KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014
TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
4. Peraturan . . .
1
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
Tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara, sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 25);
MEMUTUSKAN . . .
2
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
Sugiman
3
PEDOMAN INSTALASI
KARANTINA IKAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
2
(IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap
media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka:
a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada
media pembawa.
b. Membebaskan/mensucihamakan media pembawa dari
HPIK/HPI tertentu.
c. Menjamin media pembawa telah memenuhi persyaratan
kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini
adalah :
a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan
pelaporan Instalasi Karantina Ikan.
b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan,
penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina
Ikan.
3
karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat
Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh
UPT KIPM
c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan
Hukum yang selanjutnya disebut instalasi karantina
Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina
yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah
ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan,
yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM.
d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina
ikan.
e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala
BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas
teknis di bidang karantina ikan.
f. Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut
dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan
tugas teknis di bidang karantina ikan.
g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan
yang menyatakan instalasi karantina telah memenuhi
persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina ikan.
h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan
karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
i. Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya
4
disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM.
j. Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI)
yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang
bekerja di lingkup BKIPM.
k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur
karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki
kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka
penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah
ditetapkan dan mendapatkan nomor registrasi sebagai
inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala
BKIPM.
l. Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat
dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang
dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut
HPI tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang
berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di
area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia,
tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang
dipersyaratkan oleh negara tujuan untuk dicegah
pemasukannya.
n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang
selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau
benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
5
o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau
seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan
hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya.
p. Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang
mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas
dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan
karantina di instalasi karantina.
r. Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang
berisikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara
efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar
biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan.
s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk
mencegah dan/ atau mengurangi resiko masuk dan
tersebarnya agen penyakit ikan.
t. Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/
mensucihamakan bagi pekerja sebelum dan sesudah
memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina.
u. Personil adalah petugas yang melaksanakan tindakan
karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau
badan hukum yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina.
6
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun
2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun
2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar
Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun
2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan;
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun
2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama
dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan
Sebarannya.
7
BAB II
KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI
2.1. Klasifikasi
A. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan
Peruntukan
Klasifikasi instalasi karantina ikan berdasarkan
peruntukannya, terdiri dari :
a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup
b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati
c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain
2.2. Sertifikasi
A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan
Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil
penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan
administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan
dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak
8
layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk
instalasi karantina dengan kriteria layak.
Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina
Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI
tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina
Ikan yang Baik (SCKIB).
9
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan
yang baik mengacu pada pedoman CKIB.
10
BAB III
PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN
11
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
*) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan
media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina
terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang
masuk ke dalam instalasi karantina.
12
operasional tersebut dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
biosecurity;
d. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk semua kegiatan
yang terkait dengan tindakan karantina di dalam instalasi
karantina;
e. Instalasi karantina mempunyai kebijakan tentang kegiatan
evaluasi atau audit internal untuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan manajemen dan teknis instalasi karantina;
f. Instalasi karantina mempunyai sumber daya manusia (personil)
yang berpengalaman, terampil dan berlatar belakang
pendidikan perikanan atau biologi atau sejenisnya yang telah
dilatih dan disertifikasi kompetensinya serta menandatangani
pakta integritas dari otoritas kompeten yaitu BKIPM.
A. Lokasi
Lokasi yang digunakan sebagai instalasi karantina harus layak
dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Instalasi karantina harus bebas banjir.
Sarana dan bahan pemeriksaan, sarana pengasingan dan
pengamatan, sarana perlakuan, sarana penahanan, sarana
pemusnahan, dan sarana pendukung lainnya tidak boleh
terkena banjir.
2) Mudah diakses oleh sarana transportasi.
Instalasi karantina mudah dijangkau oleh sarana transportasi
air atau darat atau udara.
3) Memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik.
Instalasi karantina berada pada lokasi yang mudah
mendapatkan air berkualitas baik.
13
4) Instalasi karantina berada pada lingkungan yang tidak tercemar.
Kelayakan lokasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari
resiko dan kerugian akibat adanya kontaminasi cemaran dari
lingkungan sekitar dan dari instalasi ke lingkungan sekitar.
5) Apabila instalasi karantina berada pada suatu farm/hatchery,
maka fasilitas instalasi karantina tersebut harus merupakan
bangunan berikut saluran air limbah yang terpisah dengan
fasilitas pematangan induk (maturation) dan pembenihan
(hatchery). Unit instalasi harus memiliki sarana pengelolaan,
sterilisasi air, dan pengolahan limbah.
B. Air
Air yang digunakan dalam proses tindakan karantina harus layak
dan sesuai dengan kebutuhan. Air harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Bebas dari mikroba patogen;
2) Bebas bahan pencemar fisika maupun kimia;
3) Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu;
4) Memenuhi persyaratan standar baku mutu air sesuai yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air.
C. Personil/ tenaga Kerja
Personil atau tenaga kerja di instalasi karantina adalah pekerja
yang diberi tanggung jawab untuk menangani instalasi karantina
selama berlakunya sertifikat Penetapan instalasi karantina. Adapun
penanggung jawab teknis instalasi karantina harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki latar belakang pendidikan di bidang perikanan atau
biologi;
2) Mempunyai kompetens pengelolaan instalasi karantina;
3) Telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya, atau;
14
4) Memiliki keterangan kemampuan teknis pengelolaan instalasi
karantina dari Kepala UPT setempat.
15
11) Dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) dan standar
keselamatan, keamanan kerja (K3);
12) Apabila pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ketiga maka
perlu disertakan surat keterangan dari pihak ketiga bahwa
perusahaan pihak ketiga tersebut memiliki ijin untuk
mengelola limbah;
13) Saluran pembuangan dari ruangan/ bak/ akuarium harus
mudah dibersihkan, dan dikeringkan;
14) Dinding bak/ akuarium harus kedap air/ tidak bocor, mudah
dibersihkan dan dikeringkan;
15) Pada pintu gerbang untuk orang dilengkapi dengan foot deep
bath yang diberi cairan desinfektan dan untuk kendaraan
terdapat bak desinfektan untuk rendam roda.
16
Adapun sarana instalasi karantina ikan hidup tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
17
e) Area tersebut harus terjaga kebersihannya dan bebas dari
kontaminan.
3) Sarana perlakuan
a) Sarana perlakuan adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan tindakan pengobatan setelah diketahui bahwa
media pembawa tersebut terindikasi penyakit (HPIK golongan
II).
b) Sarana yang terdapat dalam ruangan ini adalah berupa
wadah untuk media pembawa yang akan diberi perlakuan
(bak fiber/ aquarium/ bak beton) beserta perlengkapannya.
c) Wadah tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,
kedap air dan mudah dibersihkan.
d) Peralatan yang digunakan didalam satu ruang tidak boleh
digunakan di ruangan lain
4) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap
dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media
pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa bak/ akuarium atau
wadah, alat, bahan, dan ruang untuk penahanan media
pembawa.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina
Kementerian.
18
b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat
pembakaran dan/ atau incinerator.
19
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya
20
8) Sarana pengelolaan air bersih dan tandon air
1) Penampungan air
Instalasi karantina yang menggunakan air berasal dari
perairan umum (laut, sungai, saluran irigasi), harus memiliki
sarana pengendapan, filtrasi dan bak tandon, yang berfungsi
untuk mengendapkan, menyaring dan menyimpan air,
sehingga diperoleh air yang bermutu, dengan kualitas dan
jumlah yang sesuai kebutuhan.
2) Pengolahan air ini dapat dilakukan secara
biologi/fisika,dan/atau kimia.
Secara biologi dapat menggunakan mikroba (penggunaan
probiotik), Secara fisika dapat menggunakan pengedapan
dan/ atau UV dan/atau ozonisasidan/ atau filter yang
menggunakan arang/karbon aktif. Secara kimia dapat
dengan cara klorinasi.
9) Pagar keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu
atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada
instalasi karantina berfungsi sebagai :
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar.
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan
kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke
dalam lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
21
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik
personil instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan
kamar mandi (shower room).
22
8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan
dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan;
9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas
yang sesuai dengan jenis media pembawa (segar, beku, kering)
yang memenuhi persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass
atau plastik;
11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas cold storage
harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat;
12) Mempunyai peralatan dan program pengendalian serangga dan
tikus;
13) Untuk media pembawa berupa produk beku instalasi karantina
harus dilengkapi dengan Cold storage dengan persyaratan
adalah sebagai berikut:
a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal
temperature) kurang dari -18 °C dan sistem pendingin harus
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi
dengan air circulator (blower)
b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar cold
storage;
c) Letak bangunan harus ditata sedemikian rupa agar
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari,
memudahkan pengaturan drainase dan penampungan
limbah.
23
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan;
3) Sarana penahanan;
4) Sarana pemusnahan; dan
5) Sarana pendukung lainnya.
24
b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk
meletakkan dan menyimpan ikan selama di ruang
pengasingan dan pengamatan.
c) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan segar dan beku
diperlukan fasilitas cold storage dengan suhu diatur sesuai
dengan kebutuhan jenis komoditasnya.
d) Kapasitas volume cold storage disesuaikan dengan jumlah dan
jenis media pembawa yang akan dikenakan tindakan
karantina.
e) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan kering, sarana ruang
harus dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara.
3) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap
dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media
pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa cold storage atau ruangan
dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan jenis
komoditasnya.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina
Kementerian.
25
d) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk
proses klorinasi. Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/
kolam untuk pengujian indikator biologis dengan
menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa
untuk resirkulasi air.
e) Apabila instalasi karantina tidak mempunyai sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan
kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak
penampungan limbah sementara.
f) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.
g) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar
atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan
dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
26
7) Ruang ganti pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya
yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi
bagi personil instalasi karantina.
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik
personil instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan
kamar mandi (shower room).
27
- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya.
28
mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke
lingkungan;
4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah
dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan
limbah cair lainnya;
5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan
untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum
memasuki instalasi karantina;
6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan
memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik
yang memadai;
8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan
dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan. ;
9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas
yang sesuai dengan jenis media pembawa yang memenuhi
persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass
atau plastik ;
11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas instalasi
harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat (untuk
gudang bersuhu dingin).
12) Mempunyai program pengendalian serangga dan tikus.
13) Untuk media pembawa berupa produk carragenan karena
bersifat hydroskopis maka instalasi karantina dilengkapi dengan
pengatur suhu (AC) dengan persyaratan adalah sebagai berikut:
a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal
temperature) kurang dari 22°C dan sistem pendingin harus
29
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi
dengan air circulator (blower)
b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar;
c) Letak bangunan harus ditata sedemikian rupa agar
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari,
memudahkan pengaturan drainase dan penampungan
limbah.
30
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan fisik (kebersihan,
kemurnian, warna dan bentuk), bau, proximat, dan
kelembaban pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium
milik UPT KIPM.
d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh IKI milik
pemerintah
3) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian
dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau
ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa ruangan dengan suhu yang
dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina milik
Kementerian
31
limbah yang berasal dari instalasi karantina tersebut, sebelum
dibuang ke lingkungan sekitar.
c) Sarana pengolahan limbah cair dapat berupa bak pengolah
limbah yang memenuhi standar pengolahan limbah.
d) Sarana yang dibutuhkan pada ruang pengolahan limbah
adalah filter pasir apabila di dalam instalasi diasumsikan tidak
ada patogen, air diaerasi sebelum ditreatment filter pasir dan
filter biologi (minimal tanaman air).
e) Saluran pembuangan dari ruang ke sarana/ unit pengolahan
limbah harus mudah dibersihkan dan dikeringkan.
f) Apabila Instalasi karantina tidak mempunyai sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan
kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak
penampungan limbah sementara.
g) Limbah padat dapat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan sebelum
digunakan kembali.
h) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau
dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari
HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
6) Pagar Keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau
material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada IKI
berfungsi sebagai :
32
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan
kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam
lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya
33
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
34
3.3.3. Sarana Pendukung
Sarana pendukung instalasi karantina untuk ikan hidup,
ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
3) Rumah Genset
Rumah genset pada instalasi karantina terletak terpisah dari
bangunan dan ruang lainnya dan berfungsi sebagai tempat
untuk mengoperasikan genset. Sarana yang ada dalam ruang
genset adalah mesin genset dengan daya sesuai kebutuhan
berikut instalasi listrik, cerobong asap, lampu penerang dan
peralatan perawatan genset.
35
5) Toilet dan Wastafel
Toilet dan wastafel pada instalasi karantina disediakan bagi
para personil instalasi.Toilet harus terjaga kebersihannya, pada
toilet dan pada wastafel harus tersedia sabun cuci tangan/
antiseptic serta tisu atau pengering tangan.
6) Mess Pegawai
Mess pegawai pada instalasi karantina diperuntukkan bagi
personil yang mempunyai tugas khusus yaitu tugas yang harus
dilakukan pada malam hari sampai dini hari. Sarana yang ada
pada ruang ini adalah alat penerangan, tempat tidur beserta
kasur, kamar mandi, ruang dapur dan perlengkapannya.
7) Pos Penjaga
Pos jaga instalasi karantina digunakan sebagai pos pengawas,
keamanan dan terletak di dekat pintu masuk dilengkapi
dengan penerangan listrik serta portal. Sarana yang diperlukan
seperti lampu emergensi, alat komunikasi, lampu senter, meja
dan kursi jaga. Jika diperlukan dapat dilengkapi dengan CCTV.
36
BAB IV
37
Gambar 1. Prosedur penetapan instalasi karantina milik Pemerintah
38
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang
bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang
perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan
hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto
bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai
instalasi karantina;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan
39
kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan
diserahkan kepada pengguna jasa.
5. Kepala UPT melaporkan hasil evaluasi dan rekomendasi
hasil penilaian instalasi karantina kepada Kepala BKIPM
melalui Kepala Pusat Karantina Ikan. Laporan tersebut
dapat dikirimkan melalui fasilitas elektronik.
6. Perorangan atau badan hukum setelah memperoleh
rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina,
mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina
kepada Kepala BKIPM, dengan melampirkan persyaratan:
a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari
UPT KIPM
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk
pemohon perorangan
c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan
hukum;
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
7. Tim Evaluasi, melakukan evaluasi terhadap kelengkapan
dokumen dan rekomendasi hasil penilaian instalasi
karantina dari UPT KIPM. Apabila diperlukan dilakukan
penilaian ulang oleh PHPI.
8. Kepala BKIPM menetapkan instalasi karantina dalam
bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, apabila instalasi
karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau
menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya
dan rekomendasi perbaikan, apabila instalasi karantina
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Sertifikat instalasi
karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja sejak diterimanya permohonan penetapan instalasi
karantina secara lengkap atau sejak diterimanya hasil
penilaian instalasi karantina.
40
Perorangan/ Pengajuan 3
1 2 Verifikasi Penilaian
Badan Hukum permohonan kelengkapan Penolakan
oleh PHPI
penilaian kepada Ka. dokumen dan
UPT
UPT KIPM perbaikan
hasil
4
5 Rekomendasi hasil
penilaian IKI
6
Evaluasi penerbitan
Apabila Penolakan dan
Pengajuan sertifikat IKI diperlukan Penilaian
7 kelayakan oleh rekomendasi
permohonan berdasarkan
perbaikan
penetapan IKI rekomendasi hasil PHPI Pusat
kepada Ka. BKIPM perbaikan
8
Rekomendasi
Penetapan IKI hasil penilaian
IKI
Sertifikat IKI
41
b. Kategori B : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria B ditetapkan oleh Kepala
Pusat Karantina Ikan.
c. Kategori C : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria C ditetapkan oleh Kepala
UPT KIPM.
42
BAB V
A. Media Pembawa
1) Paparan infeksi penyakit pada media pembawa dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang
terkendali.
2) Patogen dapat menyebar melalui ikan sakit, ikan liar, air,
peralatan yang berbagi pakai, kontak personel, pengunjung
dan alat angkut.
3) Penanganan media pembawa harus sesuai dengan SOP
Penanganan ikan masuk, Perawatan ikan, Pencatatan
kesehatan ikan, Perlakuan, Pengelolaan pakan, dan
Penanganan pengeluaran ikan
43
4) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh Petugas Karantina Ikan.
5) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa
berita acara pemindahan.
6) Media pembawa yang mengalami kematian massal atau
menunjukkan gejala klinis yang nyata harus mengikuti
rencana kontinjensi.
7) Penggunaan obat dan bahan kimia terhadap media pembawa
harus dicoba dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum
diterapkan atau mengikuti rekaman yang sudah ada
sebelumnya.
8) Pemberian pakan harus diamati dalam kurun waktu awal
pemberian untuk memonitor keberterimaan pakan oleh ikan,
penolakan pakan oleh ikan harus mengikuti rencana
kontingensi
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian
lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
44
3) Pada kondisi tertentu, seperti debit dan sumber air kurang
dari kebutuhan, keterbatasan ruang maka penggunaan
sistem resirkulasi air dapat dilakukan pada masing-masing
bak pemeliharaan (terpisah), dengan syarat hanya berlaku
setiap shipment.
4) Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit
pada seluruh wadah pemeliharaan.
5) Pengelolaan kualitas air harus memperhatikan kebutuhan
debit air dan jenis ikan yang dipelihara, setiap perubahan
drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana
kontinjensi.
6) Pengecekan terhadap fungsi dari sarana pengelolaan air
(filter, ozon, UV, dll) harus dilakukan secara berkala. Apabila
terjadi kebocoran limbah harus mengikuti rencana
kontinjensi.
45
E. Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan
Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan dilakukan
setelah pengujian dengan mempertimbangkan gejala klinis
yang nampak dan tingkat kematian yang terjadi.
46
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara
dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau
diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave
ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari
permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan.
J. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan
Limbah cair sisa kegiatan didesinfeksi dengan menggunakan
klorin, dan/ atau pemanasan (heat treatment), dan/ atau
radiasi ultraviolet. Selanjutnya dialirkan ke kolam
pembuangan akhir (bak resapan) yang telah diberi indikator
pengujian biologis seperti ikan hidup atau tanaman air.
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas,
daun atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara
dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan Limbah ikan mati/ rusak
Penanganan ikan mati/rusak yang akan diperiksa secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan mati/
rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian
diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah
selesai masa karantina ikan yang mati/ rusak yang telah
disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara
dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian
ditimbun.
4) Penanganan Limbah bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
47
bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
48
11) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama
harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan
disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan
pembasmian dilakukan oleh professional
12) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya.
L. Suplai air
1) Dilakukan monitoring secara rutin terhadap mutu/ kualitas
sumber air.
2) Dilakukan desinfeksi sumber air menggunakan bahan-
bahan kimia sesuai standar.
3) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten.
Program sanitasi terdiri dari : daftar areal dan ruangan
yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah
prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai
material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,
tingkat pengenceran dan aplikasi
49
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah
pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal
coldstorage.
4) Pekerja harus diberikan locker pakaian sendiri dan terpisah
dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu
bersih dan terlindungi
A. Media pembawa
1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan
terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan lainnya,
dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang
terkendali.
2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.
3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa
berita acara pemindahan.
4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau
menunjukkan kelainan yang nyata harus mengikuti rencana
kontinjensi.
50
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain
diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan
yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan
higienis.
2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan
kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis
kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi.
3) Apabila terjadi kebocoran limbah, harus mengikuti rencana
kontinjensi.
D. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan
agar kondisi ikan tetap stabil dan bebas kontaminasi.
51
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara
dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave
kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun
dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan.
G. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan
Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi
karantina mati yang dikelola sendiri (di luar kawasan
industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin
dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair
pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri,
dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke
dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi
pengelolaan limbah milik pihak pengelola.
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas
pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan
dengan cara dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan ikan rusak
Penanganan ikan rusak yang akan diperiksa secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan rusak
lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi
label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah
selesai masa karantina ikan yang rusak yang telah disimpan
di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar
secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun.
4) Penanganan bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
52
bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
53
10) Media pembawa harus disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan sirkulasi udara. Media pembawa tidak
boleh diletakkan langsung di lantai
11) Chiller, freezer dan cold storage harus bebas bau, jamur
dan debu
12) Dinding dan lantai ruang refrigerasi harus dapat
dibersihkan
13) Kapasitas freezer harus memadai untuk temperature yang
dikehendaki, tidak boleh ada pembentukan bunga es.
14) Volume cold storage maksimum yang dapat diisi
komoditas adalah 90%
15) Jarak antara tumpukan kardus komoditi dalam
penyimpanan di cold storage, minimal 15 cm.
16) Suhu di ruang bongkar muat pada fasilitas cold storage
maksimum <10oC.
17) Semua fasilitas diberi label dengan model tulisan yang
resmi, huruf jelas dan standar, tulisan berwarna hitam,
dengan latar belakang kuning.
18) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan
bebas hama.
19) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya
20) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi
ruangan dan perlengkapan
21) Sistem drainase berfungsi dengan baik dan selalu dijaga
kebersihannya sehingga tidak memungkinkan
berkembangnya mikroorganisma serta tidak menimbulkan
bau.
22) Dinding, partisi dan pilar harus halus, tahan air, tahan
pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka
di antara dinding dan panel
23) Struktur atap dan langit langit harus rata, tidak bocor,
berwarna terang dan dapat dicuci
54
24) Permukaan pintu dan bingkai pintu harus rata, tidak
bocor, dapat mencegah hama, bebas hama, berwarna
terang dan tahan korosi
25) Jendela harus berwarna terang, bingkai tahan korosi dan
diberi pelapis (glaze), pas/cocok dengan kasa insekta yang
digunakan dalam ventilasi dan memiliki bukaan 45
derajat. Sistem sirkulasi udara harus baik
26) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama
harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan
disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian
dilakukan oleh professional
27) Pencahayaan harus memadai
28) Lantai harus bersih dan kering
I. Suplai air
1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3) Pengujian kualitas air dengan baku mutu air yang
langsung dapat diminum untuk sarana cold storage pada
komoditas ikan segar dan beku dilakukan secara periodic.
4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten.
Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan
yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah –
langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai
material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,
tingkat pengenceran dan aplikasi
5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil
bagian kebersihan
55
system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat
ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan
memiliki ventilasi yang memadai
2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,
wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan
tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas
pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan
dengan kaki
3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung
kedalam are atau ruangan dimana media pembawa
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah
pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal
cold storage
4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari
baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih
dan terlindungi
A. Media pembawa
1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan
terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan
lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja
yang terkendali.
56
2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.
3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi
tanpa berita acara pemindahan.
4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau
menunjukkan kelainan yang nyata harus ditangani
mengikuti rencana kontinjensi.
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani media
pembawa dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan
manajemen.
C. Lingkungan
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan
lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi,
desinfeksi dan higinis.
2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan
kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan
drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana
kontinjensi.
3) Apabila terjadi kebocoran limbah, penanganannya harus
mengikuti rencana kontinjensi (untuk instalasi yang
berintegrasi dengan unit pengolahan).
D. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan
agar kondisi media pembawa tetap stabil dan bebas kontaminasi.
57
E. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratoris, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
2) Pemusnahan media pembawa dan kemasannya dilakukan
dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi
atau diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/
autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari
permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
media pembawa tersebut segera didesinfeksi dengan
menggunakan desinfektan seperti pada pada lampiran (SOP
desinfeksi sarana dan prasarana instalasi karantina).
4) Urutan tindakan pemusnahan dapat dilihat pada SOP
pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang
terinfeksi HPIK/ HPI tertentu.
F. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan (untuk instalasi yang
berintegrasi dengan unit pengolahan)
Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi
karantina media pembawa benda lain yang dikelola sendiri
(di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi
menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan.
Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang
berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung
limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan,
selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik
pihak pengelola.
58
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas
pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan
dengan cara dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan media pembawa yang rusak
Penanganan media pembawa yang rusak dikumpulkan
kemudian dipisahkan lalu diberi label/ identitas. Setelah
selesai masa karantina media pembawa yang rusak segera
dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau
diautoclave kemudian ditimbun.
4) Penanganan bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
59
5) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali
pakai
6) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/
lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak
dan tidak ada sambungan terbuka.
7) Media pembawa harus disusun rapi, diberi jarak yang cukup
sehingga memungkinkan sirkulasi udara, dan tidak boleh
diletakkan langsung di lantai
8) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan,
permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,
bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan
panel
9) Kapasitas harus memadai untuk temperature yang
dikehendaki
10) Pencahayaan harus memadai
11) Ruangan memiliki system drainase baik
12) Komoditas fish oil untuk konsumsi manusia harus disimpan
dalam cold storage dengan suhu -4oC.
13) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas
hama.
14) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya
15) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan
dan perlengkapan
16) Mekanisme tempat pembuangan dapat mencegah binatang
masuk dan bau
17) Sistem sirkulasi udara harus baik
18) Menerapkan dasar pemikiran higinis
19) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus
dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan
ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan
oleh professional
60
H. Suplai air
1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten
4) Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang
dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah
prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan,
fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety
data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran
dan aplikasi
5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil
bagian kebersihan
61
5.4. Dokumen Mutu Karantina Ikan
Instalasi karantina harus memiliki Dokumen Mutu Karantina
Ikan. Dokumen Mutu Karantina Ikan memuat:
a. Panduan mutu;
b. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja; dan
c. Formulir kegiatan
62
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP pelaksanaan pemasukan ikan
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pemusnahan
7. SOP pengambilan sampel
8. SOP perlakuan
9. SOP penanganan ikan keluar
10. SOP rencana kontinjensi
63
7. SOP pengambilan sampel
8. SOP penanganan ikan keluar
9. SOP rencana kontinjensi
Penerapan SOP dalam pengelolaan instalasi karantina harus
konsisten seperti alur pada gambar 3, 4 dan 5.
4
Pemusnahan )
1. SOP Pemusnahan
2. SOP Pengelolaan Limbah
Pelepasan
SOP Penanganan Ikan Keluar
64
Keterangan :
1) Pilihan disesuaikan dengan jenis komoditi yang ditangani (misal :
untuk penanganan pada komoditas kekerangan dan reptil (kura-
kura))
2) Stressing dilakukan pada :
a. semua sampel ikan/ udang yang menjadi media pembawa
HPIK
b. Ikan jenis baru yang belum ada di Indonesia
c. uji bioasay dilakukan apabila hasil stressing ikan/udang
menunjukan gejala klinis terinfeksi HPIK
d. Apabila hasil uji laboratorium dari ikan yang telah dilakukan
stressing positif HPIK maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji
infeksi buatan/ kohabitasi.
e. Bioassay dilakukan apabila diperlukan sebagai uji konfirmasi
dan uji stressing tidak menunjukkan hasil dan untuk jenis-
jenis ikan eksotik yang belum ada di Indonesia (stressing
dilakukan paling lama 3 hari).
3) Pengambilan sampel dilakukan di instalasi pada saat kemasan
dibuka
4) Apabila terjadi keadaan darurat (serangan HPIK/ HPI tertentu),
maka diberlakukan SOP rencana kontinjensi, dan segera
menghubungi petugas karantina
65
Persiapan pemasukan media pembawa mati
1. SOP penanganan sarana,SDM prasarana, dan SDM di IKI
2. SOP tata tertib personil di IKI
3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI
4. SOP Desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Positif 2) negatif
Pemusnahan 2) Pelepasan
1. SOP pemusnahan 1. SOP penanganan
2. SOP pengolahan ikan keluar
limbah
Keterangan :
1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses
pengolahan atau ganti kemasan
2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP
rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas
karantina
66
Persiapan pemasukan media pembawa benda lain
1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI
2. SOP tata tertib personil di IKI
3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI
4. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Positif 2) negatif
Pemusnahan2) Pelepasan
1. SOP Pemusnahan
1. SOP penanganan ikan
2. SOP Pengolahan Limbah
keluar
Keterangan :
1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses
pengolahan atau ganti kemasan (repacking)
2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP
rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas
karantina
3) Kecuali bahan patogenik dan biologik
67
5.4.3. Formulir kegiatan
Formulir kegiatan adalah sarana untuk merekam/ mencatat/
mendokumentasikan data dan informasi agar seluruh kegiatan
instalasi karantina yang tercantum dalam SOP dapat tertelusur dan
sebagai bukti diterapkannya sistem mutu pada pengelolaan instalasi
karantina.
68
BAB VI
INSPEKSI DAN VERIFIKASI
69
b. Kepala UPT KIPM untuk instalasi karantina kategori C.
70
BAB VII
PEMBINAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
71
BAB VIII
PELAPORAN DAN SANKSI
6.2. Sanksi
72
2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina
Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga
puluh) hari kalender apabila sampai dengan
berakhirnya peringatan tertulis kedua tidak
menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina.
3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina
Pencabutan sertifikat instalasi karantina dilakukan
apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat
instalasi karantina tidak menyampaikan laporan
penggunaan instalasi karantina.
b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
73
DAFTAR PUSTAKA
74
LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
Nomor :
Tanggal :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
Kepada Yth,
Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM
...........................................
di
Tempat
Nama Pemilik :
Nama Perusahaan :
Alamat Kantor :
Alamat Instalasi Karantina Ikan :
73
menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di
bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/
ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
Pemilik/ Pimpinan
(…………………….)
74
LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
Nomor :
Tanggal :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
Kepada Yth,
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan
di
Tempat
Nama Pemilik :
Nama Perusahaan :
Alamat Kantor :
Alamat Instalasi Karantina Ikan :
75
Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
(…………………….)
Tembusan Yth ;
Kepala Pusat Karantina Ikan
76
LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan
Penilaian Instalasi Karantina Ikan
77
LAMPIRAN 4. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan
Penetapan Instalasi Karantina Ikan
Kesimpulan :
1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti)
2. Tidak lengkap/ tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
78
Lampiran 5. Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
Nomor : ........................
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN Dokumen
INSTALASI KARANTINA IKAN Tanggal : ...........................
Halaman : 1/3
Sesuai dengan ketentuan pada Pedoman Instalasi Karantina Ikan bahwa harus
dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan, maka setiap
hasil laporan penilaian Instalasi Karantina Ikan, dilakukan evaluasi oleh Tim
Evaluasi UPT KIPM, sebelum dilakukan penolakan, ditunda, atau direkomendasikan
oleh Kepala UPT KIPM untuk penetapan Sertifika Instalasi Karantina Ikan oleh
Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Berdasarkan laporan hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan oleh tim penilai
pada tanggal ............................, terhadap:
Nama Perusahaan : ................................................................
Alamat Kantor : ................................................................
Alamat Instalasi : ................................................................
Jenis Instalasi : Instalasi Karantina Ikan ........................
Jenis Media Pembawa : ............................................................
Peruntukan Instalasi : ...............................................................
Kapasitas : ...............................................................
Tim Penilai : 1. .......................
2. ......................
3. ......................
telah dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi tersebut. Adapun hasil
evaluasinya dapat kami laporkan sebagai berikut :
79
KOP SURAT UPT
Nomor : ...............................
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN Dokumen
INSTALASI KARANTINA IKAN Tanggal : ......................................
Halaman : 2/3
80
KOP SURAT UPT
Nomor : ...............................
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN Dokumen
INSTALASI KARANTINA IKAN Tanggal : ......................................
Halaman : 2/3
3. Fasilitas
Gedung .........................................................
Instalasi listrik .................................................
Air ..................................................................
4. Fasilitas pendukung dilengkapi;
..............................................
................................................
..................................................
81
LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
Nomor : ...............,......................20..
Sifat : Penting
Lampiran :-
Perihal : Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
82
2.
3. dst
d. Kapasitas Instalasi :
e. Penanggung jawab instalasi :
.............................
NIP.
Tembusan: Yth.
Kepala Pusat Karantina Ikan
83
Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada
instalasi
karantina ikan
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi
sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah
dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data.
4. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/
penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten
setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
5. PROSEDUR KERJA
Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup
dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus
dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan
prasarana baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur
penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan
mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang
terdapat di IKI sebagai berikut :
84
1. Tata Tertib Personel IKI.
2. Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI
3. Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI
4. Pengelolaan Air IKI
5. Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI
6. Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI
7. Pemeliharaan Ikan IKI
8. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI
9. Perlakuan IKI
10. Pengelolaan Pakan IKI
11. Penanganan Ikan Keluar di IKI
12. Penanganan Limbah IKI
13. Rencana Kontingensi
14. Pemeriksaan klinis dan/atau visual
15. Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang
segar/beku/kering/bagian tubuh)
16. Pengambilan sampel media pembawa hidup
17. Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan
segar/beku/kering/bagian tubuh
18. Desinfeksi sarana dan prasarana IKI
19. Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi
hpik/hpi tertentu
20. Pengamatan peubah fisika kimia air
85
6. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana
IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang
telah ditetapkan.
86
FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
PENANGGUNG
JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
87
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM DESINFEKSI
NO TGL PERALATAN YANG BAHAN DOSIS PERSONIL KET
DIDESINFEKSI DESINFEKSI IKI
PENANGGUNG
JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
88
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
89
Lampiran 8. Contoh SOP Penanganan Ikan Masuk
V. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit
penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam
formulir standar yang telah ditetapkan.
90
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
No. Tanggal Jenis ikan Ukuran Jumlah Obat anti Dosis obat Paraf Ket*)
Ikan Ikan stress petugas
(Tempat dan
waktu)
Penanggung
jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
91
Lampiran 9. Contoh SOP Pengasingan dan Pengamatan
92
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan.
4. Pengamatan adalah tindakan mendeteksi lebih lanjut terhadap
HPIK dan/atau HPI pada Media Pembawa yang diasingkan.
V. PROSEDUR KERJA
Petugas IKI/ penanggungjawab IKI wajib memahami tentang prosedur
penanganan media pembawa hidup yang dikenakan tindakan
pengasingan di IKI. Penanganan media pembawa hidup yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI :
1. Lakukan evaluasi kesiapan dan laksanakan kegiatan penyiapan
sarana pengasingan;
2. Berita Acara (BA) penyerahan MP dari Pemilik kepada Penanggung
Jawab IKI;
3. Registrasi ulang MP pada saat pelaksanaan kegiatan adaptasi/
aklimatisasi suhu terhadap MP dan air wadah penampungan/
pemeliharaan;
4. Penandaan/ pengumuman identitas di setiap wadah penampungan/
pemeliharaan yang dipergunakan;
5. Pelepasan atau pemasukan MP dengan membuka kemasannya di
permukaan air masing-masing wadah/sarana yang telah diberi
tanda/pengumuman oleh petugas dalam ruang pengasingan;
6. Petugas IKI segera melakukan tindakan pengamatan;
7. Pengamatan kesehatan dan pengelolaan kualitas air dilakukan
setiap hari selama masa karantina di ruang pengasingan
berlangsung;
8. Petugas IKI melakukan kegiatan pemeliharaan MP sesuai dengan
pedoman pemeliharaan yang telah ditetapkan selama masa
karantina berlaku;
93
9. Petugas IKI mengakhiri kegiatan pemeliharaan setelah masa
karantina berakhir dengan adanya hasil analisis terhadap hasil uji
laboratories berupa rekomendasi penerbitan Sertifikat Kesehatan
94
FORM PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
NO TGL NO. BAK JENIS JUMLAH HIDUP SAKIT MATI PERSONIL KETERANGAN
MEDIA IKI
PEMBAWA
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
95
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
96
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
97
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM PERLAKUAN
NO. TANGGAL NO.BAK JENIS JUMLAH INDIKASI JENIS PERSONIL KET
MEDIA OBAT IKI
PEMBAWA
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………
98
Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama
Masa Karantina
99
V. PROSEDUR KERJA
100
4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress.
101
5.6. Pemberian pakan
Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses
pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan
jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan
tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan
tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan
secara apparent satiation.
102
- Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati
- Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek,
nafsu makan dll
103
kondisi insang
4) Anemia. Insang terlihat pucat
Lemah dan tidak nafsu makan
merupakan gejala umum beberapa
Ikan secara individual penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa
terpisah dari kelompoknya, lanjut
bernafas normal, tidak mau
makan, tampak kusam atau 1) Ikan mungkin menderita akibat
ada area yang kusam di infeksi parasit. Periksa
kulitnya. kulit/llendir/sirip dan insang
2) Ikan mungkin menderita infeksi
Tidak nampak adanya patogen internal
gejala klinis yang nyata. 3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik.
Isolasi dan identifikasi
4) Periksa kualitas air
Lemah dan tidak nafsu makan
merupakan gejala umum beberapa
penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa
Beberapa ikan tampak lanjut
lemah, tidak mau makan
atau makan sangat sedikit. 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia,
nitrit, pH
Ikan terlihat malas, 2) Polusi bahan organik
beberapa siripnya sobek 3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit
atau rombeng. di kulit/llendir/sirip dan kondisi
insang
4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik,
isolasi dan identifikasi serta periksa
adanya pendarahan, luka atau borok
Ekses lendir di insang 1) Infeksi ekto parasit. Periksa
dan/atau kulit. Lendir kulit/lendir/sirip dan insang
kecoklatan atau 2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa
menggumpal, kemungkinan parameter kunci
diikuti dengan menggosok-
gosokkan badan serta
“flushing”, megap-megap
dan/atau lemah.
1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat
Luka atau borok di kulit bersih dengan sedikit peradangan.
Umumnya akan sembuh dalam
Kemerahan atau beberapa hari, tetapi berisiko adanya
peradangan di permukaan infeksi sekunder
badan atau sirip 2) Iritasi jaringan yang terfokus
biasanya disebabkan oleh infeksi
Insang terkuak, ekto parasit. Periksa parasit secara
pembengkakan, luka yang mikroskopis
tidak sembuh dalam tempo 3) Infeksi bakteri. Isolasi dan
1 – 2 hari. identifikasi
4) Kualitas air bermasalah, termasuk
kadar bahan organik yang tinggi.
Periksa beberapa parameter kunci.
104
Infeksi ekto parasit yang berukuran
Luka kemerahan atau putih relatif besar seperti Argulus, Lernaea,
di badan yang terfokus Alitropus atau lintah. Parasit-parasit
tersebut biasanya dapat diamai dengan
mata telanjang
1) Infeksi bakteri
2) Infeksi ekto parasit. Periksa
Insang geripis kulit/lendir/sirip dan insang secara
mikroskopis
Sirip sobek, terbelah atau 3) Kualitas air buruk. Periksa beberapa
rombeng. Mungkin parameter kunci
ujungnya berwarna 4) Kerusakan fisik
keputihan dan/atau 5) Terlalu padat
kemerahan pada bagian 6) Infeksi jamur
pangkal. 7) Infeksi bakteri Columnaris
1) Infeksi virus
2) Infeksi bakteri sistemik,
mengakibatkan pembengkakan perut
“dropsy”. Dapat dibedakan dari
Perut ikan membengkak tomour melalui bentuk, simetri dan
(dropsy). Mungkin sisik bila diraba (keras atau cair)
terkuak, dan kemerahan di 3) Neoplasm (tumour). Dapat
badan atau sirip. Mungkin ditentukan dari ukuran, bentuk
mata melotot (biasanya asimetri) dan apabila
(exophthalmos) diraba terasa keras
4) Penyakit yang menginfeksi hati atau
ginjal Lakukan diagnosa lanjut
secara laboratoris
5) Infeksi parasit internal (endo parasit)
6) Masalah genetis
7) Masalah pencernaan. Lakukan
autopsi terhadap saluran pencernaan
Ikan mengalami masalah 1) Infeksi bakteri di insang
pernafasan, megap-megap. 2) Infeksi virus
Pada insang terdapat 3) Infeksi parasit di insang
jaringan/sel yang mati
(necrosis), ada bercak-
bercak abnormal, dan ekses
lendir.
Bintik-bintik putih kecil di Infeksi Ichthyophthirius. Diagnosa
kulit dan sirip, ikan tampak definitif dapat dilakukan melalui
seperi ditaburi garam. pemeriksaan secara mikroskopis
Umumnya lendir tampak
lebih tebal.
1) Infeksi jamur
Putih atau putih kecoklatan 2) Infeksi bakteri Columnaris. Periksa
seperti gumpalan kapas di sampel untuk pemeriksaan
kulit atau sirip. Biasanya mikroskopis yang diindikasikan
diikuti oleh pembengkakan adanya bakteri yang berukuran
atau erosi kulit. relatif panjang dan bergerak
meluncur (Flexibacter sp.)
105
1) Infeksi kista parasit. Periksa secara
mikroskopis dari sampel yang
Pembengkakan di kulit. diambil dari lokasi bengkak
2) Kerusakan fisik
3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti
dengan luka atau sisik terkuak
4) Tumour internal.
Tumour atau infeksi virus seperti:
1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti
lilin meleleh menempel di sirip/kulit
2) Papiloma, seperti kutil yang terus
membesar, berbentuk bulat halus
atau seperti bunga kol, berwarna
Ada “sesuatu” yang tumbuh putih, merah muda atau merah
di kulit/sirip 3) Lymphocystis, ukuran bervariasi,
kutil berwarna putih atau merah
muda di kulit/sirip/insang. Periksa
secara mikroskopis terhadap irisan
kutil tersebut
4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi
tersebut, namun sering sembuh
dengan sendirinya. Namun tetap
berisiko terjadinya infeksi sekunder
1) Kerusakan fisik
Kornea mata berwarna 2) Defisiensi nutrisi
keruh (berkabut) 3) Kualitas air buruk
4) Infeksi bakteri
1) Penggunaan organophosphate
Bentuk badan yang 2) Nutrisi tidak seimbang
abnormal, tulang belakang 3) Masalah genetik
bengkok. 4) Kerusakan otot/fisik
5) Keracunan
Hilang keseimbangan dan 1) Masalah pada gelembung renang
ikan tidak mampu diam (infeksi bakteri atau virus)
dengan posisi yang benar 2) Penyakit pada organ internal seperti
(ikan terlihat baik pada saat hati, ginjal atau organ pencernaan
berenang, tetapi
gerakannya akan tampak
abnormal pada saat
berhenti berenang)
Lemah, bobot tubuh Parasit internal. Periksa sampel darah
menurun, terjadi kematian dan kotoran secara mikroskopis
secara kronis. Mungkin
terlihat adanya cacing yang
menggantung atau keluar
dari anus
Ikan (mas/koi) terlihat
bersih, gerakan seperti
nervous atau megap-megap
106
nafsu makan normal,
namun mendadak hilang Infeksi Koi Herpes Virus.
nafsu makan pada hari-hari
berikutnya
VII. PELAPORAN
107
KOP SURAT
Jenis ikan :
ukuran :
No. Wadah :
Hari Hari Jumlah Jenis dan Parameter Kematian Diagnosa Petugas Ket*)
ke- & Tanggal (ekor/kg) jumlah kualitas air (ekor) Penyakit
pakan/hari A B C D Nama Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
*) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum
termuat dalam formulir ini.
Catatan:_________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_____________________________
108
KOP SURAT
Jenis ikan :
Stadia :
No. Wadah :
No. Hari& Jumlah Gejala Nafsu Respon Pergerakan Tindakan Paraf Ket *)
Tanggal Ikan Klinis Makan Terhadap Ikan Petugas Jml kematian
Rangsang
1.
2.
109
Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan
Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
V. PROSEDUR KERJA
5.1. Peralatan, sarana dan bahan
Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan
perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain:
1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air
2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium)
3. Aerator
4. Serok
5. Media pemeliharaan (air)
6. Obat ikan /antibiotik
110
5.2. Prosedur pelaksanaan
Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan
pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah
laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/
pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan
penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah :
111
4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air
secara berkala.
112
FORM PERLAKUAN PADA IKAN
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Alamat IKI :
Gejala klinis :
Penanggung jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
113
FORM PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama
3 hari
No. Hari Jenis ikan Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala Paraf Ket*)
/Tanggal/ dan ukuran klinis/ kelainan tingkah laku) petugas
jam ikan Sebelum pengobatan Setelah pengobatan
(hari ke)
1 Senin 2/8/ Mas koki/ 7 Pendarahan pada pangkal
2010 cm sirip ekor
09.00
Insang pucat
Sirip grepes
Penanggung jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
114
Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI
3.2. Filterisasi
Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan
dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya
meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat
V. PROSEDUR KERJA
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air
sebelum digunakan pada IKI antara lain:
bak penampungan air/tandon
air tawar
filtrasi
aerasi/blower
115
5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi
Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara
kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi.
Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb :
1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah
disiapkan
2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan
khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam
air
3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan
sisa-sisa bahan organik
4. Air siap untuk dilakukan filterisasi
5.2.3. Filterisasi
Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan
proses pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika,
karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan
melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi
jernih.
2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup,
kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan
melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi
jernih, tidak berbau dan pH netral.
3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak
penampungan/tendon.
4. Air siap untuk digunakan
1. Pengukuran suhu
Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang
akan diukur suhunya
Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam
thermometer
Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat
hasilnya
Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
116
Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera
pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut
didalam air, dan catat hasilnya
Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
4. Pengukuran salinitas
Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah
dikalibrasi
Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas
didalam refraktometer, dan catat hasilnya
Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
117
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
(Tempat dan
waktu)
Penanggung
jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
118
Lampiran 13. Contoh SOP Pengelolaan Pakan di IKI
V. PROSEDUR KERJA
Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan
pakan alami dan atau buatan.
119
4. Pakan alami siap untuk digunakan
5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan
6. Selesai.
5.2.2Pakan Buatan
1.Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi
2.Gunakan pakan buatan yang tersedia
3.Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti
antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang
4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan
berdasarkan kebutuhan
5. Selesai.
120
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
(Tempat dan
waktu)
Penanggung
jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
121
Lampiran 14. Contoh SOP Penanganan Ikan Keluar
122
V. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum
ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang
telah ditetapkan.
123
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Alamat IKI :
Penanggung jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
124
Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan
Inisial IKI/Tahun
Nama IKI
125
5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya;
6. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,
karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’.
V. PROSEDUR KERJA
Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan
apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang
jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus
untuk melakukan proses pembakaran. Abu sisa pembakaran
kemudian ditimbun kembali untuk menghindari tersebarnya
HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut.
Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal
pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan,
jenis,jumlah, indikasi pemusnahan, penanggung jawab instalasi.
V. REKAM DATA
Setiap kegiatan pemusnahan wajib melakukan pencatatan pada lembar
(form) pemusnahan.
126
Lampiran . Form pemusnahan media pembawa
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Penanggung Jawab
……………………
Catatan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………
127
Lampiran 16. Contoh SOP Pengelolaan Limbah
128
digunakan dalam proses suci hama terhadap kontaminasi
mikroorganisma.
V. PROSEDUR KERJA
Mekanisme pelaksanaan tindak karantina terhadap media pembawa
antara lain adalah pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan dan mungkin pemusnahan. Keseluruhan
tindakan tersebut sangat terkait dengan potensi ada serta tersebarnya
patogen infeksius yang tergolong HPIK pada media pembawa; maka
semua limbah dari kegiatan tersebut harus dikelola hingga dianggap
aman untuk dibuang ke lingkungan.
129
2. Limbah padat seperti kertas dan selain media pembawa sebaiknya
dibuang tiap hari dan dibakar secara sempurna.
3. Pada Instalasi Karantina Ikan untuk media pembawa ikan yang
mati saat pengangkutan atau selama dalam IKI dilaporkan kepada
petugas karantina ikan (UPT KIPM) untuk dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui penyebab kematian atau dapat dimusnahkan.
4. Ikan yang mati dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberikan
labeling yang memuat data informasi tentang shipment, spesies, no
wadah/bak/kolam/aquarium dan tanggal kematian kemudian
disimpan di dalam refrigerator/ freezer sebelum dilakukan
pemeriksaan.
5. Ikan yang mati dapat dimusnahkan menggunakan autoclave,
dikubur dalam-dalam dan diberi desinfektan, atau di incenerator.
6. Apabila incinerator tidak tersedia, pembakaran limbah padat dapat
dilakukan dalam lubang tanah sesuai prosedur pemusnahan media
pembawa dan kemasannya. Pastikan bahwa pembakaran
berlangsung sempurna hingga limbah menjadi abu.
7. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik sesuai
dengan persetujuan dari otoritas kompeten dapat digunakan
kembali atau dimusnahkan dengan melihat kondisi dari bekas
kemasan tersebut.
8. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik yang akan
digunakan kembali harus dikelola dengan cara dibasuh dengan
menggunakan sodium hipoklorit dosis 20 ppm atau direndam
dengan menggunakan Copper sulphate 0,1 ppm selama kurang lebih
1 jam atau bahan lain yang aman.
130
disesuaikan dengan kandungan khlorin yang tertera dalam
kemasan.
3. Bak penampung limbah dapat juga digunakan sebagai bak
desinfeksi karena itu dapat dilengkapi dengan disinfectan diffuser
dan agitator seperti turbo jet atau air-O2 untuk menjamin kontak
sempurna antara disinfektan dengan mikroba target. Effektifitas
diffuser di cek secara berkala dengan mengamati perkembangan
populasi patogen yang akan dimusnahkan. Satu diffuser memadai
untuk tiap ton air limbah.
4. Disinfectan diffuser dapat dibuat dari pipa pvc diameter 3 inchi
panjang 50 cm yang ditutup dikedua ujungnya. Di sepanjang pipa
di buat lima lubang kecil, begitu juga masing-masing tutup ujung
pipa dilubangi. Sebelum ditutup pipa diisi campuran pasir kering
dengan disinfektan seperti kaporit yang mengandung khlorin
dengan perbandingan 1:1. Setelah ditutup gantung diffuser di dekat
pipa pemasukan limbah ke bak disinfeksi sedemikian rupa sehingga
khlorin secara perlahan-lahan berdifusi kedalam air limbah.
5. Dari bak disinfeksi, air limbah dialirkan melalui pipa atas ke bak
oksidasi yang diaerasi menggunakan diffuser untuk memungkinkan
proses nitrifikasi terjadi dan pertumbuhan phytoplankton
berlangsung. Pada ujung akhir bak oksidasi ditempatkan rakit
fitoremediasi seluas maksimum 30 % luas bak.
6. Rakit untuk fitoremediasi dibuat dari kerangka pvc diameter 2 inch,
bagian tengah kerangka dilengkapi keranjang yang diisi arang
sebagi media tumbuh tanaman sebagai fitoremediator. Tanaman
tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crasipes) dan spesies
Salvinia sp. tidak memerlukan media padat untuk tumbuh diatas
air dan merupakan penyerap bahan beracun seperti logam berat
yang effektif. Pandan (Pandanus sp.) merupakan fitoremediator
yang sekaligus dapat berfungsi menetralkan aroma limbah.
7. Apabila limbah tercampur dengan air laut maka fitoremediator
dalam bentuk tanaman tingkat tinggi sebaiknya dihilangkan.
Vegetasi mangrove sebetulnya fitoremediator yang efektif tapi sulit
menumbuhkannya dalam kolam.
8. Air dari bak aerasi dialirkan ke bak filter merata dipermukaan
sehingga air merembes menembus filter ke bak ikan uji karena gaya
gravitasi. Bak filter harus dilengkapi dengan pipa untuk back wash
supaya filter tidak tersumbat hingga tidak dapat berfungsi benar.
Cek fungsi filter tiap pagi hari, kalau tersumbat lakukan back wash,
kembalikan air back wash ke bak disinfeksi. Luas bak filter tidak
lebih dari 20 % luas bak oksidasi.
9. Cek oksigen terlarut, BOD, COD, alkalinitas, dan pH air yang keluar
dari bak filter tiap hari. Alirkan air dari bak filter ke bak tempat
131
pemeliharaan ikan seperti Tilapia sp. dan kerang seperti Anadonta
sp. Bandeng (Chanos chanos) dan kerang hijau (Perna viridis)
sebagaif filter feeder dapat dipelihara bila limbah tercampur air laut.
Amati kematian ikan dan kerang tiap hari dan ketahui penyebab
kematian kalau ada. Cek kandungan logam berat daging kerang
secara rutin tiap 2 minggu.
10. Air limbah yang telah dikelola dialirkan ke lingkungan bila
ikan tidak sakit dan mampu bereproduksi serta daging kerang tidak
mengandung logam berat diatas ambang yang diperbolehkan.
Pemeriksaan kandungan logam berat dan bahan karsinogen dapat
dilakukan di laboratorium yang menggunakan AAS, HPLC dan
Spectroquant atau di lapangan menggunakan kit.
11. Dalam hal instalasi tidak memiliki cukup lahan untuk
fasilitas pengolahan limbah, prosedur seperti diatas dapat
dilaksanakan menggunakan bak fiberglass yang besarnya
disesuaikan dengan kapasitas limbah dan sarana pendukung yang
tersedia.
VII. PELAPORAN
Hasil kegiatan pengelolaan limbah harus dituangkan dalam bentuk
laporan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah yang ditandatangani
oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan
sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pengelolaan
limbah merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir
pelaksanaan kegiatan.
132
Diagram 1. Garis besar alur pengelolaan limbah
Dimusnahkan O2
(dibakar/diincen
Ikan yang Mati erator,
T
diautoclave,
Limbah padat a
dikubur dalam-
Bekas n
daalam
Kemasan/Lim a
bah Padat Disinfeksi m
lainnya a
n
Sludge Timbun Kompos
p
Limbah Limbah e
cair Disinfeksi
l
i
Air OksidasiFil Perairan n
trasi d
u
n
g
O2
133
Tabel 1. Desinfektan dan Prosedur Penangan Limbah
134
secara
kuat-kuat
selama 30-
60 menit
5. Aldehid Mendesinfeksi 0,5 Rentang
sarana dan mL/m3 jam
prasana atau 0,5
seperti bak, mg/L .
seser, net, 0,1
mL/m3
atau 0,1
mg/L
>1,5%
6. Pengoksidasi Mendesinfeksi 0,02 %. Rentang
sarana dan menit
prasana 0,5 – 2 jam
seperti bak,
seser, net,
7. Halogen Mendesinfeksi 1,0-5,0%. 10-30
sarana dan menit
prasana
seperti bak,
seser, net,
8. Fenol Mendesinfeksi 0,1-5,0% 10-30
sarana dan menit
prasana
seperti bak,
seser, net,
9. Garam (A.K) Mendesinfeksi 0,1-5,0% 10-30
sarana dan menit
prasana
seperti bak,
seser, net,
10. Biguanida Mendesinfeksi Rentang
sarana dan jam
prasana
seperti bak,
seser, net,
11. Ultra violet Mendesinfeksi >130 Spekrum
limbah cair 2
mWs/cm 190-280
nm
12. Pemansan Mendesifeski 85 °C
limbah cair kurang
lebih 30
menit
13. Incenerator Memusnahkan
ikan yang mati
atau bekas
kemasan
14. Dikubur dalam- Memusnahkan
dalam ikan yang mati
135
atau bekas
kemasan
15. Autoclave Memusnahkan
ikan yang mati
atau bekas
kemasan
136
Tabel 2. Beberapa bahan aktif dari golongan disinfektan yang dapat
digunakan untuk disinfeksi berbagai sarana dan prasarana
laboratorium.
137
KOP SURAT
Tindak karantina :
Penanggung jawab :
Pelaksana :
138
Alkalinitas (mg lk < 125 Diatas
CaCO3/L) Sebelum ke 10 ambang
BOD5 (mg/L)-O2 lk 1,0 Diatas
COD (mg/L)-O2 Sebelum ke ambang
Total nitrogen lk Bawah
(mg/L)-N Sebelum ke ambang
Total fosfor (mg/L lk Bawah
)-P ambang
Bawah
ambang
Bawah
ambang
Pengoperasian,
pemeliharaan Tiap hari Berfungsi
Pompa Tiap hari Berfungsi
Aerator Tiap hari Berfungsi
Filter Kalau Kompos
Penggantian diperlukan
fitoremediator
Kegiatan akhir
Periksa logam Sebelum ke 1,0-8,0 Bawah
berat (µg/L) lk ambang
Periksa bahan Sebelum ke TTD
karsinogen lk Nil
Periksa kematian Tiap hari
ikan+kerang Limbah
Pengaliran limbah aman
Limbah gas
Periksa fungsi Tiap hari Berfungsi
fume hood Tiap hari Berfungsi
Periksa fungsi Tiap hari Berfungsi
lemari asam
Periksa fungsi
incinerator
139
KOP SURAT
No.
No. Hari&Tanggal Bak/Kolam Jenis Kegiatan Jumlah Paraf Keterangan*)
Petugas Petugas
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
....................................................
140
KOP SURAT
2. 4 orang
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
141
KOP SURAT
Hari &
No. Jenis Kegiatan Metode Paraf Petugas Keterangan*)
Jumlah
Tanggal
Petugas
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
142
KOP SURAT
Parameter
No. Paraf
Hari &
No Temperatur pH Salinitas Oksigen terlarut Alkalinitas (mg BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen
Tanggal
Bak Limbah (oC) (mg/L) CaCO3/L) (mg/L)-N Petugas
1. Senin, L1
04/03/1
3
143
Lampiran 17. Jenis dan Daftar Obat Ikan sesuai dengan Klasifikasinya
C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat
dan garam-garamnya
1. Acriflavine (hydrochloride dan neutral);
2. Basic Bright Green, Oxalate;
3. Benzentonium chlorida;
144
4. Cloxacillin, Sodium;
5. Merthiolate;
6. Nifurpyrinol;
7. Nifurprazine HCL.
G. Vaksin :
1. Vaksin Aeromonas;
2. Vaksin Vibrio.
I. Hormon:
17 – Methyl
B. Antiseptik:
1. Betanaphthol;
2. Chloramine - T;
3. Potassium permanganate (PK, KMn04).
D. Antibakteri :
145
1. Atabrine, hyrochloride;
2. Basic Bright Green, oxalate;
3. Malachite Green, zinc free oxalate.
E. Antelmentika:
1. Niclosamide;
2. Picric Acid.
F. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) :
1. Avilamisina;
2. Avoparsina;
3. Bacitracin zink;
4. Enramisina;
5. Flavomisina;
6. Hygromycin B;
7. Kitasamycin;
8. Kolistin sulfat feed grade;
9. Lasalosid;
10. Linkomisina hidroklorida;
11. Maduramisina;
12. Monensin (natrium)
13. Narasina;
14. Nistatina;
15. Salinomycin (natrium);
16. Spiramycin (base, embonat);
17. Tiamulin hidrogen fumarat;
18. Tilocyn;
19. Virginiamycin;
20. Aklomide;
21. Amrolium;
22. Butynorate;
23. Clopidol;
24. Decoquinate;
25. Ethopabate;
26. Halquinaol;
27. Olakuinol;
28. Sulfanitran.
B. Antiprotozoa :
1. Calcium Carbonate (Ca C03);
2. Sodium Chloride (Na Cljgaram dapur).
C. Antelmintika :
- Garlic.
146
2. Ronidozol;
3. Dapson;
4. Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya;
5. Cholichicin;
6. Chlorpromazone;
7. Trichlorfon;
8. Dimetildazole;
9. Metronidazole;
10. Aristolochia spp.
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
147