Penyusun:
GALIH SENO AJI
170100055
1. Latar Belakang
Electronic cigarette atau sering disebut dengan vape adalah perangkat genggam
yang menghasilkan aerosol yang mengandung nikotin dengan cara memanaskan
larutan yang biasanya terbuat dari propylene glycol dan glycerol, nikotin, dan zat
pemberi rasa (Grana, Benowitz dan Glantz, 2014). Electronic cigarette merupakan
inhaler berbasis baterai yang memberikan nikotin yang disebut oleh WHO sebagai
Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) atau sistem pengiriman elektronik nikotin
(Yazid dan Rahmawati, 2018).
Electronic cigarette saat ini sangat digemari kalangan usia muda, rata-rata
prevalensi nasional pengguna e-cigarette (≥10tahun) adalah 2,8%, sebanyak 18
provinsi menggunakan e-cigarette di atas rata rata nasional. Sebagian besar prevalensi
pengguna rokok elektronik terdapat pada Pulau Jawa (kecuali Jawa Barat), Bali, dan
NTB (Sumarjati, 2020) dan di amerika epidemi EVALI sedang berlangsung.
(Sumarjati, 2020; Zulfiqar dan Rahman, 2021).
2. Tujuan Penulisan
2
3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan pembaca
terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan wawasan kepada
masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang dampak electronic
cigarette pada sistem respirasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rongga hidung adalah jalur utama masuknya udara, dan terdiri dari rongga
besar yang tidak beraturan yang dibagi menjadi dua bagian oleh septum. Bagian tulang
posterior septum dibentuk oleh tulang ethmoid dan vomer. Rongga hidung dilapisi oleh
epitel kolumnar bersilia yang sangat vascular dan berisi goblet sel yang mensekresi
mukus. Di nares anterior menyatu dengan kulit dan di posterior meluas ke nasofaring
(Waugh dan Grant, 2014).
4
2.1 Anatomi rongga hidung
Hidung adalah saluran pernapasan pertama yang dilalui udara sewaktu inspirasi. Di
rongga hidung, udara dihangatkan, dibasahi, dan disaring. Tiga konka yang menonjol
meningkatkan luas permukaan dan menyebabkan turbulensi, menyebarkan udara
inspirasi ke seluruh permukaan hidung. Area permukaan yang besar memaksimalkan
pemanasan, pelembapan, dan penyaringan (Waugh dan Grant, 2014).
a. Pemanasan
Rambut di nares anterior menjebak partikel yang lebih besar. Partikel yang lebih
kecil seperti debu dan bakteri mengendap dan menempel pada mukus. Mukus
melindungi epitel dari iritasi dan mencegah pengeringan. Gerakan sinkron silia
mengeluarkan mukus menuju tempat ia ditelan atau dibatukkan.
5
c. Humidifikasi
Saat udara bergerak di atas mukosa lembab, udara menjadi jenuh dengan uap air. Iritasi
pada mukosa hidung menyebabkan bersin, tindakan refleks yang secara paksa
mengeluarkan bahan iritan.
2.1.2 Faring
Faring terbagi menjadi 3 bagian dan memiliki struktur masing masing, yaitu: (Waugh
dan Grant, 2014; Hansen, 2019)
a. Nasofaring
Nasofaring terletak di belakang choana dan di atas palatum mole, pada dinding
lateral terdapat struktur yang bernama tuba auditive yang berhubungan dengan telinga
bagian tengah. Pada dinding posterior dijumpai pharyngeal tonsils yang terdiri dari
jaringan limfoid.
6
b. Orofaring
Orofaring meluas dari bawah palatum mole sampai ke vertebra servikal ruas
ke 3 atau ujung superior epiglotis. Dinding lateral faring menyatu dengan palatum mole
membentuk dua lipatan di setiap sisi. Masing masing lipatan tersebut adalah kumpulan
jaringan limfoid yang disebut palatine tonsil. Saat menelan, palatum mole dan uvula
didorong ke atas sehingga menutup rongga hidung dan mencegah masuknya makanan
dan cairan.
c. Hipofaring/Laringofaring
Hipofaring memanjang dari orofaring atau ujung epiglotis (batas atas) dan
berlanjut ke esofagus tepatnya di cricoid cartilage (batas bawah), dengan laring
terletak di anterior.
Struktur dinding faring terdiri atas beberapa jaringan: (Waugh dan Grant, 2014)
b. Lapisan submucosa
7
c. Otot polos
Otot faring membantu menjaga faring tetap terbuka secara permanen sehingga
pernapasan tidak terganggu. Otot konstriktor menutup faring saat menelan, mendorong
makanan dan cairan ke esofagus.
8
Otot faringeal terbagi menjadi otot sirkular dan otot longitudinal. Pada otot sirkular
terbagi menjadi tiga yaitu m.constrictores pharyngis superior, media, dan inferior.
Semua otot sirkular di inervasi oleh nervus vagus (N.X), dan otot ini yang
mengkontraksi lumen dan bolus hingga sampai ke esofagus (Schunke et al., 2017;
Hansen, 2019).
Pada otot longitudinal bekerja dengan cara mengangkat faring dan laring saat
menelan dan berbicara. Otot ini terbagi menjadi: (Hansen, 2019)
9
Gambar 2.3 Anatomi otot-otot faring
Faring terlibat dalam pernafasan dan pencernaan; udara melewati hidung dan
mulut, dan makanan melalui bagian mulut.
10
c. Pendengaran
d. Protection
e. Berbicara
Bertindak sebagai ruang beresonansi untuk suara yang naik dari laring dan
memberikan karakteristik individual pada suara.
2.1.3 Laring
Laring (voice box) adalah sebuah struktur muskuloligamen dan tulang rawan yang
terletak di C3-C6 vetebral, tepat di atas trakea.
Anterior : otot yang menempel pada tulang hyoid dan otot leher
11
Laring berfungsi baik sebagai sfingter untuk menutup jalan napas dan sebagai
instrumen untuk menghasilkan suara. Kerangkanya terdiri dari beberapa tulang rawan
yang dihubungkan oleh ligamen dan membrane. Tulang rawan laring terdiri atas:
(Waugh dan Grant, 2014; Hansen, 2019)
12
d. Arytenoid cartilage : Arytenoid cartilage adalah dua tulang rawan hilain
berbentuk piramida yang terletak di atas cricoid cartilage yang membentuk
bagian dinding posterior laring. Pada tulang rawan ini melekat pita suara dan
otot-otot. Epitel yang melapisi arytenoid cartilage adalah epitel kolumnar
bersilia
e. Corniculate cartilage : Sepasang tulang rawan yang terletak di puncak
arytenoid cartilage
f. Cuneiform cartilage : Sepasang tulang rawan di lipatan aryepiglotis yang
tidak memiliki artikulasi.
13
otot-otot penegang. M.cricothyroideus adalah satu-satunya otot yang diinervasi oleh
N.laryngeus superior.
14
Gambar 2.6 Otot laring dalam
Suplai darah laring diperoleh melalui dua arteri besar. A.laryngea superior berasal
dari aliran A.carotis eksterna dan A.laryngea inferior berasal dari aliran A.subclavia
melalui Truncus thyrocervicalis. Drainase vena bermula dari V,laryngea superior
bermuara di V.thyroidea superior, kemudian mengalir lebih lanjut ke V.jugularis
interna. V.laryngea inferior bermuara di Plexuss thyroideus impar, kemudian
mengalirkan sebagian besar darah ke V.thyroidea inferior menuju V.brachiochepalica.
Inervasi diperoleh melalui N.laryngeal superior dan N.laryngeal reccurens yang
keduanya berasal dari N.vagus. N.laryngeal reccurens mempersarafi semua otot pada
laring kecuali M.Cricothyroid yang mana diinervasi oleh N.laryngeal superior.
(Waugh dan Grant, 2014; Schunke et al., 2017; Hansen, 2019)
15
2.1.3.2 Fungsi Laring
a. Produksi suara
• Nada suara tergantung pada panjang dan ketegangan pita suara. Pita suara
pendek menghasilkan suara bernada lebih tinggi. Saat pubertas, pita suara laki-
laki mulai tumbuh lebih panjang , hingga nada suara menjadi rendah.
• Volume suara tergantung pada kekuatan getaran pita suara. Semakin besar gaya
udara ekspirasi, semakin kuat pita suara bergetar dan semakin keras suara yang
dipancarkan.
• Resonansi tergantung pada bentuk mulut, posisi lidah, bibir, dan otot wajah.
Selama menelan laring bergerak ke atas dan epiglotis menutup laring sehingga
dapat dipastikan bahwa makanan masuk ke esofagus dan bukan ke trakea.
c. Jalur udara
16
2.1.4 Trakea
Trakea merupakan kelanjutan dari laring dan meluas ke bawah hingga kira-kira
setinggi vertebra toraks ke-5 dimana trakea membelah di carina menjadi bronkus
primer kanan dan kiri, satu bronkus menuju masing-masing paru. Panjangnya kira-kira
10-11 cm dan terletak terutama di bidang median di depan esofagus (Waugh dan Grant,
2014).
Superior : Laring
Inferior : Bronkus kanan dan kiri
Anterior : Bagian atas adalah isthmus tiroid dan bagian bawah adalah arkus aorta
dan sternum
Posterior : Esofagus
Lateral : Paru-paru dan lobus tiroid gland
17
Dinding trakea terdiri dari tiga lapisan jaringan, dan ditahan terbuka oleh 16
sampai 20 cincin tulang rawan hialin yang berbentuk C dan terletak satu di atas yang
lain. Tulang rawan tertanam di otot polos dan jaringan ikat, yang juga membentuk
dinding posterior dimana bagian posterior cincinnya tidak utuh.
Suplai darah pada trakea terutama oleh arteri tiroid inferior dan arteri bronkial
dan aliran balik vena oleh vena tiroid inverior ke vena brachiocephalic. Suplai saraf
18
parasimpatis dari nervus laryngeal recurrent dan cabang dari nervus vagus. Suplai saraf
simpatis oleh nervus dari ganglia simpatis. Stimulasi saraf parasimpatis menyempitkan
trakea dan stimulasi simpatis melebarkan trakea.
Tulang rawan trakea menahan trakea terus terbuka, tetapi jaringan lunak di
antara tulang rawan memungkinkan fleksibilitas sehingga kepala dan leher dapat
bergerak bebas tanpa menghalangi atau menekuk trakea. Tidak ada nya tulang rawan
dibagian posterior memungkinkan esofagus mengembang dengan nyaman selama
menelan. Kontraksi dan relaksasi otot trakea, yang menghubungkan menghubungkan
ujung tulang rawan, membantu mengatur diameter trakea.
2. Eskalator mukosilliar
Pergerakan yang sinkron dan teratur dari silia akan menghembuskan mukus
dengan partikel yang melekat ke atas menuju laring dimana ia akan ditelan atau
dibatukkan.
3.Reflek Batuk
19
2.1.5 Bronkus dan Bronkiolus
Dua bronkus primer terbentuk saat trakea membelah, kira kira setinggi vertebra
toraks ke-5. Bronkus kanan lebih besar, lebih pendek dan lebih vertikal dari pada
bronkus kiri dan oleh karena itu bronkus kanan lebih mudah mengalami obstruksi
apabila benda asing terhirup. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Setelah masuk ke paru-paru
kanan di hilus, bronkus terbagi menjadi 3 cabang dan satu untuk setiap lobus. Setiap
cabang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa cabang yang lebih kecil. Bronkus kiri
memiliki panjang sekitar 5 cm dan lebih sempit dari bronkus kanan. Setelah masuk
paru paru di hilus bronkus kiri terbagi menjadi dua cabang, satu untuk setiap lobus.
Setiap cabang kemudian terbagi menjadi saluran udara yang semakin kecil di dalam
substansi paru-paru. (Waugh dan Grant, 2014)
Dinding bronkial mengandung 3 lapisan jaringan yang sama seperti trakea dan
dilapisi dengan epitel kolumnar bersilia. Bronkus terbagi menjadi bronkiolus,
bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori, duktus alveoli, dan akhirnya alveoli.
Bronkus memiliki cincin tulang rawan seperti trakea, tetapi saat saluran udara
membelah, cincin ini akan jauh lebih kecil, dan pada tingkat bronkiolus tidak ada
tulang rawan di dinding saluran pernapasan dan digantikan oleh otot polos. Hal ini
memungkinkan diameter salulran udara ditingkatkan atau diturunkan melalui sistem
saraf otonom, yang mengatur aliran udara di dalam setiap paru-paru. Epitel bersilia
yang melapisi saluran pernapasan juga bertahap diganti dengan epitel non-bersilia, dan
sel goblet menghilang. (Waugh dan Grant, 2014)
Pasokan arteri ke dinding bronkus dan saluran udara yang lebih kecil melalui
cabang arteri bronkial dekstra dan sinistra dan aliran balik vena terutama melalui vena
bronkial. Di sisi kanan akan bermuara ke vena azygos dan di sebelah kiri akan ke vena
interkostal superior. Nervus vagus (parasimpatis) merangsang kontraksi otot polos
20
pada cabang bronkial, menyebabkan bronkokonstriksi, dan stimulasi simpatis
menyebabkan bronkodilatasi. (Waugh dan Grant, 2014)
21
2.1.6 Bronkiolus Respiratori dan alveoli
Didalam setiap lobus, jaringan paru-paru dibagi lagi oleh lembaran halus
jaringan ikat menjadi lobulus. Setiap lobulus disuplai dengan udara oleh bronkiolus
terminal, yang selanjutnya terbagi menjadi bronkiolus respiratori, duktus alveolar dan
sejumlah besar alveolar. Dalam struktur inilah proses pertukaran gas terjadi. Ketika
saluran udara semakin membelah dan menjadi lebih kecil, dindingnya secara bertahap
menjadi lebih tipis sampai otot dan jaringan ikat menghilang, meninggalkan satu
lapisan sel epitel skuamosa selapis di duktus alveolar dan alveoli. Saluaran pernapasan
distal ini didukung oleh jaringan ikat elastis yang longgar di mana makrofrag,
fibroblast, saraf, dan pembuluh darah serta pembuluh getah bening tertanam. Alveoli
dikelilingi oleh jaringan kapiler yang padat. Pertukaran gas di paru-paru (respirasi
eksternal) terjadi melintasi membrane yang terdiri dari dinding alveolar dan dinding
kapiler yang menyatu dengan kuat. Membrane ini disebut dengan respiratory
membrane. Sel septal yang terletak diantara sel skuamosa berfungsi mengeluarkan
surfaktan, cairan fosfolipid yang mencegah alveoli mengering dan mengurangi
tegangan permukaan yang mencegah terjadi nya kolaps alveolar selama ekspirasi
(Waugh dan Grant, 2014)
22
2.1.6.2 Fungsi Bronkiolus Respiratori dan Alveoli
a. Respirasi eksternal
b. Pertahanan melawan infeksi
Pada tingkat ini, epitel bersilia, sel goblet, dan mukus tidak ada lagi, karena
kehadiran struktur tersebut akan menghalangi pertukaran gas. Pada saat udara
mencapai alveoli, biasanya sudah bersih. Pertahanan bergantung pada sel pelindung
yang ada di dalam jaringan paru-paru. Termasuk limfosit dan sel plasma, yang
menghasilkan antibodi, dan fagosit, termasuk makrofag alveolar. Sel-sel ini paling
aktif di saluran pernapasan distal dimana epitel bersilia telah digantikan oleh skuamosa
sel.
Merupakan lanjutan dari saluran pernapasan bagian atas. Menghirup udara kering
atau tidak cukup dilembabkan selama periode waktu tertentu mengiritasi mukosa dan
memicu infeksi.
Electronic cigarette, juga dikenal e-cigarette atau vape adalah perangkat genggam
yang menghasilkan aerosol yang mengandung nikotin dengan cara memanaskan
larutan yang biasanya terbuat dari propylene glycol atau glycerol, nikotin, dan zat
pemberi rasa (Grana, Benowitz dan Glantz, 2014). Electronic cigarette merupakan
inhaler berbasis baterai yang memberikan nikotin yang disebut oleh WHO sebagai
Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) atau sistem pengiriman elektronik nikotin
(Yazid dan Rahmawati, 2018).
Electronic cigarette pertama kali dideskripsipan sebagai alat aerosol nikotin bebas
tembakau, ditemukan pada tahun 1963 oleh pria bernama Herbert A. Gilbert. Pada
tahun 2003, seorang apoteker Tionghoa bernama Hon Lik memodernisasi perangkat,
23
yang kemudian menjadi yang pertama sukses secara komersial (Miyashita dan Foley,
2020).
Rata-rata prevalensi nasional pada tahun 2018 penggunaan rokok elektronik (≥10
tahun) adalah 2,8%, sebanyak 18 provinsi menggunakan rokok elektronik di atas rata-
rata prevalensi nasional. Sebagian besar sebaran prevalensi pengguna rokok elektronik
terdapat pada Pulau Jawa (kecuali Jawa Barat), Bali, dan NTB (Sumarjati, 2020).
2.2.1 Struktur Electronic Cigarette
Umumnya sebuah rokok elektrik terdiri dari 3 bagian yaitu: battery (bagian yang
berisi baterai), atomizer (bagian yang akan memanaskan dan menguapkan larutan
nikotin), dan catridge yang berisi larutan nikotin (Yazid dan Rahmawati, 2018).
Struktur ini seiring berjalannya waktu mengalami modifikasi dan medernisasi
mengikuti perkembangan teknologi, hingga saat ini telah berevolusi hingga generasi
ke-3 atau diatasnya yang menggunakan sistem tangki dan semakin nyaman digunakan,
bahkan model perangkatnya tidak nampak seperti rokok dan terintegrasi dengan
perangkat handphone. (Lukito et al., 2017)
24
Generasi pertama dari electronic cigarette, yang dikenal sebagai ‘cig-a-like’
dirancang menyerupai rokok biasa atau rokok konvensional, mudah digunakan, kastrid
dapat diganti apabila cairan habis, bersifat disposable (sekali pakai). Generasi kedua,
disebut sebagai ‘clearomisers atau vape pens’, memiliki desain yang relatif lebih
ramping menyerupai pena, kapasitas baterai lebih besar, kastrid dan atomizer terpisah
sehingga pengguna dapat dengan leluasa mengisi atau mencapur isian kastrid sesuai
keinginan. Generasi ketiga dan selanjutnya, menggunakan sistem tangki, kapasitas
baterai lebih besar, seluruh komponen bersifat terpisah sehingga memudahkan
pengguna dalam mengisi atau memodifikasi cairan produk secara leluasa, beberapa
diantaranya terdapat bluetooth (Lukito et al., 2017; Miyashita dan Foley, 2020)
Pelarut digunakan untuk melarutkan zat pemberi rasa dan nikotin, dengan
menggunakan Propylene Glycol dan Vegetable Glycerine serta berfungsi membuat uap
rokok. Kadar Propylene Glycol dalam e-liquid berkisar 60% sampai dengan 90%, dan
Vegetable Glycerine lebih dari 15%. Efek yang ditimbulkan dari asap buatan hasil
pemanasan mengandung PG/G dapat berkonstribusi terhadap masalah kesehatan
seperti asma, iritasi pernapasan, dan obstruksi jalan napas. PG bekerja sebagai
humektan atau mengumpulkan uap lembab, tenggorokan dapat menjadi kering dan
25
berpotensi menyebabkan sakit tenggorokan (Lukito et al., 2017; Stratton, Kwan dan
Eaton, 2018).
2. Nikotin
Nikotin fase gas dapat diserap di mulut dan saluran napas bagian atas, yang
dapat berkontribusi pada efek nikotin secara sensorik di mulut dan tenggorokan.
Setelah nikotin masuk sirkulas vena pulmonal, kemudian memasuki sirkulasi arteri dan
bergerak cepat melintaasi sawar darah otak. Nikotin kemudian berdifusi dengan mudah
di jaringan otak dan nikotin mengikat secara stereoselektif ke reseptor kolinergik
nikotin (nAChRs). nAChRs adalah ligan-gated channel ion, yang terbuka ketika agonis
kolinergik berikatan dengan bagian luar channel. Ketika channel terbuka,
memungkinkan masuknya kation seperti kalsium dan natrium, yang mengaktifkan jalur
tranduksi sinyal. (Stratton, Kwan dan Eaton, 2018)
26
nAChRs juga terletak di interganglionic junction sistem saraf otonom dan pada
organ di seluruh tubuh sebagai bagian dari sistem saraf otonom parasimpatis. Stimulasi
nAChRs yang diekspresikan secara luas menyebabkan berbagai efek fisiologis seperti
nicotine intoxication syndrome. Gejala sindrom keracunan nikotin adalah mual dan
muntah. Keracunan yang lebih parah dapat berkembang menjadi diare, peningkatan air
liur dan sekresi pernapasan, bradikardi, kejang, dan depresi pernapasan. (Stratton,
Kwan dan Eaton, 2018)
3. Ethylene Glycol
Selain PG dan gliserol, etilen glikol juga sebagai pelarut yang digunakan dalam e-
liquid. Ethylene glycol merupakan cairan tidak berbau, bening, dan agak kental yang
biasa digunakan sebagai antibeku dalam sistem pendingin dan pemanas, dalam cairan
rem hidrolik, dan sebagai pelarut industri. Etilen glikol menyebabkan iritasi pernapasan
dan bahaya toksikologi etilen glikol lebih berbahaya dibandingkan gliserol dan PG.
(Stratton, Kwan dan Eaton, 2018)
4. Perisa (flavoring)
Perisa di dalam rokok elektronik diklaim alami sama seperti flavoring di dalam
produk makanan. Keamanan pengguna perisa pada rokok elektronik masih diragukan.
Hal ini dikarenakan perisa tidak dikonsumsi langsung dengan ditelan, melainkan
dengan proses dipanaskan lalu diuapkan dan diinhalasi ke paru-paru. Senyawa yang
aman dikonsumsi secara langsung tidaklah otomatis aman ketika diinhalasi. Contohnya
Diacetyl, acetylpropionyl, dan acetoin adalah bahan kimia yang digunakan oleh
produsen makanan untuk menambahkan rasa krim untuk produk makanan. Namun
ramuan ini mengakibatkan kesehatan pernapasan memburuk. Misalnya , penyelidikan
pabrik pembuatan popcorn microwave ditemukan meningkatnya kejadian batuk kronik
dan bronkitis, asma, bronkiolitis obliterans, kondisi paru-paru yang parah dapat
menyebabkan jaringan parut permanen dan obstruksi. Pekerja di fasilitas ini menghirup
27
diacetyl dan acetoin ketika penyedap rasa yang mengandung bahan kimia ini
dipanaskan dan menjadi aerosol. (Lukito et al., 2017; Stratton, Kwan dan Eaton, 2018)
5. Carbonyl
TSNAs merupakan bahan kimia karsinogenik kuat yang dapat ditemukan pada uap
rokok elektronik dan e-liquid. Karsinogenik TSNAs dalam uap rokok elektronik
memiliki tingkat yang lebih rendah atau setara dengan yang terdapat pada dalam asap
tembakau. (Lukito et al., 2017)
7. Logam
Kadar timbal dan kromium dalam uap rokok elektronik sama dengan kadar pada
rokok konvensional, sedangkan kadar nikel nya 100 kali lebih tinggi dibandingkan
rokok konvensional. Satu embusan dari uap elektronik mengandung banyak partikel,
terutama timah, perak, nikel, alumunium, dan kromiuum. (Lukito et al., 2017)
Bahan lainnya ditemukan seperti coumarin berupa zat adiktif potensial yang
merugikan, tadafil merupakan senyawa obat diindikasikan dalam terapi disfungsi
ereksi, senyawa rimonabant merupakan obat terapi tambahan pengobatan obesitas yang
memiliki efek samping seperti depresi, dan serat silika dengan jumlah yang signifikan
pada aerosol rokok elektronik. Kadar senyawa toksik-karsinogenik dari rokok
28
elektronik diketahui lebih rendah dibandingkan asap rokok konvensional. (Lukito et
al., 2017)
2.3.1 Inflamasi
29
yang di definisikan sebagai ketidakseimbangan antara produksi ROS dan eliminasi
oleh enzim antioksidan (misalnya, superoksida dismutase (SOD), dan glutathione
antioksidan (GPX)) dan menyebabkan peradangan saluran pernapasan. Uap rokok
elektrik mengandung hingga 10x103 radikal bebas per isapan dengan potensi oksidatif
tinggi. (Traboulsi et al., 2020)
Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah dan
peran asap rokok dalam etiologi kanker paru-paru sangat kuat. Banyak bahan kimia
yang ada dalam asap rokok seperti aldehida menyebabkan aduksi DNA. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa paparan rokok elektronik menyebabkan kerusakan
DNA yang mungkin terjadi karena peningkatan stres oksidatif. E-liquid, serta nikotin
saja dapat menghambat mekanisme perbaikan DNA. Setidaknya ada lima mekanisme
perbaikan DNA utama, termasuk base excision repair (BER), nucleotide excision
30
repair (NER), mismatch repair (MMR), homologous recombination (HR), dan
nonhomologous end joining (NHEJ). Bukti saat ini ada bahwa rokok elektronik
merusak perbaikan DNA dengan mengurangi tingkat xeroderma pigmentosum C
(XPC) dan 8-Oxuguanine glycosylase (OGG1/2) yang terlibat dalam NER dan BER.
(Traboulsi et al., 2020)
31
Imunitas adaptif yang ditentukan oleh adanya limfosit B dan T, juga
dipengaruhi secara negatif oleh asap rokok , karena banyak penelitian menunjukkan
bahwa merokok meningkatkan jumlah sel T CD8+ yang dapat menyebabkan kerusakan
paru-paru emfisema. Saat ini belum ada studi eksperimental tentang efek vaping pada
fungsi kekebalan adaptif dalam menanggapi infeksi. Efek rokok elektronik dalam
biopsi kerokan hidung menunjukkan penurunan ekspresi gen kekebalan seperti
chemokine (CXC motif) ligan 2 (CXCL2), chemokine (C-X3-C Motif) reseptor 1
(CX3CR1), dan CD 28. CD 28 adalah sinyal ko-stimuluasi yang diperlukan untuk
aktivasi sel T, dan kemokin serta reseptor nya memainkan peran penting dalam aktivasi
dan perekrutan sel kekebalan ke tempat infeksi dan peradangan. Bisa disimpulkan
bahwa rokok elektronik dapat mengganggu respon imun. (Traboulsi et al., 2020)
Fungsi neutrofil juga terganggu akibat paparan uap rokok elektronik. Neutrofil
memainkan peran penting dalam mengendalikan dan menghilangkan infeksi paru-paru,
dengan melepaskan ROS dan protease di tempat infeksi. Neutrofil juga membersihkan
patogen melalui fagositosis dengan membentuk filamen kromatin seperti jaring dilapisi
peptida mikroba, yang dikenal sebagai neutrophil extracellular traps (NETs). Produksi
NETs yang berlebihan bagaimanapun bersifat sitotoksik terhadap epitel paru dan
diindentifikasi dalam beberapa kondisi penyakit paru-paru kronik dan infeksi.
(Miyashita dan Foley, 2020)
32
E-cigarette or vaping product use asossiaction lung injury (EVALI) adalah
penyakit akut atau subakut yang ditandai dengan spektrum temuan klinis yang meniru
berbagai penyakit paru. Epidemi EVALI sedang berlangsung di amerika. EVALI
adalah diagnosis klinis yang memerlukan pengunaan rokok elektronik dalam 90 hari
sebelum gejala awal, infiltrate paru pada foto polos, dan tidak adanya etiologi lain yang
mungkin. Meskipun etiologinya belum jelas, beberapa penyebab sedang diselidiki.
Vitamin E asetat sejauh ini merupakan agen yang paling terkait dengan EVALI.
Vitamin E asetat secara ilegal digunakan sebagai pengencer dalam kartrid berbasis
tetradohydrocannabinol (THC). (Zulfiqar dan Rahman, 2021)
Gambar 2.14 Efek e-cigarette terhadap sistem imun dan host defence
33
BAB III
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
35
12th edn. Elsevier Ltd.
12. World Health Organisation (2014) ‘Electronic nicotine delivery systems’,
Conference of the Parties to the WHO Framework Convention on Tobacco
Control, (October), pp. 13–18. doi: 10.1001/jama.2013.285347.2.
13. Yazid, A. R. N. and Rahmawati, A. A. (2018) ‘Rokok Elektrik dan Rokok
Konvensional Merusak Alveolus Paru’, Prosiding Seminar Nasional Unimus,
1, pp. 27–32. Available at:
http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/21/13.
14. Zulfiqar, H. and Rahman, O. (2021) Vaping Associated Pulmonary Injury.
StatPearl.
36