Kelompok 3
KARBOHIDRAT
Landasan Teori:
Karbohidrat adalah suatu senyawa polihidroksi keton / polihidroksi aldehid / molekul yang
lebih besar yang bisa dihidrolisis menjadi polihidroksi aldehid atau keton. Karbohidrat
memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai sumber energi untuk hewan dan tumbuhan,
sumber karbon dalam proses metabolisme, penyimpan energi, dan elemen struktural dari sel
dan jaringan. Untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam suatu zat, dapat
dilakukan tes Molisch. Karbohidrat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural,
dan senyawa furfural dengan pereaksi alfa naftol menghasilkan senyawa berwarna ungu yang
menandakan adanya karbohidrat.
Karbohidrat dapat dibagi menjadi empat berdasarkan jumlah sugar unit dalam rantainya.
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu sugar unit, contohnya glukosa,
galaktosa, dan fruktosa. Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua sugar unit,
contohnya maltosa, laktosa, dan sukrosa. Oligosakarida terdiri dari tiga sampai sepuluh sugar
unit. Sebagian besar oligosakarida tidak bisa dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia. Dan
polisakarida terdiri dari lebih dari sepuluh sugar unit, contohnya amilum dan pati. Untuk
membedakan monosakarida dan disakarida, dapat dilakukan tes Barfoed. Reagen Barfoed
mengandung larutan kupri asetat dan asam laktat. Dengan penambahan larutan fosfomolibdat,
monosakarida akan memberikan warna biru tua, sedangkan disakarida menghasilkan warna
biru muda.
Selain berdasarkan jumlah sugar unit, karbohidrat juga dapat dibedakan berdasarkan gugus
yang dimilikinya. Suatu karbohidrat dikatakan aldosa jika memiliki gugus aldehid dan ketosa
jika memiliki gugus keton. Untuk membedakannya dapat dilakukan tes Selliwanoff.
Karbohidrat akan menghasilkan senyawa merah jika direaksikan dengan resorsinol.
Karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan memiliki sifat reduksi.
Untuk mengetahui sifat reduksi tersebut, dapat diketahui melalui tes Benedict. Karbohidrat
yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi larutan tembaga dalam
suasana basa sehingga menghasilkan endapan kupro-oksida yang berwarna merah.
1
Tes Molisch
Tujuan:
Merupakan test umum karbohidrat.
Prinsip:
Karbohidrat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural
dengan pereaksi alfa naftanil menghasilkan senyawa yang berwarna ungu. Hasil negatif
merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
Cara Kerja:
– 2 ml larutan monosakarida dimasukkan dalam tabung reaksi
– Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch, kocok
– Miringkan tabung kira-kira 45 derajat, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat lewat dinding
tabung, jangan dikocok
– Lihat apakah ada cincin ungu pada batas antara dua lapis cairan
– Lakukan hal yang sama pada larutan disakarida dan polisakarida
Hasil Pengamatan:
Keterangan:
+ : berwarna ungu
_ : tidak berwarna ungu
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat dan ditunjukkan oleh tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
semua jenis karbohidrat yang diuji dengan tes molisch akan menunjukkan hasil positif.
Tes Benedict
Tujuan:
Mengetahui sifat reduksi karbohidrat
Prinsip:
Larutan tembaga dalam suasana basa akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehida atau keton bebas, sehingga akan terbentuk endapan kupro-oksida yang berwarna
merah. Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
2
Cara Kerja:
– Masukkan 1 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi
– Tambahkan 2 ml glukosa atau fruktosa
– Masukkan tabung ke dalam pemanas air mendidih selama 3 menit
– Dinginkan perlahan-lahan
– Perhatikan apakah ada endapan yang terbentuk
– Ulangi terhadap laktosa dan sukrosa
Hasil Pengamatan:
Keterangan:
+ : menghasilkan endapan merah bata
_ : tidak menghasilkan endapan merah bata, berwarna biru
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat dan ditunjukkan oleh tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Glukosa dan lakosa merupakan gula pereduksi
2. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi
Test Berfoed
Tujuan :
Membedakan monosakarida dan disakarida
Prinsip:
Tes ini untuk mendeteksi adanya monosakarida. Reaksi Barfoed berlangsung dalam suasana
asam, Reagen Berfoed mengandung larutan kupri asetat dan asam laktat. Dengan
penambahan larutan fosfomolibdat, larutan monosakarida akan memberikan warna biru tua,
sedangkan larutan disakarida aka memberikan warna biru muda.
Cara Kerja:
– Sediakan tiga tabung reaksi
– Masukkan masing-masing 2 tetes larutan fruktosa, sukrosa dan laktosa
– tambahkan 18 tetes H2O
– tambahkan 1 ml larutan Barfoed
– panaskan dalam penangas air mendidih selama 3 menit
3
– dinginkan dalam gelas kimia berisi air selama 3 menit
– tambahkan 1 ml pereaksi fosfomolibdat
– perhatikan warna biru tua yang terjadi
Hasil Pengamatan:
Keterangan :
+ : Berwarna Biru Tua
- : Berwarna Biru Muda
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat dan ditunjukkan dalam tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Fruktosa merupakan senyawa monosakarida
2. Sukrosa dan laktosa bukan merupakan senyawa monosakarida.
Tes Selliwanoff
Tujuan:
Membedakan karbohidrat yang memiliki gugus keton dan aldehid
Prinsip:
Karbohidrat atau turunanya (4-hidroksi metil furfural) dengan resorsinol menghasilkan
senyawa berwarna merah.
Cara Kerja:
– Sediakan tiga tabung reaksi
– Masukkan masing-masing 2 ml larutan glukosa, fruktosa dan sukrosa
– Tambahkan 2 ml pereaksi selliwanoff
– Campur dan panaskan dalam penangas air mendidih selama 60 detik
– Perhatikan perubahan yang terjadi
Hasil pengamatan:
4
III Sukrosa Merah pudar
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat dan ditunjukkan oleh tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Glukosa merupakan karbohidrat yang tidak memiliki gugus keton
2. Fruktosa merupakan karbohidrat yang memiliki gugus keton
3. Sukrosa yang telah di hidrolisis menghasilkan fruktosa yang memiliki gugus keton
LIPID
Landasan teori:
Lemak merupakan salah satu golongan lipid yang disusun oleh dua jenis molekul yang lebih
kecil, yaitu asam lemak dan gliserol. Gliserol merupakan sejenis alkohol yang memiliki tiga
karbon, masing-masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka
karbon panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon. Asam lemak memiliki panjang,
jumlah atom, dan lokasi ikatan ganda yang beragam. Jika tidak terdapat ikatan rangkap
diantara atom-atom karbon yang menyusun struktur ekor hidrokarbon pada asam lemak, akan
terbentuk asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh dapat ditemukan pada lemak hewan,
misalnya mentega. Asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap yang
terbentuk melalui pengeluaran atom hidrogen dari kerangka karbon. Asam lemak tidak jenuh
dapat ditemukan pada lemak tumbuhan, misalnya minyak jagung.
Tes Hubl
Tujuan :
Mengetahui ikatan tak jenuh dalam suatu lipid
Prinsip :
Lipid dapat mengalami reaksi adisi. Untuk menentukan adanya ikatan rangkap, sampel
direaksikan dengan larutan Hubl. Berkurangnya warna merah larutan Hubl, menunjukkan
adanya ikatan rangkap.
Cara Kerja :
– Sediakan tiga tabung reaksi
– Ke dalam tabung I, masukkan 2 ml kloroform
– Ke dalam tabung II, masukkan 1,5 ml kloroform + 10 tetes minyak
– Ke dalam tabung III, masukkan 2 ml larutan mentega dalam kloroform
– Masukkan ke dalam ke-3 tabung tersebut 2 tetes larutan Hubl, kocok dan bandingkan
warna yang terbentuk pada tiap tabung
Hasil Pengamatan:
Ketika ke dalam tabung tersebut dimasukkan 2 tetes Hubl maka akan tampak warna merah.
Tetapi setelah ketiga tabung tersebut dikocok, maka warna merah yang terbentuk akan
5
berbeda. Ada yang masih tetap merah, namun ada juga yang warna merahnya memudar.
Apabila warna merahnya semakin berkurang, ini menunjukkan bahwa ada ikatan rangkap.
Berikut ini tabel yang menunjukkan perubahan warna pada ketiga tabung setelah diberi 2
tetes Hubl.
Keterangan :
+ : merah sangat pudar
++ : merah agak pudar
+++ : merah terang
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat dan ditunjukkan oleh tabel di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Minyak dan mentega memiliki ikatan rangkap
2. Jumlah ikatan rangkap pada minyak lebih banyak daripada mentega
PROTEIN
Dasar Teori:
Protein merupakan polimer biologis 3 dimensi yang dibangun dari kumpulan 20 jenis
monomer asam amino. Protein meliputi lebih dari 50% bobot kering sebagian besar sel yang
mempunyai fungsi yang sangat penting bagi sel meliputi fungsi struktural, penyimpanan,
transpor substansi lain, pengiriman sinyal dari satu bagian ke bagian lain, pergerakan dan
pertahanan melawan substansi asing serta mengatur metabolisme.
Asam amino sendiri merupakan molekul organik yang memiliki gugus karboksil dan gugus
amino. Asam amino ini akan berpolimerisasi sedemikian rupa sehingga akan terbentuk ikatan
kovalen antara gugus karboksil pada asam amino yang satu dnegan gugus amino pada asam
amino yang lain yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptida ini dapat berikatan dengan
tembaga hidroksida dan akan membentuk kompleks berwarna ungu dalam uji Biuret
6
Reaksi Biuret
Tujuan :
Mengetahui adanya ikatan peptida pada protein. Percobaan ini merupakan test umum untuk
mengetahui adanya protein.
Prinsip :
Protein dengan tembaga hidroksida membentuk kompleks berwarna ungu karena memiliki
ikatan peptida.
Cara Kerja :
– 2 ml larutan albumin dicampur dengan 2 ml NaOH
– Tambahkan dengan 5 tetes larutan CuSO4
– Lalu dikocok
– Ulangi percobaan ini dengan larutan kasein dan gelatin
Hasil :
Berikut ini tabel yang menunjukkan perubahan warna pada albumin, kasein, dan gelatin saat
diberi pereaksi biuret (2 ml NaOH + 5 tetes CuSO4).
Keterangan :
+ : Berwarna ungu
– : Tidak berwarna ungu
Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat dan ditunjukkan oleh tabel di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa albumin, kasein, dan gelatin mengandung ikatan peptida.
Reaksi Millon
Tujuan:
Untuk mengetahui gugus mono hidroksi benzene dalam sampel protein.
Prinsip:
Reaksi ini bergantung adanya derivate mono hidroksi benzene seperti tirosin dan fenol.
7
Cara kerja:
– Dalam 3 tabung reaksi, masukkan masing-masing:
1. 2 mL albumin ke dalam tabung I
2. 2 mL gelatin ke dalam tabung II
3. 2 mL kasein ke dalam tabung III.
– Masukkan ke dalam 3 tabung tersebut, 3 tetes reagen Millon. Kemudian, panaskan
selama 5 menit.
– Amati perubahan yang terjadi, adanya endapan merah menunjukkan hasil positif reaksi
Millon.
Hasil Pengamatan:
Prinsip dari uji Millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya. Molekul ini akan
membentuk garam merkuri dengan pereaksi Millon. Dari hasil percobaan, pada tabung I dan
III (albumin dan kasein) terbentuk endapan merah, yang berarti positif reaksi Millon. Namun,
jumlah endapan merah pada kasein lebih sedikit daripada albumin. Hal ini menunjukkan
albumin memiliki lebih banyak gugus mono hidroksi benzene daripada kasein. Sementara
pada gelatin tidak terdapat endapan merah atau negatif reaksi Millon, yang berarti pada
gelatin tidak terdapat gugus mono hidroksi benzene.
Kesimpulan
Albumin dan kasein mengandung gugus mono hidroksi benzene. Sementara gelatin tidak
mengandung gugus mono hidroksi benzene.
Tujuan:
Mengetahui pengaruh alkohol terhadap protein
Prinsip:
Protein dapat membentuk presipitat dengan alkohol. Penambahan air, dapat menyebabkan
protein akan jernih kembali. Percobaan ini menunjukkan sifat reversibilitas protein.
8
Cara kerja:
– Dalam 3 tabung reaksi, masukkan masing-masing 2 mL albumin ke dalam tabung I, 2
mL gelatin ke dalam tabung II, dan 2 mL kasein ke dalam tabung III.
– Masukkan 3 mL alkohol ke dalam masing-masing tabung tersebut. Amati perubahan
yang terjadi.
– Kemudian, tambahkan 5 mL air ke dalam masing-masing tabung. Amati dan catat
perubahan yang terjadi.
Hasil Pengamatan:
Penambahan alkohol dapat mendenaturasi protein, karena sifat alkohol yang dapat menarik
mantel air pada protein. Pada albumin dan kasein terbentuk gumpalan saat ditambahkan 3 mL
alkohol. Sementara pada gelatin tidak terdapat gumpalan. Kemudian, setelah ditambahkan air
sebanyak 5 mL, albumin dan kasein berwarna keruh, terutama pada kasein. Pada gelatin,
warna menjadi lebih bening dari sebelumnya. Gumpalan dan warna yang keruh menunjukkan
protein yang terdenaturasi. Apabila penambahan air dapat membuat protein kembali ke
bentuk semula (renaturasi) maka dapat dikatakan bahwa protein tersebut reversibel.
Sementara, apabila larutan protein tersebut tetap keruh, maka protein tersebut merupakan
protein irreversible. Hal ini menunjukkan bahwa gelatin merupakan protein yang reversibel.
Sementara albumin dan kasein bersifat irreversible.
Kesimpulan:
Alkohol dapat mendenaturasi protein dengan cara menarik mantel air yang terdapat pada
protein.
9
PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET
Dasar Teori
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang.
Teknik spektrofotometri telah lama digunakan sebagai suatu teknik yang handal untuk
mendeteksi, mengidentifikasi, dan mengukur kadar senyawa kimia dalam suatu larutan. Yang
menjadi dasar dalam pelaksanaan teknik ini adalah :
1. Bahan kimia dapat menyerap dan menghantarkan cahaya
2. Suatu larutan menyerupai warna tertentu karena larutan ini dapat menyerap semua warna
kecuali warna yang dapat ditangkap oleh mata
Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap dinyatakan dalam hukum Beer-
Lambert.
Hukum Beer-Lambert :
Pengurangan intensitas cahaya monokromatis yang melalui suatu larutanberwarna
berlangsung secara eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui
cahaya dan kadar zat dalam larutan.
Keterangan :
10
Io = intensitas sinar datang
IE = intensitas sinar yang diteruskan
a = absorbtivitas
b = panjang sel / kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
Perlu diketahui bahwa, Io/IE disebut sebagai transmisi sinar (T) dan dinyatakan dalam persen.
Serapan (Absorban) = A atau disebut juga kerapatan optik (optical density) = OD. Artinya
persamaan untuk Absorban juga dapat ditulis seperti ini.
Pendahuluan
Di alam, protein terdapat dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu :
a. Protein bebas
b. Protein yang tidak terlarut, terdapat dalam tulang, otot, rambut, dan gumpalan darah
c. Protein terlarut, banyak terdapat dalam bahan pangan, seperti : susu, telur, dan daging
Kadar protein terlarut dapat ditentukan berdasarkan berbagai metode, misalnya : titrasi
formol, spektrofotometri, dan sebagainya. Teknik spektrofotometri yang biasa digunakan
untuk analisa protein adalah dengan metode biuret.
Prinsip Reaksi
Dalam suasana basa, zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida dapat
membentuk kompleks berwarna ungu, jika direaksikan dengan garam tembaga (pereaksi
biuret)
Tujuan
Untuk menentukan kadar protein terlarut dengan metode biuret.
11
Cara Kerja
a. Persiapan larutan standar dan larutan blanko
Konsentrasi
Vol stok standar Vol pereaksi
No. Vol akuades standar
protein 50 mg/ml biuret
Tabung (ml) protein
(ml) (ml)
(mg/ml)
1. - 1,00 9,00 ...
2. 1,00 - 9,00 ...
3. 0,75 0,25 9,00 ...
4. 0,50 0,50 9,00 ...
3. Buat kurva kalibrasi antara A dengan konsentrasi standar protein (C) pada kertas
garfik atau buat persamaan garis A = mC + b
Keterangan :
– A = Nilai absorban yang diukur (A)
– C = Konsentrasi standar protein (mg/ml)
– m = Gradien garis atau dy/dx
– b = Nilai perpotongan garis pada sumbu y
12
3. Ukur nilai absorban larutan sampel
4. Tentukan konsentrasi larutan sampel dengan memplot nilai A sampel pada kurva
hubungan antara A dengan konsentrasi standar, atau dengan memasukkan nilai A
sampel pada persamaan garis A = mC + b
a. Hasil
1. Konsentrasi larutan yang digunakan dalam percobaan.
Konsentrasi
Vol stok standar Vol pereaksi
No. Vol akuades standar
protein 50 mg/ml biuret
Tabung (ml) protein
(ml) (ml)
(mg/ml)
1. - 1,00 9,00 0
2. 1,00 - 9,00 5
3. 0,75 0,25 9,00 3,75
4. 0,50 0,50 9,00 2,5
13