Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala

bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Kesibukan yang

luar biasa terutama di kota besar membuat manusia terkadang lalai terhadap

kesehatan tubuhnya. Salah satu gangguan kesehatan dapat disebabkan oleh

pola makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan cepat saji, jam kerja

berlebih dan gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit

neurologis seperti penyakit stroke (Irfan, 2010).

Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan

defisit neurologis dan merupakan bagian dari pembuluh darah sistem

neurologis karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah ke otak, atau

karena pecahnya pembuluh darah ke otak (Brunner and Suddarth, 2010).

Jumlah angka kejadian stroke yang terdapat di dunia menurut WHO yang

diperbaharui pada Januari 2015 mencapai 200 per 100.000 penduduk dalam

setahun, sebanyak 52% mengalami kecacatan permanen, sebanyak 23%

mengalami kecacatan ringan dan sebanyak 25% dapat menghindari dari

kecacatan setelah melakukan rehabilisasi (American Heart Association, 2015

dalam Fadilah, 2015).


Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), menyatakan bahwa masalah stroke

semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di

Indonesia adalah terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah

kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia

diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,

prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar

7 per 1000 dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau gejala

sebesar 12,1 per 1000. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah

terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes

tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka

Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per 1000 sedangkan Sumatera

Barat 7,4 per 1000, sedangkan prevalensi stroke berdasarkan diagnosis Dinas

Kesehatan RI (2013) gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI

Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16

per 1000 sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per 1000 (Litbangkes RI,

2014).

Angka kejadian stroke di Provinsi Lampung masih tinggi. Jumlah

penderita Stroke di Lampung tahun 2014 mencapai angka 35.108 orang.

Dibandingkan tahun 2013, angka ini menunjukan peningkatan yaitu 35.071.

Di Lampung pada tahun 2014 ditemukan 945 orang mengalami stroke dan

pada triwulan pertama 2015 sebanyak 369 orang dan meninggal sebanyak 60

rang (Profil Dinas Kesehatan, 2015).


Faktor risiko terjadinya stroke adalah usia, jenis kelamin, darah tinggi,

diabetes mellitus dan faktor keturunan. Faktor lainnya yang memicu

timbulnya penyakit ini adalah pola hidup yang kurang sehat seperti jarang

olahraga atau mengonsumsi makanan-makanan yang memicu tekanan darah

tinggi sehingga semakin beresiko untuk terserang stroke (Aru, 2009).

Stroke merupakan gejala gangguan fungsi neurologi otak yang terjadi

secara mendadak. Pada saat serangan stroke terjadi maka tonus otot yang

normal menghilang. Tanpa pengobatan penderita stroke akan melakukan

kompensasi gerakan dengan menggunakan bagian tubuhnya yang tidak

lumpuh sehingga seumur hidupnya bagian tubuh yang lumpuh akan tetap

lumpuh atau hanya bisa berjalan dengan kaki spastik dan tangan yang cacat.

Cara untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah dengan

rehabilitasi. Dampak yang terjadi pada pasien dengan stroke adalah kerusakan

integritas kulit atau disebut dekubitus karena terjadi penekanan pada daerah

yang bersentuhan dengan permukaan tempat tidur, hal ini dikarenakan adanya

gangguan subiksasi seperti hemiparesis pada pasien stroke akibat lama tirah

baring. Dalam sehari-hari masyarakat menyebutkan sebagai akibat tidur (Aini

dan Purwaningsih, 2013).

Gangguan integritas kulit dapat diakibatkan klieen yang berbaring atau

duduk dalam waktu yang lama akan terjadi perpindahan berat badan ke

penonjolan tulang pasien dan menimbulkan tekanan. Tekanan ini akan

menyebabkan penurunan suplai darah pada jaringan tubuh sehingga terjadi

iskemik. Penurunan aliran darah (iskemik) ini dapat menyebabkan terjadinya


kerusakan integritas kulit dan jika tidak tertangani akan mengakibatkan

munculnya dekubitus (Potter and Perry, 2005, p.1257).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD dr.

Abdoel Moeloek Bandar Lampung didapatkan pasien stroke yang masih

dirawat tahun 2016 terdapat 768 kasus. Penderita stroke perlu penanganan

yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan mental. Stroke pada penderita

dewasa akan berdampak menurunnya produktivitas dan bahkan akan terjadi

beban pada orang lain. Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu

yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara

maksimal. Akibat buruk dapat saja terjadi cacat fisik, mental, ataupun sosial

untuk itu penderita stroke membutuhkan program rehabilitasi. Kelumpuhan

yang sering terjadi pada pasien stroke berakibat pada rendahnya tingkat

aktivitas pasien. Kondisi ini menyebabkan pasien stroke memiliki resiko

terhadap dekubitas, dimana pada tahun 2016 dari 768 kasus pasien stroke 64

pasien (16%) diantaranya mengalami dekubitus. Kasus dekubitus yang terjadi

bisa disebabkan karena pasien atau keluarga kurang memiliki pengetahuan

tentang penyakit yang diderita dan banyak dari pasien stroke yang dibawa ke

rumah sakit sudah mengalami dekubitus. Menurut keterangan perawat di

RSUD dr. Abdoel Moeloek Bandar Lampung, sebagian besar pasien yang

mengalami dekubitus disebabkan selama perawatan di rumah pasien tidak

mendapatkan penanganan yang sesuai, seperti pasien yang imobilisasi tidak

dilakukan alih baring.


Penelitian Allman (1989 dalam Marlina 2012), menyebutkan bahwa

angka prevalensi dekubitus yang dilaporkan dari rumah sakit berada di rentang

antara 3%-11% (Potter and Perry, 2005, p.1251). Penelitian Evans, et al.,

memperlihatkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 5% pasien yang dirawat di

rumah sakit umum pemerintah mengalami dekubitus selama dalam perawatan.

Jika di Amerika yang telah didukung oleh fasilitas kesehatan yang terampil

dan profesional, dan tingkat pendidikan masyarakatnya yang tinggi ternyata

masih ada pasien yang terkena dekubitus, dapat dipastikan masalah tersebut

akan lebih sering lagi dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit

umum pemerintah di Indonesia. Menurut Mumtazia (2012) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa pasien stroke di rawat di rumah sakit

menderita dekubitus 3-10% dan 2,7% terbentuk dekubitus baru. Peningkatan

dekubitus terus terjadi hingga 7,7-26,9%.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien yang Mengalami

Stroke dengan Kerusakan Integritas Kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung”.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada

Klien yang Mengalami Stroke dengan Kerusakan Integritas Kulit di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.


C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke

dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi.

Abdoel Moeloek Bandar Lampung?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keparawatan pada klien yang mengalami stroke

dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami stroke

dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke dengan kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.


e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami stroke dengan

kerusakan integritas kulit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi.

Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit serta

penatalaksanaannya dalam aplikasi langsung melalui proses keperawatan

dengan basis ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien stroke.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi bagi perawat tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke

yang mengalami gangguan integritas kulit serta meningkatkan

kesadaran, pemahaman dan wawasan mutu pelayanan keperawatan

dalam pencegahan dekubitus.

b. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi Abdoel Moeloek Bandar

Lampung

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi, bahan masukan bagi rumah sakit dalam mengevaluasi

tindakan, menentukan kebijakan-kebijakan serta meningkatkan mutu


pelayanan rumah sakit yang terkait dengan pencegahan gangguan

integritas kulit terutama dekubitus.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Studi kasus ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam proses

belajar mengajar mengenai asuhan keperawatan pada pasien stroke

yang mengalami gangguan integritas kulit.

d. Bagi Klien

Memberikan gambaran kepada keluarga dan pasien mengenai

masalah-masalah yang akan terjadi setelah terkena stroke, sehingga

pemahaman atau pengetahuan klien bertambah.

Anda mungkin juga menyukai