Laporan Praktikum Pengelolaan Lahan Dilla Septia Rini 170301126
Laporan Praktikum Pengelolaan Lahan Dilla Septia Rini 170301126
OLEH:
DILLA SEPTIA RINI
170301126
AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
2020
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
organic yang berupa dedaunan, tanaman sisa panen, jerami dll, dijadikan sebagai
bahan pembuatan pupuk kompos. Pupuk ini digunakan sebagai pupuk penyubur
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari
bahan organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang telah mengalami proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Wahyono, et.al., 2011).
sebagian besar berasal dari rumah tangga. Sebetulnya, kompos merupakan pupuk
warisan alam yang sudah dikenal nenek moyang kita, tetapi kita lupa untuk
memanfatkannya. Kompos adalah bahan organik yang bisa lapuk, seperti daun-
daunan, sampah dapur, jerami, rumput dan kotoran lain, yang semua itu berguna
Larutan MOL merupakan hasil fermentasi yang dapat dibuat dari berbagai bahan
sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman (Cahaya dan Nugroho, 2009).
menjadi sama dengan C/N rasio tanah. C/N rasio adalah hasil perbandingan antara
karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai C/N rasio
tanah adalah 10-12. Bahan organic yang memiliki C/N rasio sama dengan tanah
Tujuan praktikum
menggunakan EM4.
Kegunaan penulisan
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahaan bacaan bagi pihak yang
membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan EM4 atau sejenisnya, sesuai dengan dosis atau pemakaian yang
organisme di dalam tanah akan tumbuh subur kembali, sehingga fisik tanah yaitu
tektur dan struktur menjadi lebih baik, tanaman akan tumbuh subur, dengan
Suhu normal diawal proses fermentasi pengomposan adalah 40-50˚C. Suhu ini
akan meningkat setelah hari ke tiga hingga mencapai 60˚C dan akan menurun
seiring dengan matangnya kompos. Yang perlu diperhatikan adalah suhu setelah 2
akan bekerja dengan baik bila kondisi sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung
dalam kondisi anaerob, pH rendah (3-4), kadar garam dan gula tinggi, kandungan
air sedang 30-40%, kandungan antioksidan dari tanaman rempah dan obat, adanya
2005).
4
bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan subtansi
bioaktif lainya. Hasil metabolit yang diproduksi dapat diserap secara langsung
merupakan bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula
bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan (Indriani, 2011).
beragam baik secara aerob maupun anaerob, dengan atau tanpa aktivator
optimal jika tidak terdapat oksigen. Aktivator merupakan bahan yang terdiri atas
enzim, asam humat, dan mikroorganisme (kultur bakteri) yang berfungsi untuk
2012).
5
Ujung Tanjung kec. Tanah Putih Kab. Rokan Hilir Riau dengan ketinggian ±20
daun menggunakan EM4 ini adalah gunting untuk mencacah daun kering, wadah
kompos daun ini adalah daun kering sebagai media pembuatan kompos, EM4
Prosedur Percobaan
50
- Dilakukan terus menerus hingga semua daun kering dan larutan EM4 nya
habis
Hasil
Pembahasan
dicampur. Secara sederhana proses pengomposan dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Hal ini sesuai dengan literatur
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula
akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas
500 – 700 C selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah
mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini
bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan
telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat
ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat
biomassa bahan.
dengan bantuan bakteri yang ada pada EM4. Hal ini sesuai dengan literatur
Asngad dan Suparti (2005) dalam EM4 ini terdapat sekitar 80 genus
Actinomycetes.
sebagai kompos daun. Pemanfaatan daun sebagai kompos sangat efektif dalam
pemanfaatan limbah. Pembuatan kompos daun juga sangat mudah dilakukan. Hal
ini sesuai dengan literatur Sulistyorini (2005) yang menyatakan bahwa sampah
dari sayuran termasuk daun-daunan sangat bagus hasilnya apabila dibuat menjadi
kompos organik. Kompos daun ini akan sangat bagus digunakan kembali untuk
menyuburkan tanah pertanian. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Arief
Budiharjo (2006) yang menyatakan bahwa ada 7 komponen sampah yang akan
tekstur daun akan menggumpal ketika digenggam dan aroma yang tidak terlalu
menyengat. Hal ini sesuai dengan literatur Setyaningsih (2017) yang menyatakan
9
sempurna dengan indikator yang dapat diamati meliputi warna, aroma, dan
tekstur. Warna yang ideal adalah coklat kehitaman atau serupa dengan warna
tanah. warna yang terlalu hitam disebabkan kadar air yang terlalu tinggi selama
proses pengomposan. Sebaliknya, warna yang terlalu cerah merupakan hasil dari
air yang terdapat dalam bahan kompos. Diawal proses pengomposan, sampah
ideal untuk pengomposan adalah 60%. Kelembaban rendah atau di bawah 60%
akan membuat bahan terlalu kering dan pematangan kompos menjadi lebih lama.
Adapun kelembaban yang terlalu tinggi atau lebih dari 60% akan membuat
kondisi bahan menjadi sangat basah. Kondisi ini akan sangat merugikan karena
yang akan aktif memproduksi gas sehingga berakibat menimbukan bau yang
sangat menyengat pada kompos. Suhu, pH, dan kelembaban merupakan tiga aktor
KESIMPULAN
limbah.
sempurna dengan indikator yang dapat diamati meliputi warna, aroma, dan
tekstur.
5. Suhu, pH, dan kelembaban merupakan tiga aktor yang harus selalu
6.
11
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 19-
7030-2004. tentang Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Gazer Z. 2005. Bio production of compost with low pH and high soluble
phosphorus from sugar cne bagasse enriched with rock phosphate. World
Journal of Microbiology and Biotechnology. 21:741-745.
Wahyono S, Sahwan F.L dan Suryanto F. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul
dari Aneka Limbah. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Widarti, N.2015. Pengruh Rasio C/N Bahan Baku Pada Pembuatan Kompos Dari
Kubis Dan Kulit Pisang, Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2, 77.
Yuniwati. 2012. Optimasi kondisi proses pembuatan kompos dari sampah organik
dengan cara fermentasi menggunakan EM4. Jurnal Teknologi. 5(2): 172-
181.
12
LAMPIRAN
Link video :
https://drive.google.com/file/d/1kqe1q5xkrHeLCUkTehzy2tt5vAkut2bw/v
iew?usp=sharing
Lamiran Foto