PENDAHULUAN
mental dan sosial. Sehat sangat berhubungan erat dengan kata “fungsi”, dimana
menyelesaikan suatu tugas. Maka diperlukanlah suatu kondisi sehat baik secara
fisik, mental, dan sosial serta terbebas dari penyakit atau kelemahan. Adanya
suatu penyakit atau kelemahan pada tubuh dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang.
Salah satu bagian tubuh yang sering mengalami gangguan fungsi yaitu
kaki. Karena kaki merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering
tungkai adalah yang paling sering terjadi karena adanya tekanan dan tarikan pada
Di Amerika Serikat tercatat sekitar satu dari per 10.000 orang per harinya
234.000 pertahun. Di Indonesia sendiri kasus sprain ankle marak terjadi namun
belum adanya penelitian yang lebih mengkhusus untuk dapat memetakan tingkat
angka kejadian sprain ankle. Sedangkan menurut Ross dkk melaporkan di Mayo
1
2
Clinic tahun 2000 – 2005 kasus sprain ankle khususnya yang terkena pada lateral
ligamen ini biasanya terjadi pada orang umum dan para atlet. Dari kasus tersebut
85% nya merupakan cidera pergelangan kaki, dan menurut data 85% itu
merupakan inversi sprain. Sekitar 80% dari angka kejadian yang dilaporkan
merupakan cedera sprain ankle yang kambuh atau keadaan sakit yang terulang
setelah cedera pertama terjadi. Dari 40% individu yang terkena sprain ankle
memiliki gejala sisa dari sprain ankle yang kronis yaitu keadaan ankle yang tidak
stabil. Presentase dari sprain ankle didominasi oleh wanita yaitu mencapai 63%
dan pada pria berkisar 37%. Tanda dan gejala yang sering timbul pada penderita
sprain ankle umumnya adalah rasa nyeri pada pergelangan kaki. Sprain ankle
ringan biasanya terjadi keseleo pada pergelangan kaki yang ringan menyebabkan
titik nyeri yang ringan dan penderita mampu berjalan mengangkat beban tanpa
Definisi dari sprain ankle itu sendiri merupakan kondisi dimana terjadinya
interosseum. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gaya inversi dan plantar
fleksi secara tiba-tiba saat kaki tidak menumpu sempurna, pada tumpuan
Berdasarkan tingkatan cederanya, sprain ankle memiliki 3 fase dari akut yang
berlangsung 3 hari setelah cedera, fase sub akut berlangsung dari hari ke 4 - 10
setelah cedera, dan fase kronis berlangsung lebih dari 7 hari setelah cedera. Pada
kasus sprain ankle biasanya ditemukan gejala sisa yang dapat mempengaruhi cedera
tersebut berulang kembali. Sehingga dapat digolongkan kedalam sprain ankle kronis
yakni cedera pada ligamen lateral kompleks yang berlangsung mulai hari ke 7 setelah
cedera terjadi (Chan keith et al., 2011). Adapun faktor - faktor yang menyebabkan
terjadinya sprain ankle kronis yakni, faktor intrinsik dan ekstrinsik. Yang termasuk di
dalam faktor ekstrinsik yaitu kesalahan pelatihan, kinerja yang buruk , teknik yang
salah dan menapak pada permukaan yang tidak rata, sedangkan untuk faktor intrinsik
penggerak kaki dan ankle (muscle weaknes), poor proprioceptive, hypermobile kaki
proprioseptif didefinisikan sebagai informasi aferen yang timbul dari area peripheral
internal tubuh yang berkontribusi untuk mengontrol postur, stabilitas sendi dan
dan muscle reflex yang memungkinkan untuk terjadinya gerakan - gerakan yang tepat
serta menjaga stabilitas dinamis sendi. Untuk mengatasi problem tersebut maka
dipilih wobble board exercise yang bertujuan untuk melatih otot-otot ekstremitas
4
bawah mulai dari panggul sampai kaki dan ankle secara bersamaan dalam
hari menjadi normal (Kisner dan Colby, 2012). Sedangkan pemberian resistance
exercise, merupakan jenis latihan aktif yang dimana kontraksi otot baik secara
statik maupun dinamis ditahan oleh gaya yang berasal dari luar baik secara manual
motoris (motor skill performance) serta mencegah resiko adanya injuri dan
topik di atas dalam peneltian dengan judul “Wobble Board Exercises lebih
Meningkatkan Waktu Reaksi dari pada Resistance Exercise dalam pada Kasus Sprain
sebagai berikut :
1. Apakah wobble board exercises dapat meningkatkan waktu reaksi pada kasus
exercise dalam meningkatkan waktu reaksi pada kasus sprain ankle kronis di
kota Denpasar?
fungsi proprioseptif dari pada resistance exercise pada kasus sprain ankle
waktu reaksi dari pada resistance exercise pada kasus sprain ankle kronis di
kota Denpasar.
1.4.1 Teoritis
a. Mengetahui dan memahami tentang proses terjadinya nyeri pada sprain ankle
waktu reaksi dari pada resistance exercise pada kasus sprain ankle kronis di
kota Denpasar.
1.4.2 Praktis
a. Dapat digunakan sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya