Oksigen atau zat asam, dahulu kadang kala disebut juga sebagai zat pembakar, adalah unsur
kimia yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Dalam tabel periodik, oksigen
merupakan unsur nonlogam golongan VIA (kalkogen) dan dapat dengan mudah bereaksi
dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada temperatur dan
tekanan standar, dua atom oksigen berikatan menjadi O2 (dioksigen), gas yang tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga
di alam semesta berdasarkan massa (setelah hidrogen dan helium)[1] dan unsur paling
melimpah di kerak Bumi.[2] Berdasarkan volume, 20,9% atmosfer bumi adalah oksigen.[3]
Oksigen,
8
Sifat umum
Sifat fisika
Fase gas
Titik lebur 54.36 K (-218.79 °C, -361.82 °F)
Titik didih 90.20 K (-182.95 °C, -297.31 °F)
Kepadatan pada sts (0 °C dan 101,325 kPa) 1.429 g/L
saat cair, pada t.d. 1.141 g/cm3
Titik kritis 154.59 K, 5.043 MPa
Kalor peleburan (O2) 0.444 kJ/mol
Kalor penguapan (O2) 6.82 kJ/mol
Kapasitas kalor molar (O2)
29.378 J/(mol·K)
Tekanan uap
P (Pa) 1 10 100 1 k 10 k 100 k
at T (K) 61 73 90
Sifat atom
(artikel)
Jari-jari kovalen 66±2 pm
Jari-jari van der Waals 152 pm
Lain-lain
Sejarah
dalam bentuk air (H2O), senyawa penting pada makhluk hidup. Oksigen dalam bentuk O2
dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan
digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi
organisme anaerob, yang merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa
awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai berakumulasi di atmosfer sekitar 2,5 miliar tahun
yang lalu.[4] Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada
atmosfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, tetapi pada permukaan bumi
ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773
dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh
karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Namun, Priestley memanggil
oksigen "dephlogisticated air" dan tidak mengetahuinya sebagai elemen kimia. Istilah oxygen
diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777,[5] yang eksperimennya dengan oksigen
berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Ia juga berhasil
menjelaskan peran oksigen dalam pembakaran.
Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi bertingkat udara cair, dengan
menggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan nitrogen dari udara, ataupun
elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga
digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan
pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.
Sejarah
Percobaan awal
Salah satu eksperimen pertama yang diketahui tentang hubungan antara pembakaran dan
udara dilakukan oleh Philo dari Byzantium, seorang penulis Yunani abad ke-2 SM tentang
mekanika. Dalam karyanya, Pneumatica, Philo mengamati bahwa membalikkan wadah di
atas lilin yang menyala dan memasukkan air di bawah leher kapal mengakibatkan air naik ke
leher.[6] Philo salah menduga bahwa bagian udara di bejana diubah menjadi api elemen klasik
dan dengan demikian keluar melalui pori-pori di kaca.
Awalnya, para ilmuwan banyak menganggap bahwa udara adalah satu dari empat unsur dan
bukan merupakan campuran berbagai gas, seperti yang diketahui ilmuwan sekarang. Karena
itu, awalnya para ilmuwan tidak mengetahui adanya oksigen sebagai salah satu komponen
udara. Leonardo da Vinci yang hidup pada 1452–1519 mengamati bahwa sebagian udara
digunakan dalam proses pembakaran dan pernapasan, dan tanpa udara api maupun makhluk
hidup akan mati.[7][8]
Pada akhir abad ke-17, Robert Boyle membuktikan bahwa udara diperlukan dalam proses
pembakaran. Kimiawan Inggris, John Mayow, melengkapi hasil kerja Boyle dengan
menunjukkan bahwa hanya sebagian komponen udara yang ia sebut sebagai spiritus
nitroaereus atau nitroaereus yang diperlukan dalam pembakaran.[9] Pada satu eksperimen, ia
menemukan bahwa dengan memasukkan seekor tikus ataupun sebatang lilin ke dalam
wadah penampung yang tertutup oleh permukaan air akan mengakibatkan permukaan air
tersebut naik dan menggantikan seperempatbelas volume udara yang hilang.[10] Dari
percobaan ini, ia menyimpulkan bahwa nitroaereus digunakan dalam proses respirasi dan
pembakaran.
Teori flogiston
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, J. J. Becher pada tahun 1667, dan
dimodifikasi oleh kimiawan Georg Ernst Stahl pada tahun 1731.[12] Teori flogiston
menyatakan bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua bagian komponen.
Salah satunya adalah flogiston, yang dilepaskan ketika bahan tersebut dibakar, sedangkan
bagian yang tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli materi tersebut.[13]
Bahan-bahan yang terbakar dengan hebat dan meninggalkan sedikit residu (misalnya kayu
dan batu bara), dianggap memiliki kadar flogiston yang sangat tinggi, sedangkan bahan-
bahan yang tidak mudah terbakar dan berkorosi (misalnya besi), mengandung sangat sedikit
flogiston. Udara tidak memiliki peranan dalam teori flogiston. Tiada eksperimen kuantitatif
yang pernah dilakukan untuk menguji keabsahan teori flogiston ini, melainkan teori ini hanya
didasarkan pada pengamatan bahwa ketika sesuatu terbakar, kebanyakan objek tampaknya
menjadi lebih ringan dan sepertinya kehilangan sesuatu selama proses pembakaran
tersebut.[13] Fakta bahwa materi seperti kayu sebenarnya bertambah berat dalam proses
pembakaran tertutup oleh gaya apung yang dimiliki oleh produk pembakaran yang berupa
gas tersebut. Sebenarnya pun, fakta bahwa logam akan bertambah berat ketika berkarat
menjadi petunjuk awal bahwa teori flogiston tidaklah benar (yang mana menurut teori
flogiston, logam tersebut akan menjadi lebih ringan).
Carl Wilhelm Scheele mendahului Priestley dalam penemuan oksigen, tetapi publikasinya dilakukan setelah Priestley.
Penemuan
Michael Sendivogius (Michał Sędziwój), seorang ahli alkimia, filsuf, dan dokter dari Polandia,
dalam karyanya De Lapide Philosophorum Tractatus duodecim e naturae fonte et manuali
experientia depromti (tahun 1604) menggambarkan zat yang terkandung di udara, yang dia
sebut sebagai 'cibus vitae' (makanan kehidupan[14]), dan identik dengan oksigen.[15]
Sendivogius, selama eksperimennya yang dilakukan antara tahun 1598 dan 1604, mengenali
dengan tepat bahwa zat tersebut setara dengan produk sampingan gas yang dilepaskan oleh
dekomposisi termal kalium nitrat. Dalam pandangan Bugaj, isolasi oksigen dan asosiasi yang
tepat dari zat tersebut ke dalam bagian udara yang diperlukan untuk kehidupan, adalah bukti
yang cukup untuk penemuan oksigen oleh Sendivogius.[15] Namun, penemuan Sendivogius
ini sering dibantah oleh generasi ilmuwan dan ahli kimia berikutnya.[13]
Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Ia
menghasilkan gas oksigen dengan memanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar
tahun 1772.[3][13] Scheele menyebut gas ini 'udara api' karena ia merupakan satu-satunya gas
yang diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke dalam sebuah
manuskrip yang berjudul Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya
pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.[16]
Pada saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley, melakukan percobaan yang
memfokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1
Agustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan "dephlogisticated air'".[3] Ia
mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut dan seekor tikus akan
menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup udara tersebut. Setelah mencoba
menghirup gas itu sendiri, ia menulis: "The feeling of it to my lungs was not sensibly different
from that of common air, but I fancied that my breast felt peculiarly light and easy for some
time afterwards."[11] Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam
sebuah laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries in Air". Laporan ini pula
dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and Observations on
Different Kinds of Air.[13][17] Oleh karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu,
Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.
Seorang kimiawan Prancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah
menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada
Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia
menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat kepada Lavoisier
pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya mengenai zat yang tak diketahui,
tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini
ditemukan dalam barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).[16]
Kontribusi Lavoisier
Apa yang Lavoisier pernah lakukan tidak terbantahkan (walaupun pada saat itu
dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif pertama mengenai oksidasi yang
mengantarkannya kepada penjelasan bagaimana proses pembakaran bekerja.[3] Ia
menggunakan percobaan ini beserta percobaan yang mirip lainnya untuk meruntuhkan teori
flogiston dan membuktikan bahwa zat yang ditemukan oleh Priestley dan Scheele adalah
unsur kimia.
Pada satu eksperimen, Lavoisier mengamati bahwa tidak terdapat keseluruhan peningkatan
berat ketika timah dan udara dipanaskan di dalam wadah tertutup.[3] Ia mencatat bahwa
udara segera masuk ke dalam wadah seketika ia membuka wadah tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian udara yang berada dalam wadah tersebut telah
dikonsumsi. Ia juga mencatat bahwa berat timah tersebut juga telah meningkat dan jumlah
peningkatan ini adalah sama beratnya dengan udara yang masuk ke dalam wadah tersebut.
Percobaan ini beserta percobaan mengenai pembakaran lainnya didokumentasikan ke dalam
bukunya Sur la combustion en général yang dipublikasikan pada tahun 1777.[3] Hasil kerjanya
membuktikan bahwa udara merupakan campuran dua gas, 'udara vital', yang diperlukan
dalam pembakaran dan respirasi, serta azote (Bahasa Yunani ἄζωτον "tak bernyawa"), yang
tidak mendukung pembakaran maupun respirasi. Azote kemudian menjadi apa yang
dinamakan sebagai nitrogen, walaupun dalam Bahasa Prancis dan beberapa bahasa Eropa
lainnya masih menggunakan nama Azote.[3]
Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygène pada tahun 1777. Nama
tersebut berasal dari akar kata Yunani ὀξύς (oxys) (asam, secara harfiah "tajam") dan -γενής
(-genēs) (penghasil, secara harfiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian karena ia
percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam.[5] Ini tidaklah benar, tetapi
pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygène telah digunakan secara
luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk
disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Oxygène kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris walaupun terdapat
penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan bahwa adalah seorang Inggris,
Priestley, yang pertama kali mengisolasi serta menuliskan keterangan mengenai gas ini.
Penyerapan ini secara sebagian didorong oleh sebuah puisi berjudul "Oxygen" yang memuji
gas ini dalam sebuah buku populer The Botanic Garden (1791) oleh Erasmus Darwin, kakek
Charles Darwin.[16]
Sejarah selanjutnya
Robert H. Goddard dengan roket berbahan bakar campuran bensin dan oksigen cair rancangannya
Hipotesis atom awal John Dalton berasumsi bahwa semua unsur berupa monoatomik dan
atom-atom dalam suatu senyawa akan memiliki rasio atom paling sederhana terhadap satu
sama lainnya. Sebagai contoh, Dalton berasumsi bahwa rumus air adalah HO, sehingga
massa atom oksigen adalah 8 kali massa hidrogen (nilai yang sebenarnya adalah 16).[18]
Pada tahun 1805, Joseph Louis Gay-Lussac dan Alexander von Humboldt menunjukkan
bahwa air terbentuk dari dua volume hidrogen dengan satu volume oksigen; dan pada tahun
1811, berdasarkan apa yang sekarang disebut hukum Avogadro dan asumsi molekul unsur
diatomik, Amedeo Avogadro memperkirakan komposisi air dengan benar.[19][a]
Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan menyadari bahwa udara dapat dicairkan dan
komponen-komponennya dapat dipisahkan dengan mengkompres dan mendinginkannya.
Kimiawan dan fisikawan Swiss, Raoul Pierre Pictet, menguapkan cairan sulfur dioksida untuk
mencairkan karbon dioksida, yang mana pada akhirnya diuapkan untuk mendinginkan gas
oksigen menjadi cairan. Ia mengirim sebuah telegram pada 22 Desember 1877 kepada
Akademi Sains Prancis di Paris dan mengumumkan penemuan oksigen cairnya.[20] Dua hari
kemudian, fisikawan Perancis Louis Paul Cailletet mengumumkan metodenya untuk
mencairkan oksigen molekuler.[20] Hanya beberapa tetes cairan yang dihasilkan sehingga
tidak ada analisis berarti yang dapat dilaksanakan. Oksigen berhasil dicairkan ke dalam
keadaan stabil untuk pertama kalinya pada 29 Maret 1877 oleh ilmuwan Polandia dari
Universitas Jagiellonian, Zygmunt Wróblewski dan Karol Olszewski.[21]
Pada tahun 1891, kimiawan Skotlandia James Dewar berhasil memproduksi oksigen cair
dalam jumlah yang cukup banyak untuk dipelajari.[22] Proses produksi oksigen cair secara
komersial dikembangkan secara terpisah pada tahun 1895 oleh insinyur Jerman Carl von
Linde dan insinyur Britania William Hampson. Kedua insinyur tersebut menurunkan suhu
udara sampai ia mencair dan kemudian mendistilasi udara cair tersebut.[23] Pada tahun 1901,
pengelasan oksiasetilena didemonstrasikan untuk pertama kalinya dengan membakar
campuran asetilena dan O2 yang dimampatkan. Metode pengelasan dan pemotongan logam
ini pada akhirnya digunakan secara meluas.[23]
Pada tahun 1923, ilmuwan Amerika Robert H. Goddard menjadi orang pertama yang
mengembangkan mesin roket; mesin ini menggunakan bensin sebagai bahan bakar dan
oksigen cair sebagai oksidator. Goddard berhasil menerbangkan roket kecil sejauh 56 m
dengan kecepatan 97 km/jam pada 16 Maret 1926 di Auburn, Massachusetts, Amerika
Serikat.[23][24]
Dalam laboratorium akademik, oksigen bisa disiapkan dengan membakar kalium klorat yang
dicampur dengan sedikit mangan dioksida.[25]
Baru-baru ini, konsentrasi oksigen dalam atmosfer bumi sedikit menurun, mungkin karena
pembakaran bahan bakar fosil.[26]
Karakteristik
Struktur
Diagram orbital, menurut Barrett (2002),[27] yang menunjukkan orbital atom yang berpartisipasi dari setiap atom
oksigen, orbital molekul yang dihasilkan dari tumpang tindihnya, dan pengisian aufbau dari orbital dengan 12 elektron,
6 dari setiap atom O, yang dimulai dari orbital yang paling rendah, dan menghasilkan karakter ikatan ganda kovalen
dari orbital terisi (dan pembatalan kontribusi pasangan orbital σ dan σ* dan π dan π*).
Pada temperatur dan tekanan standar, oksigen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa dengan rumus molekul O2, yang disebut sebagai dioksigen,[28] di mana dua
atom oksigen secara kimiawi berikatan dengan konfigurasi elektron triplet spin. Ikatan ini
memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana sebagai ikatan ganda[29]
ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.[30]
Sebagai dioksigen, dua atom oksigen terikat satu sama lain. Ikatan dapat dideskripsikan
berdasarkan tingkat teori, tetapi secara umum dijelaskan sebagai ikatan ganda kovalen yang
dihasilkan dari pengisian orbital molekul yang terbentuk dari orbital atom oksigen, yang
pengisiannya menghasilkan angka orde ikatan dua. Untuk yang lebih spesifik, ikatan ganda
adalah hasil pengisian orbital berurutan, berenergi rendah ke tinggi, atau Aufbau, dan
pembatalan kontribusi elektron 2s, setelah pengisian orbital σ dan σ* rendah secara
berurutan; σ tumpang tindih dengan dua orbital 2p atom yang terletak di sepanjang sumbu
molekul O-O dan π tumpang tindih dengan dua pasang orbital atom 2p yang tegak lurus
dengan sumbu molekul O-O, dan kemudian pembatalan kontribusi dari sisa dua dari enam
elektron 2p setelah mengisi sebagian orbital π dan π* terendah.[27]
Kombinasi pembatalan dan tumpang tindih σ dan π ini menghasilkan karakter ikatan rangkap
dan reaktivitas dioksigen, dan keadaan dasar elektronik triplet. Konfigurasi elektron dengan
dua elektron yang tidak berpasangan, seperti yang ditemukan dalam orbital dioksigen (lihat
orbital π* yang terisi dalam diagram) yang energinya sama — yaitu berdegenerasi — adalah
konfigurasi yang disebut keadaan spin triplet. Oleh karena itu, keadaan dasar molekul O2
disebut sebagai oksigen triplet.[31][b] Orbital dengan energi tertinggi dan sebagian terisi
bersifat anti-ikat, dan pengisiannya melemahkan orde ikatan dari tiga menjadi dua. Hal ini
membuat ikatan oksigen diatomik lebih lemah daripada ikatan rangkap tiga nitrogen.[31]
Karena elektronnya yang tidak berpasangan, oksigen triplet lambat bereaksi dengan
sebagian besar molekul organik, yang memiliki spin elektron berpasangan; ini mencegah
pembakaran spontan.[32]
Dalam bentuk triplet yang normal, molekul O2 bersifat paramagnetik oleh karena spin momen
magnetik elektron tak berpasangan molekul tersebut dan energi pertukaran negatif antara
molekul O2 yang bersebelahan. Oksigen cair akan tertarik kepada magnet, sedemikiannya
pada percobaan laboratorium, jembatan oksigen cair akan terbentuk di antara dua kutub
magnet kuat.[33][c]
Oksigen singlet, adalah nama molekul oksigen O2 yang kesemuaan spin elektronnya
berpasangan. Ia lebih reaktif terhadap molekul organik pada umumnya. Secara alami,
oksigen singlet umumnya dihasilkan dari air selama fotosintesis.[34] Ia juga dihasilkan di
troposfer melalui fotolisis ozon oleh sinar berpanjang gelombang pendek,[35] dan oleh sistem
kekebalan tubuh sebagai sumber oksigen aktif.[36] Karotenoid pada organisme yang
berfotosintesis (kemungkinan juga ada pada hewan) memainkan peran yang penting dalam
menyerap oksigen singlet dan mengubahnya menjadi berkeadaan dasar tak tereksitasi
sebelum ia menyebabkan kerusakan pada jaringan.[37]
Alotrop
Alotrop oksigen elementer yang umumnya ditemukan di bumi adalah dioksigen O2. Ia
memiliki panjang ikat 121 pm dan energi ikat 498 kJ·mol-1.[38] Alotrop oksigen ini digunakan
oleh makhluk hidup dalam respirasi sel dan merupakan komponen utama atmosfer bumi.
Trioksigen (O3), dikenal sebagai ozon, merupakan alotrop oksigen yang sangat reaktif dan
dapat merusak jaringan paru-paru.[39] Ozon diproduksi di atmosfer bumi ketika O2 bergabung
dengan oksigen atomik yang dihasilkan dari pemisahan O2 oleh radiasi ultraviolet (UV).[5]
Oleh karena ozon menyerap gelombang UV dengan sangat kuat, lapisan ozon yang berada di
atmosfer berfungsi sebagai perisai radiasi yang melindungi planet.[5] Namun, dekat
permukaan bumi, ozon merupakan polutan udara yang dibentuk dari produk sampingan
pembakaran otomobil.[40]
Molekul metastabil tetraoksigen (O4) ditemukan pada tahun 2001,[41][42] dan dianggap
terdapat pada salah satu enam fase oksigen padat. Hal ini dibuktikan pada tahun 2006,
dengan menekan O2 sampai dengan 20 GPa, dan ditemukan struktur gerombol rombohedral
O8.[43] Gerombol ini berpotensi sebagai oksidator yang lebih kuat daripada O2 maupun O3,
dan dapat digunakan dalam bahan bakar roket.[41][42] Fase logam oksigen ditemukan pada
tahun 1990 ketika oksigen padat ditekan sampai di atas 96 GPa[44]. Ditemukan pula pada
tahun 1998 bahwa pada suhu yang sangat rendah, fase ini menjadi superkonduktor.[45]
Sifat fisik
Lampu lucutan oksigen (spektrum)
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu molekul O2
untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan
oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0 °C, konsentrasi oksigen dalam air
adalah 14,6 mg·L−1, manakala pada suhu 20 °C oksigen yang larut adalah sekitar
7,6 mg·L−1.[11][46] Pada suhu 25 °C dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 mililiter (mL)
oksigen per liter, manakala dalam air laut mengandung sekitar 4,95 mL per liter.[47] Pada
suhu 5 °C, kelarutannya bertambah menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak daripada 25 °C) per
liter untuk air murni dan 7,2 mL (45% lebih) per liter untuk air laut.
Konsentrasi oksigen dalam air pada permukaan laut (ml per liter)
5 °C 25 °C
Oksigen mengembun pada 90,20 K (−182,95 °C, −297,31 °F), dan membeku pada 54.36 K
(−218,79 °C, −361,82 °F).[48] Baik oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini
dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair dengan kadar kemurnian yang
tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi bertingkat udara cair;[49] Oksigen cair juga dapat
dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan nitrogen cair dengan pendingin.
Oksigen merupakan zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang
mudah terbakar.[50]
Spektroskopi molekul oksigen dikaitkan dengan proses atmosfer aurora dan pijaran udara.[51]
Penyerapan dalam rangkaian Herzberg dan ultraviolet dalam pita Schumann-Runge
menghasilkan atom oksigen yang penting dalam kimia atmosfer tengah.[52] Molekul oksigen
singlet dalam keadaan tereksitasi adalah penyebab dari kemiluminesens merah dalam
larutan.[53]
Isotop
Pada akhir kehidupan bintang masif, 16O terkonsentrasi di lapisan O, 17O di lapisan H dan 18O di lapisan He.
Oksigen yang dapat ditemukan secara alami adalah 16O, 17O, dan 18O, dengan 16O merupakan
yang paling melimpah (99,762%).[54] Isotop oksigen dapat berkisar dari yang bernomor
massa 12 sampai dengan 28.[54]
Kebanyakan 16O di disintesis pada akhir proses fusi helium pada bintang, tetapi ada juga
beberapa yang dihasilkan pada proses pembakaran neon.[55] 17O utamanya dihasilkan dari
pembakaran hidrogen menjadi helium semasa siklus CNO, membuatnya menjadi isotop yang
paling umum pada zona pembakaran hidrogen bintang.[55] Kebanyakan 18O diproduksi ketika
14
N (berasal dari pembakaran CNO) menangkap inti 4He, menjadikannya bentuk isotop yang
paling umum di zona kaya helium bintang.[55]
Empat belas radioisotop telah berhasil dikarakterisasi, yang paling stabil adalah 15O dengan
umur paruh 122,24 detik dan 14O dengan umur paruh 70,606 detik.[54] Isotop radioaktif
sisanya memiliki umur paruh yang lebih pendek daripada 27 detik, dan mayoritas memiliki
umur paruh kurang dari 83 milidetik.[54] Modus peluruhan yang paling umum untuk isotop
yang lebih ringan dari 16O adalah penangkapan elektron, menghasilkan nitrogen, sedangkan
modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih berat daripada 18O adalah
peluruhan beta, menghasilkan fluorin.[54]
Keberadaan
10 unsur paling banyak di dalam galaksi Bima Sakti, diperkirakan dari spektroskopi unsur-
unsur[56]
Z Unsur Fraksi massa dalam bagian per sejuta
8 Oksigen 10.400
6 Karbon 4.600
10 Neon 1.340
26 Besi 1.090
7 Nitrogen 960
14 Silikon 650
12 Magnesium 580
16 Belerang 440
Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut,
dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah ketiga di alam semesta,
setelah hidrogen dan helium.[1] Sekitar 0,9% massa Matahari adalah oksigen.[3] Oksigen
mengisi sekitar 49,2% massa kerak bumi[2] dan merupakan komponen utama dalam
samudera (88,8% berdasarkan massa).[3] Gas oksigen merupakan komponen paling umum
kedua dalam atmosfer bumi, menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 1015 ton)
atmosfer.[3][57][d] Bumi memiliki ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet
lainnya dalam sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di
atmosfernya. Bandingkan dengan Mars yang hanya memiliki 0,1% O2 berdasarkan volume
dan Venus yang bahkan memiliki kadar konsentrasi yang lebih rendah. Namun, O2 yang
berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang menimpa
molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida.
Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat dari siklus oksigen.
Siklus biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir
utama bumi: atmosfer, biosfer, dan litosfer. Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini
adalah fotosintesis. Fotosintesis melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala respirasi dan
proses pembusukan menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan, laju
produksi dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di
atmosfer setiap tahunnya.
Oksigen bebas juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada
temperatur yang rendah memiliki implikasi yang besar pada kehidupan laut. Lautan di sekitar
kutub bumi dapat menyokong kehidupan laut yang lebih banyak oleh karena kandungan
oksigen yang lebih tinggi.[58] Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah O2 dalam air
tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur kebutuhan oksigen biologis
atau jumlah O2 yang diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu
seperti semula.[59]
Analisis
Ahli paleoklimatologi mengukur rasio oksigen-18 dan oksigen-16 dalam cangkang dan
kerangka organisme laut untuk menentukan iklim jutaan tahun yang lalu (lihat siklus rasio
isotop oksigen). Molekul air laut yang mengandung isotop yang lebih ringan, oksigen-16,
menguap sedikit lebih cepat daripada molekul air yang mengandung oksigen-18, yang lebih
berat 12% daripada oksigen-16, dan perbedaan ini meningkat pada suhu yang lebih
rendah.[60] Selama periode suhu global yang lebih rendah, salju dan hujan dari air menguap
cenderung lebih tinggi dalam oksigen-16, dan air laut yang ditinggalkan cenderung lebih
tinggi dalam oksigen-18. Organisme laut kemudian memasukkan lebih banyak oksigen-18 ke
dalam kerangka dan cangkangnya daripada di iklim yang lebih hangat.[60] Ahli
paleoklimatologi juga secara langsung mengukur rasio ini dalam molekul air sampel inti es
yang berusia sampai ratusan ribu tahun.
Ahli geologi planet telah mengukur jumlah relatif isotop oksigen dalam sampel dari Bumi,
Bulan, Mars, dan meteorit, tetapi lama tidak dapat memperoleh nilai referensi untuk rasio
isotop di Matahari, yang diyakini sama dengan yang ada di purba nebula matahari. Analisis
wafer silikon yang terpapar angin surya di luar angkasa dan dikembalikan oleh wahana
antariksa Genesis yang jatuh menunjukkan bahwa Matahari memiliki proporsi oksigen-16
yang lebih tinggi daripada Bumi. Pengukuran tersebut menyiratkan bahwa proses yang tidak
diketahui menghabiskan oksigen-16 dari piringan materi protoplanet Matahari sebelum
penggabungan butiran debu yang membentuk Bumi.[61]
Oksigen membuat dua pita serapan spektrofotometri yang memuncak pada panjang
gelombang 687 dan 760 nm. Beberapa ilmuwan penginderaan jauh mengusulkan
menggunakan pengukuran pancaran yang berasal dari tajuk vegetasi di pita tersebut untuk
menentukan kesehatan tanaman dari platform satelit.[62] Pendekatan ini memanfaatkan
sebuah fakta bahwa pada pita-pita tersebut bisa membedakan reflektansi vegetasi dari
fluoresensinya, yang jauh lebih lemah. Pengukuran secara teknis sulit karena rasio signal-to-
noise yang rendah dan struktur fisik vegetasi; tetapi diusulkan sebagai metode yang
memungkinkan untuk memantau siklus karbon dari satelit dalam skala global.
Peranan biologis
Fotosintesis menghasilkan O2
Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari fotolisis air selama fotosintesis oksigenik. Ganggang
hijau dan sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan sekitar 70% oksigen bebas yang
dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh tumbuhan daratan.[63]
Evolusi oksigen fotolitik terjadi di membran tilakoid organisme dan memerlukan energi
empat foton.[e] Terdapat banyak langkah proses yang terlibat, tetapi hasilnya merupakan
pembentukan gradien proton di seluruh permukaan tilakod. Ini digunakan untuk mensintesis
Dioksigen molekuler, O2, sangatlah penting untuk respirasi sel organisme aerob. Oksigen
digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina trifosfat (ATP) selama
fosforilasi oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini secara garis besar merupakan kebalikan dari
fotosintesis, secara sederhana:
Pada vertebrata, O2 berdifusi melalui membran paru-paru dan dibawa oleh sel darah merah.
Hemoglobin mengikat O2, mengubah warnanya dari merah kebiruan menjadi merah
cerah.[66][39] Terdapat pula hewan lainnya yang menggunakan hemosianin (hewan moluska
dan beberapa artropoda) ataupun hemeritrin (laba-laba dan lobster).[57] Satu liter darah dapat
Spesi oksigen yang reaktif, misalnya ion superoksida (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2),
adalah produk sampingan penggunaan oksigen dalam tubuh organisme.[57] Namun, bagian
sistem kekebalan organisme tingkat tinggi pula menghasilkan peroksida, superoksida, dan
oksigen singlet untuk menghancurkan mikroba. Spesi oksigen reaktif juga memainkan peran
yang penting pada respon hipersensitif tumbuhan melawan serangan patogen.[65]
Dalam keadaan istirahat, manusia dewasa menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per
menit.[67] Jumlah ini setara dengan 6 miliar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia
per tahun.[g]
Makhluk hidup
Tekanan parsial oksigen bebas dalam tubuh organisme vertebrata yang hidup paling tinggi
dalam sistem pernapasan, dan menurun sepanjang pembuluh nadi, jaringan periferal, dan
pembuluh nadi. Tekanan parsial adalah tekanan yang akan dimiliki oksigen jika hanya
oksigen menempati volume.[71]
Peningkatan kadar O2 di atmosfer bumi: 1) tiada O2 yang dihasilkan; 2) O2 dihasilkan, namun diserap samudera dan
batuan dasar laut; 3) O2 mulai melepaskan diri dari samudera, namun diserap oleh permukaan tanah dan
pembentukan lapisan ozon; 4-5) gas O2 mulai berakumulasi
Gas oksigen bebas hampir tidak terdapat pada atmosfer bumi sebelum munculnya arkaea
dan bakteri fotosintetik. Oksigen bebas pertama kali muncul dalam kadar yang signifikan
semasa masa Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 miliar tahun yang lalu).
Pertama-tama, oksigen bersamaan dengan besi yang larut dalam samudera, membentuk
formasi pita besi (Banded iron formation). Oksigen mulai melepaskan diri dari samudera 2,7
miliar tahun lalu, dan mencapai 10% kadar sekarang sekitar 1,7 miliar tahun lalu.[72]
Keberadaan oksigen dalam jumlah besar di atmosfer dan samudera kemungkinan membuat
kebanyakan organisme anaerob hampir punah semasa bencana oksigen sekitar 2,4 miliar
tahun yang lalu. Namun, respirasi sel yang menggunakan O2 mengizinkan organisme aerob
untuk memproduksi lebih banyak ATP daripada organisme anaerob, sehingga organisme
Sejak permulaan era Kambrium 540 juta tahun yang lalu, kadar O2 berfluktuasi antara 15%
sampai 30% berdasarkan volume.[74] Pada akhir masa Karbon, kadar O2 atmosfer mencapai
maksimum dengan 35% berdasarkan volume,[74] mengizinkan serangga dan amfibi tumbuh
lebih besar daripada ukuran sekarang.
Fluktuasi konsentrasi oksigen atmosfer telah mempengaruhi iklim masa lalu. Ketika oksigen
menurun, kepadatan atmosfer turun, yang mengakibatkan peningkatan penguapan, yang
menyebabkan curah hujan meningkat dan suhu menjadi lebih hangat.[75]
Aktivitas manusia, meliputi pembakaran 7 miliar ton bahan bakar fosil per tahun hanya
memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap penurunan kadar oksigen di atmosfer. Dengan
laju fotosintesis sekarang ini, diperlukan sekitar 2.000 tahun untuk memproduksi ulang
Produksi industri
Seratus juta ton O2 diekstraksi dari udara untuk keperluan industri setiap tahun melalui dua
metode utama.[77] Metode yang paling banyak digunakan adalah distilasi fraksional dari
udara yang sudah dicairkan. Saat proses berlangsung, N2 menguap sedangkan O2 tersisa
sebagai cairan.[77]
Metode kedua untuk menghasilkan O2 melewatkan aliran udara bersih dan kering melalui
sebuah unggun dari sepasang saringan molekuler zeolit yang seperti satu sama lain, yang
menyerap nitrogen dan mengalirkan aliran gas dengan kemurnian O2 90% sampai 93% .[77]
Pada waktu bersamaan, gas nitrogen dilepaskan dari unggun zeolit yang jenuh dengan
nitrogen yang lain, dengan mengurangi tekanan operasi ruang dan mengalihkan sebagian
gas oksigen dari unggun produsen melaluinya, dengan arah aliran yang berlawanan. Setelah
waktu siklus yang ditetapkan, fungsi kedua unggun dipertukarkan, memungkinkan pasokan
gas oksigen yang terus menerus untuk dipompa melalui pipa. Ini dikenal sebagai adsorpsi
ayunan tekanan. Gas oksigen semakin sering diperoleh dengan teknologi non-kriogenik (lihat
juga teknologi yang terkait adsorpsi ayunan vakum).[78]
Gas oksigen juga dapat diproduksi melalui elektrolisis air menjadi molekul oksigen dan
hidrogen. Listrik DC harus digunakan: jika llstrik AC digunakan, gasnya terdiri dari hidrogen
dan oksigen dengan rasio 2:1 yang bisa meledak. Metode serupa adalah evolusi
elektrokatalitik O2 dari oksida dan asam okso. Katalis kimia juga dapat digunakan, seperti
pada generator oksigen kimia atau lilin oksigen yang digunakan sebagai bagian dari
peralatan pendukung kehidupan di kapal selam, dan masih menjadi bagian dari perlengkapan
standar dalam pesawat komersial jika terjadi keadaan darurat kekurangan tekanan. Metode
pemisahan udara lainnya memaksa udara untuk larut melalui membran keramik dengan
dasar zirkonium dioksida, baik dengan tekanan tinggi atau arus listrik, untuk menghasilkan
gas O2 yang hampir murni.[79]
Penyimpanan
Tabung gas terkompresi dengan regulator yang berisi gas oksigen dan MAPP
Penyimpanan oksigen dapat berupa tangki oksigen tekanan tinggi, kriogenik, dan senyawa
kimia. Untuk alasan ekonomi, oksigen sering diangkut dalam jumlah besar sebagai cairan di
truk tangki yang diisolasi, karena satu liter oksigen cair setara dengan 840 liter gas oksigen
pada tekanan atmosfer dan temperatur 20 °C (68 °F).[77] Truk tangki semacam itu digunakan
untuk mengisi ulang wadah penyimpanan oksigen cair curah, yang berada di luar rumah sakit
dan institusi lain yang membutuhkan gas oksigen murni dalam jumlah besar. Oksigen cair
melewati penukar panas, yang mengubah cairan kriogenik menjadi gas oksigen sebelum
memasuki gedung. Oksigen juga disimpan dan dikirim dalam kemasan silinder yang lebih
kecil yang berisi gas terkompresi, berguna untuk aplikasi medis portabel tertentu serta las
karbit.[77]
Penggunaan
Medis
Pengambilan O2 dari udara adalah tujuan penting dari respirasi, jadi suplementasi oksigen
digunakan dalam pengobatan. Perawatan tidak hanya meningkatkan kadar oksigen dalam
darah pasien, tetapi juga memiliki efek sekunder menurunkan resistensi aliran darah di
berbagai jenis paru-paru yang sakit, mengurangi beban kerja pada jantung. Terapi oksigen
digunakan untuk mengobati emfisema, radang paru-paru, beberapa gangguan jantung (gagal
jantung kongestif), beberapa gangguan yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri
pulmonalis, dan penyakit apa pun yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengambil
dan menggunakan gas oksigen.[80]
Perawatannya cukup fleksibel untuk digunakan di rumah sakit, rumah pasien, atau dengan
perangkat portabel. Tenda oksigen dulu digunakan dalam suplementasi oksigen, tetapi
sudah diganti dengan penggunaan masker oksigen atau kanula hidung.[81]
Obat hiperbarik (tekanan tinggi) menggunakan ruang oksigen khusus untuk meningkatkan
tekanan parsial O2 di sekitar pasien dan, bila diperlukan, staf medis.[82] Keracunan karbon
monoksida, gas gangrene, dan penyakit dekompresi ('tikungan' atau the bends) terkadang
disembuhkan dengan terapi ini.[83] Meningkatkan konsentrasi O2 di paru-paru membantu
mengeluarkan karbon monoksida dari kelompok heme hemoglobin.[84][85] Gas oksigen
beracun bagi bakteri anaerob yang menyebabkan gas gangrene. Oleh karena itu,
meningkatkan tekanan parsial akan membantu membunuh bakteri anaerob.[84][85] Penyakit
dekompresi terjadi pada penyelam yang naik ke atas terlalu cepat setelah menyelam,
mengakibatkan gelembung gas lengai, sebagian besar terdiri dari nitrogen dan helium,
terbentuk di dalam darah. Meningkatkan tekanan O2 secepatnya membantu melarutkan
kembali gelembung ke dalam darah sehingga kelebihan gas ini dapat dikeluarkan melalui
paru-paru.[80][86][87] Pemberian oksigen normobarik pada konsentrasi tertinggi yang tersedia
sering digunakan sebagai pertolongan pertama untuk cedera penyelaman apapun yang
mungkin melibatkan pembentukan gelembung gas lengai di jaringan. Ada dukungan
epidemiologis untuk penggunaannya dari studi statistik kasus-kasus yang dicatat dalam
pangkalan data jangka panjang.[88][89][90]
O2 digunakan sebagai gas pernapasan bertekanan rendah dalam pakaian luar angkasa
modern, yang mengelilingi tubuh pemakainya dengan gas pernapasan. Air dalam pakaian
luar angkasa berupa oksigen yang hampir murni pada sekitar sepertiga tekanan normal,
dengan hasil tekanan parsial darah normal O2. Tarik-ulur konsentrasi oksigen yang lebih
tinggi untuk tekanan yang lebih rendah diperlukan untuk mempertahankan fleksibilitas.[91][92]
Penyelam bawah laut dan orang dalam kapal selam juga memerlukan O2 yang dikirim secara
artifisial. Kapal selam dan pakaian selam atmosferik biasanya menggunakan udara
bertekanan normal. Udara dibersihkan dari karbon dioksida menggunakan ekstraksi kimiawi
dan oksigen diganti untuk mempertahankan tekanan parsial yang konstan. Penyelam
tekanan ambien menghirup campuran udara atau gas dengan fraksi oksigen yang
disesuaikan dengan kedalaman penyelam. Penggunaan O2 murni atau hampir murni untuk
penyelaman pada tekanan yang lebih tinggi dari atmosfer Bumi biasanya terbatas untuk
rebreather, atau dekompresi pada kedalaman yang relatif dangkal (kurang dari ~6
meter),[93][94] atau perawatan medis di ruang kompresi ulang dengan tekanan hingga 2,8 bar,
dimana toksisitas oksigen dapat dikelola tanpa risiko tenggelam. Penyelaman yang lebih
dalam membutuhkan penambahan gas lain, seperti nitrogen atau helium, untuk mencegah
keracunan oksigen.[93]
Orang yang mendaki gunung atau terbang dengan pesawat bersayap tetap tidal bertekanan
darurat O2 yang secara otomatis disalurkan ke penumpang jika terjadi penurunan tekanan
kabin. Kehilangan tekanan kabin yang tiba-tiba mengaktifkan generator oksigen kimia di atas
kursi masing-masing, yang kemudian menyebabkan masker oksigen jatuh. Menarik masker
"untuk memulai aliran oksigen" seperti yang diperintahkan oleh instruksi keselamatan kabin,
memaksa besi masuk ke dalam natrium klorat di dalam tabung.[79] Gas oksigen kemudian
diproduksi oleh reaksi eksotermik yang kemudian mengalir dengan stabil.
Oksigen, sebagai euforik ringan, memiliki sejarah penggunaan rekreasi dalam bar oksigen
dan olahraga. Bar oksigen adalah bar yang ditemukan di Amerika Serikat sejak akhir 1990-an
yang menawarkan gas O2 dengan biaya sedikit.[95] Atlet profesional, terutama dalam sepak
bola Amerika, kadang-kadang pergi ke luar lapangan di antara permainan untuk mengenakan
masker oksigen untuk meningkatkan kinerja. Efek farmakologisnya diragukan; efek plasebo
adalah penjelasan yang lebih mungkin.[95] Studi yang tersedia mendukung peningkatan
kinerja dari gas kaya oksigen hanya jika dihirup selama latihan aerobik.[96]
Penggunaan rekreasi lainnya yang tidak melibatkan pernapasan adalah aplikasi piroteknik,
seperti penyalaan pemanggang barbeku selama lima detik oleh George Goble.[97]
Industri
Sebagian besar O2 yang diproduksi secara komersial digunakan untuk peleburan dan/atau dekarburisasi besi.
Peleburan bijih besi menjadi baja mengkonsumsi 55% oksigen yang diproduksi secara
komersial[79] Dalam proses ini, O2 disuntikkan melalui tombak bertekanan tinggi ke dalam
besi cair, yang menghilangkan kotoran belerang dan karbon berlebih sebagai oksida masing-
masing, SO2 dan CO2. Reaksinya eksotermik, sehingga suhunya meningkat sampai 1.700 °C
pada saat reaksi terjadi.[98]
25% oksigen yang diproduksi secara komersial digunakan oleh industri kimia.[98] Etilen
bereaksi dengan O2 untuk membuat etilena oksida, yang kemudian diubah menjadi etilena
glikol; sebuah bahan utama dengan kegunaan yang banyak, termasuk antibeku dan polimer
poliester (bahan dari berbagai plastik dan kain).[98] Banyak oksigen atau udara digunakan
untuk proses pemecahan oksi[99] dan produksi asam akrilat,[100] diformil-furan,[101] dan asam
benzilat.[102] Sintesis elektrokimia hidrogen peroksida dari oksigen adalah teknologi
memungkinkan untuk menggantikan proses hidrokuinon yang saat ini digunakan. Oksidasi
katalitik digunakan dalam pembakar lanjut untuk menghilangkan gas berbahaya.[103][104]
Sebagian besar sisa 20% oksigen yang diproduksi secara komersial digunakan dalam
aplikasi medis, pemotongan dan pengelasan logam, sebagai oksidator bahan bakar roket,
dan dalam penjernihan air.[98] Oksigen digunakan dalam pengelasan oksiasetilen, yang
membakar asetilena dengan O2 untuk menghasilkan nyala api yang sangat panas. Dalam
proses ini, logam dengan ketebalan hingga 60 cm (24 in) dipanaskan terlebih dahulu dengan
nyala oksi-asetilen kecil, kemudian dipotong dengan cepat menggunakan aliran O2 yang
besar.[105]
Senyawa oksigen
Air (H2O) adalah oksida hidrogen dan merupakan senyawa oksigen yang paling dikenal.
Atom hidrogen secara kovalen berikatan dengan oksigen. Selain itu, atom hidrogen juga
berinteraksi dengan atom oksigen dari molekul air lainnya (sekitar 23,3 kJ·mol−1 per atom
hidrogen).[108] Ikatan hidrogen antar molekul air ini menjaga kedua molekul 15% lebih dekat
daripada yang diperkirakan apabila hanya memperhitungkan gaya Van der Waals.[109][i]
Senyawa oksida seperti besi oksida atau karat terbentuk ketika oksigen bereaksi dengan unsur lainnya.
Oleh karena elektronegativitasnya, oksigen akan membentuk ikatan kimia dengan hampir
semua unsur lainnya pada suhu tinggi dan menghasilkan senyawa oksida. Namun, terdapat
pula beberapa unsur yang secara spontan akan membentuk oksida pada suhu dan tekanan
standar. Perkaratan besi merupakan salah satu contohnya. Permukaan logam seperti
aluminium dan titanium teroksidasi dengan keberadaan udara dan membuat permukaan
logam tersebut tertutupi oleh lapisan tipis oksida. Lapisan oksida ini akan mencegah korosi
lebih lanjut. Beberapa senyawa oksida logam transisi ditemukan secara alami sebagai
senyawa non-stoikiometris. Sebagai contohnya, FeO (wustit) sebenarnya berumus ,
dengan x biasanya sekitar 0,05.[110]
Di atmosfer, kita dapat menemukan sejumlah kecil oksida karbon, yaitu karbon dioksida
(CO2). Pada kerak bumi pula dapat ditemukan berbagai senyawa oksida, yakni oksida silikon
(Silika SO2) yang ditemukan pada granit dan pasir, oksida aluminium (aluminium oksida
Al2O3 yang ditemukan pada bauksit dan korundum), dan oksida besi (besi(III) oksida Fe2O3)
yang ditemukan pada hematit dan karat logam.
Silikat yang larut dalam air dalam bentuk Na4SiO4, Na2SiO3, dan Na2Si2O5 digunakan sebagai
deterjen dan perekat.[111]
Oksigen juga berperan sebagai ligan untuk logam transisi, membentuk kompleks dioksigen
logam transisi, yang mengandung logam-O2. Kelas senyawa ini termasuk protein heme
hemoglobin dan mioglobin.[112] Reaksi eksotis dan tidak biasa terjadi dengan PtF6, yang
mengoksidasi oksigen menjadi O2+PtF6−, yaitu dioksigenil hexafluoroplatinat.[113]
Senyawa organik
Golongan paling penting dari senyawa organik yang mengandung oksigen adalah (dimana "R"
adalah grup organik): alkohol (R-OH); eter (R-O-R); keton (R-CO-R); aldehida (R-CO-H); asam
karboksilat (R-COOH); ester (R-COO-R); anhidrida asam (R-CO-O-CO-R); dan amida
(R-C(O)-NR2). Ada banyak pelarut organik penting yang mengandung oksigen, antara lain:
aseton, metanol, etanol, isopropanol, furan, THF, dietil eter, dioksan, etil asetat, DMF, DMSO,
asam asetat, dan asam format. Aseton ((CH3)2CO) dan fenol (C6H5OH) digunakan sebagai
bahan pengumpan dalam sintesis berbagai zat. Senyawa organik penting lainnya yang
mengandung oksigen adalah: gliserol, formaldehida, glutaraldehida, asam sitrat, asetat
anhidrida, dan asetamida. Epoksida adalah eter dimana atom oksigen merupakan bagian dari
cincin yang terdiri dari tiga atom. Unsur ini juga ditemukan di hampir semua biomolekul yang
penting untuk (atau dihasilkan oleh) kehidupan.
Oksigen bereaksi secara spontan dengan banyak senyawa organik pada atau di bawah suhu
ruangan dalam proses yang disebut autoksidasi.[114] Sebagian besar senyawa organik yang
mengandung oksigen tidak dibuat oleh aksi langsung O2. Senyawa organik yang penting
dalam industri dan perdagangan yang dibuat dengan oksidasi langsung prekursor termasuk
etilena oksida dan asam perasetat.[111]
Standar NFPA 704 menilai gas oksigen terkompresi tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak
mudah terbakar dan tidak reaktif, tetapi merupakan oksidator. Oksigen cair yang didinginkan
(LOX) diberi angka peringkat bahaya kesehatan 3 (untuk peningkatan risiko hiperoksia dari
uap terkondensasi, dan untuk bahaya yang umum terjadi pada cairan kriogenik seperti
radang dingin), dan semua peringkat lainnya sama dengan bentuk gas terkompresi.[115]
Toksisitas
Gas oksigen (O2) dapat menjadi racun pada tekanan parsial yang tinggi, yang bisa
menyebabkan kejang dan masalah kesehatan lainnya.[93]{[j][117] Toksisitas oksigen biasanya
mulai terjadi pada tekanan parsial diatas 50 kilopascal (kPa), yang sama dengan sekitar 50%
komposisi oksigen pada tekanan standar atau 2,5 kali tekanan parsial normal O2 di
permukaan laut, yaitu sekitar 21 kPa. Ini tidak menjadi masalah kecuali untuk pasien yang
menggunakan ventilator mekanis, karena gas yang disuplai melalui masker oksigen dalam
aplikasi medis biasanya hanya terdiri dari 30%–50% volume O2 (sekitar 30 kPa pada tekanan
standar).[118]
Bayi prematur pernah ditempatkan di inkubator berisi udara yang kaya O2, tetapi praktik ini
dihentikan setelah beberapa bayi dibutakan karena kandungan oksigen yang terlalu
tinggi.[118]
Menghirup udara yang berisi O2 murni dalam aplikasi luar angkasa, seperti dalam beberapa
pakaian luar angkasa modern, atau dalam wahana antariksa awal seperti Apollo, tidak
menyebabkan masalah kesehatan karena tekanan totalnya rendah.[91][119] Untuk pakaian
antariksa, tekanan parsial O2 pada gas pernafasan secara umum sekitar 30 kPa (1,4 kali
normal), dan dampak tekanan parsial O2 dalam darah arteri astronaut hanya sedikit diatas
Keracunan paru-paru dan sistem saraf pusat karena oksigen juga dapat terjadi pada
penyelaman scuba dalam dan penyelaman yang disuplai dari permukaan.[118][121]
Pernapasan campuran udara dengan O2 tekanan parsial lebih dari 60 kPa terus-menerus
pada akhirnya dapat menyebabkan fibrosis paru permanen.[122] Paparan udara dengan
tekanan parsial O2 yang lebih besar dari 160 kPa (sekitar 1,6 atm) dapat menyebabkan
konvulsi (biasanya fatal untuk penyelam). Toksisitas oksigen akut (menyebabkan kejang,
efek yang paling ditakuti penyelam) dapat terjadi dengan menghirup campuran udara dengan
21% O2 pada kedalaman 66 m (217 ft) atau lebih; hal yang sama dapat terjadi dengan
Bagian dalam modul komando Apollo 1. O2 murni pada tekanan yang lebih tinggi dari biasanya dan percikan api
g p 2 p y g gg y p p
menyebabkan kebakaran dan kematian awak Apollo 1.
Sumber oksigen yang terkonsentrasi mendorong pembakaran yang cepat. Bahaya kebakaran
dan ledakan muncul ketika oksidan terkonsentrasi dan bahan bakar didekatkan; peristiwa
penyalaan, seperti panas atau percikan, diperlukan untuk memicu pembakaran.[126][127]
Oksigen adalah oksidator, bukan bahan bakar, tetapi tetap menjadi sumber sebagian besar
energi kimia yang dilepaskan dalam pembakaran.[32][128]
desain dan pembuatan O2 sistem memerlukan pelatihan khusus untuk memastikan bahwa
sumber penyalaan diminimalkan.[127] Api yang menewaskan awak Apollo 1 dalam uji
landasan peluncuran menyebar dengan cepat karena udara kapsul hanya mengandung O2
murni dengan tekanan sedikit lebih dari tekanan atmosfer, bukan 1 ⁄3 tekanan normal yang
akan digunakan dalam sebuah misi.[k][130]
Tumpahan oksigen cair, jika dibiarkan meresap ke dalam bahan organik, seperti kayu,
petrokimia, dan aspal dapat menyebabkan bahannya meledak secara tak terduga pada
dampak mekanis selanjutnya.[127]
Lihat juga
Portal
Portal Kimia Portal Kedokteran
Akses topik terkait
dari Wikiversity
Catatan
1. ^ Namun, hasil kerjanya kebanyakan diabaikan sampai dengan tahun 1860. Hal ini
sebagian dikarenakan oleh kepercayaan bahwa atom yang seunsur tidak akan memiliki
afinitas kimia terhadap satu sama lainnya. Selain itu, juga disebabkan oleh kekecualian
hukum Avogadro yang belum berhasil dijelaskan pada saat itu.
2. ^ Orbital adalah konsep dari mekanika kuantum yang memodelkan elektron sebagai
partikel yang mirip dengan gelombang yang memiliki distribusi spasial tentang sebuah
atom atau molekul.
4. ^ Angka yang diberikan adalah untuk ketinggian hingga 80 km (50 mil) di atas permukaan
6. ^ Oksidasi air dikatalisis oleh kompleks enzim yang mengandung mangan yang dikenal
sebagai oxygen evolving complex (OEC) atau kompleks pemecah air yang ditemukan
terkait dengan sisi lumenal membran tilakoid. Mangan adalah kofaktor penting, dan
kalsium dan klorida juga diperlukan untuk terjadinya reaksi. (Raven 2005)
9. ^ Selain itu, oleh karena oksigen memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi daripada
hidrogen, molekul air bersifat polar. Interaksi antara dipol yang berbeda dari setiap molekul
menyebabkan gaya tarik.
10. ^ Karena tekanan parsial O2 adalah fraksi O2 kali tekanan total, tekanan parsial yang tinggi
dapat terjadi karena fraksi O2 yang tinggi dalam gas pernapasan atau tekanan gas
pernapasan tinggi, atau kombinasi keduanya.
11. ^ Tidak ada sumber penyalaan tunggal api yang dapat diidentifikasi dengan yakin,
meskipun beberapa bukti menunjukkan adanya busur api dari percikan listrik.[129]
Referensi
Catatan kaki
1. ^ a b Emsley 2001, p.297
4. ^ NASA (2007-09-27). NASA Research Indicates Oxygen on Earth 2.5 Billion Years Ago (htt
p://www.nasa.gov/lb/centers/ames/news/releases/2007/07_70AR.html) . Siaran pers.
Diakses pada 2008-03-13.
5. ^ a b c d Mellor 1939
14. ^ Marples, Frater James A. "Michael Sendivogius, Rosicrucian, and Father Of Studies of
Oxygen" (http://www.masonic.benemerito.net/msricf/papers/marples/marples-michael.se
ndivogius.pdf) (PDF). Societas Rosicruciana in Civitatibus Foederatis, Nebraska College.
hlm. 3–4. Diakses tanggal 2018-05-25.
15. ^ a b Bugaj, Roman (1971). "Michał Sędziwój – Traktat o Kamieniu Filozoficznym" (https://b
ooks.google.com/books?id=d0gaAQAAMAAJ) . Biblioteka Problemów (dalam bahasa
Polski). 164: 83–84. ISSN 0137-5032 (https://www.worldcat.org/issn/0137-5032) .
21. ^ Poland - Culture, Science and Media. Condensation of oxygen and nitrogen (http://www.p
oland.gov.pl/Karol,Olszewski,and,Zygmunt,Wroblewski:,condensation,of,oxygen,and,nitroge
n,1987.html) . Retrieved on 2008-10-04.
27. ^ a b Jack Barrett, 2002, "Atomic Structure and Periodicity, (Basic concepts in chemistry,
Vol. 9 of Tutorial chemistry texts), Cambridge, U.K.:Royal Society of Chemistry, p. 153, ISBN
0854046577, see [1] (https://books.google.com/books?isbn=0854046577) accessed
January 31, 2015.
30. ^ Pauling, L. The Nature of the Chemical Bond. Cornell University Press, 1960.
33. ^ "Demonstration of a bridge of liquid oxygen supported against its own weight between
the poles of a powerful magnet" (https://web.archive.org/web/20071217064218/http://ge
nchem.chem.wisc.edu/demonstrations/Gen_Chem_Pages/0809bondingpage/liquid_oxyge
n.htm) . University of Wisconsin-Madison Chemistry Department Demonstration lab.
Diarsipkan dari versi asli (http://genchem.chem.wisc.edu/demonstrations/Gen_Chem_Pag
es/0809bondingpage/liquid_oxygen.htm) tanggal 2007-12-17. Diakses tanggal
2007-12-15.
52. ^ Guy P. Brasseur; Susan Solomon (January 15, 2006). Aeronomy of the Middle
Atmosphere: Chemistry and Physics of the Stratosphere and Mesosphere (https://books.g
oogle.com/books?id=Z5OtlDjfXkkC&pg=PA220) . Springer Science & Business Media.
hlm. 220–. ISBN 978-1-4020-3824-2.
53. ^ Kearns, David R. (1971). "Physical and chemical properties of singlet molecular oxygen".
Chemical Reviews. 71 (4): 395–427. doi:10.1021/cr60272a004 (https://doi.org/10.1021%2
Fcr60272a004) .
58. ^ From The Chemistry and Fertility of Sea Waters by H.W. Harvey, 1955, citing C.J.J. Fox,
"On the coefficients of absorption of atmospheric gases in sea water", Publ. Circ. Cons.
Explor. Mer, no. 41, 1907. Harvey however notes that according to later articles in Nature
the values appear to be about 3% too high.
61. ^ Hand, Eric (March 13, 2008). "The Solar System's first breath". Nature. 452 (7185): 259.
Bibcode:2008Natur.452..259H (http://adsabs.harvard.edu/abs/2008Natur.452..259H) .
doi:10.1038/452259a (https://doi.org/10.1038%2F452259a) . PMID 18354437 (https://w
ww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18354437) .
62. ^ Miller, J. R.; Berger, M.; Alonso, L.; Cerovic, Z.; et al. Progress on the development of an
integrated canopy fluorescence model. Geoscience and Remote Sensing Symposium,
2003. IGARSS '03. Proceedings. 2003 IEEE International.
doi:10.1109/IGARSS.2003.1293855 (https://doi.org/10.1109%2FIGARSS.2003.1293855) .
67. ^ " "Untuk manusia, volume normal adalah 6-8 liter per menit." " (https://archive.is/2012091
4001112/http://www.patentstorm.us/patents/6224560-description.html) . Diarsipkan
dari versi asli (http://www.patentstorm.us/patents/6224560-description.html) tanggal
2012-09-14. Diakses tanggal 2009-03-20.
70. ^ a b The Medical Education Division of the Brookside Associates--> ABG (Arterial Blood
Gas) (http://www.brooksidepress.org/Products/OperationalMedicine/DATA/operationalme
d/Lab/ABG_ArterialBloodGas.htm) Retrieved on December 6, 2009
75. ^ Christopher J. Poulsen, Clay Tabor, Joseph D. White (2015). "Long-term climate forcing
by atmospheric oxygen concentrations" (http://ns.umich.edu/new/releases/22942-variatio
ns-in-atmospheric-oxygen-levels-shaped-earth-s-climate-through-the-ages) . Science. 348
(6240): 1238–1241. Bibcode:2015Sci...348.1238P (http://adsabs.harvard.edu/abs/2015Sc
i...348.1238P) . doi:10.1126/science.1260670 (https://doi.org/10.1126%2Fscience.126
0670) . PMID 26068848 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26068848) .
81. ^ Sim MA; Dean P; Kinsella J; Black R; et al. (2008). "Performance of oxygen delivery
devices when the breathing pattern of respiratory failure is simulated". Anaesthesia. 63 (9):
938–40. doi:10.1111/j.1365-2044.2008.05536.x (https://doi.org/10.1111%2Fj.1365-2044.2
008.05536.x) . PMID 18540928 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18540928) .
82. ^ Stephenson RN; Mackenzie I; Watt SJ; Ross JA (1996). "Measurement of oxygen
concentration in delivery systems used for hyperbaric oxygen therapy" (https://web.archiv
e.org/web/20110811175247/http://archive.rubicon-foundation.org/2245) . Undersea
Hyperb Med. 23 (3): 185–8. PMID 8931286 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8931
286) . Diarsipkan dari versi asli (http://archive.rubicon-foundation.org/2245) tanggal
2011-08-11. Diakses tanggal September 22, 2008.
83. ^ Undersea and Hyperbaric Medical Society. "Indications for hyperbaric oxygen therapy" (ht
tps://web.archive.org/web/20080912184905/http://www.uhms.org/Default.aspx?tabid=
270) . Diarsipkan dari versi asli (http://www.uhms.org/Default.aspx?tabid=270) tanggal
September 12, 2008. Diakses tanggal September 22, 2008.
86. ^ Undersea and Hyperbaric Medical Society. "Decompression Sickness or Illness and
Arterial Gas Embolism" (https://web.archive.org/web/20080705210353/http://www.uhms.
org/ResourceLibrary/Indications/DecompressionSickness/tabid/275/Default.aspx) .
Diarsipkan dari versi asli (http://www.uhms.org/ResourceLibrary/Indications/Decompressi
onSickness/tabid/275/Default.aspx) tanggal July 5, 2008. Diakses tanggal
September 22, 2008.
87. ^ Acott, C. (1999). "A brief history of diving and decompression illness" (https://web.archiv
e.org/web/20110905152645/http://archive.rubicon-foundation.org/6004) . South Pacific
Underwater Medicine Society Journal. 29 (2). Diarsipkan dari versi asli (http://archive.rubic
on-foundation.org/6004) tanggal 2011-09-05. Diakses tanggal September 22, 2008.
88. ^ Longphre, JM; Denoble, PJ; Moon, RE; Vann, RD; Freiberger, JJ (2007). "First aid
normobaric oxygen for the treatment of recreational diving injuries" (https://pdfs.semantic
scholar.org/3c96/eec9b2ae3f25ffc0569f26b7329d5b05e213.pdf) (PDF). Undersea &
Hyperbaric Medicine. 34 (1): 43–49. PMID 17393938 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
ed/17393938) – via Rubicon Research Repository.
91. ^ a b Morgenthaler GW; Fester DA; Cooley CG (1994). "As assessment of habitat pressure,
oxygen fraction, and EVA suit design for space operations". Acta Astronautica. 32 (1): 39–
49. Bibcode:1994AcAau..32...39M (http://adsabs.harvard.edu/abs/1994AcAau..32...39
M) . doi:10.1016/0094-5765(94)90146-5 (https://doi.org/10.1016%2F0094-5765%2894%
2990146-5) . PMID 11541018 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11541018) .
92. ^ Webb JT; Olson RM; Krutz RW; Dixon G; Barnicott PT (1989). "Human tolerance to 100%
oxygen at 9.5 psia during five daily simulated 8-hour EVA exposures". Aviat Space Environ
Med. 60 (5): 415–21. doi:10.4271/881071 (https://doi.org/10.4271%2F881071) .
PMID 2730484 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2730484) .
93. ^ a b c Acott, C. (1999). "Oxygen toxicity: A brief history of oxygen in diving" (http://archive.r
ubicon-foundation.org/6014) . South Pacific Underwater Medicine Society Journal. 29
(3). Diakses tanggal September 21, 2008.
94. ^ Longphre, J. M.; Denoble, P. J.; Moon, R. E.; Vann, R. D.; et al. (2007). "First aid normobaric
oxygen for the treatment of recreational diving injuries" (https://web.archive.org/web/2008
0613163501/http://archive.rubicon-foundation.org/5514) . Undersea Hyperb. Med. 34
(1): 43–49. PMID 17393938 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17393938) .
Diarsipkan dari versi asli (http://archive.rubicon-foundation.org/5514) tanggal June 13,
2008. Diakses tanggal September 21, 2008.
95. ^ a b Bren, Linda (November–December 2002). "Oxygen Bars: Is a Breath of Fresh Air Worth
It?" (https://web.archive.org/web/20071018041754/https://www.fda.gov/Fdac/features/2
002/602_air.html) . FDA Consumer Magazine. U.S. Food and Drug Administration. 36 (6):
9–11. PMID 12523293 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12523293) . Diarsipkan
dari versi asli (https://www.fda.gov/Fdac/features/2002/602_air.html) tanggal October
18, 2007. Diakses tanggal December 23, 2007.
98. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref
bernama NBB3014
99. ^ Guseinova, E. A.; Adzhamov, K. Yu.; Safarova, S. R. (1 April 2020). "Kinetic parameters of
the formation of oxygen-containing compounds in the vacuum gas oil oxycracking
process". Reaction Kinetics, Mechanisms and Catalysis (dalam bahasa Inggris). 129 (2):
925–939. doi:10.1007/s11144-020-01725-8 (https://doi.org/10.1007%2Fs11144-020-0172
5-8) . ISSN 1878-5204 (https://www.worldcat.org/issn/1878-5204) .
100. ^ Hävecker, Michael; Wrabetz, Sabine; Kröhnert, Jutta; Csepei, Lenard-Istvan; Naumann
d'Alnoncourt, Raoul; Kolen'Ko, Yury V.; Girgsdies, Frank; Schlögl, Robert; Trunschke, Annette
(2012). "Surface chemistry of phase-pure M1 MoVTeNb oxide during operation in selective
oxidation of propane to acrylic acid" (https://pure.mpg.de/rest/items/item_1108560_8/co
mponent/file_1402724/content) . J. Catal. 285: 48–60. doi:10.1016/j.jcat.2011.09.012 (ht
tps://doi.org/10.1016%2Fj.jcat.2011.09.012) . hdl:11858/00-001M-0000-0012-1BEB-F (htt
ps://hdl.handle.net/11858%2F00-001M-0000-0012-1BEB-F) .
102. ^ Amakawa, Kazuhiko; Kolen'Ko, Yury V.; Villa, Alberto; Schuster, Manfred E/; Csepei,
Lénárd-István; Weinberg, Gisela; Wrabetz, Sabine; Naumann d'Alnoncourt, Raoul; Girgsdies,
Frank; Prati, Laura; Schlögl, Robert; Trunschke, Annette (2013). "Multifunctionality of
Crystalline MoV(TeNb) M1 Oxide Catalysts in Selective Oxidation of Propane and Benzyl
Alcohol" (https://www.researchgate.net/publication/278196177) . ACS Catal. 3 (6):
1103–1113. doi:10.1021/cs400010q (https://doi.org/10.1021%2Fcs400010q) .
104. ^ Todorova, Silviya; Barbov, Borislav; Todorova, Totka; Kolev, Hristo; Ivanova, Ivanka;
Shopska, Maya; Kalvachev, Yuri (1 April 2020). "CO oxidation over Pt-modified fly ash
zeolite X". Reaction Kinetics, Mechanisms and Catalysis (dalam bahasa Inggris). 129 (2):
773–786. doi:10.1007/s11144-020-01730-x (https://doi.org/10.1007%2Fs11144-020-0173
0-x) . ISSN 1878-5204 (https://www.worldcat.org/issn/1878-5204) .
112. ^ Crabtree, R. (2001). The Organometallic Chemistry of the Transition Metals (edisi ke-3rd).
John Wiley & Sons. hlm. 152. ISBN 978-0-471-18423-2.
116. ^ Dharmeshkumar N Patel; Ashish Goel; SB Agarwal; Praveenkumar Garg; et al. (2003).
"Oxygen Toxicity" (http://medind.nic.in/jac/t03/i3/jact03i3p234.pdf) (PDF). Indian
Academy of Clinical Medicine. 4 (3): 234.
120. ^ Martin, Lawrence. "The Four Most Important Equations In Clinical Practice" (http://www.g
lobalrph.com/martin_4_most2.htm) . GlobalRPh. David McAuley. Diakses tanggal
June 19, 2013.
121. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref
bernama Acott2
123. ^ Donald, Kenneth (1992). Oxygen and the Diver. England: SPA in conjunction with K.
Donald. ISBN 978-1-85421-176-7.
127. ^ a b c d Werley, Barry L., ed. (1991). ASTM Technical Professional training. Fire Hazards in
Oxygen Systems. Philadelphia: ASTM International Subcommittee G-4.05.
128. ^ Schmidt-Rohr, K. (2015). "Why Combustions Are Always Exothermic, Yielding About 418
kJ per Mole of O2". J. Chem. Educ. 92 (12): 2094–2099. Bibcode:2015JChEd..92.2094S (ht
tp://adsabs.harvard.edu/abs/2015JChEd..92.2094S) . doi:10.1021/acs.jchemed.5b00333
(https://doi.org/10.1021%2Facs.jchemed.5b00333) .
129. ^ (Report of Apollo 204 Review Board NASA Historical Reference Collection, NASA History
Office, NASA HQ, Washington, DC)
130. ^ Chiles, James R. (2001). Inviting Disaster: Lessons from the edge of Technology: An
inside look at catastrophes and why they happen (https://archive.org/details/invitingdisa
ster00jame). New York: HarperCollins Publishers Inc. ISBN 978-0-06-662082-4.
Daftar pustaka
Cook, Gerhard A.; Lauer, Carol M. (1968). "Oxygen". Dalam Clifford A. Hampel. The
Encyclopedia of the Chemical Elements (https://archive.org/details/encyclopediaofch00h
amp) . New York: Reinhold Book Corporation. hlm. 499 (https://archive.org/details/encycl
opediaofch00hamp/page/499) –512. LCCN 68-29938 (https://lccn.loc.gov/68-29938) .
Emsley, John (2001). "Oxygen". Nature's Building Blocks: An A-Z Guide to the Elements.
Oxford, England: Oxford University Press. hlm. 297–304. ISBN 978-0-19-850340-8.
Raven, Peter H.; Evert, Ray F.; Eichhorn, Susan E. (2005). Biology of Plants (https://archive.or
g/details/biologyofplants00rave_0) (edisi ke-7th). New York: W.H. Freeman and Company
Publishers. hlm. 115 (https://archive.org/details/biologyofplants00rave_0/page/115) –
27. ISBN 978-0-7167-1007-3.
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Oksigen&oldid=18524511"
Terakhir disunting 11 jam yang lalu oleh InternetArchiveBot