Peraturan Menteri KKP Nomor : PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk
Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan Nomor 59/Kep-bkipm/2016 Tentang {etunjuk Teknis Sertifikasi Kesehatan Hasil
Perikanan
Layanan Sertifikat Kesehatan (HC) diatur dalam
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER19/MEN/2015 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan
Keputusan Menteri Kelautan
2. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP01./MEN/2007 tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Persyaratan Sertifikasi Kesehatan Hasil Perikanan
1. Setiap produk perikanan yang dipasarkan untuk konsumsi manusia wajib disertai
dengan sertifikat Kesehatan (Health Certificate) yang diterbitkan berdasarkan hasil
inspeksi dan hasil pengujian selama proses produksi atau In-Process Inspaction (IPI)
2. Sertifikat Kesehatan hanya dapat diterbitkan terhadap produk Perikanan yang
berasal dari UPI yang telah memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan
hasil Perikanan dan telah mendapatkan Sertifikat Penerapan HACCP dan atau
Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik di kapal
3. Sertifikat Kesehatan harus sesuai dengan format yang ditetapkan oleh Otoritas
Kompeten
4. Sertifikat Kesehatan ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan uang ditunjuk oleh
Kepala Badan dan distempel dengan menggunakan stemple Badan
5. Sertifikat Kesehatan harus memuat data dan inforasi yang sesuai dengan produk
yang disertifikasi
6. Sertifikat Kesehatan harus diterbitkan sebelum produk dipasarkan/hasil perikanan
didistribusikan
Jaminan Mutu adalah asuransi bahwa :
A. Produk dan layanan memenuhi standart yang diharapkan oleh customer
B. Selalu dapat memenuhi kebutuhan customer tepat waktu, konsisten atau terus
menerus
C. Mengerjakan, melayani, memutuskan, dan menghasilkan sesuatu pada saat yang
tepat, dan selalu memperbaiki dalam rangka memuaskan customer
Standarisasi proses, dan produk budidaya yang bermuara pada sertifikasi seperti
CBIB, dan CPIB :
Perlu diwajibkan bagi pembudidaya, pengumpul komoditas ekspor
Standarisasi proses karantina ikan yang baik, (CKIB) merupakan proses tidak
terpisah dari CPIB dan CBIB, sehingga sertifikat Kesehatan ikan refleksi
kepatuhan CBIB dan CKIB
CBIB, CPIB, CKIB → • Jaminan Mutu → Daya Saing Tinggi → Siap Pasar Global
• Layanan Prima
- PEMBUDIDAYA → Sertifikat CBIB, CPIB → Sertifikat CKIB → Masuk Pasar
- UPPI Regional & Internasional → Perubahan kriteria
↓ ↑
↓ ↑
→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→→
Tata Cara Implementasi In Line Inspection
• Unit Pembenihan
• Pembesaran
• Penampungan/
pengumpul Ikan
UPT - BKIPM
Verivikasi Dokumen
PAKTA INTEGRITAS
Tidak Lengkap Persyaratan Lengkap
KAPUSKARI
Tidak ada
HPIK / HPI Pemantauan (1x6
Tertentu
Bulan)
Regulasi Nasional
PP NO.7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
Hiu Gergaji (Pristis microdon) → Status Perlindungan Penuh → Tidak Boleh
Dimanfaatkan
KEP.MENKP No.18/2013 Penetapan Status Perlindungan Ikan Hiu Paus (Rhyncodon typus)
Hiu Paus (Rhyncodon typus) → Status Perlindungan Penuh → Tidak Boleh Dimanfaatkan
PERMEN KP NO 30 TAHUN 2012
USAHA PERIKANAN DI WPP-RI
Hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang secara ekologi terkait dengan (Ecologically
Related Species) Perikanan Tuna
Pasal 73
1. Setiap kapal penangkap ikan yang memiliki SIPI di WPP – NRI wajib melakukan Tindakan
konservasi terhadap jenis spesies tertentu yang terkait secara ekologi dengan tuna, yang
ditetapkan oleh Regional Fisheries Management Organization.
2. Jenis speses tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu monyet (thresher shark)atau
b. Non-ikan yang tertangkap secara tidak sengaja (incidental catch) berupa burung
laut, penyu laut termasuk paus
Jenis Mamalia Laut Dilindungi Di Indonesia
PP 7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
1. Balaenoptera musculus (paus biru)
2. Balaenoptera physalus (paus bersirip)
3. Megaptera novaeangliae (paus bengkok)
4. Dugong dugon (dugong/duyung)
5. Orcaella brevirastris (lumba-lumba air tawar)
6. Famili Cetacea (semua jenis paus yang termasuk dalam Family Cetacea)
7. Famili Dolphinidae (semua jenis lumba-lumba air laut Family Dolphinidae)
8. Famili Ziphiidae (semua jenis lumba-lumba air laut Family Ziphiidae)
Status Perlindungan Jenis Ikan di Jawa Timur
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, 2016
Dasar Hukum
1. UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
2. PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
3. PP No.8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
4. Keputusan Priden No.43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)
5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 104/KPTS-II/2003 tentang Penunjukan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam sebagai Management Authority
6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/KTPS-II/2003 tentang Penandaan Tumbuhan
dan Satwa Liar
7. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-II/2003 tentang Tata Usaha
Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar
8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19.MENHUT-II/2005 tentang Penangkapan
Tumbuhan dan Satwa Liar
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SE.2/IV-
SET/2009, tanggal 23 Juli 2009 tentang Penerbitan Izin Penangkaran Satwa Liar
dilindungi Generasi Kedua (F2) dan berikutnya
Jenis-jenis Anthozoa (Koral) Dilindungi
PP 7/99 Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
Nama Indonesia Nama Ilmiah
Akar Bahar, Koral Hitam (semua jenis dari genus Antiphates Antiphates spp.
Saksi Penangkapan Ikan Jenis Ikan yang Dilindungi Sesuai UU No 45 Tahun 2009
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 31 Tahun 2014 Tentang Perikanan
Bagi Nelayan Besar (Pasal 100B)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, pasal 9, pasal 12, pasal 14
ayat (4), pasal 16 ayat (1), pasal 20 ayat (3), pasal 21, pasal 23 ayat (1), pasal 26 ayat (1),
pasal 27 ayat (1), pasal 27 ayat (3), pasal 28 ayat (1), pasal 28 ayat (3), pasal 35 ayat (1),
pasal 36 ayat (1), pasal 38, pasal 42 ayat (3) atau pasal 55 ayat (1) yang dilakukan oleh
nelayan kecil dan/atau pebudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
tahun atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00
Bagi Nelayan Kecil (Pasal 100C)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh
nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Status Perlindungan Terbatas Ikan Terumbuk
KEPMEN KP No. 59/MEN/2011
Klasifikasi Periode waktu
Kelas : Actinopterigii Larangan penangkapan jenis ikan terubuk
Ordo : Clupeiformes (tenualosa macrura) saat pemijahan pada bln
Famili : Clupeidae terang di bln Agustus s/d November setiap
Genus : Tenualosa tgl 13-16 kalender Hijriah, dan saat pemijahan
Spesies : Tenualosa macrura pada bln gelap di bln Agustus s/d November
Nama local : ikan terubuk atau pias setiap tgl 28-1 kalender Hijriah
Lokasi
Sepanjang jalur ruaya pemijahan di perairan
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, dan
Kabupaten Siak