Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang dapat

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data

World Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia terutama di

negara berkambang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup

(WHO, 2015). Pada tahun 2015 di Indonesia angka kematian Ibu turun dari

4.999 pada tahun 2015 menjadi 4.912 di tahun 2016 dan di tahun 2017

(semester I) sebanyak 1712 kasus. Berdasarkan Data Profil Kesehatan

Provinsi Lampung terlihat bahwa kematian ibu dapat terjadi pada saat

kehamilan, melahirkan, dan nifas yaitu sebanyak 179 kasus (Dinkes Provinsi

Lampung, 2016). Sedangkan dalam kurun waktu satu tahun di Kabupaten

Pringsewu AKI per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama yaitu kasus

kematian ibu terbesar 59,78% terjadi pada saat persalinan (Dinkes Kabupaten

Pringsewu, 2016).

Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu yang telah bersalin dan bayi

baru lahir. Masa nifas atau yang biasa disebut sebagai periode postpartum

adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum yaitu dari

kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya organ reproduksi pada

kondisi tidak hamil. Dalam masa nifas diperlukan suatu asuhan yang bertujuan

untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

(Marmi, 2012).
Masalah yang sering dialami oleh ibu post partum dan menyebabkan rasa

nyeri pada masa nifas salah satunya adalah luka pada daerah perineum yang

terjadi pada waktu proses persalinan. Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi

2,7 juta kasus laserasi perineum pada ibu bersalin, dan sekitar 50% dari

kejadian laserasi perineum tersebut terjadi di Asia. Di Indonesia, sekitar 75%

ibu melahirkan secara pervaginam megalami laserasi perineum. Pada tahun

2013, dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat

jahitan perineum 28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan

(Susilawati, 2019). Data dari Dinkes Kesehatan Provinsi Lampung, sekitar

35,63% penyebab perdarahan post partum adalah perlukaan jalan lahir, baik

dengan tindakan episiotomi maupun robekan spontan.

Luka perineum dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis

ibu post partum, sekitar 23-24% ibu post partum mengalami nyeri dan

ketidaknyamanan selama 12 hari post partum. Setiap ibu yang menjalani

proses persalinan yang mengalami luka pada perineum akan merasakan nyeri,

baik luka yang dibuat seperti episiotomi atau luka robekan spontan.

Ketidaknyamanan dan nyeri yang dialami ibu post partum akibat robekan

perineum biasanya ibu takut untuk bergerak setelah persalinan. Bahkan nyeri

akan berpengaruh terhadap mobilisasi, pola istirahat, pola makan, psikologis

ibu, kemampuan untuk buang air besar atau buang air kecil, aktifitas sehari -

hari dalam hal menyusui dan mengurus bayi [9,8]. Dampak dari mobilisasi

yang terganggu dapat menyebabkan subinvolusi pengeluaran lokea yang tidak

lancar dan perdarahan post partum (Rahmawati, 2013).


Berbagai metode untuk mengatasi nyeri luka perineum dapat dilakukan

baik secara farmakologi atau non farmakologi. Metode dalam mengatasi nyeri

secara farmakologi lebih efektif dibandingkan dengan metode non

farmakologi. Namun, metode farmakologi berpotensi memberikan efek

samping bagi ibu seperti memberikan analgetik asam mefenamat yang dapat

menyebabkan nyeri pada lambung ibu. Penanganan nyeri secara farmakologi

beresiko juga bagi bayi karena masuk kedalam peredaran darah yang

terkumpul pada air susu ibu seperti reaksi alergi dan diare pada bayi.

Sedangkan secara non farmakologi lebih aman diterapkan karena mempunyai

risiko yang lebih kecil, tidak menimbulkan efek samping serta menggunakan

proses fisiologis (Fidayanti, 2009).

Terapi non farmakologi yang dapat diberikan untuk mengurangi nyeri

antara lain distraksi, biofeedback, hipnosis diri, mengurangi presepsi nyeri,

stimulasi kutaneus, pemberian kompres hangat dan kompres dingin, serta

masase. Salah satu metode non farmakologi pilihan yang paling sederhana

yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan ketidaknyamanan terutama

ibu post partum dengan nyeri luka perineum adalah dengan menerapkan

penggunaan kompres hangat dan kompres dingin. Penggunaan kompres

hangat merupakan salah satu bentuk pemberian stimulasi kutaneus dengan

pemanfaatan suhu. Kompres hangat ini bekerja dengan memblok transmisi

stimulus nyeri sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Potter

& Perry, 2012).


Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat yang bertujuan untuk

memberikan rasa nyaman, mengatasi nyeri, mengurangi atau mencegah

spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres

hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh, yaitu pelunakan jaringan

fibrosa, mempengaruhi oksigenisasi jaringan sehingga dapat mencegah

kekakuan otot, memvasodilatasikan dan memperlancar aliran darah, sehingga

dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri (Kompas, 2009). Selain itu

kelebihan kompres hangat dapat membantu pemulihan luka, mengurangi

infeksi dan inflamasi, mempelancar pasokan aliran darah serta memberikan

ketenangan dan kenyamanan pada klien (Rosdhal, 2014).

BPM Yoyoh adalah salah satu BPM di Kecamatan Pringsewu yang sudah

menerapkan metode non farmakologi untuk mengatasi nyeri luka perineum

pada ibu post partum. BPM Yoyoh tersebut menerapkan metode non

farmakologi penggunaan kompres hanga dalam mengatasi nyeri luka

perineum. Berdasarkan survei awal pada bulan November 2019, di BPM

Yoyoh didapatkan data persalinan sebanyak 70 persalinan periode Januari –

September 2019. Sebanyak 43 orang dari 70 persalinan normal mengalami

luka perineum baik secara spontan maupun secara episiotomi. Dari jumlah ibu

post partum yang mengalami luka perineum rata-rata mengalami nyeri dan

takut untuk mobilisasi dini.


Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Nyeri Luka

Episiotomi Perineum di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb Pringsewu Tahun

2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan suatu masalah

“Apakah ada pengaruh kompres air hangat terhadap nyeri luka episiotomi

perineum di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb Pringsewu tahun 2020?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres air hangat terhadap nyeri luka

episiotomi perineum di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb Pringsewu tahun

2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui skala nyeri luka episiotomi perineum sebelum

dilakukan kompres air hangat di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb

Pringsewu tahun 2020.

b. Untuk mengetahui skala nyeri luka episiotomi perineum setelah

dilakukan kompres air hangat di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb

Pringsewu tahun 2020.

c. Untuk mengetahui kompres air hangat terhadap nyeri luka episiotomi

perineum di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb Pringsewu tahun 2020.


D. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya maka peneliti hanya

akan meneliti tentang pengaruh penggunaan kompres air hangat terhadap

nyeri luka episiotomi perineum. Desain yang digunakan adalah Quasi

Eksperimen pre dan post test, kemudian waktu penelitian akan dilakukan

bulan Februari 2020 di BPM Yoyoh Suherti, Amd.Keb Pringsewu Kabupaten

Pringsewu .

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya mengenai terapi non farmakologi dalam mengurangi nyeri

episiotomi perineum dengan kompres air hangat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi

tenaga kesehatan agar bisa menjadikan kompres air hangat sebagai

salah satu program pengobatan non farmakologis bagi kesehatan ibu

bersalin dalam rangka menurunkan nyeri episiotomi.

b. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini dapat menambahan ilmu pengetahuan

tentang managemen nyeri bagi perempuan yang mengalami luka

episiotomi sehingga aktivitasnya tetap bisa berjalan seperti biasanya.


c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dokumen

ilmiah dalam pengembangan keperawatan maternitas terutama

pengaruh pemberian kompres air hangat dalam penurunan nyeri luka

episiotomi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini sebagai acuan mahasiswa untuk

dijadikan dasar penelitian selajutnya supaya dapat dikembangkan

terutama keperawatan maternitas.


PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP NYERI LUKA
EPISIOTOMI PERINEUM DI BPM YOYOH SUHERTI, Amd.Keb
PRINGSEWU TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
DWI BETALIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2019

Anda mungkin juga menyukai