Anda di halaman 1dari 5

Aerosol

Aerosol (singkatan dari kata aero-solution) secara teknis merujuk pada partikel padat yang
ada di udara (juga disebut abu atau partikulat) maupun tetesan cair.[1] Dalam bahasa sehari-
hari, aerosol merujuk pada tabung semprot aerosol maupun isi tabung itu.

Istilah aerosol berasal dari kenyataan bahwa bahan yang "melayang" di udara adalah
suspensi (campuran ketika partikel padat, cair, maupun gabungan keduanya disuspensikan di
cairan). Untuk membedakan suspensi dari larutan yang sesungguhnya, istilah sol yang
semula berkembang berarti meliputi dispersi partikel tipis (sub-mikroscopik) dalam sebuah
cairan. Dengan studi dispersi di udara, istilah aerosol berkembang dan kini mencakupi
tetesan cair, partikel padat, dan gabungan keduanya,[2] yang berjari-jari 0,001 hingga 50 μm
dan sebagian besar berkisar 0,01 hingga 5 μm.[3]

Berbagai jenis aerosol diklasifikasikan menurut bentuk fisik dan bagaimana mereka
dihasilkan, yang meliputi debu, kabut, asap, dan uap logam (fume).[4]

Sumber

Aerosol terbentuk melalui dua cara, yaitu proses secara alami dan proses buatan aktivitas
makhluk hidup. Secara alami, keberadaan aerosol di stratosfer banyak disebabkan oleh
gunung merapi yang meletus.[5] namun ada juga, berasal dari debu daratan, garam laut,
gunung berapi dan produksi biogenik. Sedangkan sumber aerosol dari aktivitas makhluk
hidup berasal dari proses kimia[6] kegiatan industri dan transportasi serta pembakaran bahan
bakar fosil.[7] Sebagian besar aerosol buatan manusia muncul dalam bentuk asap sebagai
hasil dari pembakaran hutan tropis.[8]

Aplikasi
Cuaca dan iklim

Dalam dunia penelitian cuaca dan iklim sekarang, aerosol sudah digunakan untuk
mendeteksi fenomena langit. Hal itu meliputi seperti halnya tingkat pencemaran udara,
radiasi yang terjadi di atmosfer, perubahan iklim dan cuaca, hingga dampak aerosol terhadap
permukaan air laut. Butiran air yang ada di udara dapat memengaruhi panjang gelombang
radiasi yang ada di langit. Hal itulah yang disadari oleh para ilmuwan.[1]

Oleh karena itu, para ilmuwan Tiongkok telah melakukan penelitian beberapa tahun terakhir
untuk melihat fenomena yang terjadi di langit melalui aerosol. Mereka memulai penelitiannya
dari daerah Asia Timur hingga Afrika Barat. Hasilnya, tingginya curah hujan yang ada di
Tiongkok bagian selatan dan panasnya Tiongkok bagian utara terjadi karena tingginya kadar
aerosol di sebuah wilayah kecil. Selain itu, lapisan uap air yang luas di troposfer
menyebabkan siklus angin muson di India sedikit berubah.[2]

Selain iklim, butiran aerosol juga dapat mendeteksi wilayah yang memiliki kandungan cukup
tinggi. Berdasarkan data dari NASA Goddar, Global Ozone, Chemistry, Aerosol, Radiation and
Transport (GOCART) wilayah sumber mineral memiliki ciri utama adanya tekanan udara yang
disebabkan aerosol hingga 40N, ini disebabkan jumlah mineral yang terkandung berupa
logam menyebabkan tarikan elektromagnetik terhadap partikel di udara tertitik di daerah
tersebut dan menyebabkan tekanan lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Hal itu yang
menyebabkan curah hujan menjadi tinggi di daerah daratan, tetapi curah hujan melemah di
permukaan laut.[3]

Medis

Aplikasi sistem aerosol dalam dunia medis seperti terapi aerosol, digunakan sebagai
perawatan untuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), serta penyakit lain pada paru-paru
dan saluran pernapasan seperti bronkitis, asma, dan enfisema.[9] Termasuk juga pada
penggunaan produk-produk farmasi seperti inhaler dosis terukur (MDI), pendingin aerosol,
disinfektan, anestesi serta perban aerosol.[10]

Dampak

Pada iklim global, aerosol memiliki dampak, baik dampak secara langsung ataupun tidak
langsung. Dampak aerosol secara langsung adalah terjadinya pendinginan global dan
meningkatnya albedo awan melalui penyerapan dan penghamburan radiasi matahari.
Sedangkan dampak aerosol secara tidak langsung terjadi karena adanya modifikasi sifat
optis awan.[7].
Berdasarkan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia, aerosol dapat menjadi agen penular
Covid-19 sehingga memungkinkan penularan virus melalui udara.[11] Dalam bentuk aerosol
tersebut, virus Covid-19 tetap dapat bertahan di udara selama tiga jam.[12]

Lihat pula

Semprotan aerosol, alat semprot

Bioaerosol

Polusi

Pranala luar

American Association for Aerosol Research (http://www.aaar.org)

Referensi

1. ^ Hinds, William C. (1999). Aerosol technology : properties, behavior, and measurement of


airborne particles (https://www.worldcat.org/oclc/39060733) (edisi ke-2nd ed). New
York: Wiley. ISBN 0-471-19410-7. OCLC 39060733 (https://www.worldcat.org/oclc/39060
733) .

2. ^ Jain, Gaurav (2013). Theory and Practice of Physical Pharmacy (https://books.google.co.


id/books?id=Cw2DDYPN3McC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false) . Elsevier
Health Sciences. hlm. 16. ISBN 9788131232651.

3. ^ Di, Huige; Wang, Zhixiang; Hua, Dengxin (2019). "Precise size distribution measurement
of aerosol particles and fog droplets in the open atmosphere" (https://www.osapublishing.
org/oe/viewmedia.cfm?uri=oe-27-12-A890&seq=0) . OPTICS EXPRESS. 7 (12): 1.

4. ^ Sharma, Anu (2020). Pharmaceutics-I (https://books.google.co.id/books?id=wfv5DwAAQ


BAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false) . Kavya Publications. hlm. 58.
ISBN 9789788194224.

5. ^ Hamdi, Saipul (2013). "DAMPAK AEROSOL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER" (htt


p://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/view/2060) . Berita Dirgantara
(dalam bahasa Inggris). 14 (1).

6. ^ Rathore, Nirmala; Saraswat, Vimal; Mandot, Vivek; Bhatt, Prayag (2017-03-05). "Aerosols:
Production and Effects" (https://journals.pen2print.org/index.php/ijr/article/view/7166) .
International Journal of Research (dalam bahasa Inggris). 4 (3): 750–759. ISSN 2348-6848
(https://www.worldcat.org/issn/2348-6848) .
7. ^ a b Tritama Okaem, Tanti; Saputra, Dodi; Zulgino, Fajri (2020). "Pengaruh Hotspot
Terhadap Variabilitas Aerosol Bulan Februari Tahun 2016-2019" (https://garuda.ristekbrin.g
o.id/documents/detail/1747119) . Megasains. 11 (1): 37. ISSN 2086-5589 (https://www.
worldcat.org/issn/2086-5589) .

8. ^ Allen, Bob (2017). "Atmospheric Aerosols: What Are They, and Why Are They So
Important?" (http://www.nasa.gov/centers/langley/news/factsheets/Aerosols.html) .
NASA. Diakses tanggal 2021-03-22.

9. ^ "Terapi Aerosol untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis" (https://www.alodokter.com/terapi


-aerosol-untuk-penyakit-paru-obstruktif-kronis) . Alodokter. 2018. Diakses tanggal
2021-03-22.

10. ^ "Uses & Benefits" (https://www.aerosol.org/about-aerosols/uses-benefits/) . European


Aerosol Federation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-22.

11. ^ "Transmission of SARS-CoV-2: implications for infection prevention precautions" (https://


apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1286634/retrieve) . World Health Organization: 1–2.
2020.

12. ^ Van Doremalen, Neeltje (2020). "Aerosol and surface stability of HCoV-19 (SARS-CoV-2)
compared to SARS-CoV-1" (https://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMc2004973?articl
eTools=true) . The New England Journal of Medicine: 1. doi:10.1056/NEJMc2004973 (htt
ps://doi.org/10.1056%2FNEJMc2004973) .

[1] Jun Guo and Yan Yin, “Potential of Mineral Dust in Changing the Sea Surface Temperature
and Precipitation over East Asia,” Procedia Engineering 102 (2015): 1160–66,
doi:10.1016/j.proeng.2015.01.241.

[2] Ibid.

[3] Ibid.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Aerosol&oldid=18162174"

Terakhir disunting 3 bulan yang lalu oleh Akbar Soepadhi

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai