Anda di halaman 1dari 101

i

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN STROKE PADA PASIEN HIPERTENSI
DI RSUD LABUANG BAJI
KOTA MAKASSAR

OLEH :
SULHANDIKA
18.01.096

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI S1-KEPERAWATANMAKASSAR
2019
ii
i

ABSTRAK

SULHANDIKA : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN STROKE PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD LABUANG BAJI KOTA
MAKASSAR

PEMBIMBING : Muh. Zukri Malik dan Musmuliyadi (i-iv+80 halaman)

PENDAHULUAN : Stoke merupakan penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa


kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang di sebabkan oleh keadaan patalogis
dari pembuluh darah serebral atau seluruh sistem pembuluh darah otak.

Tujuan : untuk mengtahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke
pada pasien hipertensi.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross-
sectional study, dengan jumlah sampel sebanyak 64 responden. Dilaksanakan di poli interna dan
ruang perawatan RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

Hasil : penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan penegtahuan dengan perilaku
pencehan stroke pada pasien hipertensi, dengan hasil uji Chi Square, tidak ada cells (0%) yang
mempunyai Expected Count > 5 sehingga menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai
Significancy nilai ρ = 0.08 < α (0.05). dan hasil penelitian ini juag menjukkan bahwa terdapat
hubungan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada pasein hipertensi, dengan hasil uji Chi
Square, tidak ada cells (0%) yang mempunyai Expected Count <5 sehingga menggunakan uji Chi
Square di dapatkan nilai Significancy nilai ρ = 0.043 < α (0.05).

Kesimpulan dan saran : Ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan
stroke pada pasien hipertensi. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti terkait stroke
selain hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku serta dapat menambah jumlah sampel dalam
penelitian selanjutnya

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku pencegahan stroke, kejadian hipertensi.

Referensi : 3 buku+16 jurnal (2010-2019)


ii

ABSTRACT

ZULHANDIKA: RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE TO STROKE


PREVENTION BEHAVIOR IN HYPERTENSION PATIENTS IN LABUANG BAJI
HOSPITAL, MAKASSAR CITY

SUPERVISOR: Muh. Zukri Malik and Musmuliyadi (i-iv + 80 pages)

INTRODUCTION: In the opinion of some experts said that stoke is a cerebrovascular disease
showing several functional and structural abnormalities of the brain caused by the patalogis
condition of the cerebral blood vessels or the entire cerebral vascular system.

Objective: to determine the relationship of knowledge and attitudes with stroke prevention
behavior in hypertensive patients.

Research Methods: This study was an analytic survey with a cross-sectional study approach. Held
in internal polyclinic and in the treatment room of Labuang Baji Regional Hospital Makassar.

Results: this study shows that there is a relationship between knowledge and stroke prevention
behavior in hypertensive patients, with the Chi Square test results, no cells (0%) have Expected
Count> 5 so that using the Chi Square test the Significancy value ρ = 0.08 < α (0.05). and the
results of this study also indicate that there is a relationship between attitude and stroke prevention
behavior in patients with hypertension, with the Chi Square test results, no cells (0%) that have an
Expected Count <5 so that using the Chi Square test get the Significancy value ρ = 0.043 <α
(0.05).

Conclusions and suggestions: There is a relationship between knowledge and attitude with stroke
prevention behavior in hypertensive patients. It is recommended for further researchers to examine
other variables that have not been studied with a larger sample.

Keywords: knowledge, attitude, stroke prevention behavior, the incidence of hypertension.

Reference: 3 books + 16 journals (2010-2019)


iii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Perilaku Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi. Di RSUD

Labuang Baji Makassar.”. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini peneliti telah mendapatkan

banyak masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat berguna

dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

pada kesempatan ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya terkhusus untuk kedua orang

tua, yaitu Ahmad.D Dan Sumarni yang senantiasa mendoakan, memberikan

nasehat dan dorongan serta telah banyak berkorban agar penulis dapat

menyelesaikan pendidikan dengan baik, semoga Allah SWT membalasnya dengan

Rahmat, Rahim, Keberkahan yang melimpah dan juga kebahagiaan hidup dan

dunia akhirat, dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes, Selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama

penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.


iv

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep., M.Kes., M.EDM., Selaku Ketua

STIKES Panakkukang Makassar dan selaku Penguji I yang telah mengijinkan

melakukan penelitian dan telah memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran

dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ucapan terima kasih kepada Direktur RSUD Labuang Baji Makassar yang

telah mengijinkan melakukan penelitian ini di RSUD Labuang Baji Makassar

4. Bapak Ns.Muh.Zukri Malik,S.Kep,.M.Kep., Selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

arahan, kritik, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Musmulyadi.M.,S.Kp,.M.Kes, Selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Ibu Mikawati,.S.Kp.,M.Kes, selaku Penguji II yang telah memberikan

memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Dosen di Prodi S1 keperawatan yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan yang tiada henti-hentinya dan dorongan baik spiritual maupun

material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar.

9. Keluarga besar saya yang telah memberikan, motivasi sampai selesainya

penyusunan skripsi ini.

10. Ucapan terima kasih kepada responden yang telah bersedia menjadi sampel

dalam penelitian ini.


v

11. Sahabat-sahabat Sequad ( Amril, Rioh, Dedi, Sudin, Reski dan Hijratun) yang

telah memberikan bantuan, dukungan, dorongan dan motivasi dalam proses

penulisan Skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat Kontrakan Keras ( Isti, Dian, Ijah, Amril, Dedy, A.Fatwa,

Alim, Sudin) yang telah memberikan bantuan, dukungan, dorongan dan

motivasi dalam proses penulisan Skripsi ini.

13. Teman-teman mahasiswa Kelas Konversi 2018 yang senantiasa memberikan

motivasi dan dukungan serta selalu ada disaat suka maupun duka

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam

menyelesaikan penyusun Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga SKRIPSI ini bisa bermanfaat bagi

kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, 2 Januari 2020

Sulhandika
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN KEASLIAN PENULISAN .............................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1. Tujuan umum........................................................................................ 4
2. Tujuan khusus ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Stroke ........................................................................... 7
1. Pengertian ............................................................................................. 7
2. Etiologi ................................................................................................. 7
3. Klasifikasi ............................................................................................. 9
4. Patofisioligi........................................................................................... 11
5. Manifestasi ........................................................................................... 12
6. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 13
7. Komplikasi ........................................................................................... 14
8. Penatalaksanaan Stroke ........................................................................ 15
9. Pencegahan Stroke Pada Pasien hipertensi ........................................... 17
B. Tinjauan tentang hipertensi ....................................................................... 18
1. Pengertian ............................................................................................. 18
2. Etiologi ................................................................................................. 19
vii

3. Klasifikasi ............................................................................................. 20
4. Patofisiologi .......................................................................................... 21
5. Manifestasi klinis.................................................................................. 21
6. Penatalaksanaan .................................................................................... 22
7. Komplikasi ........................................................................................... 28
8. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 30
9. Upaya pencegahan hipertensi ............................................................... 31
C. Tinjauan tentang pengatahuan...................................................................31
1. Definisi pengetahuan ............................................................................ 31
2. Tingkat penegtahuan............................................................................. 32
3. Cara cara memperoleh pengetahuan ..................................................... 33
4. Faktor faktor yang mempengaruhi penegtahuan .................................. 35
5. Sumber pengatahuan............................................................................. 37
6. Pengukuran pengetahuan ...................................................................... 38
D. Tinjauan tentang sikap .............................................................................. 39
1. Pengertian ............................................................................................. 39
2. Komponen sikap ................................................................................... 39
3. Karakteristik sikap ................................................................................ 40
4. Fungsi sikap .......................................................................................... 40
5. Tingkatan sikap .................................................................................... 41
6. Pengukuran sikap .................................................................................. 42
E. Tinjauan tentang perilaku .......................................................................... 42
1. Definisi perilaku ................................................................................... 42
2. Penegelompokkan perilaku................................................................... 43
3. Perilaku kesehatan ................................................................................ 43
4. Perilaku seha dan perilaku sakit ........................................................... 46
5. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku ......................................... 48
6. Prosedur pembentukan perilaku ........................................................... 49
F. Hubungan pengtahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada
pasien hipertensi ........................................................................................ 50
viii

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 51
B. Hipotesis ................................................................................................... 52
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 53
B. Populasi, Sampel dan Sampling ................................................................ 53
1. Populasi ................................................................................................ 53
2. Sampel ................................................................................................. 53
3. Sampling .............................................................................................. 55
C. Variabel Penelitian .................................................................................... 56
1. Variabel independen ............................................................................. 56
2. Variebel dependen ................................................................................ 56
D. Definisi oprasional .................................................................................... 56
E. Tempat penelitian ...................................................................................... 58
F. Waktu penelitian ....................................................................................... 58
G. Instrumen pengumpulan data .................................................................... 58
1. Kusioner A............................................................................................ 58
2. Kusioner B ............................................................................................ 59
3. Kusioner C ............................................................................................ 59
H. Prosedur pengumpulan data ...................................................................... 60
1. Jenis sumber data ................................................................................. 60
2. Pengumpulan data ............................................................................... 61
I. Teknik analisa data.................................................................................... 62
1. Pengolahan data .................................................................................... 62
2. Analisa data .......................................................................................... 63
J. Etika penelitian.......................................................................................... 64
BAB V HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 65
1. Karakteristik penelitian ....................................................................... 65
2. Analisa univariat ................................................................................. 67
3. Analisa bivariat ................................................................................... 68
ix

B. Pembahasan ............................................................................................... 71
C. Keterbatasan peneliti ................................................................................. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 79
B. Saran .......................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Definisi Operasional ......................................................................... 56


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan umur responden ........................... 62
Tabel 5.2 Distibusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden ............... 62
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden .................. 63
Tabel 5.4 Distribusi berdasarkan pengetahuan responden ................................ 63
Tabel 5.4 Distribusi berdasarkan sikap responden ............................................ 64
Tabel 5.5 Hubungan penegtahuan dengan perilaku pencegahan stroke pada
pasien hipertensi ............................................................................... 65
Tabel 5.6 Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada pasien
hipertensi .......................................................................................... 66
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit

jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang.

Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (American Heart Association,

2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap

tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen

(Stroke forum, 2015).

Menurut American Heart Assosiation (AHA, 2015) angka kejadian stroke

pada laki-laki usia 20-39 tahun sebanyak 0,2% dan perempuan sebanyak 0,7%.

Usia 40-59 tahun angka terjadinya stroke pada perempuan sebanyak 2,2% dan

laki-laki 1,9%. Seseorang pada usia 60-79 tahun yang menderita stroke pada

perempuan 5,2% dan laki-laki sekitar 6,1%. Prevalensi stroke pada usia lanjut

semakin meningkat dan bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari usia

seseorang 80 tahun keatas dengan angka kejadian stroke pada laki-laki sebanyak

15,8% dan pada perempuan sebanyak 14%. Prevalensi angka kematian yang

terjadi di Amerika disebabkan oleh stroke dengan populasi 100.000 pada

perempuan sebanyak 27,9% dan pada laki-laki sebanyak 25,8% sedangkan di

Negara Asia angka kematian yang diakibatkan oleh stroke pada perempuan

sebanyak 30% dan pada laki-laki 33,5% per 100.000 populasi (AHA, 2015).

Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperlihatkan

bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang

1
2

dirawat di rumah sakit. Menurut Yayasan Stroke Indonesia, setiap tahun

diperkirakan 500.000 penduduk mengalami serangan stroke dan 25% di antaranya

(125.000 penduduk) meninggal, sisanya mengalami cacat ringan maupun berat. Di

Indonesia, kecenderungan prevalensi stroke per 1000 orang mencapai 12,1 dan

setiap 7 orang yang meninggal, 1 diantaranya terkena stroke (Depkes, 2015)

Menurut hasil Riskesdas (2013) Prevalensi penyakit stroke pada kelompok

yang didiagnosis nakes serta yang didiagnosis nakes atau gejala meningkat seiring

dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun (38,5% dan 69,1%).

Prevalensi stroke yang didiagnosis nakes maupun yang didiagnosis atau

berdasarkan gejala pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Prevalensi stroke

cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang

didiagnosis nakes (16,0%) maupun yang didiagnosis nakes atau gejala (37,0%).

Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di desa, baik berdasarkan diagnosis

nakes (7,8%) maupun berdasarkan diagnosis nakes atau gejala (21,8‰).

Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang didiagnosis

nakes (10,3%) maupun yang didiagnosis nakes atau gejala (22.2‰). Prevalensi

stroke berdasarkan diagnosis atau gejala tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan

menengah atas masing masing 9,3 dan 20,3 per mil

Faktor risiko utama untuk penyebab stroke adalah tekanan darah tinggi serta

penggunaan tembakau yang merupakan risiko dimodifikasi yang paling

signifikan. Bedasarkan data prevelensi penelitian dari Yayasan Stroke Indonesia

(2010), sekitar 95% faktor risiko utama dalam masyarakat Indonesia yang

semakin meningkat adalah hipertensi. Oleh itu, ahli-ahli epidemiologi membuat


3

rumusan dan meramalkan bahawa sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang

berusia 35 tahun ke atas pada saat ini atau akan datang mempunyai potensi

mengalami serangan stroke. Namun demikian, berdasarkan diagnosis tenaga

kesihatan (Nakes) Indonesia penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung

dan stroke banyak ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan

65-74 tahun (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Cintya dkk pada tahun 2010-2012 mengenai faktor resiko stroke itu

sendiri hipertensi menjadi faktor resiko pertama untuk kejadian stroke

hemorrhagic dan pada pasien stroke iskemik memiliki faktor resiko hipertensi dan

gula darah tinggi.

Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 bahwa terdapat stroke penderita

lama sebanyak 2.623 kasus yaitu 606 kasus di puskesmas dan 2.017 kasus di

Rumah Sakit. Dan berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota makassar, stroke

merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit penyebab utama kematian di kota

Makassar. Tercatat pada tahun 2013 stroke menempati urutan ke 10 dengan

jumlah 96 orang, tahun 2014 menempati urutan ke 6 dengan jumlah 179 orang

dan tahun 2015 menepati urutan ke 5 dengan jumlah 151 orang. Ini mebuktikan

bahwa penyebab kematian akibat stroke terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan Data Rekam Medik RSUD Labuang baji Kota Makassar, Panyakit

Hipertensi dari tahun ke tahun terus meningkat, pada tahun 2017 terdapat 2.047

dan pada tahun 2018 jumlah pasien hipertensi sebanyak 2.222 kasus, dan jumlah
4

kasus penderita stroke pada tahun 2018 sebanyak 395 kasus (Rekam Medik

RSUD labuang baji kota makassar, 2018)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang peneliti dapat merumuskan masalah penelitian

“apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke

pada penderita hipertensi di RSUD Labuang Baji kota makassar?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah diketahuinya

hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada

penderita hipertensi di RSUD Labuang Baji kotaMakassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan penderita hipertensi dalam

pencegahan stroke di RSUD Labuang Baji kota Makassar

b. Diketahuinya sikap penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di

RSUD Labuang Baji kota Makassar

c. Diketahuinya perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di

RSUD Labuang Baji kota Makassar

d. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan

stroke di RSUD Labuang Baji kota Makassar

e. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan stroke

di RSUD Labuang Baji kota Makassar


5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang

hubungan pengetahuan keluarga dan sikap dengan perilaku

pencegahan stroke pada penderita hipertensi di RSUD Labuang Baji

kota Makassar

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

referensi tentang keilmuaan kesehatan masyarakat, khususnya

mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku

pencegahan stroke pada penderita hipertensi di RSUD Labuang Baji

kota Makassar

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

menambah pengetahuan kepada masyarakat mengenai upaya

pencegahan stroke yang bisa dilakukan oleh para penderita

hipertensi.
6

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah kepustakaan

mengenai upaya pencegahan stroke yang bisa dilakukan oleh para

penderita hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Stroke

1. Definisi

Menurut pendapat beberapa ahli mengatakan bahwa stoke

adalah penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa

kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang di

sebabkan oleh keadaan patalogis dari pembuluh darah serebral atau

seluruh sistem pembuluh darah otak (Doehges dalam wijaya A.S,

2000). Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak di

mana terjadinya gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh

sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh Karenna sumbatan atau

pecahnyapembuluh darah tertentu di otak,sehingga menyebabkan sel-

sel otak kekurangan darah,oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya

dapat terjadi kematian kematian sel-sel tersebut dalam waktu singkat

(Aisyah, 2017).

stroke atau cederah serebravaskuler adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh terhentinya suplain darah di bagian otak (smeltzer

dan bare dalam wijaya A.S, 2001). Menurut sudoyo Aru dalam Nurarif

A.H 2015 stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang

menyebabkan defisit neurologis mendadak yosebagai iskemia atau

hemoragi sirkulasi saraf otak.

7
8

2. Etiologi

Menurut pendapat andra saferi wijaya dan yasie mariza putri

mengatakan bahwa penyebab stroke di bagi menjadi 3 yaitu:

a. Tromosis serebri.

Ateroklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral

adalah penyebab utama trombosis serebral yang merupakan

penyebab paling umum dari stroke (smeltzer, 2005).

b. Emboli serebri.

Emboli serebri termasuk urutan kedua dari berbagai

penyebab utama stroke.penderita lebih mudah dibandingkan

penderita trombosis .

c. Hemiragi.

Hemoragi dapat terjadi di luardurameter (hemoragi ekstra

dural atau epidural) di bawah durameter(hemoragi subdural), di

ruang sub arachoid (hemoragi subarachoid) atau dalam substransial

otak (hemoragi intra serebral) (price,2005).

Faktor faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengidap stroke

di bagi menjadi 3 yaitu (Nurarif A.H 2015):

a. Faktor tidak dapat di rubah atau non reversible

Faktor yang dapat di ubah yaitu Jenis kelamin, biasanya pada

pria lebih sering temukan menderita stroke di banding wanita.

Selanjutnya yaitu Usia, makin tinggi usia makin tinggi pula resiko
9

stroke. Keturunan juga menrupakan salah satu faktor yang tidak

dapat di ubah karena adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

b. Faktor yang dapat dirubah (reversible)

Faktor faktor yang dapat di ubah yaitu hipertensi,penyakit

jantung, kolestrol tinggi, obesitas, diabete, melitus, polisetermia,

dan stress emosional.

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang dapat menyebabkan seseorang terkena

stroke yaitu merokok, peminum alcohol dan penggunaan obat

obatan terlarang

3. Klasifikasi

Stroke dapat diklasifikasi menurut patologi dan gejala

kliniknya,yaitu (wijaya A.S dkk, 2013):

a. Stroke hemorhagi

Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebral dan

mungkin peredaran darah subarachnoid.disebakan oleh pecahnya

pembuluh darah otak pada daerah tertentu. biasanya kejadianya

saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadarn pasien umumnya menurun.stroke hemogragik

adalah difungsi neurologi fokal yang akut disebabkan oleh

perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan

oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pembuluh

arteri, vena dan kapiler (widjaja, 1994).


10

Peredaran darah otak di bagi dua yaitu, Perederan intraserebral

atau pecahnya pembuluh darah (mikroanuerisma) terutama karena

hipertensi mengakibatkan darah msuk ke dalam jaringan

otak,membentuk massa yang menekankan jaringan otak

,menimbulkan edema otak. Dan yang ke dua yaitu Pedarahan

subarachnoid, peredaran ini brrasal dari pecahannya aneurisma

barry atau AVM.aenurusma yang pecah ini berasal dari pebuluh

darah sirkulasi willisi dan cabang cabangnya yang terdapat di luar

otak (juwon, 1993).

b. Stroke non haemorhagic (CVA infark)

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,

biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat,baru bangun tidur

atau pagi hari.tidak terjadi peredaran darah namun terjadi iskemia

yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema

sekunder.kesadaran umumnya baik.menurut perjalanan penyakit

atau stadiumnya:

a. TIA (Trans iskemia Attack)

Gangguan neuroligis setempat yang terjadi selama bebrapa

menit sampai bebrapa jam saja.gejala yang timbul akan hilang

dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24

jam.
11

b. Stroke involusi

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana

gangguan neurolis terlihat semakin memberat dan bertambah

buruk.proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit

Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau

permanen.

4. Patofisiologi.

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai

cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat

karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen

kekurangan oksigen ke jaringan otak.kekurangan selama 1 menit dapat

mengarahkan pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan

kesadaran. Selanjut kekurangan oksigen daalam waktu yang lebih lama

dapat menyebabkan nekrosisi miskroskop neiron neoiron.aren nekrotik

kemudian di sebut infark.kekurangan oksigen pada awalnya mungkin

akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia

karena akibat proses anemia ana kesukaran untuk bernafas.stroke

karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan

darah,uidara,palque,ateroma fragmen lemak.jika etilogi stroke adalah

hemorhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas

vaskuler,aneuridsma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat

menyebabkan hemorrhagi (price dalam wijaya A.S, 2013).


12

Alasanya adalah bahwa mungkin irkulasi kolateral yang menandai

daerah tersebut.proses patalogik yang mendasarimungkin salah satu

dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang

memperdarahi otak.patologinya dapat berupa:

a. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti

ateroklesrosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau

peradangan.

b. Berkurangya perfusi akibat gangguan aliran darah,misalnya syok

atau hiperviskositas darah.

c. Gangguan aliran darah akibat atau embolus infeksi yang berasal

dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.

d. Rupture vascular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid

(price wijaya A.S, 2013).

5. Manifestasi klinis.

Pada stroke non haemoragik gejala utamanya adalah timbulnya

deficit neurologis secara mendadak atau subakut, didahului gejala

prodmoral, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan

kesadarnnya tak menurun,kecuali bila embolus cukup besar. (mansjoer

dalam wijaya A.S ,2013)


13

Menurut WHO, dalam Wijaya A.S 2013 revision dapat di bagi

atas:

a. Perdarahan interserebral (PIS)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas,

kecuali nyeri kepala karena hipertensi hebat sekali,mual dan

muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan.kesadaran

biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari

setengah jam,23% antara 1/2 s.d jam dan 12 jam terjadi setelah 2

,sampai 19 hari).

b. Perdarahan subraknoid (PSA)

Pada pasien dengan PSA didapatkan gejalah prodromal berupa

nyeri kepala hebat dari akut.kesadaran sering tergangu dan sangat

bervariasi.ada gejala atau tanga rangsangan meningal.dema papil

dapat terjadi bila ada perdarahan sebhialoid interna.gejala

neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan

pembuluh darah dan likasinya

6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaa diagnostik menurut doegoes dalam wijaya A.S, 2013

yaitu:

a. Agiografi Serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara speifik

seperti perdarahan,obstruksi arteri,oklusi/reptur.


14

b. elektro ecaflografi

Megidentifikasiakn masalah didasarkan pada gelombang otak

atau mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

c. Sinar x tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah

yang berlawanan dari masa yang luas,kalsifikasi interna pada

trobus selebral.kalsifikai masa yang luas,klasifikasi parsial

dinding,anuerisma pada pendarahan sub arachnoid.

d. Ultrasonography doppler

Mengidentifikasi penyakit artiorivena(masalah sistem arteri

karotis/aliran darah muncul plaque /arteroskerosis.

7. Komplikasi.

Komplikasi stroke menurut pendapat Wijaya A.S dkk, 2013 yaitu:

a. Berhubungan dengan immobilitas

Komplikasi stroke yang berhubungan dengan immobilitas yaitu

Infeksi pernafasan, Nyeri yang berhubungan dengan dareha yang

tertekan, Konstipasi dan Tromboflebitis.

b. Berhubungan dengan mobilisai

Komplikasi stroke dari stroke juga dapat meneybabkan

terjadinya Nyeri pada daerah punggung dan Dislokasi sendi.

c. Berhubungan dengan kerusakan otak

Komplikasi stroke juga dapat menyebabkan gangguan pada otak

seperti Epilepsi, Sakit kepala, dan Kraniotomi.


15

8. Penatalaksanaan stroke.

Panatalaksanaan stroke di bagi menjadi dua yaitu terapi non

farmakologi dan terapi farmakologi :

a. Non farmakologi.

1) Terapi akut.

Intervensi pada pasien stroke iskemik akut yaitu dilakukan

bedah.Dalam beberapa kasus edema iskemik serebral karena

infark yang besar, dilakukan kraniektomi untuk mengurangi

beberapa tekanan yang meningkat telah dicoba.Dalam kasus

pembengkakan signifikan yang terkait dengan infark serebral,

dekompresi bedah bisa menyelamatkan nyawa pasien.Namun

penggunaan pendekatan terorganisir multidisiplin untuk

perawatan strok yang mencakup rehabilitasi awal telah terbukti

sangat efektif dalam mengurangi cacat utama karena stroke

iskemik (Fagan dan Hess,2005).

2) Terapi pemeliharaan.

Terapi non farmakologi juga diperlukan pada pasien

paska stroke. Pendekatan interdisipliner untuk penanganan

stroke yang mencakup rehabilitasi awal sangat efektif dalam

pengurangan kejadian stroke berulang pada pasien

tertentu.Pembesaran karotid dapat efektif dalam pengurangan

risiko stroke berulang pada pasien komplikasi berisiko tinggi

selama endarterektomi (Fagan dan Hess, 2005). Selain itu


16

modifikasi gaya hidup berisiko terjadinya stroke dan faktor

risiko juga penting untuk menghindari adanya kekambuhan

stroke. Misalnya pada pasien yang merokok harus dihentikan,

karena rokok dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan

(Eusistroke, 2003).

b. Terapi farmakologi.

1) Terapi akut.

American Stroke Association telah membuat dan

menerbitkan panduan yang membahas pengelolaan stroke

iskemik akut. Secara umum, hanya dua agen farmokologis

yang direkomendasikan dengan rekomendasi kelas A adalah

jaringan intravena plasminogen activator (tPA) dalam waktu 3

jam sejak onset dan aspirin dalam 48 jam sejak onset.

Reperfusi awal (>3 jam dari onset) dengan tPA intravena telah

terbukti mengurangi kecacatan utama karena stroke iskemik.

Perhatian harus dilakukan saat menggunakan terapi ini, dan

kepatuhan terhadap protokol yang ketat adalah penting untuk

mencapai hasil yang positif.

2) Terapi pemeliharaan stroke.

Terapi farmakologi mengacu kepada strategi untuk

mencegah kekambuhan stroke. Pendekatan utama adalah

mengendalikan hipertensi, CEA (Endarterektomi karotis), dan

memakai obat antiagregat antitrombosit. Berbagai study of


17

antiplatelet antiagregat drugs dan banyak meta analisis

terhadap obat inhibitor glikoprotein IIb/IIIa jelas

memperlihatkan efektivitas obat antiagregasi trombosit dalam

mencegah kekambuhan (Price dan Wilson, 2006)

9. Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia tahun

2012, stroke dapat dicegah dengan merubah gaya hidup,

mengendalikan, mengontrol, dan mengobati penyakit yang menjadi

faktor risiko, terutama faktor risiko tertinggi hipertensi. Pencegahan

stroke bagi pasien hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya yang dilakukan sebelum

seseorang terkena stroke. Pencegahan primer melalui pendidikan

kesehatan bisa berupa kampanye melalui flyer tentang bahaya

rokok terhadap stroke, memberikan informasi tentang stroke

melalui pendidikan kesehatan menggunakan media cetak,

elektronik, billboard atau ceramah (Konsensus Nasional

Pengelolaan Stroke, 1999). Cara untuk mempertahankan gaya

hidup sehat, yaitu:

1) Hentikan kebiasaan merokok.

2) Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesuai beraat badan

ideal.

3) Makan makanan sehat


18

4) Olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas

fisik yang bernilai aerobik (jalan cepat, bersepda, berenang,

dll) secara teratur minimal 30 menit dan minimal tiga kali

dalam seminggu.

5) Kolesterol darah < 200mg% melalui hasil laboratorium.

6) Glukosa darah puasa < 100 mg/dl melalui hasil laboratorium.

7) Tekanan darah dipertahankan pada 120/80 mmHg.

b. Pencegahan sekunder.

Pencegahan ini merupakan upaya pencegahan agar seseorang

tidak terkena stroke berulang caranya dengan:

1) Mengendalikan faktor risiko yang telah ada seperti mengontrol

tekanan darah tinggi, kolesterol, gula darah, dan asam urat.

2) Merubah gaya hidup.

3) Minum obat sesuai anjuran dokter secara teratur.

4) Kontrol ke dokter anda secara teratur .

B. Tinjauan Tentang Hipertensi

1. Pengertian

Menurut Setianto dalam Emmelia Ratnawati (2017) yang

menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik

lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg,

Smaltzzer & Bare dalam Sharif juga mengemukakan bahwa hipertensi

merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus hingga melebihi


19

batas normal di mana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan

diastole di atas 90 mmHg.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan

semakin tinggi tekanan darah, semakin besar resikonya.(Sylvia A.price

dalam Nurarif, 2015).

2. Etiologi

Reeves & lockhart dalam La Ode sharif l (2012) mengemukakan

bahwa faktor faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia.

Etiologi Hipertensi pada klien dengan lanjut usia menurut Amin

Huda dalam Nurarif (2015) :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.


20

3. Klasifikasi

Yayasan jantung Indonesia dalam sharif (2012) menambahakan

bahwa hipertensi dapat di bedakan menjadi 2 jenis hipertensi yaitu:

a. hipertensi primer (essensial) merupakan tekanan darah tinggi

yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak normal,

sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia,

emosi yang terganggu/ stress dan merokok.

b. hipertensi sekuder merupakan tekanan darah tinggi yang

disebabkan karena kelenjar penyakit adrenal, penyakit ginjal,

toxemia gravidarum, peninggaktan tekanan intra cranial, yang di

sebabkan tumor otak, danpengaruh obat tertentu misalnya obat

kontersepsi.

Menurut WHO dalam sharif (2012) menetapka klasifikasi

hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu:

a. tingkat I tekanan darah meningkat tampa adanya gejala gejala dari

gangguan atau kerusakan dari sistem kardiovasikuler.

b. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,

tetapi tampa adanya gejala – gejala kerusakan atau ganguan dari

alat atau organ lain.

c. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang

jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target oragan.


21

4. Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare dalam Sharif (2012) mengatakan

bahwa mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terlekatak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak

dimana vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut kebawah

korda spinalis dan keluar dari kolomma medulla ke ganglia simpatis di

torax dan abdomen, ransangan pusat vasomotor di hantarkan keedalam

bentuk inplus yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis.

Pada titik ganglion ini neouron prebanglion melepaska asetikolin yang

merangsan serabut syaraf paksa ganggolin ke pembuluh darah, dimana

dengan elepaskanya nere fineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh

darah.

5. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada klien dengan hipertensi menurut Amin

Huda dalam Nurarif (2015) di bedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan

arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi

arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala lazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan


22

ini merupakan gejala terlazim yang menegenai banyaknya pasien

yang mencari pertolongan medis. Beberapa klien yang yang

menderita hipertensi Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,

kelelahan Sesak nafas Gelisah Mual Muntah Epistaksis dan

Kesadaran menurun.

Menurut FKUI dan Setianto dalam Sharif (2012) hipertensi

esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi

komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.

Namun terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala,

epitaksis.

6. Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulagan hipertensi yaitu dengan

nonfarmakologis dan farmakologis:

a. Terapi nonfarmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting

untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan

prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan

hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi

berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan

tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting

yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat


23

badan untuk individu yang obes atau gemuk mengadopsi pola makan

DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan

kalium dan kalsium diet rendah natrium; aktifitas fisik dan

mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan

pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat

antihipertensi mengurangi garam dan berat badan dapat

membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang

mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan

secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai

pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan

pendidikan kepada pasien, dan dorongan moril. Hal-hal berikut dapat

diberitahukan kepada pasien agar pasien mengerti rasionalitas

intervensi diet:

1) Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding

orang dengan berat badan ideal

2) Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk

(overweight)

3) Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat

menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk

4) Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang

juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang

dapat berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke

penyakit kardiovaskular.
24

5) Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh

dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan

hipertensi.

6) Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap

garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan

darah sistolik dengan pembatasan natrium.

JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya

dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total

lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan

<2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan

darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari

beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi

menunjukkan jika olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan

kaki, dan menggunakan sepeda dapat menurunkan tekanan darah.

Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan

berat badan. (Depkes, 2006).

b. Terapi Farmakologi

Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah

diuretik tiazid (misalnya HCT), beta‐bloker, (misalnya propanolol,

atenolol) penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya

captopril, enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya candesartan,

losartan), calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin)

dan alphablocker (misalnya doksasozin). Yang lebih jarang


25

digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja sentral dan

yang jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk keadaan

krisis hipertensi (Stringer, 2008).

1) Diuretik tiazid

Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang

menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan

ekskresi natrium dan volume urin.

Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada

arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih

lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi

luas dan dimetabolisme di hati (Dipiro et al.,2008).

Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐2 jam setelah

pemberian dan bertahan sampai 12‐24 jam, sehingga obat ini

cukup diberikan sekali sehari. Efek antihipertensi terjadi pada

dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan manfaat

pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis

tinggi. Efek tiazid pada tubulus ginjal tergantung pada tingkat

ekskresinya, oleh karena itu tiazid kurang bermanfaat untuk

pasien dengan gangguan fungsi ginjal (Dipiro et al.,2008)

2) Beta-blocker Beta blocker

Memblok beta‐adrenoseptor, Reseptor ini diklasifikasikan

menjadi reseptor beta‐1 dan beta‐2. Reseptor beta‐1 terutama


26

terdapat pada jantung sedangkan reseptor beta‐2 banyak

ditemukan di paru‐paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik.

Reseptor beta‐2 juga dapat ditemukan di jantung, sedangkan

reseptor beta‐1 juga dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta

juga dapat ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak

dan perifer akan memacu pelepasan neurotransmitter yang

meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Stimulasi reseptor

beta‐1 pada nodus sino‐atrial dan miokardial meningkatkan heart

rate dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal

akan menyebabkan pelepasan renin, meningkatkan aktivitas

sistem renin angiotensin‐aldosteron. Efek akhirnya adalah

peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan

peningkatan natrium yang diperantarai aldosteron dan retensi air.

Terapi menggunakan beta ‐ blocker akan mengantagonis semua

efek tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah. (Tjay H,

2002).

3) ACE inhibitor

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI)

menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari

precursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah,

pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak.

Angiotensin II merupakan vaso‐konstriktor kuat yang

memacu pelepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan


27

perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan

menurunkan tekanan darah. Jika sistem

angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi misalnya pada keadaan

penurunan sodium, atau pada terapi diuretik efek antihipertensi

ACEI akan lebih besar. (Dipiro et al., 2008).

4) Antagonis Angiotensin II

Reseptor angiotensin II ditemukan pada pembuluh darah dan

target lainnya, Disubklasifikasikan menjadi reseptor AT1 dan

AT2. Reseptor AT1 memperantarai respon farmakologis

angiotensin II, seperti vasokonstriksi dan penglepasan aldosteron.

Dan oleh karenanya menjadi target untuk terapi obat. Fungsi

reseptor AT2 masih belum begitu jelas. Banyak jaringan mampu

mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II tanpa melalui

ACE. Oleh karena itu memblok sistem renin angiotensin melalui

jalur antagonis reseptor AT1 dengan pemberian antagonis

reseptor angiotensin II mungkin bermanfaat. (Dipiro et al, 2008).

5) Calcium channel blocker

Calcium channel blocker (CCB) menurunkan influks ion

kalsium ke dalam sel miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi

jantung, dan sel‐sel otot polos pembuluh darah. Efek ini akan

menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan

propagasi impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas

vasodilatasi, interferensi dengan kontraksi otot polos pembuluh


28

darah. Semua hal di atas adalah proses yang bergantung pada ion

kalsium (Dipiro et al.,2008).

Terdapat tiga kelas CCB dihidropiridin (misalnya nifedipin

dan amlodipin) fenilalkalamin (verapamil) dan benzotiazipin

(diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat vasodilator perifer

yang merupakan kerja antihipertensinya, sedangkan verapamil

dan diltiazem mempunyai efek kardiak dan digunakan untuk

menurunkan heart rate dan mencegah angina (Dipiro et al.,2008).

6) Alpha-blocker

Alpha‐blocker (penghambat adreno‐septor alfa‐1) memblok

adrenoseptor alfa‐1 perifer, mengakibatkan efek vasodilatasi

karena merelaksasi otot polos pembuluh darah. Diindikasikan

untuk hipertensi yang resisten (Depkes, 2006).

7. Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan di tanggulangi,

maka dalam jangka penjang akan menyebabkan kerusakan erteri di

dalam tubuh sampai organ yangterdapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:

a. Jantung.

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal

jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi

beban kerja jantung akan meningkat, otot jantng akan mengendor

dan berkurang ekastisitasnya, yang di sebut dekopensasi.


29

Akibatnay jantung tidak mempu lagi memompa sehingga banyak

cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat

menyebabkan sesak nafas atau udema. Kondisi ini di sebut gagal

jantun.

b. Otak.

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko

sroke, apabila tidak di obati resiko terkena stroke 7 kali lebih

besar.

c. Ginjal.

Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan

ginjal, tekana darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan

system penyaringa dalam ginjal akbatnya lambat laum ginjal

tidak dapat membuang zat-zat yang tidak di butuhkan tubuh

yang masuk melaliu aliran darah dan terjadi penumoukan di

dalam tubuh.

d. Mata.

Pada mata hipertensi dapat menyebabkan terjadinya

ritinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Yahya

Dalam Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2013)

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita dalam Sharif

(2012) adalah di antaranya penyakit pembuluh darah otak


30

seperti stroke, pendaraha otak, Transient Ischemic Attack

(TIA).

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Amin Huda dalam Nurarif (2015)

pada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor resiko

seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/kreatinin : memebrikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal

3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin

4) Urinanalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM

b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

c. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi

d. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung
31

9. Upaya pencegahan hipertensi.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari faktor

resiko terkena hipertensi yaitu dengan mempertahankan pola hidup sehat,

berhenti meroko, membatasi minum minuman beralkohol, diet rendah

garam serta mengendalikan berat badan. Jika sudah terkena hipertensi

maka dianjurkan untuk runtin mengontrol tekan darah dan minum obat

secara teratur (Nurarif, 2015).

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan yang terjadi

melalui proses sensris, khususnya mata dan telinga terhadap objek

tertentu. Pengetahun merupakan domain yang sangat penting

terbentuknya perilaku terbuka (open behavior). (Jenita Doli. 2017).

Menurut Notoadmodjo dalam kholid. 2015 pengetahuan adalah

merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek terentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

dari mata dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan,

pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa

maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan

sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap


32

hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi

terhadap tindakan seseorang.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Kholid, 2015) tingkat pengetahuan seseorang secara rinci

terdiri dari enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi secara benar. Orang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat dijelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Ialah dapat menggunakan rumus-rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat


33

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang telah diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang

lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

kemampuan untuk menyusun suatu formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

3. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokkan menjadi dua menurut (Kholid, 2015, yaitu :


34

a. Cara tradisional atau nonilmiah

Cara tradiasional atau nonilmiah ini dapat dibedakan

menjadi 4 yaitu:

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba dengan

kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

aktivitas tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan

kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena

orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa

apa yang dikemukakan adalah benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan


35

permasalahan pada masa yang lalu. Namun, perlu

diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat

menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari

pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan

logis.

4) Melalui jalan fikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan

kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus pada

umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari

pernyataan umum ke khusus.

b. Cara modern atau ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

saat ini lebih sistemik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh

kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi

langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua

fakta sehubungan dengan objek penelitiannya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan pengetahuan

menurut Lestari (2015) :

a. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.


36

b. Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak

akan menambah pengetahuan yang lebih luas.

c. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah di lakukan seseorang

akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat

informal.

d. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

e. Sosial ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Maliono dalam Lestari (2015) adalah :

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi tingkat

pengetahuan akan tinggi pula.

b. Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan di saring sesuai atau

tidaknya dengan budaya apapun agama yang di anut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal

baru dan akan mudah menyusaikan dengan hal yang baru

tersebut.
37

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu, pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih

luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka

pengalamannya akan semakin banyak.

5. Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk

memperoleh pengetahuan. Upaya –upaya serta cara-cara tersebut yang

dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan menurut (Lestari.2015)

yaitu:

a. Orang yang memiliki otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu

dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang

dianggapnya lebih tahu. Pada zaman moderen ini, orang yang

ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan

melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil

publikasi resmi mengenai kesaksian otoritas tersebut seperti

buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya.

b. Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu

sumber internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern

menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah dan

hanyalah pengalaman-pengalaman konkrit kita terbentuk karena


38

presepsi indra, seperti persepsi penglihatan, pendengaran,

perabaan, penciuman dan pencicipan dengan lidah.

c. Akal

Dalam kenyataanya ada pengetahuan tertentu yang biasa

dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak biasa

mempersepsinya dengan indra terlebih dahulu. Pengetahuan

dapat diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena

potensi akal.

d. Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi

atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak

merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang

langsung. Intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-data yang

langsung dirasakan.

6. Pengukuran pengetahuan

Menurut (Lestari.2015) dapat dilakukan dengan wawacara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subyek penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawacara atau

angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan yang diukur.


39

D. Tinjauan Tentang Sikap

1. Pengertian

Menurut Azwar dalam Dayakisni dkk (2003: 95), beberapa ahli

mengemukakan pengertian sikap diantaranya:

a. Thurstone : Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan

efek, baik itu bersifat positif maupun negative dalam hubungannya

dengan objek-objek psikologis.

b. Kimball Young : Menyatakan bahwa sikap merupakan suatu

predisposisi mental untuk melakukan tindakan.

c. Fishbein & Ajzen : Menyebutkan bahwa sikap sebagai predisposisi

yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara

tertentu berkenaan dengan objek tertentu.

d. Sherif : Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku

seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau

kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang

memungkinkan timbul suatu tindakan atau tingkah laku.

Dari beberapa pengertian sikap menurut para ahli dapat ditemukan

unsur yang hampir sama bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk

bertindak untuk beraksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus.

2. Komponen Sikap

Komponen sikap menurut Alloport ada tiga komponen, yaitu :

a. Komponen Kognitif, merupakan komponen yang tersusun atas

dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang


40

objek sikap. Dari pengetahuan kemudian akan terbentuk suatu

keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.

b. Komponen afektif, yaitu berhubungan dengan ras senang atau tidak

senang.Jadi sifatnya evaluative yang berhubungan erat dengan

nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimilikinya.

c. Komponen konatif, merupakan kesiapan seseorang untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikap (Dayakisni

dkk, 2003).

3. Karakteristik Sikap

Karakteristik sikap menurut Brigham terdapat beberapa ciri dasar

dari sikap, yaitu:

a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b. Sikap diajukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori.

c. Sikap dapat dipelajari.

d. Sikap mempengaruhi perilaku (Dayakisni dkk, 2003).

4. Fungsi Sikap

Ada empat fungsi sikap menurut Katz :

a. Utillitarian function : sikap memungkinan seseorang untuk

memperoleh atau memaksimalkan ganjaran atau persetujuan dan

meminimalkan hukuman. Dengan kata lain sikap dapat berfungsi

sebagai penyesuai sosial.

b. Knowledge function : sikap membantu dalam memahami

lingkungan dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang objek


41

dan kelompok objek atau segala sesuatu yang dijumpai.

c. Value-expressif function : sikap mengkomunikasikan nilai dan

identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.

d. Ego defensive function : sikap melindungi diri, menutupi kesalahan,

agresi dan sebagainya dalam mempertahankan diri. (Dayakisni dkk,

2003).

5. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan sikap juga memiliki berbagai

tingkatan yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikaan (objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

(Notoatmodjo, 2012).
42

6. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan respondes terhadap suatu objek. Secara langsung dapat

dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis kemudian

ditanyakan kepada responden (Notoatmodjo, 2012).

E. Tinjauan Tentang Prilaku

1. Definisi perilaku

Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas

tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.

Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau

reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert dalam (Kholid.2015)

menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Skinner dalam (Kholid.2015) mendefinisikan perilaku sebagai

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses : respons,

sehingga teori ini disebut dengan teori organisme stimulus “S-O-R”.

Selanjutnya, teori skinner menjelaskan ada dua jenis respons yaitu:

a. Responden respon atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut dengan elicting

stimuli, karena menimbulkan reaksi-reaksi yang relatif tetap.


43

b. Operan respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan

yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinfotcing stimuli atau

reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

2. Pengelompokkan Perilaku

Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menurut (Kholid, 2015) adalah:

a. Perilaku tertutup (cover behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari

luar atau observable behavior.

3. Perillaku kesehatan

Sesorang ahli Becker dalam (Kholid, 2015) membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan ini antara lain :

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain :

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) menu

seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi


44

yang diperlukan tubuh), dan kualitas dalam arti jumlahnya

cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi

juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal

dengan ungkapan 4 sehat 5 sempurna.

2) Olah raga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan

kualitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk

olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung

dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasan jelek yang

mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan

merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah

membudayakan hampir 50% penduduk di Indonesia usia dewasa

merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja

kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.

4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman

keras dan mengonsumsi narkoba ( narkotik dan bahan-bahan

berbaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1 %

penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai

kebiasaan minuman keras ini.

5) Istrahat cukup, dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat

tuntutan untuk penyesuaian modern mengahruskan orang untuk

bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat.

Hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.


45

6) Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan

akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih

sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan

diatas. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang.

Stress tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stress

tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat

mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan

yang positif.

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,

misalnya: tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks,

penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (ilnes behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab

dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi ssosiologi, orang sakit ( pasien) mempunyai peran, yang

mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang

sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang

sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang

selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku

ini meliputi:
46

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2) Mengenal / menegtahui fasilitas atau sarana pelayanan

penyembuhan penyakit yang layak.

3) Mengetahui hak (misalnya : hak memperole perawatan,

memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan

kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada

orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak

menularkan penyakit kepada orang lain dan sebagainya).

4. Perilaku sehat dan perilaku sakit

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku

kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan meurut (Kholid,

2015) sebagai berikut.

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit oleh sebab

itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek antara

lain:
47

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu

sangat dinamis dan relatif, maka orang yang sehatpun perlu

diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal

mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman

dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang,

tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi

penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat

mendapatkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku

orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan (health seeking behavior).

Perikau ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita penyakit dan / atau kecelakaan. Tindakan atau

perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri ( self treatment). Sampai

mencari pengobatan keluar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

dan sebagainya. Dengan demikian, lingkungan tersebut tidak


48

memengaruhi kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana

seseorang mengelolah lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakat.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Kesmas dalam (Akbar, 2016) kesehatan individu dan

masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan

faktor-faktor diluar perilaku (nonperilaku). Selanjutnya faktor perilaku

ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor seperti perilaku seseorang

berhubungan faktor predisposisi, faktor pemungkinan dan faktor

penguat. Oleh sebab itu, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan

perilaku serta hal-hal yang berhubungan dengan perilaku, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor), faktor predisposisi

mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi,

berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk

bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah

sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok

kedalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung

atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini

mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial-

ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga

penting sebagai faktor predisposisi.

b. Faktor pemungkin (enabling factor), mencakup berbagai

keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan


49

perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan

kesehatan, personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu.

Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai

sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan

sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor

yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau

tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program.

Di dalam pendidikan pasien, faktor penguat bisa berasal dari

perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.

6. Prosedur Pembentukan Perilaku

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini

menurut skinner dalam (Kholid, 2015) adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat

atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku

yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi koponen-komponen

kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian

komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat

untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu

sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau

hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.


50

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama

telah dilakukan maka hadianya diberikan. Hal ini akan

mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut

cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah

terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua,

diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi),

demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk.

Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan

selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

F. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan prilaku pencegahan stroke

pada pasien hipertensi.

Tanpa dukungan pengetahuan yang baik maka apresiasi perilaku

penderita hipertensi dalam melakukan tindakan upaya pencegahan stroke

tidak terlalu banyak berguna dalam hal ini guna mengurangi kejadian

serangan stroke, sebaliknya kurangnya pengetahuan dapat menumbuhkan

perilaku yang tidak sehat yang akan menambah beratnya masalah dalam

hal ini makin meningkatnya jumlah kejadian serangan stroke yang pada

akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Hal ini sesuai dengan L.Green menurut Notoatmodjo dalam buku

Ilmu Kesehatan Masyarakat, 1997, yang menyatakan bahwa perilaku

dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu faktor-

faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai dan


51

sebagainya), faktor-faktor yang mendukung (ketersediaan sumber-

sumber/fasilitas) dan faktor-faktor yang memperkuat atau yang

mendorong (sikap dan perilaku petugas). Makanan yang berlemak,

kurang olah raga, obesitas (kegemukan), merokok, dan stres merupakan

hal-hal yang dapat meningkatkan risiko stroke. Karena itu, perlu

diperbanyak makan sayur, buah-buahan segar, dan makanan yang

berserat. Olah raga yang dilakukan secara teratur, misalnya lari pagi dan

berenang, akan mengurangi risiko terkena stroke. Jaga berat badan agar

berkisar di sekitar berat badan ideal.

Jika mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol, segera

hentikan kebiasaan buruk itu. Merokok atau minum alkohol akan

meningkatkan risiko stroke sampai 200 persen. Bekerja dan menikmati

hidup dengan santai juga sangat penting untuk menghindari stroke. Stres

akan meningkatkan kadar radikal bebas di dalam tubuh yang dapat

merusak berbagai jaringan dan organ-organ tubuh yang vital. Selain gaya

hidup (life style), kolesterol juga disebabkan oleh makanan, terutama

makanan yang mengandung lemak seperti daging, jeroan, udang, kacang-

kacangan, margarine, kulit ayam, kuning telur, coklat dan santan. Untuk

buah-buahan, durian dan alpukat termasuk buah yang mengandung

kolesterol tinggi. Cara menurunkan kolesterol ada dua cara yakni tanpa

obat dan dengan obat. Tanpa obat yaitu dengan memodifikasi gaya hidup

dengan memperbanyak aktivitas olahraga supaya terjadi pembakaran

lemak. Idealnya, minimal 20 menit tiap 3 – 4 kali seminggu, dilakukan


52

kontinyu. Agar kolesterol tidak menumpuk, maka harus dilakukan secara

paksa yaitu dengan olah raga. Berikutnya, pengaturan makan (diet)

berlemak. Artinya, mengurangi makanan berlemak dan memperbanyak

makanan yang berserat. Serat dapat mengikat kolesterol sehingga tidak

beredar dalam darah. Tumbuhan dan buah merupakan makanan yang

kaya serat. (Felix S, 2007) Selain menjaga asupan makanan tentunya kita

harus cukup beraktivitas yang menyehatkan, karena dengan aktivitas

yang cukup, kita dapat memperkuat sistem kerja jantung dan pembuluh

darah serta mengatur berat badan (yang sering menjadi faktor resiko

penyakit diabetes, jantung, dan hipertensi). Dari uraian diatas jelas

dilihat bahwa gaya hidup memiliki peranan yang lebih berpengaruh

dibandingkan dengan tingkat pengetahuan dalam upaya pencegahan

stroke pada penderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena kebiasaan

makan makanan yang banyak mengandung garam yang memicu

terjadinya hipertensi. Selain itu makanan yang mengandung lemak,

alkohol dan kebiasaan merokok yang berinteraksi dengan kolesterol yang

dapat merusak arteri hingga memicu terjadinya serangan stroke pada

penderita hipertensi.
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian

yang dilakukan dan memberi alasan yang kuat terhadap topik yang dipilih

sesuai dengan idemtifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus didukung

landsana teori yang kuat serta di tunjang oleh informasi yang bersumber

dari berbagai laporan ilmiah, hasil peneliatian, jurnal penelitian dan lainya

(Hidayat, AAA, 2014)

Variabel Bebas

Pengetahuan
Variabel Terikat

Perilaku
Hipertensi Pencegahan
Stroke

sikap

Gambar 3.1 Kerangka konsep


Ket:
: Garis penghubung antar variabel

: Variabel Bebas

: Variabel terkait

: Faktor yang mempengaruhi

53
54

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke

b. Ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan stroke


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang bersifat survey analitik dengan pendekatan Cross

sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi

data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali pada satu saat

(Nursalam, 2017).Pada penelitian ini variabel independen adalah pengetahuan

dan sikap dan variabel dependen adalah prilaku pencegahan stroke pada pasien

hipertensi.

B. Populasi, Sampel Dan Sampling Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni,

2014). Pada penelitian ini populasinya adalah semua pasien hipertensi yang

penjalani perawatan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar yaitu sebanyak

73 orang.

2. Sampel

Sampel adalah terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017).

54
61

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani

perawatan hipertensi sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 73 orang.

Penentuan pengambilan sampel tersebut dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

N
n=
1+N(d2

Keterangan :

N : besar populasi

n : besar sampel

d : tingkat kepercayaan atau ketepatan diinginkan dengan nilai 0,05

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah:

N
n=
1+N(d)2

73
n=
1+73(0.05)2

73
n=
1+73(0.0025)

73
n=
1+0.1825

73
n=
1.1825

n = 61.73 (dibulatkan menjadi 62)

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel yang akan

diambil dari populasi adalah 62 pasien. Namun tidak menutup


62

kemungkinan jumlah sampel tersebut akan berkurang sehubungan

dengan kriteria sampel yang diajukan oleh peneliti. Adapun kriteria

sampel yaitu:

a. Kriteria inklusi pada penelitian:

1) Pasien yang menjalani perawatan hipertensi

2) Pasien rawat jalan hipertensi.

b. Kriteria ekslusi pada penelitian:

1) Pasien yang mengalami hipertensi berat

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan penelitian (Nursalam, 2017).

Teknik sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability

sampling yakni metode Purposive Sampling yaitu memilih responden

berdasarkan pada pertimbangan subyektifnya, bahwa responden dapat

memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan

penelitian.
63

C. Variable Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu. Jenis variabel diklasifikasikan menjadi:

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau

nilainya menentukan variabel yang lain (Nursalam, 2017).Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pengrtahuan dan sikap.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2017).Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah perilaku pencegahan stroke pada pasien hipertensi.

D. Defenisi Oprasional

Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


Ukur
(variabel Penilaian pengetahuan 1 = Baik kuisioner Guttman Dikatakan baik
bebas) responden mengenai jika skor ≥ 15
2 = Kurang
stroke dan hipertensi dan dikatakan
Baik
yang meliputi kurang baik
Pengetahuan
Pengertian, gejala, jika skor <15.
akibat, pencegahan.
Yang dinilai sebelum
dan sesudah pendidikan
kesehatan dengan
jumlah pertanyaan 10
64

Sikap Penilaian sikap 1 = Setuju Kusioner Ordinal Dikatakan


responden mengenai setuju jika
2 = Tidak responden
pola kehidupan sehari
setuju memproleh
hari dalam mencegah skor ≥ 25
timbulnya komplikasi
stroke akibat hipertensi.
Pertanyaan sikap terdiri Dikatakan
tidak setuju
dari 10
jika responden
memproleh
skor ≤ 25

(Veriabel Penilaian perilaku 1= baik Kusioner Ordinal Dikatan baik


terikat) responden dalam jika responden
2= Kurang
kehidupan sehari-hari baik memproleh
seperti pola makan, skor ≥ 25
Perilaku
aktivitas olahraga,dan
periksaan rutin yang
didapatkan dari 10 Dikatakan
pertanyaan kurang baik
jika responden
memproleh
skor ≤ 25
65

E. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di RSUD labuang Baji Kota Makassar

F. Waktu Penelitian

Mulai dilaksanakan pada pada tanggal 12 – 19 desember 2019.

G. Instrumen Pengumpulan Data

1. Kuisioner A ( Pengetahuan )

Kuisioner yang digunakan adalah skala guttman.Skala ini,

digunakan untuk mengukur penegtahuan tentang hipertensi yang

dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang

masuk dalam kategori yang terdiri dari 10 peryataan. Cara responden

memilih salah satu jawaban yang benar atau yang salah sesuai dengan

kondisi yang di alami responden dengan skorig benar =2, salah = 1,

dimana dikatakan baik jika nilainya ≥ 45 dan kurang baik jika nilainya ≤

45 yang di buktikan dengan rumus :

(jumlah soal x skor tertinggi)  (jumlah soal x skor terendah)


2

(10 x2)  (10x 1)


2

2010
2

30
2

=15
66

2. Kuisioner B ( Sikap )

Kuisioner yang digunakan adalah skala ordinal. Skala ini,

digunakan untuk mengukur sikap tentang gejala atau masalah yang di

masyarakat atau yang dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan

atau pernyataan yang masuk dalam kategori sebagai berikut: dikatakan

adaftif jika nilai sangat setuju(SS)=4, setuju (S)=3, tidak setuju (TS)=2,

sangat tidak setuju (STS)=1. Sedangkan dikaatakan maladaftif jika nilai

sangat setuju(SS)=1, setuju (S)=2, tidak setuju (TS)=3, sangat tidak setuju

(STS)=4. Dikatakan adaftif jika skor ≥ 50 dan dikatakan maladaftif jika

skor<50, yang dibuktikan dengan rumus:

(jumlah soal x skor tertinggi)  (jumlah soal x skor terendah)


2

(10 x4)  (10x 1)


2

4010
2

50
2

= 25

3. Kusioner C ( Prilaku )

Kuisioner yang digunakan adalah skala ordinalt. Skala ini,

digunakan untuk mengukur sikap tentang gejala atau masalah yang di

masyarakat atau yang dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan

atau pernyataan yang masuk dalam kategori sebagai berikut: dikatakan

adaftif jika nilai sangat setuju(SS)=4, setuju (S)=3, tidak setuju (TS)=2,
67

sangat tidak setuju (STS)=1. Sedangkan dikaatakan maladaftif jika nilai

sangat setuju(SS)=1, setuju (S)=2, tidak setuju (TS)=3, sangat tidak setuju

(STS)=4. Dikatakan adaftif jika skor ≥ 50 dan dikatakan maladaftif jika

skor<50, yang dibuktikan dengan rumus:

(jumlah soal x skor tertinggi)  (jumlah soal x skor terendah)


2

(10 x4)  (10x 1)


2

4010
2

50
2

= 25

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Jenis Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

kuisioner, kelompok focus, dan panel atau juga data hasil wawancara

peneliti dengan narasumber(Sujarweni, 2014).Responden akan

diberikan lembar kuesioner, kuesioner A yaitu pengetahuan, kuesioner

B yaitu sikap dan kusioner C yaitu perilaku. Setelah responden

mengisi dengan benar dan telah dikoreksi kelengkapannya oleh

peneliti, data akan dikumpulkan untuk diolah.


68

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dapat dari catatan, buku,

majalah berupa laporan, buku sebagai teori (Sujarweni, 2014). Data

sekunder dalam penelitian ini adalah pengambilan data di RSUD

Labuang Baji Kota Makassar.

2. Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

b. Kuisioner atau angket

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada para responden untuk dijawab. Kuisinoer merupakan

instrument pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan

pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari para responden (Sujarweni, 2014).

I. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi/software

computer untuk memeriksa jawaban pada kuisioner sudah lengkap, jelas

dan relevan (Sujarweni, 2014).

Setelah semua data diperboleh kemudian diolah melalui tahap-

tahap sebagai berikut:


69

a. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian

instrument pengumpulan data.

b. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setap

pertanyaan yang terdapat dalam instrument penelitian pengumpulan

data menurut variabel.

c. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam table

induk penelitian.

d. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realibitas

instrument pengumpulan data.

e. Tahap mendeksripsikan data, yaitu tabel frekuensi atau diagram serta

berbagai ukuran terdensi sentral, maupun ukuran disperse. Tujuannya

memahami karakteristik data sampel penelitian.

f. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi-

yang dibuat apakah proposisi tersebut di tolak atau di terima.

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Pada analisa univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi

sehingga menghasilkan distribusi dan presentase data setiap variabel

penelitian.

b. Analisa bivariate

Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian

dan menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya hubungan


70

variabel dependen dengan menggunakan uji statistic Chi Square (X 2 )

dengan nilai kemaknaan (α=0,05)(Hastono, 2016). Data dianalisa

dengan menggunakan uji statistic Chi Square (X 2 ) jika memenuhi

syarat, jika tidak menggunakan ujistatistic fisher’s exact test.

Analisa bivariate uji statistic Chi Square (X 2 ) dengan syarat

alternative, uji hipotesa dengan taraf kesalahan (alpha) yang

digunakan yaitu 5 % atau 0,05 maka penelitian hipotesa yaitu: apabila

p≤α=0,05, maka Ha (Hipotesis penelitian) diterima yang berarti ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila

p≥α=0,05, maka Ha (Hipotesis penelitian) ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara variabel terikat.

J. Etika Penelitian

Menurut (Hidayat, 2018) penelitian apapun khususnya yang

menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika.

Oleh karena itu, setiap peneliti menggunakan subjek untuk mendapatkan

persetujuan dari subjek yang diteliti.

Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan menekankan

masalah etika yang meneliti:

1. Lembar persetujuan (Informed Consed)

Informed Consed merupakan llembar persetujuan antara peneliti

dan responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed

Consed yaitu responden yang dapat mengerti maksud dan tujuan


71

penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Anonimity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

peneliti dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembaran pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan

dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil riset.


BAB V

HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain survey analitik dengan

pendekatan cross sectional study.Jumlah populasi penderita Hipertensi

adalah 73 orang, pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik Purposive Sampling dengan jumlah sebesar 62 orang. Instrumen

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Pengumpulan data dilakukan mulai pada tanggal 12 sampai dengan 19

Desember 2019. Data terkumpul selanjutnya di editing, coding, tabulasi

dan dianalisis. Hasil penelitian ini berupa hasil analisis univariat dari

masing-masing variable yang diteliti, analisis bivariat berupa korelasi

antara masing-masing variable dependent dan variable dependent.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Labuang Baji

Kota Makassar maka diperoleh data terkait karakteristik responden

yaitu umur, jenis kelamin dan pendidikan sebagai berikut:

72
73

a. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
Umur n %
26 – 35 6 9.7
36 – 45 21 33.9
46 – 55 13 21.0
56 – 65 17 27.4
>65 5 8.1
Total 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh data dari responden

berdasarkan umur sebanyak 62 responden (100%), dapat diketahui

presentasi tertinggi terdapat pada masa dewasa akhir sebanyak 21

responden (33.9%), dan pada masa manula yaitu sebanyak 5

responden (8.2%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di
RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 10 16,1
Perempuan 52 83,9
Total 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh data dari responden

berjenis kelamin laki-laki memiliki distribusi sebanyak 10

responden (16,1%) dan perempuan memiliki distribusi sebanyak 52

responden (83,9%).
74

c. Distribusi frekuensi berdasarkan pedidikan responden

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pedidikan Responden Di
RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
Pedidikan n %
SD 17 27,4
SMP 22 35,5
SMA 18 29,0
Perguruan Tinggi 5 8,1
Total 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh data dari responden

SD sebanyak 17 responden (27,4%), SMP sebanyak 22 responden

(35,5%), SMA sebanyak 18 respoden (29,0%) dan Perguruan

Tinggi sebanyak 5 responden (8,1%).

2. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti.Pada

analisa univariat ini data kategori dapat dijelaskan dengan angka atau

nilai jumlah data persentase setiap kelompok.

a. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Di
RSUD Labuang baji kota Makassar
Pengetahuan n %
Baik 28 45,52
Kurang Baik 34 54,8
Total 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan responden

di RSUD Labuang Baji Kota Makassar didapatkan data dari 62


75

responden. Responden yang pengetahuannya baik sebanyak 28

responden (45,8%) sedangkan responden yang pengetahuannya

kurang baik sebanyak 34 responden (54,8%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap responden

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden
Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Sikap n %
Baik 25 40,2
Kurang Baik 37 59,7
Total 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi sikap responden di

RSUD Labuang Baji Kota Makassar didapatkan data dari 62

responden. Responden yang memiliki sikap baik sebanyak 25

responden (40,2%) sedangkan responden yang memiliki sikap

negatif sebanyak 37 responden (59,7%).

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independent (Pengetahuan dan Sikap) dan variabel

dependent (perilaku pencegahan stroke pada pasien hipertensi)

dengan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan

tingkat kemaknaan α = 0,05

.
76

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pada Pencegahan Stroke

Pada Pasien Hipertensi

Tabel 5.7
Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi
Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan

Perilaku Total
p-
value
Pengetahuan n %
Baik Kurang Baik
n % n %

Baik 17 27,4 11 17,7 28 45,2


Kurang Baik 9 14,5 25 40,3 34 54,8 0.014
Total 26 41,9 36 58,1 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 62 responden

yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 responden (45,2%),

sebagian besar memiliki pengetahuan baik dengan perilaku baik

sebanyak 17 responden (27,4%) dan perilaku kurang baik dengan

pengetahun baik sebanyak 11 responden (17,7%). Sedangkan

responden yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 34

responden (54,8%), sebagian memiliki perilaku baik sebanyak 9

responden (14,5%) dan perilaku kurang baik dengan pengatahuan

kurang baik sebanyak 25 responden (58,1%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan

uji Chi Square dengan nilai ρ value = 0.014 jika dibandingkan

dengan α = 0,05 maka ρ value < α 0,05. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Ha diterima. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan antara


77

pengetahuan dengan perilaku dalam melakukan pencegahan

stroke pada pasien hipertensi di RSUD Labuang Baji Kota

Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi Di

RSUD Labuang Baji Kota Makassar

Tabel 5.8

Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Stroke Pada Pasien


Hipertensi Di RSUD Labuang Baji
Kota Makassar
Total
Perilaku
p-
Sikap value
Baik Kurang n %
Baik
N % N %
Baik 16 25,8 9 14,5 25 40,3
Kurang Baik 10 16,1 27 43,5 37 59,3 0.008
Total 26 41,9 36 58,1 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 62

responden, terdapat 25 responden (40,3%) yang memiliki sikap

baik. Sebagian besar responden memiliki sikap baik dengan

perilaku baik sebanyak 16 responden (25,8%), Dan responden

yang memiliki sikap baik dengan perilaku kurang baik sebanyak 9

responden (14,5%) sedangkan responden yang memiliki sikap

kurang baik sebanyak 37 responden (59,3%), Sebagian besar

responden memiliki sikap kurang baik dengan perilaku baik

sebanyak 10 responden (16,1%) Dan responden yang memiliki

sikap kurang baik dengan perilaku kurang baik sebanyak 27

responden (25,8%)
78

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan

uji Chi Square dengan nilai ρ value = 0.008 jika dibandingkan

dengan α = 0.05 maka ρ value < 0,05. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Ha diterima. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan antara

sikap dengan perilaku pencegahan stroke di RSUD Labuang Baji

Kota Makassar

B. Pembahasan

1. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Stroke Pada

Pasien Hipertensi

Tabel 5.9
Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi Di RSUD
Labuang Baji Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan

Perilaku Total
p-
value
Pengetahuan N %
Baik Kurang Baik

N % N %

Baik 17 27,4 11 17,7 28 45,2


Kurang Baik 9 14,5 25 40,3 34 54,8 0.014
Total 26 41,9 36 58,1 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Tingkat pengetahuan pasien di RSUD Labuang Baji Kota

Makassar di dapatkan bahwa dari 62 responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 28 responden (45,2%), sebagian besar

memiliki pengetahuan baik dengan perilaku baik sebanyak 17

responden (27,4%) dan perilaku kurang baik dengan pengetahun


79

baik sebanyak 11 responden (17,7%). Sedangkan responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 34 responden (54,8%),

sebagian memiliki perilaku baik sebanyak 9 responden (14,5%) dan

perilaku kurang baik dengan pengatahuan kurang baik sebanyak 25

responden (58,1%).

Responden dalam penelitian ini sebagian besar berpengetahuan

kurang baik dikarenakan kebanyakan dari responden berpendidikan

SD dan SMP sehingga kemampuan serta pemahamannya tergolong

kurang baik dalam mendapatkan informasi. Dan hanya sedikit

responden dengan tingkat pendidikan tinggi yang memiliki

pengetahuan yang baik, itu dikarenakan pengetahuan tidak hanya

didapatkan dari pendidikan formal melainkan juga didapatkan dari

pendidikan non formal seperti didapatkan dari media elektronik.

Menurut Lestari (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah tingkat pengetahuan, informasi, pengalaman,

budaya dan sosial ekonomi. Menurut Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia tahun 2012, stroke dapat dicegah dengan

merubah gaya hidup, mengendalikan, mengontrol, dan mengobati

penyakit yang menjadi faktor risiko, terutama faktor risiko tertinggi

hipertensi. Menurut Kesmas dalam (Akbar, 2016) kesehatan

individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (nonperilaku).

Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok


80

faktor seperti perilaku seseorang berhubungan faktor predisposisi,

faktor pemungkinan dan faktor penguat.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Setyowati (2017), tentang hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi di

wilayah kerja UPTD puskesmas manjul kabupaten majalenka

periode bulan januari – mei tahun 2017 dengan menggunakan uji

statistik. Ditemukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku pasien hipertensi terhadap pencegahan stroke di

wilayah kerja UPTD puskesmas manjul kabupaten majalenka

periode bulan januari – mei 2017.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Manurung (2018), tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Lansia Dengan Pencegahan Hipertensi Di Desa Gotting Sidodadi

Kabupaten Asahan menggunakan Uji chi-square, ditemukan bahwa

ada hubungan pegetahuan Lansia dengan Pencegahaan Hipertensi

di Desa Gotting Sidodadi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nareswari (2015), tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Klien

Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Stroke Di Rumah

Sakit Umum Daerah Tangerang Selatan. Dari hasil penelitia

tersebut terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan perilaku pencegahan stroke berarti terdapat hubungan yang


81

signifikan antara tingkat pengetahuan klien hipertensi dengan

upaya pencegahan stroke.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ekowatiningsih (2014), Tentang hubungan tingkat

pengetahuan dan gaya hidup dengan upaya pencegahan stroke pada

penderita hipertensi di ruang rawat jalan rsu. Haji makassar.

Ditemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan pelaksanaan tindakan upaya pencegahan stroke di ruang

rawat jalan Rumah Sakit Umum Haji Makassar.

Penelitian ini juga sejalan dengan Mujiran (2019), tentang

hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan perilaku

dalam pencegahan komplikasi hipertensi pada lansia peserta

prolanis upt puskesmas jenawi karanganyar dengan. Terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan responden tentang penyakit

hipertensi dengan prrilaku pencegahan komplikasi hipertensi pada

lansia peserta Prolanis pada UPT Puskesmas Jenawi Kabupaten

Karanganyar.

Menurut asumsi peneliti bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku pencegahan hipertensi di RSUD

Labuang Baji Kota Makassar. Berdasarkan hasil penelitian

ditemukan bahwa sebagian besar pengetahuan responden kurang

baik sehingga akan menghambat responden dalam melakukan

pencegahan stroke sehingga resiko terkena stroke terkena stroke


82

akan meninggkat. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar

responden memiliki tingkat pendidikan sehingga membuat

responden mengalami kesulitan dalam melakukan pencegahan

resiko terkena stroke akibat kurangnya wawasan yang dimiliki

dalam melakukan pencegahan.

b. Hubungan Sikap Responden Dengan Perilaku Pencegahan Stroke

Pada Pasien Hipertensi

Tabel 5.10

Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Stroke Pada Pasien


Hipertensi Di RSUD Labuang Baji
Kota Makassar
Total
Perilaku
p-
Sikap value
Baik Kurang n %
Baik
N % N %
Baik 16 25,8 9 14,5 25 40,3
Kurang Baik 10 16,1 27 43,5 37 59,3 0.008
Total 26 41,9 36 58,1 62 100
Sumber : Data Primer, Desember 2019

Tingkat pengetahuan pasien di RSUD Labaung Baji Kota

Makassar di dapatkan bahwa dari 62 responden, terdapat 25

responden (40,3%) yang memiliki sikap baik. Sebagian besar

responden memiliki sikap baik dengan perilaku baik sebanyak 16

responden (25,8%), Dan responden yang memiliki sikap baik

dengan perilaku kurang baik sebanyak 9 responden (14,5%)

sedangkan responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak

37 responden (59,3%), Sebagian besar responden memiliki sikap

kurang baik dengan perilaku baik sebanyak 10 responden (16,1%)


83

Dan responden yang memiliki sikap kurang baik dengan perilaku

kurang baik sebanyak 27 responden (25,8%)

Menurut Andra Saferi Wijaya Dan Yessie Mariza Putri,

(2013) mengatakan bahwa salah satu komplikasi hipertensi dapat

menyebabkan ganngguan pada otak, sehinggga menimbulkan

resiko terjadinya stroke. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan respondes terhadap suatu

objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan kepada responden

(Notoatmodjo, 2012:142). Sikap seseorang dapat lihat melalui

cara cara individu bertingkah laku, sikap dapat mengarah kepada

psikologis dan juga sikap dapat mempengaruhi seseorang untuk

bertingkah laku (Dayakisni dan hudaniah, 2003:97).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Manurung (2018), tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Lansia Dengan Pencegahan Hipertensi Di Desa Gotting Sidodadi

Kabupaten Asahan. Hasil Uji chisquare ditemukan bahwa ada

hubungan Sikap Lansia dengan Pencegahaan Hipertensi di Desa

Gotting Sidodadi.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sulastriati (2013), tentang hubungan pengetahuan dan sikap

dengan perilaku pasien hipertensi terhadap pencegahan stroke di


84

rumah sakit umum daerah daya kota makassar dengan Hasil uji

statistik dengan menggunakan uji chi-square ditemukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pasien hipertensi

terhadap pencegahan stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Daya

Kota Makassar.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Setyowati (2017), tentang hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi di

wilayah kerja UPTD puskesmas manjul kabupaten majalenka

periode bulan januari – mei tahun 2017 dengan Hasil uji statistik

dengan menggunakan uji chi-square ditemukan bahwa ada

hubungan antara sikap dengan perilaku pasien hipertensi terhadap

pencegahan stroke di wilayah kerja UPTD puskesmas manjul

kabupaten majalenka periode bulan januari – mei 2017.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Doloh (2015), tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan

sikap dalam pencegahan komplikasi penderita hipertensi di rsud dr.

Moewardi surakarta dengan Hasil uji statistik menggunakan uji

chi-square detemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan komplikasi pada

penderita hipertensi di RSUD. Dr.Moewardi Surakarta, dimana

semakin tinggi pengetahuan responden, maka sikapnya semakin

positif
85

Menurut asumsi peneliti terdapat hubungan atau keterkaitan

antara sikap responden dengan perilaku pencegahan stroke pada

pasien yang terdiagnosa hipertensi. Dari hasil penelitian diatas

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap dan

perilaku yang buruk dalam melakukan pencegahan stroke sehingga

sikap dan perilaku responden dalam melakukan pencegahan stroke

kurang makseimal sehingga resiko terserang stroke lebih besar

maka dari itu dapat diketahui bahwa terdapat hunbungan antara

sikap terhadap perilaku seseorang dalam melakukan pencegahan

stroke pada pasien hipertensi.

C. Keterbatasan Penelitian

Saat penelitian ini dilaksanakan peneliti mengalami beberapa keterbatasan

dan hambatan yaitu :

1. Pada saat penelitian ada klien yang tidak mau menjadi responden

(tidak kooperatif).

2. Terbatasnya waktu penelitian sehingga waktu yang dimiliki responden

terkesan sedikit.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan

pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada pasien

hipertensi di RSUD Labuang Baji Kota Makassar, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan klien hipertensi dalam melakukan pencegahan stroke di

RSUD Labuang Baji Kota Makassar, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 35 responden

(43,5%) dan terdapat 27 responden (56,5%) memiliki pengetahuan baik.

2. Sikap klien dalam hipertensi dalam melakukan pencegahan stroke di

RSUD Labuang Baji Kota Makassar, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki sikap kurang baik sebanyak 30 responden (48,8%)

dan terdapat 32 responden (51,6%) memiliki sikap baik.

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan perilaku pencegahan stroke pada

pasien hipertensi di RSUD labuang Baji Kota Makassar.

4. Terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada

pasien hipertensi di RSUD labuang Baji Kota Makassar.

86
87

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk melakukan penyuluhan kepada keluarga atau

masyarakat tentang gangguan jiwa. Dan hasil penelitian ini hendaknya

dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun eveluasi kepada tenaga

kesehatan agar selalu memberikan arahan tentang sikap positif yang harus

diberikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah buku-buku, referensi dan jurnal tentang

pencegahan stroke. Hasil ini hendaknya dijadikan sebagai bahan acuan

ataupun pertimbangan didalam memberikan pengetahuan dan wawasan

dalam melakukan pencegaha stroke pada pasien hipertensi

3. Bagi Keluarga

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi dalam

melakukan pencegaha stroke pada pasien hipertensi


DAFTAR PUSTAKA

Adiati dkk. (2010). Tanya Jawab tentang Stroke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Azwar, S, (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Belajar, Jakarta.

Dayasaki, Tri dan Hunainah, (2003). Psikologi Sosial, UMM Press, Malang.

Emmelia Ratnawati. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Pustaka Baru Press.


Yogyakarta.
Ekowatiningsih Dyah. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Gaya Hidup
dengan Upaya Pencegahan Stroke di RSU Haji Makassar.

Hidatyat, A A A (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik analisa data,


Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
JOM FKp. (2018). Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Perilaku
Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/download/21200/20513.
diakses 29 oktober 2019
Kholid, Ahmad (2015). Promosi Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Hipertensi Penyakit Paling
Banyak Diidap Masyarakat.
http://www.depkes.go.id/article/view/129051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html. diakses 4 november 2019
Lestari. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta; Nuha Medika
Nursalam. (2017). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.
Jakarta. Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Nurarif Huda Amin. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: Med Action Publishing.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2016). http://dinkes.sulselprov.go.id


diakses 2 november 2019

Profil kesehatan kota makassar. (2015).


http://dinkeskotamakassar.com/index.php/2017-02-09-09-30-56#. Diakses 2
november 2019

Purwanto Hery. (2014). Pengantar Prilaku Manusia. Jakarta: EGC.

Rekam Medik RSUD Labuang Baji. (2018). Laporan Tahunan januari/desember


2018. RSUD Labuang Baji. Makassar.
Rendy dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sharif, La ode. (2012) Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sujarwni, V. Wiratna (2014). Metodoligi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gaya


medika.

Thesis Khoirul Musthofa. 2013. Hubungan tinkat pengetahuan dengan perilaku


penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di puskesmas ponorogo. Di
akses 4 november 2019

Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri (2013). Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Nuha Medika. Yogjakarta

World Health Organization.(2015). Hari Hipertensi Dunia. (www.depkes.go.id)


diakses 2 november 2019
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN STROKE PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD LABUANG
BAJI KOTA MAKASSAR

A. Identitas Responden
Iniasial :
Umur :
Kelas :
Jenis kelamin :
B. Aspek pertayaan pengetahuan
Beri tanda ( √ ) pada pertanyaan di bawah ini, apabila peryataan benar maka
√ ( Ya ) Dan apabilah pertanyaan salah maka √ ( tidak ).

No Pertayaan Ya Tidak

1 Apakah penyakit hipertensi dapat menyebabkan stroke?

2 Apakah tekanan darah yang melebihi 140 mmHg dapat


dikatakan sebagai penyakit hipertensi?
3 Semakin bertambah umur, tekanan darah semakin
bertambah?
4 Apakah sakit kepala, tengkuk berat dan cepat lelah
merupakan gejala tekanan darah tinggi?
5 Apakah Kelebihan berat badan dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi?

6 Apakah dengan berolahraga secara teratur dapat


mengurangi faktor resiko terkena hipertensi?
7 Apakah merokok dan minuman beralkohol dapat
menyebabkan hipertensi?
8 Apakah diet makanan rendah garam merupakan salah
satu cara untuk mengontrol tekanan darah?

9 Apakah mengontrol tekanan darah secara berkala itu


penting bagi penderita hipertensi?

10 Apakah pasien hipertensi perlu mengetahui jenis


makanan dan minuman yang dapat memperberat atau
bahkan menyebabkan komplikasi pada dirinya?
C. Aspek Pernyataan Sikap

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya akan segera memeriksakan diri ke


puskesmas/rumah sakit apabila saya merasakan
gejala hipertensi.

2 memeriksakan diri secara teratur tiap bulan


merupakan salah satu cara untuk mengotrol
tekananan darah.

3 Saya dapat mengurangi resiko terkena


hipertensi dengan menerapkan pola hidup sehat

4 melakukan olahraga ringan seperti jogging dan


senam sangat penting bagi saya untuk
mencegah hipertensi.

5 Menghindari makanan yang mengandung


banyak garam dapat mengurangi faktor resiko
hipertensi.
6 Membatasi makanan yang mengandung lemak
seperti gorengan, dan makanan yang bersantan
perlu dilakukan oleh penderita hipertensi.

7 Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, maka


saya akan memerikakan diri ke puskesmas
terdekat

8 Dengan menurunkan berat badan secara


bertahap saya dapat mengurangi risiko tekanan
darah tinggi.

9 Jika saya berolahraga secara teratur itu dapat


membantu mengontrol tekanan darah saya.

10 Jika rutin mengkomsumsi buah dan sayuran


dapat mengurangi faktor resiko hipertensi.
D. Aspek Peryataan Perilaku

Beri tanda ( √ ) pada peryataan di bawah ini, apabila peryataan benar maka √
( Ya ) Dan apabilah peryataan salah maka √ ( tidak )

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap


bulannya.

2 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang


mengandung kolesterol tinggi seperti daging
dan gorengan

3 Saya mengkonsumsi buah dan sayuran segar


setiap hari.

4 Saya selalu minum obat anti hipertensi secara


teratur jika tekanan darah tinggi.

5 Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat


walaupun pekerjaan menumpuk

6 Saya berolahraga secara teratur untuk


mengontrol tekanan darah

7 Saya tidak mengkonsumsi minum minuman


keras bila sedang mempunyai masalah yang
berat ataupun tidak mempunyai masalah

8 Saya mengurangi kebiasaan merokok dan


konsumsi makanan yang mengandung garam
tinggi.
9 Saya mengusahakan mengadakan rekreasi
setelah mengerjakan pekerjaan yang berat.

10 Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang


marah/banyak pikiran

Anda mungkin juga menyukai