PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian
luar biasa terutama di kota besar membuat manusia terkadang lalai terhadap
pola makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan cepat saji, jam kerja
Jumlah angka kejadian stroke yang terdapat di dunia menurut WHO yang
diperbaharui pada Januari 2015 mencapai 200 per 100.000 penduduk dalam
kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia
diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).
7 per 1000 dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau gejala
sebesar 12,1 per 1000. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per 1000 sedangkan Sumatera
Barat 7,4 per 1000, sedangkan prevalensi stroke berdasarkan diagnosis Dinas
per 1000 sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per 1000 (Litbangkes RI,
2014).
Di Lampung pada tahun 2014 ditemukan 945 orang mengalami stroke dan
pada triwulan pertama 2015 sebanyak 369 orang dan meninggal sebanyak 60
timbulnya penyakit ini adalah pola hidup yang kurang sehat seperti jarang
secara mendadak. Pada saat serangan stroke terjadi maka tonus otot yang
lumpuh sehingga seumur hidupnya bagian tubuh yang lumpuh akan tetap
lumpuh atau hanya bisa berjalan dengan kaki spastik dan tangan yang cacat.
rehabilitasi. Dampak yang terjadi pada pasien dengan stroke adalah kerusakan
integritas kulit atau disebut dekubitus karena terjadi penekanan pada daerah
yang bersentuhan dengan permukaan tempat tidur, hal ini dikarenakan adanya
gangguan subiksasi seperti hemiparesis pada pasien stroke akibat lama tirah
duduk dalam waktu yang lama akan terjadi perpindahan berat badan ke
dirawat tahun 2016 terdapat 768 kasus. Penderita stroke perlu penanganan
yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan mental. Stroke pada penderita
beban pada orang lain. Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu
yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara
maksimal. Akibat buruk dapat saja terjadi cacat fisik, mental, ataupun sosial
yang sering terjadi pada pasien stroke berakibat pada rendahnya tingkat
terhadap dekubitas, dimana pada tahun 2016 dari 768 kasus pasien stroke 64
tentang penyakit yang diderita dan banyak dari pasien stroke yang dibawa ke
RSUD dr. Abdoel Moeloek Bandar Lampung, sebagian besar pasien yang
angka prevalensi dekubitus yang dilaporkan dari rumah sakit berada di rentang
antara 3%-11% (Potter and Perry, 2005, p.1251). Penelitian Evans, et al.,
Jika di Amerika yang telah didukung oleh fasilitas kesehatan yang terampil
masih ada pasien yang terkena dekubitus, dapat dipastikan masalah tersebut
akan lebih sering lagi dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit
studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien yang Mengalami
Stroke dengan Kerusakan Integritas Kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada
dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
stroke dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Lampung
d. Bagi Klien