BAB II
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
bernilai dan telah dijadikan tujuan pokok pada organisasi/badan usaha, selain
profit. Karena dengan laba saja tidak cukup apabila tidak dibarengi dengan
potensi yang ada dalam sebuah komoditi atau objek. Filosofi produktivitas
sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia
penghidupannya.
8
9
Sedangkan rnenurut Bernardin dan Russsell yang dikutip oleh Ambar Teguh
tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedang
kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata) dari
tertentu".
dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang telah
berikut:
kerja.
11
Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada dan fasilitas
Fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada outcome dan
bukan input dan proses outcome adalah Outcome yang dihasilkan oleh
a. Kemampuan Teknis
yang diperolehnya.
b. Kemampuan Konseptual
adalah :
a. Kesetiaan
dan organisasi.
b. Prestasi Kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
c. Kejujuran
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti
kepada bawahannya.
d. Kedisiplinan
diberikan kepadanya.
e. Kreativitas
f. Tanggung Jawab
4. Penilaian Kinerja
karyawan.
Ketidaktepatan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang
kinerja.
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya
juga mempengaruhi tingkat usaha dan arah mereka di masa depan. Usaha
peningkatan.
kekurangan.
Untuk mendapatkan informasi atas kinerja pegawai, maka ada beberapa pihak
berbagai hal maka dalam penelitian ini, penilaian kinerja pegawai dilakukan
pekejaannya.
sekolah.
pengawasan.
pegawai
a. Produktifitas Kerja :
kesediaan dan inisiatif para pegawai untuk bekerja secara efektif dan
juga.
tugasnya.
18
b. Kualitas Layanan
mudah dan murah, misalnya dapat diperoleh dari media massa atau diskusi
publik.
c. Responsivitas
d. Responsibilitas
benar.
e. Akuntabilitas
Pejabat publik yang dipilih oleh masyarakat diharapkan dapat terus secara
bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik
tinggi jika kegiatan itu dianggap benar dan seseuai dengan nilai-nilai dan
B. Gaya Kepemimpinan
tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Jika
dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Robert,
1992). James et. al. (1996) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah
berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat,
memiliki sifat-sifat:
dipergunakan
dan jabatan
keputusan
inisiatif
karena:
mencapai tujuan
pemimpin.
1) Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal
yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
perubahan.
pencapaian.
25
keputusan.
transformasional:
secara sederhana.
26
organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini
untuk mewujudkannya.
a. Sifat
b. Kebiasaan
c. Tempramen
d. Watak
Watak seorang pemimpin yang lebih subjektif dapat menjadi penentu bagi
keberanian (courage).
e. Kepribadian
C. Budaya Organisasi
organisasi dari organisasi lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati
organisasi, bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau tidak.
Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara persepsi
itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai, dan ekspektasi. Schein (1981)
pola dari asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh
integrasi internal yang telah berjalan cukup baik untuk dianggap valid, dan
oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar
yang dihadapinya.
Secara alami budaya sukar dipahami, tidak berwujud, implisit dan dianggap
karyawan oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya
yang kuat memastikan bahwa semua karyawan diarahkan kearah yang sama.
mempersatukan organisasi.
30
Robbins (2003) dalam Umar (2008: 208) menyatakan untuk menilai kualitas
budaya organisasi suatu organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama,
resiko.
mereka.
pekerja didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada
tugas dan proyek dengan cara yang akan membantu mereka dalam
orang lain dengan cara yang tidak menantang keamanan mereka sendiri.
sebagai berikut:
Inovasi dan pengambilan resiko yaitu, berkaitan dengan sejauh mana para
mengambil resiko.
b. Attention to detail
Perhatian terhadap hal-hal yang rinci, yaitu berkaitan dengan sejauh mana
c. Outcome orientation
Orientasi hasil, yaitu sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan
pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.
d. People Orientation
tersebut.
e. Team Orientation
individu.
33
f. Aggressiveness
g. Stability
inovasi.
organisasi. Organisasi yang memiliki budaya yang kuat dicirikan oleh adanya
karyawan yang memiliki nilai inti bersama. Semakin banyak karyawan yang
berbagi dan menerima nilai inti, semakin kuat budaya, dan semakin besar
Dalam suatu budaya kuat, nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan
dimulai dari ide pendiri organisasi. Para pendiri suatu organisasi secara
cara yaitu:
asumsi-asumsi mereka.
35
Bila organisasi berhasil, visi pendiri menjadi terlihat sebagai satu penentu
bahwa terdapat tiga kekuatan yang merupakan bagian yang sangat penting
a. Praktik seleksi
organisasi yang akan dimasuki, dan jika mereka merasakan suatu konflik
menyeleksi diri keluar dari kumpulan pelamar. Oleh karena itu, seleksi
b. Manajemen Puncak
para manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas dan
ganjaran lain.
c. Sosialisasi
Tidak peduli betapa baik yang telah dilakukan suatu organisasi dalam
dalam budaya organisasi itu. Yang paling penting, karena para karyawan
baru tersebut tidak mengenal baik budaya organisasi yang ada. Oleh
organisasi.
dan organisasi.
D. Kerangka Pikir
Kepemimpinan pada dasarnya adalah proses mempengaruhi orang lain. Selain itu
dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang
(leadership styles) merupakan berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh
pengertian tersebut terungkap bahwa apa yang dilakukan oleh atasan mempunyai
memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik, hal ini akan membuat karyawan
lebih hati-hati berusaha mencapai target yang diharapkan perusahaan, hal tersebut
kinerja karyawan.
Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi
aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-
masing individu. Sesuatu yang dimaksud adalah budaya dimana individu berada,
merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia
yang tinggi dari karyawan untuk bekerja lebih baik dan mencapai target.
Dari telaah pustaka di muka, maka disusun suatu kerangka pemikiran teoritis
yang menyatakan pengaruh antara variabel dalam penelitian ini, untuk lebih
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Gaya kepemimpinan :
Sifat
Kebiasaan
Tempramen
Watak H1
Kepribadian
Kinerja pegawai :
Produktivitas kerja
(X1 H3 Kualitas layanan
) Responsivitas
Budaya organisasi Responsibilitas
Innovation and risk taking Akuntabilitas
Attention to detail H2
Outcome orientation
People Orientation (Y)
Team Orientation
Aggressiveness
Stability
(X2
Sumber : Konsep
) yang dikembangkan dalam penelitian ini.
40
E. Hipotesis
Puskesmas Pringsewu
Puskesmas Pringsewu
Ha3 : Diduga ada pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap