan tepat;
d. Bangunan harus dirawat, dibersihkan, dan dipelihara secara
higienis;
e. Bangunan harus mampu melindungi produk dari binatang
pengganggu dan potensi kontaminasi lainnya;
f. Ruangan yang digunakan untuk penanganan hasil perikanan
harus memenuhi persyaratan :
1) Lantai harus mempunyai kontruksi kemiringan yang
cukup, kedap air, mudah dibersihkan dan disanitasi, serta
dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembuangan air;
2) Dinding harus rata permukaannya, mudah dibersihkan,
kuat dan kedap air;
3) Pintu terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibersihkan;
4) Langit-langit atau sambungan atap mudah dibersihkan
5) Ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup untuk
menghindari kondensasi; dan
6) Penerangan yang cukup, baik lampu maupun cahaya alami.
g. Bangunan harus dilengkapi fasilitas untuk mendukung
kebersihan karyawan dengan konstruksi dan jumlah memadai
sebagai berikut:
1) Toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang
penanganan dan pengolahan;
2) Bak cuci kaki dan fasilitas cuci tangan yang mudah
dijangkau untuk digunakan sebelum, selama dan sesudah
melakukan penanganan dan pengolahan hasil perikanan;
dan
3) Ruang tempat penyimpanan barang-barang karyawan
(loker).
- 23 -

h. Memiliki ruang atau tempat khusus untuk menyimpan es dan


bahan kebutuhan penanganan lainnya, misalnya bahan
pengemas.
3. Peralatan dan Perlengkapan
a. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan berhubungan
langsung dengan ikan harus dirancang dan terbuat dari bahan
tahan karat, tidak beracun, tidak menyerap air, mudah
dibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi terhadap
hasil perikanan;
b. Peralatan dan perlengkapan harus ditata sedemikian rupa pada
setiap tahapan proses untuk menjamin kelancaran, mencegah
kontaminasi silang dan mudah dibersihkan; dan
c. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk menangani
limbah yang dapat menyebabkan kontaminasi, harus diberi
tanda dan dipisahkan dengan jelas supaya tidak dipergunakan
untuk menangani ikan, bahan penolong, bahan tambahan
pangan, serta produk akhir.
4. Pekerja
a. Pekerja yang melakukan kegiatan penanganan dan pengolahan
hasil perikanan harus sehat, tidak sedang mengalami luka,
tidak menderita penyakit menular atau menyebarkan kuman
penyakit menular;
b. Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang bersih dan
tutup kepala sehingga menutupi rambut secara sempurna;
c. Mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan;
d. Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum di
area penanganan dan pengolahan produk;
e. Pekerja yang menangani produk tidak diperbolehkan
menggunakan asesoris, kosmetik, obat-obat luar, atau
melakukan tindakan yang dapat mengkontaminasi produk.
5. Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan
a. Produk Hidup
1) Produk hidup harus disimpan pada kolam/ bak air yang
mampu mempertahankan ikan tetap hidup dengan
memenuhi kebutuhan oksigen, kualitas air dan kebersihan
lingkungan;
- 24 -

2) Penanganan dihindarkan dari cemaran kimia dan


kontaminasi dari luar.
b. Produk Segar
1) Produk segar yang sedang atau masih menunggu untuk
ditangani, dikemas dan/atau dikirim, harus diberi es atau
disimpan di ruang dingin yang mampu mempertahankan
suhu produk pada titik leleh es; dan
2) Penanganan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
mencegah kontaminasi dan penurunan mutu.
c. Produk Beku
1) Produk harus disimpan pada tempat yang mampu
mempertahankan suhu pusat produk - 18°C;
2) Bahan baku untuk tujuan pengalengan dapat digunakan
pembekuan air garam sepanjang tidak lebih tinggi dari -
9°C; dan
3) Disimpan pada ruang penyimpanan beku yang dilengkapi
dengan alat pencatat/ perekam suhu yang mudah dibaca,
sensor suhu harus diletakkan di tempat yang suhunya
paling tinggi.
d. Produk Masak
1) Setiap pemasakan harus diikuti pendinginan cepat, air yang
digunakan untuk pemasakan harus air minum atau air laut
bersih. Apabila tidak menggunakan metode pengawetan
lain, pendinginan harus dilakukan terus sampai suhunya
mendekati titik leleh es;
2) Pembuangan kulit atau pengambilan daging harus
dilakukan secara higienis untuk mencegah kontaminasi
produk. Apabila dilakukan dengan menggunakan tangan,
pekerja harus mencuci tangan dan semua peralatan harus
dibersihkan dengan baik. Apabila menggunakan mesin
harus dibersihkan secara teratur dan disanitasi setiap
selesai bekerja
3) Setiap Unit pengumpul/ supplier secara teratur harus
melakukan uji mikrobiologi terhadap hasil produksinya
sesuai dengan standar yang berlaku;
- 25 -

6. Pengepakan dan Pelabelan


a. Pengepakan harus dilakukan pada kondisi yang higienis untuk
menghindari kontaminasi pada hasil perikanan;
b. Bahan pengepak harus memenuhi persyaratan higiene yaitu :
1) Tidak boleh mempengaruhi karateristik organoleptik dari
hasil perikanan;
2) Tidak boleh menjadi sumber kontaminasi yang
membahayakan kesehatan manusia; dan
3) Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.
c. Bahan pengepakan tidak boleh digunakan kembali kecuali
wadah tertentu yang terbuat dari bahan yang kedap air, halus,
dan tahan karat;
d. Bahan pengepakan yang digunakan untuk produk segar yang
di-es harus dilengkapi dengan saluran pembuangan untuk air
lelehan ;
e. Untuk tujuan pengawasan ketelusuran (traceability) produk,
digunakan label (untuk produk yang dikemas) atau dokumen
yang menyertai (untuk produk yang tidak dikemas), adapun
informasi tersebut mencakup :
1) Asal dan jenis produk yang dapat ditulis secara lengkap
atau singkatan dengan menggunakan huruf besar; dan
2) Nama dan nomor registrasi unit pengumpul/ supplier.
f. Memperhatikan persyaratan pelabelan untuk produk-produk
perikanan tertentu misalnya yang beracun (poisoning) atau
memerlukan persyaratan tertentu untuk dikonsumsi.

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 26 -

LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

TATA CARA PENOMORAN


SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DI SUPPLIER

aaa/CPIB-b/c/d/e
Keterangan :
aaa = 3 digit nomer urut sertifikat CPIB yang diterbitkan
b = Kode jenis olahan (A=Segar, B=Beku, C=Kering, D= Lainnya)
c = Kode UPT KIPM
d = Bulan sertifikat yang diterbitkan (Huruf Romawi)
e = Tahun sertifikat yang diterbitkan

Contoh : 001/CPIB-A/2/I/2019

Artinya : Sertifikat CPIB nomer urut 001, jenis olahan segar, diterbitkan bulan
Januari 2019 oleh Balai Besar KIPM Makassar

DAFTAR KODE UPT KIPM

KODE
No NAMA UPT KIPM
UPT KIPM
1. Balai Besar KIPM Jakarta I 1
2. Balai Besar KIPM Makasar 2
3. Balai KIPM Denpasar 3
4. Balai KIPM Surabaya I 4
5. Balai KIPM Medan I 5
6. Balai KIPM Balikpapan 6
7. Balai KIPM Mataram 7
8. Balai KIPM Palembang 8
9. Balai KIPM Jayapura 9
- 27 -

KODE
No NAMA UPT KIPM
UPT KIPM
10. Stasiun KIPM Pekanbaru 10
11. Stasiun KIPM Pontianak 11
12. Balai KIPM Manado 12
13. Stasiun KIPM Padang 13
14. Stasiun KIPM Kendari 14
15. Balai KIPM Jakarta II 15
16. Balai KIPM Surabaya II 16
17. Balai KIPM Semarang 17
18. Balai KIPM Banjarmasin 18
19. Stasiun KIPM Jambi 19
20. Stasiun KIPM Bengkulu 20
21. Stasiun KIPM Palu 21
22. Stasiun KIPM Luwuk Banggai 22
23. Balai KIPM Entikong 23
24. Bali KIPM Lampung 24
25. Balai KIPM Tanjung Pinang 25
26. Stasiun KIPM Palangkaraya 26
27. Stasiun KIPM Kupang 27
28. Stasiun KIPM Tj Balai Asahan 28
29. Stasiun KIPM Pangkal Pinang 29
30. Stasiun KIPM Bima 30
31. Stasiun KIPM Ternate 31
32. Stasiun KIPM Tahuna 32
33. Balai KIPM Tarakan 33
34. Stasiun KIPM Gorontalo 34
35. Stasiun KIPM Sorong 35
36. Stasiun KIPM Bau-Bau 36
37. Stasiun KIPM Cirebon 37
38. Stasiun KIPM Yogyakarta 38
39. Balai KIPM Ambon 39
40. Stasiun KIPM Merauke 40
41. Stasiun KIPM Aceh 41
42. Stasiun KIPM Batam 43
43. Stasiun KIPM Merak 44
44. Stasiun KIPM Mamuju 45
- 28 -

KODE
No NAMA UPT KIPM
UPT KIPM
45. Stasiun KIPM Medan II 46
46. Stasiun KIPM Bandung 47

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 29 -

LAMPIRAN III
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

CONTOH BENTUK DAN FORMAT PANDUAN PENERAPAN CPIB

PANDUAN
PENERAPAN CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK
DI SUPPLIER

..............(Nama Produk).............

..............(Nama Supplier).........

Validasi :

Tanggal Validasi :

Alamat Supplier
Jl. ...........................
............................................
Telp. .............................................
- 30 -

DAFTAR ISI

No Judul Halaman

I Deskripsi Produk 1

II Lay Out Unit Supplier.................................................. 2

III Diagram Alir Proses Penanganan................................. 3

IV SSOP........................................................................... 4

V Prosedur GMP............................................................. 5

VI Form Penerapan SSOP dan GMP................................. 6


- 31 -

I. Deskripsi Produk

1 Nama Produk :

2 Nama Spesies :

3 Asal Bahan Baku :

4 Produk Akhir :

5 Tipe Kemasan :

6 Label :

7 Tujuan Distribusi :

8 Alat Angkut Distribusi :


- 32 -

II. Diagram alir proses penanganan/pengolahan

DIAGRAM ALIR PROSES

Bahan Tambahan Bahan Baku Kemasan


/Penolong

Penerimaan 1.Penerimaan 1. Penerimaan


Es/Garam bahan baku Kemasan

2. Penyimpanan
2. Sortir

3.Penimbangan

4. Pencucian

5.Pengemasan

6.Pengiriman
- 33 -

III. SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) dan Good Manufacturing


Practices.

No 8 Kunci Pokok Tujuan Prosedur Monitoring


Sanitasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Keamanan Air dan Menjamin air dan es a. Pasokan cukup untuk Uji Mirobiologi,
Kimia dan Fisik
Es memenuhi persyaratan kegiatan pencucian, proses,
mutu dan keamanan pembuatan es
hasil perikanan b. .........

2. Kondisi dan Kebersihan permukaan a. Menjaga kebersihan pakaian


kebersihan menghasilkan produk dan peralatan yang kontak
permukaan yang yang baik lanhsung dengan produk
kontak langsung b. ..........
dengan produk

3. Pencegahan Menghindari a. alur proses produksi yang Melakukan


kontaminasi silang kontaminasi produk mengalir dari tempat pengecekan
selama proses produksi penerimaan sampai ke kebersihan
stuffing pakaian
b. .......... karyawan
sebelum
bekerja

4. Kondisi kebersihan Menghasilkan fasilitas, a. Melakukan pencucian Cuci tangan


fasilitas pencuci sanitasi dan toilet yang tangan sebelum dan setiap 2 jam
tangan, sanitasi dan bersih sesudah bekerja sekali
toilet b. .............

5. Perlindungan Mendapatkan produk, a. Melakukan pengujian bahan Uji kimia


produk /bahan pengemas alat bebas kimia secara berkala kontaminan
pengemas/ alat dari dari kontaminasi bahan b. ......................... bebas
bahan-bahan kimia kimia pestisida
/kontaminan

6. Syarat pelabelan, Mendapatkan jaminan a. Melakukan pelabelan


penyimpanan, dan bahan baku yang bebas terhadap terhadap bahan
penggunaan bahan dari bahan beracun kimia yang digunakan
beracun yang benar b. .............

7. Pengawasan kondisi Mendapatkan jaminan a. Melakukan pengecekan Data laporan


kebersihan dan kebersihan dan kesehatan karyawan secara hasil
kesehatan personil kesehatan karyawan berkala pemerikasaan
b. ................. kesehatan

8. Pengendalian hewan Mendapatkan jaminan a. Melakukan pemasangan


pengganggu produk bebas dari insect kiler dan melakukan
kontaminasi hewan pembersihan secara berkala
pengganggu b. ......................

Keterangan:

a. Tujuan : diisi dengan hal – hal yang ingin dicapai dalam menerapkan 8 kunci sanitasi
b. Prosedur : Diisi dengan cara penanganan yang dilakukan pada masing-masing tahap proses 8
kunci sanitasi
c. Monitoring : Diisi dengan data hasil pemantauan atau data hasil uji sampel (suhu, kualitas,
berat/jenis ikan, hasil uji air/es, dll)
- 34 -

IV. Prosedur GMP (Good Manufacturing Practices)

NO Tahap Proses Prosedur/Cara Monitoring

(1) (2) (3) (4)

1 Penerimaan Bahan a. Suplier membeli ikan Suhu:


Baku dari kapal yang
bersertifikat CPIB dan
pembudidaya ikan
yang bersertifikat CBIB
b. Melakukan
pengecekan mutu ikan
terhadap Suhu dan
organoleptik
c. .................

2 Sortasi a. Melakukan Ukuran :


pengelompokan sesuai
jenis dan ukuran ikan
b. ................

3 Penimbangan a. a. Melakukan
kalibrasi alat timbang
b. b. ...............

4 Pencucian a. Menyiapkan air yang


memenuhi persyaratan
mutu dan mengalir
b. Menguji air secara
berkala
c. ..........................

5 Pengemasan a. Ikan dikemas dengan


rapi dan higiene
b. .............................

6 Pengiriman a. Pengiriman ke UPI


menggunakan box
berinsulasi
b. .......................

Catatan:
Tahap : Diisi dengan mekanisme/tahapan proses penanganan yang ada di
supplier
Prosedur : Diisi dengan cara penanganan yang dilakukan pada masing-
masing tahap proses
Monitoring : Diisi dengan data hasil pemantauan atau data hasil uji sampel
(suhu, kualitas, berat/jenis ikan, hasil uji air/es, dll)
- 35 -

V. Form Penerapan SSOP dan GMP

A. Form Pemeriksaan bahan Baku

Hari /Tanggal *: .........................

No Jenis Volume Asal Pengecekan Mutu


Ikan/Bahan (Kg) bahan
Baku Baku Nilai Organoleptik Suhu Keterangan
Tekst Bau Rasa Kenampakan (0C)
ur

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Ikan kakap 40 Sorong 8 8 9 8 30C diterima
segar

Diperiksa oleh: Dibuat oleh:

(.........................) (.........................)

Keterangan :

*Diisi data hari dan tanggal bahan baku yang dimiliki supplier (data harian)
(1) Diissi nomor urut
(2) Diisi ikan yang dimiliki/ditangani oleh Supplier
(3) Diisi jumlah / banyaknya ikan yang dimiliki oleh supplier
(4) Diisi asal bahan aku (kota, tambak/laut)
(5) Diisi nilai oranoleptik terhadap tekstur (skor 1-9)
(6) Diisi nilai organoleptik terhadap bau (skor 1-9)
(7) Diisi nilai organoleptik terhadap rasa (skor 1-9)
(8) Diisi nilai organoleptik terhadap penampakan (skor 1-9)
(9) Diisi angka suhu yang diterapkan /dipantau oleh petugas mutu
(10) Diisi tujuan pengiriman ke UPI/Suplier
- 36 -

B. FORM MONITORING SUHU

Hari/Tanggal :
Tahapan
Jam Suhu (°C) Tindakan Koreksi Keterangan
Proses
(1) (2) (3) (4) (5)

Diperiksa oleh: Dibuat oleh:

(.........................) (.........................)
- 37 -

C. FORM MONITORING TUJUAN PRODUK

Hari/Tanggal :
Jam Jenis produk Kondisi Produk Tujuan Produk Alat Angkut Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Diperiksa oleh: Dibuat oleh:

(.........................) (.........................)
- 38 -

VI. Form Pemeriksaan Kondisi Sanitasi Hygiene secara Berkala

Hari/Tanggal * : .....................................................

Waktu
Setelah Sesudah
Kebersihan sarana Persiapan Tindakan
No. Istirahat bekerja
prasarana (jam : Koreksi
(jam : (jam :
09.00)
13.00) 17.00)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Air dan Es V V V
2. Permukaan yang kontak V X V Pakaian
langsung dengan Pakaian karyawan
produk kotor diganti
3. Kontaminasi silang
4. Fasilitas pencuci
tangan, sanitasi dan
toilet
5. Perlindungan produk
/bahan pengemas/ alat
dari bahan-bahan kimia
/kontaminan
6. Pelabelan,
penyimpanan, dan
penggunaan bahan
beracun yang benar
7. Kondisi kebersihan dan
kesehatan personil
8. Binatang berbahaya,
tikus dan serangga
Keterangan :
*Diisi data hari dan tanggal bahan baku yang dimiliki supplier (data harian)
(1) Diissi nomor urut
(2) Data sarana prasarana yang dilakukan pemeriksaan kondisi sanitasi higienenya
(3) Diisi tanda (V: terpenuhi) atau (X: Tidak Terpenuhi) untuk melakukan penilaian saat melakukan
penyiapan sarana prasarana
(4) Diisi tanda (V: terpenuhi) atau (X: Tidak Terpenuhi) untuk melakukan penilaian setelah istirahat
terhadap sarana prasarana yang digunakan
(5) Diisi tanda (V: terpenuhi) atau (X: Tidak Terpenuhi) untuk melakukan penilaian sesudah bekerja
terhadap sarana prasarana
(6) Diisi tindak lanjut temuan sarana prasarana yang tidak terpenuhi syarat

Diperiksa oleh: Dibuat oleh:

(.........................) (.........................)

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 39 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

BENTUK DAN FORMAT DOKUMEN PELAKSANAAN INSPEKSI

A. Surat Penugasan Inspeksi

KOP UPT
Nomor :
Lampiran : 1 (Satu) Lembar
Hal : ......................
Yth. Pimpinan PT/CV/UD/bapak..............

Di ..................

Dalam rangka penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan
yang tertuang dalam Kepmen KP No. 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan
dan Distribusi dan Permen KP No. 52/PERMEN-KP/2018 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik di Supplier, maka
kami menugaskan tim Inspeksi untuk melakukan kegiatan Inspeksi unit supplier
dalam rangka penerbitan sertifikat CPIB pada Suplier di PT/CV/UD/Bapak ..........
Pada tanggal ..... s/d ...... 20.., dengan nama sebagai berikut :

No Nama Kegiatan
................... (ketua tim)
1
......................
................... (anggota)
2

Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Kepala UPT KIPM.........

(......................................)

Tembusan :
Kepala Pusat Pengendalian Mutu
- 40 -

B. Daftar Isian (Checklist)

Daftar Isian (Checklist) Penerapan CPIB di Unit Supplier

1 Keamanan Air dan Es Min May Ser Kr Acuan

1.1 Pasokan air tidak memadai dan Persyaratan Air & Es


tidak aman untuk digunakan untuk Penanganan &
 0
Pengolahan Hasil
Perikanan.

1.2 Memungkinkan terjadinya Persyaratan Air & Es


kontaminasi antara air bersih dan untuk Penanganan &

air kotor Pengolahan Hasil
Perikanan.

1.3 Es tidak dibuat, ditangani atau Persyaratan Air & Es


digunakan dengan cara yang bersih untuk Penanganan &
 0
Pengolahan Hasil
Perikanan.

2 Permukaan Yang Kontak Min May Ser Kr Acuan


Langsung Dengan Produk

2.1 Peralatan, perlengkapan dan


fasilitas yang kontak langsung No. 52 A/Kepmen-
 
dengan produk memungkinkan KP/2013, Bab II.F. 3
terjadinya kontaminasi.

3 Pencegahan Kontaminasi Silang Min May Ser Kr Acuan

3.1 Cara penanganan tidak mencegah No. 52 A/Kepmen-


terjadinya kontaminasi silang   KP /2013, Bab II.F.
2b3

3.2 Limbah tidak ditangani dengan No. 52 A/Kepmen-


baik dan dapat menyebabkan  KP /2013, Bab II
kontaminasi silang.

3.3 Konstruksi& Lay out tidak No. 52 A/Kepmen-


dirancang untuk mencegah   KP /2013, Bab II.F.
kontaminasi silang 2b2

4 Fasilitas Sanitasi Min May Ser Kr Acuan

4.1 Jumlah, desain dan fasilitas toilet No. 52 A/Kepmen-


tidak memadai dan berhubungan   KP /2013, Bab II.F.
langsung dengan ruang proses 2b7a

4.2 Jumlah, lokasi, desain dan fasilitas No. 52 A/Kepmen-


pencuci tangan tidak memadai   KP /2013, Bab II.F.
2b7d
- 41 -

4.3 Bak cuci kaki tidak tersedia, tidak No. 52 A/Kepmen-


sesuai, tidak menggunakan air  KP /2013, Bab II.F.
bersih dan tidak didesinfeksi**) 2b7c

5 Pelabelan, Penyimpanan Dan Min May Ser Kr Acuan


Penggunaan Bahan Kimia
Berbahaya

5.1 Bahan-bahan kimia berbahaya No. 52 A/Kepmen-


tidak diberi label dengan benar  KP /2013, Bab II.F.
1e

5.2 Bahan bahan kimia tidak disimpan


di tempat yang terpisah dari ruang No. 52 A/Kepmen-
proses dan tidak terkunci serta  KP /2013, Bab II.F.
digunakan atau ditangani dengan 2b8
cara yang tidak benar

6 Kesehatan Dan Kebersihan Min May Ser Kr Acuan


Karyawan

6.1 Tingkah laku karyawan yang No. 52 A/Kepmen-


menangani produk tidak menjaga KP /2013, Bab II.g
kebersihan individu dan tidak  No. 52 A/Kepmen-
menggunakan pakaian kerja yang
KP /2013, Bab II.F.
sesuai.
3

6.2 Unit Suplier/Pengumpul tidak No. 52 A/Kepmen-


mempunyai sistem yang dapat KP /2013, Bab II.h
mencegah karyawan berpenyakit  No. 52 A/Kepmen-
menangani produk
KP /2013, Bab II.F.
4

7 Pengendalian pest (pest control) Min May Ser Kr Acuan

7.1 Unit Suplier/Pengumpul tidak No. 52 A/Kepmen-


mempunyai tindakan pencegahan
 KP /2013, Bab II.F.
terhadap masuknya hewan
pengganggu 2b5

7.2 Unit Suplier/Pengumpul tidak No. 52 A/Kepmen-


memiliki tindakan menghilangkan
 KP /2013, Bab II.F.
hewan pengganggu dari unit
pengolahan 2b5

8 Pengendalian Proses Min May Ser Kr Acuan

8.1 Tidak dilakukan pengendalian dan


pemantauan terhadap mutu dan No. 52 A/Kepmen-
keamanan bahan baku, bahan  KP /2013, Bab II.F.
tambahan dan bahan penolong 5
selama penanganan /pengolahan
- 42 -

8.2 Tidak dilakukan pengendalian dan No. 52 A/Kepmen-


pemantauan terhadap suhu selama KP /2013, Bab II.d
penanganan /pengolahan
No. 52 A/Kepmen-
KP /2013, Bab II.F.
 
1g
No. 52 A/Kepmen-
KP /2013, Bab II.F.
1h

8.3 Penanganan/pengolahan tidak No. 52 A/Kepmen-


dilakukan dengan teknologi yang  KP /2013, Bab II.F.
sesuai 5

9 Pengemasan Dan Pelabelan Min May Ser Kr Acuan

9.1 Bahan pengemas dan label/kode


terbuat dari bahan yang dapat No. 52 A/Kepmen-
mencemari, tidak dapat melindungi   KP /2013, Bab II.F.
dan dapat merubah karakteristik 6b
produk

9.2 Pengemasan tidak dilakukan No. 52 A/Kepmen-


secara higienis   KP /2013, Bab II.F.
6a

9.3 Pelabelan tidak memenuhi No. 52 A/Kepmen-


persyaratan  KP /2013, Bab II.F.
6f

9.4 Tidak dilakukan pelabelan yang No. 52 A/Kepmen-


memadai terhadap produk hasil KP /2013, Bab II.F.
perikanan yang dapat 1c
membahayakan kesehatan
No. 52 A/Kepmen-
manusia (alergen, beracun, bahan
 KP /2013, Bab II.F.
tambahan makanan dsb)
1d
No. 52 A/Kepmen-
KP /2013, Bab II.F.
6g

10 Penyimpanan Min May Ser Kr Acuan

Penyimpanan produk akhir tidak No. 52 A/Kepmen-


mampu menjamin suhu sesuai KP /2013, Bab II.d
dengan spesifikasi produk
No. 52 A/Kepmen-
 
KP /2013, Bab II.F.
1g
- 43 -

11 Distribusi / Transportasi Min May Ser Kr Acuan

Pengangkutan produk tidak No. 52 A/Kepmen-


mampu menjamin suhu sesuai   KP /2013, Bab II.G
dengan spesifikasi produk

12 Monitoring Min May Ser Kr Acuan

12.1 Monitoring tidak diterapkan  No. 52 A/Kepmen-


KP /2013, Bab II.F.
7b

12.2 Tindakan koreksi tidak dilakukan  No. 52 A/Kepmen-


KP /2013, Bab II.F.
7b

13 Rekaman Min May Ser Kr Acuan

Rekaman data tidak tersedia   No. 52 A/Kepmen-


KP /2013, Bab II.F.
7b

Catatan :
*) Berdasarkan peluang kontaminasi dan jenis/cara penyajian
**) Untuk produk kering tidak diwajibkan tersedia bak cuci kaki, tetapi harus ada untuk
menjamin
KESIMPULAN MINOR MAYOR SERIUS KRITIS

Penyimpangan total

Tanda tangan auditor dan tanggal

Tandatangan auditi dan tanggal

Simbol *) :
 simbol untuk produk beresiko tinggi
 simbol untuk produk beresiko rendah
- 44 -

C. Form Data Umum Supplier

DATA UMUM
UNIT SUPPLIER

Nama Suplier : (Baru/Lama)*


Alamat Suplier :
Tgl Inspeksi :
Jenis Produk :
1. (Permohonan/Verifikasi)*
2. (Permohonan/Verifikasi)*
3. (Permohonan/Verifikasi)*
4.(Permohonan/Verifikasi)*
5.(Permohonan/Verifikasi)*

Tim Inspektur :
1. No. Reg
2. No. Reg
3. No. Reg

*Coret yang tidak perlu


- 45 -

DATA UMUM SUPPLIER

1. Nama Supplier

2. Alamat Supplier

Telp : Fax.

3. Jenis Produk (sesuai a. c. e.


jenis olahan yang
dinilai) b. d. f.

4. Kapasitas Produksi Terpasang (ton) Realisasi (ton/hari)

.............................. ...............................

5. Tujuan Suplier Jenis olahan %

a. UPI

b. Pasar

Laki-laki Perempuan
6. Jumlah Karyawan

a. Hasil Tangkapan/budidaya :
7. Asal Bahan Baku
b. Dari perairan/lokasi :

8. Kebutuhan es ...... Ton/hari


9. Asal es Pembelian dari :

10. Bentuk es Balok/curai/tube/lain-lain*

Mengetahui,

Ketua tim Inspeksi Pimpinan Unit Supplier

............................ .....................
- 46 -

D. Form Daftar Hadir

KOP UPT
DAFTAR HADIR
PEMBUKAAN/PENUTUPAN*

Nama Unit Supplier :


Alamat :
Tanggal :

NO. NAMA INSTANSI/JABATAN NO HP/EMAIL PARAF

* Coret Sesuai Kegiatan Pertemuan


- 47 -

E. Form Laporan Temuan Ketidaksesuaian

KOP UPT
DAFTAR TEMUAN KETIDAKSESUAIAN (NON-CONFORMITIES)

Nama Unit Suplier : Status Unit Supplier:


Alamat : (Baru / Lama)*
No. Tlp : Tanggal Inspeksi :
No. : Laporan No : dari
Fax
Jenis Produk :
1. (Permohonan/Verifikasi)*
2. (Permohonan/Verifikasi)*
3. (Permohonan/Verifikasi)*
Pimpinan Unit Supplier :
tim Inspeksi
Ketua : No. Reg /Insp/
Anggota : No. Reg /Insp/
No. Reg /Insp/

Temuan Ketidaksesuaian
Acuan Keterangan
(Problem, Location, Objective, Reference)

Rencana Penyelesaian Tindakan Perbaikan, Tanggal : .......................

Ketua tim Inspeksi Pimpinan Unit Supplier

........................... ..............................

* Coret yang tidak perlu


- 48 -

F. Form Laporan Tindakan Perbaikan

LAPORAN TINDAKAN PERBAIKAN UNIT SUPPLIER


Nama Unit Supplier : ........ .... ..........................
Alamat Unit Supplier : ........ .............. ................
Jenis Produk : ........ .................. ............
Tanggal Inspeksi/Verifikasi )* : ........ ................. .............
Nama Inspektur Mutu : 1. (Inspektur Mutu) 3. (Inspektur Mutu)
2. (Inspektur Mutu) 4. (Inspektur Mutu)

No Temuan dan Tindakan Perbaikan


1 Temuan :
Tindakan Perbaikan :
Lampiran :
Tgl Penyelesaian Perbaikan :
Gb. Sebelum Perbaikan Gb. Sesudah Perbaikan

2 Temuan :
Tindakan Perbaikan :
Lampiran :
Tgl Penyelesaian Perbaikan :
Gb. Sebelum Perbaikan Gb. Sesudah Perbaikan

3 Temuan :
Tindakan Perbaikan :
Lampiran :
Tgl Penyelesaian Perbaikan :
Gb. Sebelum Perbaikan Gb. Sesudah Perbaikan

* Coret yang tidak perlu

Tgl, Bulan, Tahun


Pimpinan Unit Supplier

(……………………...…..)
- 49 -

Tata Cara Pengisian


Format Laporan Tindakan Perbaikan Unit Supplier

1. Unit Supplier mengisi : nama Unit Supplier, alamat Unit Supplier, jenis
produk, tanggal Inspeksi dan nama inspektur mutu pada saat Inspeksi.
2. Temuan: mengacu pada daftar temuan ketidaksesuaian (non-
confirmities)
3. Tindakan perbaikan: pernyataan pihak Unit Supplier terhadap hasil
tindakan perbaikan yang sudah dilaksanakan oleh Unit Supplier.
4. Lampiran: adalah berupa data/rekaman/dokumen yang dapat
mendukung gambar tindakan perbaikan (gb. Sesudah perbaikan) atau
tindakan perbaikan dari temuan ketidaksesuaian yang bersifat
administratif.
5. Tgl penyelesaian perbaikan: adalah tanggal pada saat perbaikan telah
dilakukan oleh Unit Supplier sesuai dengan butir-butir temuan
ketidaksesuaian.
6. Gb. Sebelum perbaikan: gb. Temuan ketidaksesuaian pada saat
Inspeksi.
7. Gb. Sesudah temuan : gb. Tindakan perbaikan yang telah dilakukan
oleh Unit Pengumpul/Suplier terhadap temuan ketidaksesuaian.
8. Ketentuan:
 Setiap tindakan perbaikan Unit Supplier yang bersifat fisik dan
operasional harus disertai dengan gambar sebelum perbaikan dan
gambar sesudah perbaikan.
 Sedangkan perbaikan berupa data/rekaman/dokumen harus
dilengkapi oleh Unit Supplier untuk tindakan yang bersifat
administrasi atau tindakan perbaikan untuk mendukung gb.temuan
yang bersifat fisik atau operasional.

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 50 -

LAMPIRAN V
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

BENTUK DAN FORMAT SERTIFIKAT CPIB

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 51 -

LAMPIRAN VI
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

BENTUK DAN FORMAT SURAT KETERANGAN HASIL VERIFIKASI

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 52 -

LAMPIRAN VII
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMAN AN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN
SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN
YANG BAIK DI SUPPLIER

TATA CARA PENOMORAN SURAT KETERANGAN HASIL VERIFIKASI

aaa-VRF-bbb/c/d/e
Keterangan :
aaa = 3 digit nomer urut Surat Keterangan Hasil Verifikasi diterbitkan
bbb = No sertifikat CPIB yang di Verifikasi
c = Kode UPT KIPM
d = Bulan Surat Keterangan Hasil Verifikasi diterbitkan (Huruf Romawi)
e = Tahun Surat Keterangan Hasil Verifikasi diterbitkan

Contoh : 001-VRF-010/5/III/2019

Artinya : Surat keterangan Verifikasi yang diterbitkan pertama oleh Balai KIPM
Medan I untuk sertifikat CPIB no 010, diterbitkan bulan Maret Tahun
2019

DAFTAR KODE UPT KIPM

KODE
No NAMA UPT KIPM
UPT KIPM
1 Balai Besar KIPM Jakarta I 1
2 Balai Besar KIPM Makasar 2
3 Balai KIPM Denpasar 3
4 Balai KIPM Surabaya I 4
5 Balai KIPM Medan I 5
6 Balai KIPM Balikpapan 6
7 Balai KIPM Mataram 7
- 53 -

KODE
No NAMA UPT KIPM
UPT KIPM
8 Balai KIPM Palembang 8
9 Balai KIPM Jayapura 9
10 Stasiun KIPM Pekanbaru 10
11 Stasiun KIPM Pontianak 11
12 Balai KIPM Manado 12
13 Stasiun KIPM Padang 13
14 Stasiun KIPM Kendari 14
15 Balai KIPM Jakarta II 15
16 Balai KIPM Surabaya II 16
17 Balai KIPM Semarang 17
18 Balai KIPM Banjarmasin 18
19 Stasiun KIPM Jambi 19
20 Stasiun KIPM Bengkulu 20
21 Stasiun KIPM Palu 21
22 Stasiun KIPM Luwuk Banggai 22
23 Balai KIPM Entikong 23
24 Bali KIPM Lampung 24
25 Balai KIPM Tanjung Pinang 25
26 Stasiun KIPM Palangkaraya 26
27 Stasiun KIPM Kupang 27
28 Stasiun KIPM Tj Balai Asahan 28
29 Stasiun KIPM Pangkal Pinang 29
30 Stasiun KIPM Bima 30
31 Stasiun KIPM Ternate 31
32 Stasiun KIPM Tahuna 32
33 Balai KIPM Tarakan 33
34 Stasiun KIPM Gorontalo 34
35 Stasiun KIPM Sorong 35
36 Stasiun KIPM Bau-Bau 36
37 Stasiun KIPM Cirebon 37
38 Stasiun KIPM Yogyakarta 38
39 Balai KIPM Ambon 39
40 Stasiun KIPM Merauke 40
41 Stasiun KIPM Aceh 41
42 Stasiun KIPM Batam 43
- 54 -

KODE
No NAMA UPT KIPM
UPT KIPM
43 Stasiun KIPM Merak 44
44 Stasiun KIPM Mamuju 45
45 Stasiun KIPM Medan II 46
46 Stasiun KIPM Bandung 47

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
- 55 -
LAMPIRAN VIII
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMAN AN HASIL
PERIKANAN
NOMOR 47/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN SERTIFIKAT CARA
PENANGANAN IKAN YANG BAIK DI SUPPLIER

LAPORAN HASIL INSPEKSI DAN VERIFIKASI SUPPLIER

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN


PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Anda mungkin juga menyukai