Anda di halaman 1dari 14

Standar Operasional Prosedur Health Certificate (HC)

Peraturan Menteri KKP Nomor : PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk
Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan Nomor 59/Kep-bkipm/2016 Tentang {etunjuk Teknis Sertifikasi Kesehatan Hasil
Perikanan
Layanan Sertifikat Kesehatan (HC) diatur dalam
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER19/MEN/2015 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan
Keputusan Menteri Kelautan
2. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP01./MEN/2007 tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Persyaratan Sertifikasi Kesehatan Hasil Perikanan
1. Setiap produk perikanan yang dipasarkan untuk konsumsi manusia wajib disertai
dengan sertifikat Kesehatan (Health Certificate) yang diterbitkan berdasarkan hasil
inspeksi dan hasil pengujian selama proses produksi atau In-Process Inspaction (IPI)
2. Sertifikat Kesehatan hanya dapat diterbitkan terhadap produk Perikanan yang
berasal dari UPI yang telah memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan
hasil Perikanan dan telah mendapatkan Sertifikat Penerapan HACCP dan atau
Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik di kapal
3. Sertifikat Kesehatan harus sesuai dengan format yang ditetapkan oleh Otoritas
Kompeten
4. Sertifikat Kesehatan ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan uang ditunjuk oleh
Kepala Badan dan distempel dengan menggunakan stemple Badan
5. Sertifikat Kesehatan harus memuat data dan inforasi yang sesuai dengan produk
yang disertifikasi
6. Sertifikat Kesehatan harus diterbitkan sebelum produk dipasarkan/hasil perikanan
didistribusikan
Jaminan Mutu adalah asuransi bahwa :
A. Produk dan layanan memenuhi standart yang diharapkan oleh customer
B. Selalu dapat memenuhi kebutuhan customer tepat waktu, konsisten atau terus
menerus
C. Mengerjakan, melayani, memutuskan, dan menghasilkan sesuatu pada saat yang
tepat, dan selalu memperbaiki dalam rangka memuaskan customer

Kualitas tinggi, customer puas


Bebas kekurangan dan kelemahan
Diproses secara efektif dan efisien
8 Langkah jaminan mutu :
1. Adanya standar seperti : CPIB, CBIB, dan CKIB, pedoman, petunjuk teknis
2. Pelaksanaan standar yang telah ditetapkan, dengan dibuktikan adanya log book dan
sertifikat
3. Adanya monitoring terhadap pelaksanaan standar proses dan hasil
4. Adanya proses evaluasi diri, sebagai bahan perbaikan dan penyesuaian
5. Adanya audit internal
6. Rumusan perbaikan
7. Peningkatan mutu
8. Introduksi standar baru
Siklus Sistem Jaminan Mutu
1. Standar
2. Pelaksanaan
3. Monitoring
4. Evaluasi Diri
5. Audit Internal
6. Rumusan Koreksi
7. Peningkatan Mutu
Jaminan Mutu Produk
1. Harus tertelusur proses dari hulu sampai hilir (traceability
2. Harus tergambarkan LINK and MATCH antara hulu dan hilir dalam system produksi
Cara Budidaya Ikan Yang Baik
1. Menerapkan Good Aquaculture Practices
2. Menerapkan Biosecurity
3. Menerapkan Food Safety
4. Ramah Lingkungan
Pra produksi (lokasi, suplai air, tata letak, dll)
Proses produksi (benih, pakan, air, obat, dll)
Panen (alat, dan cara panen)
Penanganan hasil (lokasi, sarpras, cara)
Pengemasan hasul (bahan dan cara)
Distribusi hasil (wadah dan cara)
Cara Karantina Ikan Yang Baik, Unit Usaha Pembenihan/Pembesaran Ikan harus :
1. Memenuhi syarat lokasi/tempat
2. Memiliki sarana dan prasarana
3. Memiliki SDM yang kompeten
4. Memiliki Dokumen mutu CKIB
5. Menerapkan biosekuriti (alat, personil, komoditas, lingkungan UUPI)
6. Menentukan analisis dan identifikasi bahaya
Link And Match. Dalam Jaminan Mutu Kesehatan Ikan

 Standarisasi proses, dan produk budidaya yang bermuara pada sertifikasi seperti
CBIB, dan CPIB :
Perlu diwajibkan bagi pembudidaya, pengumpul komoditas ekspor
 Standarisasi proses karantina ikan yang baik, (CKIB) merupakan proses tidak
terpisah dari CPIB dan CBIB, sehingga sertifikat Kesehatan ikan refleksi
kepatuhan CBIB dan CKIB
CBIB, CPIB, CKIB → • Jaminan Mutu → Daya Saing Tinggi → Siap Pasar Global
• Layanan Prima
- PEMBUDIDAYA → Sertifikat CBIB, CPIB → Sertifikat CKIB → Masuk Pasar
- UPPI Regional & Internasional → Perubahan kriteria
↓ ↑
↓ ↑
→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→
Tata Cara Implementasi In Line Inspection

• Unit Pembenihan
• Pembesaran
• Penampungan/
pengumpul Ikan

Permohonan dilengkapi persyaratan

UPT - BKIPM

Verivikasi Dokumen
PAKTA INTEGRITAS
Tidak Lengkap Persyaratan Lengkap

KAPUSKARI

Tidak ada
HPIK / HPI Pemantauan (1x6
Tertentu
Bulan)

Ada HPIK / HPI Tertentu


Sertifikasi Karantina
DIBEKUKAN
IkanYang Baik (SKB)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAWASAN
Pengawasan Kebenaran Isi, Jumlah, dan Jenis Media Pembawa
BPSPL → Surat Rekomendasi → Pengguna Jasa (Jika media pembawa termasuk dalam
daftar biota perairan yang dilindungi) → Kantor Balai (di tahap ini terdapat 2 tahapan)
1. Pemeriksaan Kesesuaian Jml dan Jenis (Jika sesuai akan diproses, jika tdk akan ditolak)
2. Pengajuan PPK dan Permohonan Uji Lab sesuai persyaratan masing-masing daerah
tujuan
Alur Flowchat Pelayanan Di Balai KIPM Kelas 1 Surabaya 1
Pengguna Jasa (Pengajuan PPK dan membawa sampel yang akan dikirim) →
Kantor Balai (Cek fisik, Penyerahan SPP, Segel) →
Regulated Agent – Xray (Penyerahan SPP, Melihat segel pada kemasan →
Cargo Lini 1 ( Pengambilan SPP, Cek Ulang, Penyerahan HC) →
Air Line
Biota Laut Sirip Yang Dilindungi
1. Hiu Koboy/Oceanic Whitetip Shark (Carcharhinus longimanus)
2. Scalloped Hammerhead (Sphyrna lewini)
3. Smooth Hammerhead (Sphyrna zyaanea)
4. Great Hammerhead (Sphyrna mokarran)
Larangan Ekspor Benih Sidat
PERMEN KP/19/2012 Larangan Pegeluaran Benih Sidat (Aungilla spp.) dari Wilayah
Negara Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia
Larangan Menangkap Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan
(Portonus pelagicus spp.) dalam kondisi bertelur
1. Lobster. Penangkapan lobster dapat dilakukan dengan ukuran panjang karapas > 8 cm
2. Kepiting. Penangkapan kepiting dapat dilakukan dengan ukuran lebar karapas >15 cm
3. Rajungan. Penangkapan rajungan dapat dilakukan dengan ukuran lebar karapas >10 cm
Pengawasan Media Pembawa yang Berpotensi Terdapat HPIK
1. Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Nomor 02/KEP-BKIPM/2016, dijelaskan :
Petugas Pengawasan, Pengendalian dan Informasi sebagaimana dimaksud Diktum
KESATU mempunyai tugas melakukan pemantauan, pengawasan, pengendalian, dan
surveilan HPIK, mutu, dan kemaanan hasil perikanan, inspeksi dalam rangka sertifikasi
penerapan program manajemen mutu terpadu, penerapan system manajemen utu pada
pelayanan operasional dan laboratorium Kesehatan ikan, mutu, dan keamanan hasil
perikanan, serta pengumpulan dan pengolahan data dan informasi perkarantinaan ikan,
mutu, dan keamanan hasil perikanan.
Petugas Tata Pelayanan dan Petugas Pengawasan, Pengendalian dan Informasi dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Stasiun Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II
2. Tim pengawasan terpadu ini sudah dibentuk sebelumnya dengan Surat Keputusan
Kuasa Pengguna anggaran Stasiun KIPM Kelas II Merauke Nomor KRP.029/40.0/KP-
340/I/2016 yang dikeluarkan oleh Kepala Stasiun KIPM Kelas II Merauke.
Pengawasan terpadu lalu lintas komoditi perikanan di wilayah Lintas Batas SOTA-
PNG ini akan dilaksanakan setiap sebulan sekali
3. SOP NOMOR : 34/L/TO.2/BKIPM.2/2013, tentang SOP Pengawasan Lalu Lintas
Media Pembawa (MP) di Tempat Pemasukan
4. SOP NOMOR : 35/M/TO.2/BKIPM.2/2013, tentang SOP Pengawasan Media Pembawa
di Instalasi Karantina Ikan (IKI) Dalam Rangka Pameran
5. Dalam rangka kewaspadaan pengeluaran ekspor benih sidat ke luar negeri melalui
jalur Pulau Batam sebagai daerah kepulauan yang berbatasan langsung dengan
Singapura dan Malausia yang sangat rawan, maka perlu adanya upaya pengawasan
awal terhadap pemasukan benih sidat ke Batam. salah satu upaya awal pencegahan
pengeluaran benih ke luar negeri melalui Batam adalah perlu adanya persyaratan
tambahan yaitu rekomendasi pemasukan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kab/Kota dari daerah tujuan, dimana rekomendasi tersebut merupakan cerminan
bahwa pemasukan benih sidat tersebut benar-benar untuk dilakukan kegiatan
budidaya yang tentunya sudah melalui mekanisme persyaratan system budidaya
yang baik sehingga Dinas Kelautan dan Perikanan Kab/Kota turut melakukan
pengawasan dan pembinaan pembesaran sidat tujuan ekspor (08 Oktober 2014
10:07, oleh : Stasiun KIPM Kelas I Batam, 2014)
Pengawasan Terhadap Ikan-ikan yang Dilarang
Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
59/PERMEN-KP/2014 Tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi (Carcharhinus
longimanus) dan Hitu Martil (Sphyrna spp.) Dari Wilayah Negara Republik Indonesia ke Luar
Wilayah Negara Republik Indonesia
Surat edaran Nomor 20/BKIPM/I/2015 Tentang Larangan Penerbitan Sertifikat Kesehatan
Produk Perikanan Untuk Tujuan Ekspora dan Antar Area Bagi Komoditas Lobster (Panulirus
spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.)
KEPMEN KP No. 37 Tahun 2013 Penetapan Status Perlindungan Ikan Napoleon (Cheilinus
undulates)
Ikan Yang Dilarang Untuk di Ekspor
1. PERMENDAG NO 44/M-DAG/PER/7/2013 Tentang Barang Dilarang Ekspor
2. PERMENDAG NO 50/M-DAG/PER/9/2013 Tentang Ketentuan Ekpos Tumbuhan Alam
dan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi UU dan Termasuk Dalam Daftar Cites
3. PERMEN NO. 18 TAHUN 2009 Tentang Larangan Ekspor Benih Sidat
Ikan Yang Dilarang Untuk di Impor
1. PERMEN KP NO.17 TAHUN 2009 Tentang Larangan Pemasukan Beberapa Jenis Ikan
Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia
2. PERATURAN BERSAMA MENPERINDAG NO. 52/M-DAG/PER/12/2010 DAN MEN KP
PB.02/MEN/2010
Ikan Yang Dilarang Ditangkap
1. PERMEN KP NO 1/PERMEN-KP/2015 Penangkapan Lobster (Panulirus pp.), Kepiting
(Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.)
2. SURAT EDARAN BKIPM NOMOR 20/BKIPM/I/2015 Larangan penerbitan sertifikat
Kesehatan produk perikanan untuk tujuan ekspor dan antar area bagi komoditas Lobster
(Panulirus spp.) Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunus spp.)
Pengawasan Terhadao Ikan-ikan yang Dilindungi
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2016 Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
Terancam Punah :
ASPER REGULASI - KSDI
1. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
2. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
4. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan → UU No. 45 Tahun 2009
5. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan
7. Permen KP No. Per.17/Men/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
8. Permen KP No. Per.02/Men/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan
9. Permen KP No. Per.03/Men/2010 tentang Tata Cara Penetapan Perlindungan Jenis Ikan
10. Permen KP No. Per.04/Men/2010 tentang Pemanfaatan Jenis dan Genetika Ikan
11. Permen KP No. Per.30/Men/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan
Kriteria Jenis Ikan Yang Dilindungi
Cites PP No 7 Thn 1999 PP No. 60 Thn 2007 IUCN
Apendiks 18 Jenis Ikan 1. Terancam punah 1. Punah (Ex)
I,II,III Lindungan 2. Langka 2. Punah di alam (Ew)
3. Endemik 3. Kritis (CR)
4. Penurunan populasi di 4. Dalam Bahaya (EN)
alam secara drastis 5. Rawan (V)
5. Tingkat reproduksi 6. Nyaris Terancam (NT)
yang rendah 7. Tidak Perlu Perhatian
8. Kekurangan Data (DD)
Yang dimaksud dengan Jenis Ikan adalah
1. Ikan bersirip (pisces)
2. Udang, ranjungan, kepiting, dan sebangsanya (Crustacea)
3. Kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (Mollusca)
4. Ubur-ubur dan sebangsanya (Coelenterata)
5. Teripang, bulu babi dan sebangsanya (Echinnodermata)
6. Kodok dan sebangsanya (amphibian)
7. Buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya (reptilian)
8. Paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mamalia)
9. Rumput laut dan tumbuhan laut yang hidup di dalam air (algae)
10. Biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut diatas, semuanya
termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi
Konservasi Sumber Daya Ikan (PP No.60 Tahun 2007)
Konservasi Sumber Daya Ikan ada 3
1. Konservasi Ekosistem
2. Konservasi Jenis Ikan
3. Konservasi Genetik
Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan SDI, termasuk ekosistem, jenis, dan
genetic untuk menjamin keberadaan, ketersedaan, dan kesinambungan dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman SDI
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.03/MEN/2010
Tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan
Tujuan Penetapan Status → Untuk menjaga dan menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungan jenis ikan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragaman SDI dan lingkungan secara berkelanjutan
Kriteria Penetapan Status Perlindungan
1. Terancam punah
2. Langka
3. Daerah penyebaran terbatas (endemic)
4. Penurunan drastic individu di dalam
5. Tingkat kemampuan reproduksi rendah
Jenis Ikan Dilindungi
PP 7/99 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
± 46 spesies termasuk dalam kelompok ikan
1. Mamalia akuatik : paus, dolphin, dugong
2. Reptilia : penyu, labi-labi moncong babi, tuntong, kura-kura irian, buaya air tawar
3. Anthozoa : akar bahan/black coral
4. Bivalvia : kima, lola, nautilus, ketam tapak kuda, batu laga, kepala kambing
5. Pisces : selusur meninjau, ikan raja laut, ikan belida jawa, ikan arwana, ikan wader goa
Spesies Prioritas Dilindungi
Pengelolaan Jenis Ikan Pengelolaan Jenis Ikan Pengelolaan Jenis Ikan
yang belum mmpnyai yang dilindungi PP7/1999 yang masuk apendiks CITES
status perlindungan 1. Penyu 1. Napoleon
1. Terubuk 2. Dugong 2. Kuda laut
2. Banggai cardinal fish 3. Arwana super red 3. Karang hias
3. Sidat 4. Arwana jardini 4. Labi-labi
4. Hiu 5. Paus
6. Kima
7. Lola
Tipe Status Perlindungan Jenis Ikan
PP No. 7 Tahun 1999
Dilindungi = Perlindungan Penuh
PP No. 60 Tahun 2007
1. Perlindungan Penuh
2. Perlindungan Terbatas → 1. Terbatas waktu
2. Terbatas tempat
3. Terbatas Ukuran
Penetapan Status Perlindungan Oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
1. KEPMEN KP NO. 37/2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Ikan
Napoleon
2. Bambu laut (Isis huppiris) sedang dalam proses
3. KEPMEN KP NO. 59/2011 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Ikan
Terubuk (Tenualusa macrura)
4. KEPMEN KP NO. 18/2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Ikan Hiu
Paus (Rhyncodon typus)
Status Perlindungan Penyu
1. UU NO.5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
2. PP NO.7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, Semua Jenis Penyu di
Indonesia dikelompokkan Sebagai Satwa yang dilindungi, termasuk pemanfaatan telur
dan induknya.
3. UU NO.31/2004 tentang Perikanan
4. Penyu dikategorikan sebagai satwa langka dan dilindungi dalam Red Data Book IUCN
5. Apendiks I CITES
Permasalahan Pengelolaan Penyu di Indonesia
1. Sebagai habitat peneluran (nesting area) belum menjadi Kawasan dilindungi
2. By-Catch penangkapan ikan (pukat, udang, longline dan gillnet)
3. Keinginan masyarakat untuk memanfaatkan potensi ekonomi penyu
4. Pengambilan dan perdagangan telur penyu illegal
6 Dari 7 Penyu di Indonesia
1, Chelonia mydas (Penyu Hijau)
2. Lepidochelys olivacea (Penyu Lekang)
3. Dermochelys coriacea (Penyu Belimbing)
4. Eretmochelys imbricate (Penyu Sisik)
5. Natator depressa (Penyu pipih)
6. Caretta caretta (Penyu tempayan)
7. Lepidochelys kempii (Penyu lekang kempii) !! TIDAK ADA DI INDONESIA
Status Konservasi Penyu
• Semua jenis penyu telah dilindungi berdasarkan PP NO.7 Tahun 1999
• Daftar Apendiks I CITES
• Daftar Merah IUCN
Isu Tentang Hiu dan Pari
Kekosongan regulasi
Over eksploitasi
Penangkapan anak
By-catch pengoperasian gillnet dan rawai
Cara penangkapan hiu yang dianggap kejam
Sosial ekonomi nelayan
Regulasi Terkait Perikanan Hiu dan Pari
Regulasi Nasonal Regulasi RFMO Regulasi CITES

Regulasi Nasional
PP NO.7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
Hiu Gergaji (Pristis microdon) → Status Perlindungan Penuh → Tidak Boleh
Dimanfaatkan
KEP.MENKP No.18/2013 Penetapan Status Perlindungan Ikan Hiu Paus (Rhyncodon typus)
Hiu Paus (Rhyncodon typus) → Status Perlindungan Penuh → Tidak Boleh Dimanfaatkan
PERMEN KP NO 30 TAHUN 2012
USAHA PERIKANAN DI WPP-RI
Hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang secara ekologi terkait dengan (Ecologically
Related Species) Perikanan Tuna
Pasal 73
1. Setiap kapal penangkap ikan yang memiliki SIPI di WPP – NRI wajib melakukan Tindakan
konservasi terhadap jenis spesies tertentu yang terkait secara ekologi dengan tuna, yang
ditetapkan oleh Regional Fisheries Management Organization.
2. Jenis speses tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu monyet (thresher shark)atau
b. Non-ikan yang tertangkap secara tidak sengaja (incidental catch) berupa burung
laut, penyu laut termasuk paus
Jenis Mamalia Laut Dilindungi Di Indonesia
PP 7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
1. Balaenoptera musculus (paus biru)
2. Balaenoptera physalus (paus bersirip)
3. Megaptera novaeangliae (paus bengkok)
4. Dugong dugon (dugong/duyung)
5. Orcaella brevirastris (lumba-lumba air tawar)
6. Famili Cetacea (semua jenis paus yang termasuk dalam Family Cetacea)
7. Famili Dolphinidae (semua jenis lumba-lumba air laut Family Dolphinidae)
8. Famili Ziphiidae (semua jenis lumba-lumba air laut Family Ziphiidae)
Status Perlindungan Jenis Ikan di Jawa Timur
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, 2016
Dasar Hukum
1. UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
2. PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
3. PP No.8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
4. Keputusan Priden No.43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)
5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 104/KPTS-II/2003 tentang Penunjukan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam sebagai Management Authority
6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/KTPS-II/2003 tentang Penandaan Tumbuhan
dan Satwa Liar
7. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-II/2003 tentang Tata Usaha
Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar
8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19.MENHUT-II/2005 tentang Penangkapan
Tumbuhan dan Satwa Liar
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SE.2/IV-
SET/2009, tanggal 23 Juli 2009 tentang Penerbitan Izin Penangkaran Satwa Liar
dilindungi Generasi Kedua (F2) dan berikutnya
Jenis-jenis Anthozoa (Koral) Dilindungi
PP 7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
Nama Indonesia Nama Ilmiah
Akar Bahar, Koral Hitam (semua jenis dari genus Antiphates Antiphates spp.

Jenis-jenis Bivalvia (Kerang) Dilindungi


PP 7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
1. Ketam kelapa Birgus latro
2. Kepala kambing Cassis cornuta
3. Triton terompet Charonia tritonis
4. Kima tapak kuda, kima kuku beruang Hippopus hippopus
5. Kima cina Hippopus porcellanus
6. Nautilus berongga Nautilus popillus
7. Ketam tapak kuda Tachipleus gigas
8. Kima kunai, lubang Tridacna crocea
9. Kima selatan Tridacna derasa
10. Kima raksasa Tridacna gigas
11. Kima kecil Tridacna maxima
12. Kima sisik, kima seruling Tridacnasguamosa
13. Troka, susur bundar Trohus niloticus
14. Batu laga, siput hijau Turbo marmoratus
Ikan Potensial Untuk Diusulkan Status Perlindungannya di Provinsi Jawa Timur
Nama Indonesia Nama Ilmiah Status Perlindungan
PP 7 CITES IUCN
1. Ikan Napoleon (Cheilunus undulatus) Tidak App II Endangerd
di lindungi / terancam
2. Hitu Totol (Rhincodon typus) Tidak App II Vulnerable
di lindungi / rentan
Konservasi Jenis Ikan Yang Dilindungi
Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL), Denpasar 2016
Dasar Hukum
Kepres No.43 Tahun 1978 (Ratifikasi CITES)
UU No.5/1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
PP 7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
PP 8/1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
Kepmenhut No.443/KPTS-II/2003/ tentang Pengambilan/Penangkapan dan Peredaran TSL
UU No.31/2004 tentang Perikanan jo UU No 45 Tahun 2009
PP No.60/2007 tentang Konservasi SDI
PERMENKP No.35/2013 tentang Tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan
PERMENKP No.4/2010 tentang Tata Cara Pemanfaatan Jenis Ikan dan Genetik Ikan
Ruang Lingkup Ikan
UU 31/2004 jo UU 45/1999
Pisces
Molusca
Coelenterata
Crustacea
Ikan Echinodermata
Amphibia
Reptilia
Mamalia
Algae
PP Nomor 60 Tahun 2007 Pasal 2
Konservasi SDI Dilakukan Berdasarkan
Asas Prinsip
a. Manfaat a. Pendekatan kehati-hatian h. Pertimbangan kondisi
b. Keadilan b. Pertimbangan bukti ilmiah sos/eko masyarakat
c. Kemitraan c. Pertimbangan kearifan local i. Pemanfaatan keaneka
d. Pemerataan d. Pengelolaan berbasis masyarakat ragaman hayati yang
e. Keterpaduan e. Keterpaduan pengembangan berkelanjutan
f. Keterbukaan wilayah pesisir j. Perlindungan struktur
g. Efisiensi f. Pencegahan tangkap lebih fungsi alami ekosistem
h. Kelestarian yang g. Pengembangan alat penangkapan perairan yang dinamis
berkelanjutan ikan, cara penangkapan ikan, dan k. Perlindungan jenis dan
pembudidayaan ikan yang ramah kualitas genetic ikan
lingkungan l. Pengelolaan adaptif
Konservasi Sumber Daya Ikan
PP No. 60/2007 Pasal 4
Konservasi Sumber Daya Ikan ada 3 yaitu : 1. Konservasi Ekosistem
2. Konservasi Jenis Ikan
3. Konservasi Genetik
Tujuan Konservasi Jenis Ikan :
1. Melindungi jenis ikan terancam punah
2. Mempertahankan keanekaragaman jenis ikan
3. Memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem
4. Memanfaatkan sumberdaya ikan secara berkelanjutan
Penggolongan Status Perlindungan Jenis Ikan
Jenis ikan yang dilindungi adalah jenis ikan yang dilindungi berdasarkan peraturan
perundang-undangan
Jenis ikan yang tidak dilindungi adalah jenis ikan yang tidak dilindungi berdasarkan
peraturan perundang-undangan tetapi dilindungi berdasarkan ketentuan hukum
internasional yang diratifikasi
Penggolongan Jenis Ikan
PP No. 60 Tahun 2007
Dilindungi Penuh
Terbatas (waktu,tempat,ukuran)
Jenis Ikan

Tidak Dilindungi APENDIKS CITES I


APENDIKS CITES II, III
Perlindungan Penuh (PP 7/1999)
Mamalia Laut Semua Jenis Dari Famili Cetacea (Paus dan Lumba-lumba)
1. Balaenoptera musculus (paus biru)
2. Balaenoptera physalus (paus bersirip)
3. Megaptera novaeangliae (paus bongkok)
4. Dugong dugon (dugong/duyung)
5. Famili Dolphinidae (semua jenis lumba-lumba air laut Famili Dolphinidae
Perlindungan Penuh (PP 7/1999)
Reptil
1. Caretta caretta (penyu tempayan)
2. Natator depressa (penyu pipih)
3. Chelonia mydas (penyu hijau)
4. Lepidochelys olivacea (penyu ridel)
5. Chitra indica (labi-labi besar)
6. Dermochelys coriacea (penyu belimbing)
7. Eretmochelys imbricate (penyu sisik)
Perlindungan Penuh (PP 7/1999)
Pisces (Ikan)
1. Homaloptera gymnogaster (selusur maninjau)
2. Latimeria chalumnae (ikan raja laut)
3. Nopterus spp. (belida jawa, lopis jawa) semua jenis dari genus Notopterus
4. Pritis spp. (pari sentani, hiu sentani) semua jenis dari genus Pritis
5. Puntius microps (wader goa)
6. Scleropages formosus (peyang malaya, tangkelasa)
7. Scleropages jardini (arwana irian, peyang irian, kaloso)
Perlindungan Penuh (PP 7/1999)
Anthozoa
1. Anthipates spp. (akar bahar, koral hitam) semua jenis dari genus Antiphates
Perlindungan Penuh (PP 7/1999)
Bivalvia
1. Cassis cornuta (kepala kambing)
2. Charonia tritonis (triton terompet)
3. Hippopus hippopus (kima tapak kuda, kima kuku beruang)
4. Hippopus porcellanus (kima cina)
5. Nautilus popillus (nautilus berongga)
6. Tachipleus gigas (ketam tapak kuda)
7. Tridacna crocea (kima kunai, lubang)
8. Tridacna derasa (kima selatan)
9. Tridacna gigas (kima raksasa)
10. Tridacna maxima (kima kecil)
11. Tridacna squamosal (kima sisik, kima seruling)
12. Tridacna niloticus (troka, susu bundar)
13. Turbo marmoratus (batu laga, siput hijau)
Status Perlindungan Penuh Kepmen KP No 18/2013
Ika Hiau Paus
Klasifikasi kenapa hiu paus harus dilindungi
Kingdom : Animalia 1. Secara biologis ikan hiu paus
Phylum : Chordata mempunyai usia reproduksi yg
Kelas : Chondrichtyes lama umur kisaran pijah 30 thn
Ordo : Orectolobiformes 2. Fekunditas rndah, jml anakan
Famili : Rhincodontidae sedikit dan berukuran besar
Genus : Rhincodon (12 M), high migratory
Spesies : Rhincodon typus 3. Penyeimbang ekosistem air
Nama inggris : whale shark dan indicator kesehatan
Nama local : hiau paus, hiu bodoh, hiu geger lintang, ekosistem perairan
hiu totol, hiu bintang, hiu bingkoh 4. Memiliki potnsi ekonom yg lbh
tinggi sbg aset wisata
5. Bukan menjadi taget
penangkapan ikan
Status Perlindungan Penuh Kepmen KP No 04/2014
Pari Manta
Klasifikasi Menetapkan ikan pari manta yang terdiri
Phylum : Chordata dari manta birotris dan manta alfredi
Kelas : Chondrichtyes sebagai jenis ikan uang dilindungi dgn
Sub kelas : Elasmobranchii status perlindungan penuh pada seluruh
Ordo : Myliobatiformes siklus hidup dan/atau bagian2 tubuhnya
Famili : Mobulidae
Genus : Manta Bancroft, 1829
Spesies : Manta birotris (Walbaum,1792)
Nama inggris : Pari Manta Oseanik
Nama local : Plampangan, Pari Kerbau (Lombok), Pari Cawing Kalung (Jawa Barat)
Status Perlindungan Terbatas
Hiu Apendiks II CITES COP CITES, Maret 2013
Berlaku 18 bulan dari COP (September 2014)
4 spesies hiu yang masuk daftar Apendiks II CITES
1. Sphyrna rygaena Berdasarkan jenis hiu yang dijadikan dasar kesiapan
2. Sphyrna lewini CITES di Indonesia Genus : Sphyrna spp. Jenis
3. Sphyrna mokarran Carcharhinnus longimanus (disertai penjelasan
4. Carcharhinnus longimanus kenapa genus saja untuk Sphyrna)
Dilarang Untuk Dikeluarkan Dari Wilayah Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 35/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
No. 59/2014 tentang Larangan Ikan Hiu Koboi dan Hiu Martil
Status Perlindungan Terbatas Ikan Napoleon
KEPMEN KP No. 37 Tahun 2013 Tentang Status Perlindungan Ikan Napoleon
Klasifikasi Perlindungan terbatas untuk tertentu
Kingdom : Animalia sebagaimana yang dimaksud adalah :
Phylum : Chordata 1. Ikan napoleon (Cheilinus undulatus)
Kelas : Osteichtyes berukuran dari 100 gram s/d 1000 gram
Sub Kelas : Actinopterigii 2. Ikan napoleon (Cheilinus undulatus)
Ordo : Penctiformes lebih dari 3000 gram
Famili : Labridae
Genus : Cheilinus
Spesies : Chilinus undulatus
Nama inggris : Napoleon wrosse, humphead wrosse, napoleon fish, moori wrasse
Nama local : Menglait (Kep. Natuna, Maming (Kep. Seribu dan Sulawesi, Siomay
(Bangka Belitung), Bele-bele (Kep. Derawan), Lemak (Kep. Karimun Jawa),
Neptias (Kep. Anambas) dan Licin (Nunukan)
Status Perlidungan Terbatas Bambu Laut (Isis hippuris)
KEPMEN KP No.46 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Terbatas Bambu Laut (Isis spp.)
Perlindungan terbatas terbatas selama 5 tahun milai 27 Agustus 2014
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chidaria/Coloenterata
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Octocorallia
Ordo : Alcyonacea
Sub Ordo : Calcaxonia
Family : Isididae
Genus : Isis
Spesies : Isis
Nama umum : Bambu Laut
Nama Lokal : Sariawan (Sul-Sel, Sulteng, Sultra)
Larangan Menangkap Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan
(Portonus pelagicus spp.) dalam kondisi bertelur
1. Lobster
Penangkapan lobster dapat dilakukan dengan ukuran panjang karapas > 8 cm
2. Kepiting
Penangkapan kepiting dapat dilkukan dengan ukuran lebar karapas > 15 cm
3. Rajungan
Penangkapan rajungan dapat dilakukan dengan ukuran lebar karapas > 10 cm
Surat Edaran
Nomor : 18/MEN-KP/I/2015
Nomor : B 1209/MEN-KP?XII/2015
Tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan
(Portunus spp.)
Ukuran dan berat yang boleh ditangkap

Lobster Kepiting Rajungan Kepiting Soka


Jan-Des 2016 Berat > 200 Berat > 200 Berat > 55 gram Berat > 150
gram gram gram
Jan-Des 2017 Panjang Lebar karapas Lebar karapas
karapas > 8 cm >15 cm atau > 10 m atau
atau Berat >300 Berat > 350 berat > 55 gram
gram gram

Saksi Penangkapan Ikan Jenis Ikan yang Dilindungi Sesuai UU No 45 Tahun 2009
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 31 Tahun 2014 Tentang Perikanan
Bagi Nelayan Besar (Pasal 100B)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, pasal 9, pasal 12, pasal 14
ayat (4), pasal 16 ayat (1), pasal 20 ayat (3), pasal 21, pasal 23 ayat (1), pasal 26 ayat (1),
pasal 27 ayat (1), pasal 27 ayat (3), pasal 28 ayat (1), pasal 28 ayat (3), pasal 35 ayat (1),
pasal 36 ayat (1), pasal 38, pasal 42 ayat (3) atau pasal 55 ayat (1) yang dilakukan oleh
nelayan kecil dan/atau pebudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
tahun atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00
Bagi Nelayan Kecil (Pasal 100C)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh
nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Status Perlindungan Terbatas Ikan Terumbuk
KEPMEN KP No. 59/MEN/2011
Klasifikasi Periode waktu
Kelas : Actinopterigii Larangan penangkapan jenis ikan terubuk
Ordo : Clupeiformes (tenualosa macrura) saat pemijahan pada bln
Famili : Clupeidae terang di bln Agustus s/d November setiap
Genus : Tenualosa tgl 13-16 kalender Hijriah, dan saat pemijahan
Spesies : Tenualosa macrura pada bln gelap di bln Agustus s/d November
Nama local : ikan terubuk atau pias setiap tgl 28-1 kalender Hijriah
Lokasi
Sepanjang jalur ruaya pemijahan di perairan
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, dan
Kabupaten Siak

Anda mungkin juga menyukai