Anda di halaman 1dari 28

PERATURAN

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 170/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN
DI UNIT PENGOLAHAN IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (5)


Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
51/PERMEN-KP/2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Penerbitan Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu
Terpadu/Hazard Analysis and Critical Control Point perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
tentang Penerapan Sistem Ketertelusuran di Unit
Pengolahan Ikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun
2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
-2-

2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang


Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
317);
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
51/PERMEN-KP/2018 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Penerbitan Sertifikat Penerapan Program
Manajemen Mutu Terpadu/Hazard Analysis and
Critical Control Point;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN TENTANG PENERAPAN SISTEM
KETERTELUSURAN DI UNIT PENGOLAHAN IKAN.
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI,
adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktivitas
penanganan dan/atau pengolahan Ikan.
2. Sistem Ketertelusuran adalah sistem untuk menjamin
kemampuan untuk menelusuri riwayat, aplikasi atau
lokasi dari suatu produk atau kegiatan untuk
mendapatkan kembali data dan informasi melalui
suatu identifikasi terhadap dokumen yang terkait.
3. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
adalah upaya pencegahan dan pengendalian yang
harus diperhatikan dan dilakukan sejak praproduksi
sampai dengan pendistribusian untuk menghasilkan
hasil perikanan yang bermutu dan aman bagi
kesehatan manusia.
4. Surat Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran
adalah surat keterangan yang diberikan kepada pelaku
usaha perikanan yang telah menerapkan dan
memenuhi persyaratan penerapan Sistem
Ketertelusuran.
5. Ketertelusuran Internal adalah kemampuan untuk
menelusuri riwayat, aplikasi, atau lokasi hasil
perikanan sejak diterima, diproses sampai menjadi
produk akhir yang siap dipasarkan.
6. Ketertelusuran Eksternal adalah kemampuan untuk
menelusuri riwayat, aplikasi atau lokasi asal bahan
baku hasil perikanan yang diterima dan tujuan
peredaran produk, termasuk konsumen.
-4-

7. Pemasok adalah orang, kelompok orang atau unit


usaha yang mengumpulkan sementara,
mendistribusikan atau memasarkan hasil perikanan
dari penangkapan ikan atau pembudidayaan ikan
dan/atau agen pembelian/pengumpul ikan, dan/atau
bahan tambahan, bahan penolong dan bahan
kemasan.
8. Rantai Pangan adalah urutan tahapan dan operasi di
dalam produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan,
dan penanganan suatu pangan dan bahan bakunya
mulai dari produksi hingga konsumsi, termasuk bahan
yang berhubungan dengan pangan hingga pangan siap
dikonsumsi.
9. Pelanggan adalah perseorangan atau korporasi yang
membeli produk perikanan dari UPI yang selanjutnya
akan digunakan untuk keperluannya sendiri, diolah,
atau dijual kembali dalam bentuk yang sama atau
berbeda.
10. Rekaman adalah catatan kegiatan yang berisi detail
informasi terkait proses produksi.
11. Lot adalah sekelompok kemasan terkecil atau unit
contoh yang mempunyai ukuran, jenis, cara, dan
waktu proses dalam kondisi yang sama.
12. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang
melaksanakan tugas teknis dibidang pengendalian
mutu dan keamanan hasil perikanan.

Pasal 2
(1) Setiap UPI harus menyusun dan menerapkan Sistem
Ketertelusuran yang mampu mengidentifikasi suatu
produk dan keterkaitannya dengan asal bahan dan
bagian-bagiannya, sejarah pengolahan, peredaran, dan
lokasi produk setelah dikirim.
(2) Sistem Ketertelusuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan:
-5-

a. mengidentifikasi pelaku usaha hasil perikanan


yang terlibat dalam Rantai Pangan, termasuk
Pemasok, ingredient, serta importir, distributor, dan
peritel;
b. mempermudah analisis masalah jika terjadi
penyimpangan pada hasil perikanan, baik yang
masih tersimpan di UPI maupun yang telah
diedarkan; dan
c. mempermudah pelaksanaan penarikan hasil
perikanan yang efektif.
(3) Ruang lingkup Sistem Ketertelusuran meliputi:
a. ketertelusuran terhadap Pemasok;
b. ketertelusuran dalam alur proses produksi; dan
c. ketertelusuran terhadap importir, distributor, dan
peritel.

Pasal 3
(1) Penerapan Sistem Ketertelusuran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilaksanakan secara
bertahap menurut tingkat pemenuhan UPI terhadap
persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan.
(2) UPI yang telah menerapkan Sistem Ketertelusuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapatkan
Surat Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran.
(3) Surat Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
Kepala Badan.
(4) Kepala Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melimpahkan kewenangan penerbitan Surat
Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran kepada
Kepala Pusat Pengendalian Mutu.
(5) Surat Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran
berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
-6-

(6) Penerapan Sistem Ketertelusuran di UPI sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Badan ini.
(7) Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Penerapan
Sistem Ketertelusuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan
ini.

Pasal 4
Sistem Ketertelusuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) meliputi:
a. Ketertelusuran Internal; dan
b. Ketertelusuran Eksternal.

BAB II
PENYUSUNAN SISTEM KETERTELUSURAN

Pasal 5
Penyusunan Sistem Ketertelusuran dilakukan melalui
tahapan:
a. penetapan lingkup Sistem Ketertelusuran;
b. penetapan ukuran optimal unit produksi;
c. identifikasi informasi penelusuran yang diperlukan;
d. penyusunan sistem pencatatan (record-keeping) dan
penelusuran;
e. verifikasi Sistem Ketertelusuran; dan
f. dokumentasi Sistem Ketertelusuran.

Pasal 6
Penetapan lingkup Sistem Ketertelusuran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan dengan cara
menetapkan lingkup ketertelusuran yang meliputi:
a. ketertelusuran Pemasok;
-7-

b. ketertelusuran proses dari sejak bahan baku diterima


sampai menjadi produk akhir; dan
c. ketertelusuran Pelanggan, termasuk importir,
distributor, dan peritel.

Pasal 7
(1) Penetapan ukuran optimal unit produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dilakukan dengan
cara menetapkan jumlah satuan produk perikanan per
unit produksi untuk kemudahan penelusuran.
(2) Ukuran optimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa Lot, batch dan/atau kode khusus lainnya
sesuai dengan yang diterapkan oleh masing-masing
UPI.

Pasal 8
Identifikasi informasi penelusuran yang diperlukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dilakukan
dengan cara mengindentifikasi informasi yang terkait
dengan:
a. peraturan yang relevan dengan Sistem Ketertelusuran;
b. bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan kemasan,
dan/atau produk akhir;
c. posisi pelaku usaha pangan dalam Rantai Pangan; dan
d. diagram alir proses.

Pasal 9
(1) Penyusunan sistem pencatatan (record-keeping) dan
penelusuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d dilakukan dengan cara mendokumentasikan
penerapan Sistem Ketertelusuran di UPI.
(2) Sistem pencatatan (record-keeping) dan penelusuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. deskripsi produk (sifat alami bahan baku: segar,
beku, kering);
-8-

b. definisi dan identifikasi produk yang digunakan


untuk menetapkan asal usul;
c. identifikasi Pemasok dan Pelanggan;
d. Rekaman penerimaan dan identitas bahan baku,
bahan tambahan, bahan penolong dan bahan
kemasan;
e. Rekaman hasil pemantauan setiap tahapan pada
proses produksi, termasuk Rekaman pemantauan
tahapan yang ditetapkan sebagai tahapan Critical
Control Point;
f. Rekaman pengiriman produk kepada Pelanggan,
termasuk informasi identitas Lot atau batch produk
yang dikirim;
g. Rekaman hasil pengujian (uji mikrobiologi, kimia,
fisik dan lainnya), hasil analisis, laporan/Rekaman
(tanggal, shift, dan jam) atau sertifikat analisis dari
pihak ketiga;
h. Rekaman tindakan perbaikan apabila ditemukan
ketidaksesuaian dalam proses produksi;
i. Rekaman penetapan lama penyimpanan, paling
lama sesuai dengan masa kadaluarsa produk; dan
j. Rekaman terkait neraca keseimbangan (mass
balance) produksi.
(3) Semua dokumentasi pencatatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dapat ditunjukkan pada
saat ada pemeriksaan oleh Otoritas Kompeten.

Pasal 10
(1) Verifikasi Sistem Ketertelusuran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf e dilakukan dengan
cara verifikasi prosedur yang telah disusun dan
pelaksanaan penerapannya, dengan menggunakan
simulasi Sistem Ketertelusuran.
-9-

(2) Verifikasi Sistem Ketertelusuran sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan UPI
sebagai alat untuk mengukur efektivitas prosedur yang
telah ditetapkan.

Pasal 11
(1) Dokumentasi Sistem Ketertelusuran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f harus dimiliki UPI
untuk mendukung penerapan Sistem Ketertelusuran
yang efektif.
(2) Dokumentasi Sistem Ketertelusuran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
Rekaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(2) huruf a sampai dengan huruf j.

BAB III
KETERTELUSURAN INTERNAL

Pasal 12
(1) Ketertelusuran Internal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf a, meliputi keseluruhan input dan proses
dalam kegiatan penanganan dan/atau pengolahan
ikan.
(2) Keseluruhan input sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. bahan baku;
b. bahan tambahan pangan;
c. bahan penolong;
d. bahan kemasan; dan
e. bahan kimia;
(3) Proses dalam kegiatan penanganan dan/atau
pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. proses produksi;
b. proses penggabungan produk; dan
c. proses pemisahan produk
- 10 -

Pasal 13
(1) Ketertelusuran Internal pada proses produksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (3) huruf
a berupa:
a. Rekaman setiap tahapan proses;
b. Rekaman pembersihan dan sanitasi; dan
c. Rekaman verifikasi.
(2) Rekaman setiap tahapan proses sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit memuat:
a. kode batch sejak bahan baku sampai produk akhir;
b. tanggal dan waktu produksi berdasarkan batch
produk;
c. jumlah hasil produksi untuk setiap batch produk;
dan
d. Rekaman hasil pemantauan paramater proses,
pengendalian mutu dan kriteria keamanan produk.
(3) Rekaman pembersihan dan sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit memuat:
a. jadwal pembersihan dan sanitasi;
b. bahan dan alat sanitasi yang digunakan; dan
c. petugas sanitasi
(4) Rekaman verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c paling sedikit memuat:
a. hasil pengujian untuk bahaya mikrobiologi, fisik
dan kimia; dan
b. kalibrasi peralatan.

Pasal 14
Dalam hal terjadi proses penggabungan produk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (3) huruf b,
harus dilakukan pencatatan dan dokumentasi terhadap
kode produk gabungan dari beberapa Pemasok yang
digabungkan sejak penerimaan bahan baku sampai dengan
produk akhir.
- 11 -

Pasal 15
Dalam hal terjadi pemisahan produk sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (3) huruf c, harus dilakukan
pencatatan dan dokumentasi terhadap kode produk yang
dipisahkan.
BAB IV
KETERTELUSURAN EKSTERNAL

Pasal 16
Ketertelusuran Eksternal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b meliputi:
a. ketertelusuran terhadap sumber/asal bahan baku,
harus mampu mengidentifikasi setiap Pemasok dan
informasi tersebut tersedia untuk Kepala Badan apabila
diperlukan; dan
b. ketertelusuran terhadap pemasaran/distribusi produk,
harus mampu mengidentifikasi kepada siapa produknya
dikirim dan informasi tersebut tersedia untuk Kepala
Badan apabila diperlukan.

Pasal 17
(1) Ketertelusuran terhadap sumber/asal bahan baku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a
meliputi ketertelusuran informasi asal usul bahan
baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan bahan
kemasan.
(2) Ketertelusuran informasi asal usul bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong, dan bahan kemasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. nama dan alamat Pemasok;
b. nama bahan disertai dengan keterangan nomor
batch dan tanggal kadaluarsa;
c. deskripsi bahan (sifat alami produk: segar, beku,
kering dan lain-lain);
d. tanggal pengiriman dan kedatangan bahan;
- 12 -

e. jumlah penerimaan;
f. kegiatan yang dilakukan di Pemasok bahan baku;
g. komposisi bahan tambahan dan bahan penolong;
h. material yang digunakan untuk bahan kemasan
(material safety data sheet); dan
i. Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik di
Supplier.
(3) Selain informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
untuk bahan baku yang berasal dari:
a. hasil perikanan budidaya harus mencantumkan
informasi mengenai:
1) Sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik dan
Sertifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik;
2) daftar Pemasok yang telah disetujui oleh UPI
berdasarkan hasil evaluasi;
3) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin;
4) informasi terkait monitoring residu oleh
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dapat
berupa data pengambilan contoh dan hasil uji;
5) Cara Karantina Ikan yang Baik, bila produk
berasal dari impor; dan
6) log book (tally).
b. hasil perikanan tangkap, harus mencantumkan
informasi mengenai:
1) Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik di
atas kapal;
2) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan atau catch
certificate untuk negara tujuan yang
mempersyaratkan;
3) hasil inspeksi pengendalian mutu;
4) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin;
5) Cara Karantina Ikan yang Baik, bila produk
berasal dari impor;
6) log book (tally);
- 13 -

Pasal 18
(1) Ketertelusuran terhadap pemasaran/distribusi produk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b
meliputi ketertelusuran terhadap informasi tujuan
pemasaran produk.
(2) Informasi tujuan pemasaran produk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. nama dan alamat Pelanggan;
b. deskripsi produk yang dikirim kepada Pelanggan;
c. kode produksi untuk produk yang dikirim kepada
Pelanggan;
d. tanggal pengiriman;
e. jumlah produk yang dikirim;
f. tujuan pengiriman (nama distributor/konsumen
/peritel);
g. nomor invoice/surat jalan/delivery order/sales
order;
h. packing list;

BAB V
PENGKODEAN DALAM SISTEM KETERTELUSURAN

Pasal 19
(1) Setiap UPI harus menetapkan pengkodean dalam
Sistem Ketertelusuran yang dikembangkannya.
(2) Pengkodean sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa kode numerik sederhana atau kompleks
dan diletakkan pada kemasan produk akhir dengan
tujuan mempermudah penelusuran secara
menyeluruh, baik penelusuran ke belakang (tracing)
maupun penelusuran ke depan (tracking).
(3) Tracing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan
untuk mendapatkan data dan informasi terkait dengan
Pemasok atau asal usul bahan baku, bahan tambahan,
bahan penolong dan bahan kemasan.
- 14 -

(4) Tracking sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi
terkait dengan Pelanggan atau pengiriman suatu Lot
produk.
(5) Kode yang ditetapkan dapat dicantumkan dalam label
produk akhir.

BAB VI
TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN
PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN

Pasal 20
(1) Kepala Pusat Pengendalian Mutu melalui Kepala
Bidang Inspeksi dan Ketelusuran menyusun program
evaluasi penerapan Sistem Ketertelusuran pada UPI.
(2) Berdasarkan program evaluasi penerapan Sistem
Ketertelusuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Pusat Pengendalian Mutu menugaskan tim
evaluasi untuk melaksanakan evaluasi penerapan
Sistem Ketertelusuran pada UPI.
(3) Dalam hal hasil evaluasi terdapat ketidaksesuaian
maka UPI harus melakukan tindakan perbaikan
terhadap seluruh ketidaksesuaian dalam jangka waktu
paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak ketidaksesuaian
ditemukan.
(4) Tim evaluasi melakukan verifikasi terhadap tindakan
perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
membuat laporan hasil evaluasi beserta rekomendasi
yang disampaikan kepada Kepala Pusat Pengendalian
Mutu.
(5) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), Kepala Pusat Pengendalian Mutu:
a. menerbitkan Surat Keterangan Penerapan Sistem
Ketertelusuran, dalam hal rekomendasi
menyatakan sudah mampu telusur; atau
- 15 -

b. tidak menerbitkan Surat Keterangan Penerapan


Sistem Ketertelusuran dalam hal rekomendasi
menyatakan tidak mampu telusur.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2019

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Hukum,
Kerja Sama, dan Humas,

Sugiman
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN
NOMOR 170/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN DI
UNIT PENGOLAHAN IKAN

PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN

1. Penerapan Sistem Ketertelusuran


1.1. Tanggung Jawab
Setiap UPI wajib menyusun rencana Sistem Ketertelusuran yang
menjadi bagian dari manajemen usaha. Rencana Sistem
Ketertelusuran harus mencakup semua persyaratan yang telah
ditetapkan. UPI wajib menetapkan dan mengkomunikasikan tugas
dan tanggung jawab kepada masing-masing personil.
1.2. Rencana Pelatihan
UPI wajib memiliki dan menerapkan rencana pelatihan untuk
mendapatkan personil yang kompeten dalam implementasi Sistem
Ketertelusuran.
1.3. Pemantauan
a. UPI wajib menyusun prosedur pemantauan Sistem
Ketertelusuran, untuk mengukur efektifitas sistem yang telah
disusun, sehingga mampu mendeteksi secara dini adanya potensi
permasalahan yang berkaitan dengan keamanan produk
perikanan.
b. Pemantauan dilakukan melalui simulasi Sistem Ketertelusuran.
c. Simulasi Sistem Ketertelusuran mempersyaratkan setiap UPI
mampu melacak:
 asal-usul bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan
bahan kemasan yang digunakan sampai ke tingkat Pemasok
 proses produksi dari bahan baku sampai produk akhir
 Pelanggan dari distributor sampai ke konsumen jika
diperlukan.
- 17 -

d. Simulasi dilakukan secara periodik dengan frekuensi yang


ditetapkan oleh masing-masing UPI berdasarkan tingkat
kerumitan dan jenis produk yang dihasilkan sekurang-kurangnya
1 (satu) kali dalam setahun.

2. Tinjauan Ulang Sistem Ketertelusuran


UPI harus meninjau ulang Sistem Ketertelusuran secara periodik, atau
apabila ada perubahan pada sistem, proses produksi, atau produk akhir.
Peninjauan ulang yang dilakukan harus memuat paling sedikit mengenai:
a. hasil simulasi Sistem Ketertelusuran;
b. temuan ketidaksesuaian pada audit Sistem Ketertelusuran;
c. perubahan produk atau proses;
d. informasi terkait Sistem Ketertelusuran dari UPI dan Pemasok lain
dalam Rantai Pangan;
e. tindakan korektif terkait Sistem Ketertelusuran;
f. umpan balik konsumen, termasuk keluhan konsumen yang terkait
dengan Sistem Ketertelusuran; dan
g. peraturan baru atau perubahannya yang berpengaruh pada Sistem
Ketertelusuran;
Peninjauan ulang ini harus didokumentasikan sebagai referensi untuk
memutakhirkan Sistem Ketertelusuran.

3. Lampiran
3.1. Formulir informasi awal (Form 1)
3.2. Formulir ketertelusuran eksternal untuk (Pemasok) (Form 2)
3.3. Formulir ketertelusuran eksternal (Pelanggan) (Form 3)
3.4. Formulir ketertelusuran internal (proses produksi) (Form 4)
KOP UPI

Form 1.
Formulir Informasi Awal

Nama produk Diisi nama produk pangan secara jelas

Kode produksi Diisi dengan nomor lot/batch/kode spesifik atau


tanggal produksi

Tanggal produksi Diisi tanggal produksi

Tanggal pengemasan Diisi tanggal kapan produk dikemas (jika berbeda


dengan tanggal produksi)

Jumlah produksi Diisi jumlah produk yang dihasilkan (Satuan


(kuantitas) berupa : Kg, Carton, box, botol dll)

Jumlah yang sudah Diisi jumlah produk yang telah dikirimkan ke


dikirim distributor/pelanggan/konsumen

Jumlah yang ada di Diisi jumlah produk yang masih belum


gudang dikirimkan (jika masih ada)
KOP UPI

Form 2.
Formulir ketertelusuran eksternal (Pemasok)

1. Ikan Hidup Hasil Tangkapan (Fresh/Frozen)*

Nama Pemasok: Tanggal Pencatatan :


Alamat : Nomor Registrasi KUSUKA :

Alat
Total yang Suhu Produk
Nama Vessel Nama Tangkap Jumlah Total yang
No. diterima (Jenis (Fresh/Frozen)*
Nelayan/Pemasok ID/CPIB Spesies dan Lokasi Tangkapan ditolak
dan Size)
Tangkapan

*) Coret salah satu jenis produk


2. Ikan Hasil Budidaya

Nama Pemasok: Tanggal Pencatatan :


Alamat : Nomor Registrasi KUSUKA :

Total yang
Nomor Total Suhu
Nama Nama Jumlah diterima
No. CPIB/CPIB Petak (Izin yang Produk
Petambak/Pemasok Spesies Tangkapan (Jenis dan
Tambak) ditolak
Size)
3. Ikan Kering

Nama Pemasok: Tanggal Pencatatan :


Alamat : Nomor Registrasi KUSUKA :

Total yang
Kode Jumlah
Nama diterima Total yang Keterangan
No. Nama Pemasok Produk (No Kemasan
Spesies (Jenis dan ditolak
lot/batch) (Karton)
Size)
KOP UPI

Form 3.
Formulir ketertelusuran eksternal (Pelanggan)

Tujuan Pengiriman Nomor Invoice/Surat


Tanggal Pengiriman Jumlah Produk yang Dikirim
No. (Nama Distributor/ Jalan/ Delivery
(Tgl/bln/thn) (kg/box/karton) Order/Sales Order
Konsumen/Peritel)
KOP UPI

Form 4.
Formulir Ketertelusuran Internal (Proses Produksi)

a. Bahan Baku dan Bahan Tambahan (termasuk bahan alergen*)

Bukti
Nama Bahan Penerimaan
Nama Jumlah
Nomor Lot/ Tanggal Tanggal (COA,
No. Produsen Yang
Nomor Kadaluwarsa Kedatangan Laporan
/Pemasok Digunakan
Batch/ Inspeksi,
dll)

*) Jika ada

b. Bahan kemasan

Bukti
Penerimaan
Nama Jumlah
Nama Nomor Tanggal (COA,
No. Produsen Yang
Kemasan Lot/Batch Kedatangan Laporan
/Pemasok Digunakan
Inspeksi,
dll)
Kemasan nomor Tgl/bln/ Nama Jumlah Nomor COA;
primer thn supplier (pcs) Tanggal
pemeriksaa
n Laporan
QC

Kemasan nomor Tgl/bln/ Nama Jumlah Nomor COA;


sekunder thn supplier (pcs) Tanggal
pemeriksaa
n Laporan
QC
- 24 -

c. Laporan Pemantauan Titik Kendali Kritis (Critical Control


Point/CCP) pada saat produksi

Pemantauan CCP
No. (Nama Tahapan Hasil Pemantauan Laporan/Rekaman
Proses)

1. CCP 1 (sebutkan) Catat hasilnya Nomor Rekaman

2. CCP 2 (sebutkan) Catat hasilnya Nomor Rekaman

d. Rekaman pembersihan dan sanitasi

No. Paramater Hasil Pemantauan Laporan/Rekaman

1. Sebutkan metoda Catat hasil Nomor Rekaman


yang digunakan, pemantauan /
parameter keefektifan pengujian
yang harus dipantau
/ dievaluasi misalnya
secara visual, secara
mikrobiologi dan lain-
lain
- 25 -

e. Hasil uji produk akhir atau selama proses

Laporan /
Parameter Rekaman:
No. Hasil Analisa
Tanggal, Shift,
Jam

1. Mikrobiologi (E.coli. Catat hasil uji Tanggal, jam, shift


Coliform. Salmonella, (nama rekaman &
dll) nomor rekaman)

2. Kimia (Logam Berat, Catat hasil uji Tanggal, jam, shift


Pestisida, Cemaran (nama rekaman &
Kimia Lain, Jumlah nomor rekaman)
Bahan Tambahan
Pangan)

3. Fisik/Visual/Paramet Catat hasil uji Tanggal, jam, shift


er Kualitas (nama rekaman &
nomor rekaman)

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN
NOMOR 170/PER-BKIPM/2019
TENTANG
PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN DI
UNIT PENGOLAHAN IKAN

TATA CARA PENERBITAN


SURAT KETERANGAN PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN

I. Penyusunan Program
a. Kepala Pusat Pengendalian Mutu melalui Kepala Bidang Inspeksi
dan Ketelusuran menyusun program evaluasi penerapan Sistem
Ketertelusuran pada UPI; dan
b. Berdasarkan program pada huruf a, Kepala Pusat Pengendalian
Mutu menugaskan Inspektur Mutu untuk melaksanakan evaluasi
penerapan Sistem Ketertelusuran pada UPI.
II. Persiapan Evaluasi
a. Tim evaluasi sekurang-kurangnya terdiri dari 2 (dua) orang
inspektur mutu yang terdiri dari ketua dan anggota;
b. Ketua tim melakukan koordinasi dengan anggota tentang rencana
pelaksanaan evaluasi dan ketersediaan dokumen penerapan Sistem
Ketertelusuran pada UPI; dan
c. Tim evaluasi mempersiapkan dokumen yang digunakan pada
pelaksanaan evaluasi, yaitu :
- Form Desk Audit
- Form Daftar Hadir Evaluasi (Pembukaan/Penutupan);
- Form Data Umum UPI;
- Form Check List Traceability; dan
- Form Laporan Singkat Hasil Evaluasi.
III. Pertemuan Pembukaan
a. Ketua Tim memimpin pertemuan pembukaan antara Tim Evaluasi
dengan manajemen UPI; dan
b. Ketua Tim mengkonfirmasi tujuan, ruang lingkup, dokumen, dan
waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan evaluasi.
- 27 -

IV. Pelaksanaan Evaluasi


Tim mengumpulkan data-data sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup
Evaluasi melalui:
a. Tinjauan Dokumen, Tim meninjau dokumen UPI yang terkait Sistem
Ketertelusuran, meliputi dokumen:
 Panduan, prosedur/instruksi kerja dan rekaman;
 ketentuan pengkodean Sistem Ketertelusuran (batch code);
 daftar Pemasok bahan baku;
 supplier guarantee;
 sertifikat pendukung Pemasok (SHTI, CPIB, dsb);
 evaluasi Pemasok;
 penerimaan bahan baku;
 daftar produk;
 prosedur recall (mock recall);
 invoice;
 packing list;
 Sertifikat Kesehatan (HC);
 Bill of Lading/ Airway Bill;
 Laporan Hasil Uji (LHU);
 informasi kadaluarsa produk; dan
 contoh kemasan produk (master carton dsb);
b. Pengamatan Lapangan, Tim melakukan pengamatan langsung di
lokasi proses mulai dari lokasi pemasukan bahan baku sampai ke
lokasi penyimpanan produk akhir.
V. Pembahasan hasil evaluasi (Caucus Meeting)
a. Tim inspektur mutu mengadakan pertemuan tertutup untuk
membahas hasil evaluasi;
b. Tim inspektur mutu melakukan analisa Sistem Ketertelusuran,
mengevaluasi temuan ketidaksesuaian dan membuat laporan
singkat hasil evaluasi mengenai bukti yang ditemukan berdasarkan
ketidaksesuaian yang diamati; dan
c. Menyiapkan pertemuan akhir.
VI. Pertemuan Akhir
a. Ketua Tim memimpin pertemuan akhir antara tim evaluasi dengan
manajemen UPI;
- 28 -

b. Ketua Tim menyampaikan Laporan Hasil Evaluasi penerapan Sistem


Ketertelusuran kepada manajemen UPI;
c. Tim memberikan kesempatan kepada pihak UPI untuk memberikan
tanggapan terhadap laporan hasil evaluasi penerapan Sistem
Ketertelusuran; dan
d. Tim evaluasi dan UPI menyepakati batas waktu penyampaian
rencana tindakan perbaikan.
VII. Verifikasi tindakan perbaikan
a. Tim evaluasi melakukan verifikasi terhadap tindakan perbaikan
yang dilaporkan oleh UPI dan membuat laporan hasil verifikasi
tindakan perbaikan serta melaporkannya kepada Kepala Pusat
Pengendalian Mutu; dan
b. Tim evaluasi menyampaikan secara tertulis hasil perbaikan yang
belum memuaskan kepada UPI hingga tindakan perbaikan
menunjukkan bahwa UPI telah menerapkan Sistem Ketertelusuran
secara konsisten.
VIII. Penilaian Hasil Evaluasi
a. Tim evaluasi membuat laporan hasil verifikasi tindakan perbaikan
dan melaporkannya kepada Kepala Bidang Inspeksi dan
Ketelusuran;
b. Kepala Bidang Inspeksi dan Ketelusuran memberikan rekomendasi
penerbitan Surat Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran pada
UPI dan melaporkan kepada Kepala Pusat Pengendalian Mutu;
c. Kepala Pusat Pengendalian Mutu menerbitkan Surat Keterangan
Penerapan Sistem Ketertelusuran pada UPI
d. Surat Keterangan Penerapan Sistem Ketertelusuran berlaku selama
2 (dua) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan verifikasi untuk
perpanjangan.

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Anda mungkin juga menyukai