DI APOTEK KOMPAS
Disusun Oleh :
DI APOTEK KOMPAS
Disahkan Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Semoga Allah SWT memeberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan Laporan Praktik Belajar Lapangan (PBL) masih banyak terdapat
kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan dan
metodelogi oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak agar penulis dapat berkaraya lebih baik dan optimal lagi di masa
yang akan datang.
ii
Penulis berharap semoga Laporan yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan Mahasiswa/i Prodi D3 Farmasi Universitas Bengkulu
lainnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
1. Tujuan Umum..................................................................................................2
2. Tujuan Khusus.................................................................................................2
A. Pengertian Apotek................................................................................................3
1. Pendirian Apotek..............................................................................................3
2. Perundang-Undangan Apotek.........................................................................4
2. Tanggung jawab...............................................................................................7
2. Tanggung Jawab..............................................................................................7
1. Tempat Pelaksanaan........................................................................................9
iv
2. Waktu Pelaksanaan..........................................................................................9
B. Profil Apotek.........................................................................................................9
C. Struktur Organisasi...........................................................................................11
1. Pelayanan Resep.............................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5. Resep…………………………………………..………………………………..28
Lampiran 6. Etiket……….............………………………………………........................29
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa pelayanan harus
mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. (Peraturan Menteri Kesehatan, 2016).
Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum
bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
(Patient Safety) (Peraturan Menteri Kesehatan, 2014).
Prodi D3 Farmasi Universitas Bengkulu adalah Prodi di Universitas
Bengkulu yang menyiapkan Tenaga Teknis Kerfarmasian yang terampil,
teliti, mampu mengembangkan diri dan bersikap profesional sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan memberikan pengalaman kerja pada para peserta didik melalui
latihan kerja yang di sebut dengan Praktik Belajar Lapangan (PBL).
Praktik Belajar Lapangan (PBL) adalah sarana untuk melatih sikap,
kemampuan dan keterampilan peserta didik yang di dapat selama masa
praktik di lapangan, praktek belajar lapangan ini dapat mengembangkan
pola pikir, menambah ide-ide yang berguna dan menambah pengetahuan,
sehingga bisa melatih kedispilinan dan rasa tanggung jawab terhadap tugas
yang di berikan.
1
B. Tujuan Praktek Farmasi Komunitas (Apotek)
1. Tujuan Umum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek
Berdasarkan Permenkes No. 9 Tahun 2017 yang dimaksud dengan
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek pada umumnya memiliki fungsi sebagai tempat pengabdian
profesi seorang Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian, pelayanan
resep dan sebagai sarana Farmasi yang melakukan peracikan obat. Apotek
juga melakukan suatu pengelolaan yang meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP).
2. Pelayanan Farmasi Klinik.
B. Persyaratan Pendirian Apotek, Peraturan Perundang-Undangan
Apotek dan Ketentuan Umum di Apotek
1. Pendirian Apotek
Persyaratan pendirian Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 meliputi :
a. Lokasi
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian
b. Bangunan Apotek
1) Harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-
anak, dan orang lanjut usia.
2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen,dapat merupakan
bagian dan atau terpisah pusat perbelanjaan, apartemen, rumah
toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
3
c. Sarana, Prasarana, dan Peralatan
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud paling sedikit harus
memiliki
1) Sarana ruang meliputi :
a. Penerimaan Resep
b. Pelayanan Resep dan Peracikan
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
f. Ruang Arsip
2) Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas :
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara;dan
d. Sistem proteksi kebakaran
3) Peralatan Apotek
Semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian antara lain meliputi rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,
komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan
pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
d. Ketenagakerjaan
1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat
izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2. Perundang-Undangan Apotek
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9 pasal (1)
Tahun 2017 tentang Ketentuan Umum Apotek.
4
b. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
c. Permenkes No.73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.31 Tahun 2016
tentang perubahan atas Permenkes No889/Menkes/Per/2011 tentang
Registrasi Izin Praktik dan Izin Tenaga Kerja Kefarmasian.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.7 tahun 2018
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2010
tentang Prekursor
h. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No.1
j. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
924/Menkes/per/X/1993 tentang Obat Wajib Apotek No. 2
k. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1176/Menkes/SK/X/1999 tentang daftar Obat Wajib Apotek No. 3
l. Permenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan dan
cara izin apotek
3. Ketentuan Umum Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
pasal (1) Tahun 2017 tentang Ketentuan Umum Apotek juga menjelaskan
apa yang dimaksud dengan :
a. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh Apoteker.
b. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian.
5
c. Apoteker adalah sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
d. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
e. Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian
kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
f. Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek.
g. Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik kefarmasian.
h. Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya
disingkat SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian
sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kefarmasian.
i. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
j. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
k. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6
l. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan
untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
C. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker
1. Tugas dan kewajiban
a. Menetapkan kebijaksanaan kepada bawahan
b. Mengadakan pemeriksaan, pengawasan terhadap seluruh pekerjaan
teknis yang dilakukan oleh bawahan
c. Melayani resep dokter serta melakukan pengawasan terhadap bagian-
bagian peracikan dan pengambilan obat
d. Melakukan pengecekkan terhadap semua resep yang masuk
e. Menandatangani semua surat baik surat pesanan, laporan-laporan
serta salinan resep
f. Memberikan informasi tentang kegunaan obat
g. Membuat strategi tujuan, sasaran dan program kerja
2. Tanggung jawab
a. Memberi gaji kepada karyawan sesuai dengan profesi dan tugas
masing-masing
b. Membuat rencana kerja bagi karyawan-karyawan sesuai dengan
struktur organisasi yang dibuat
c. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh
d. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan
8
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
B. Profil Apotek
1. Sejarah Apotek Kompas
Apotek kompas didirikan pada tahun 2013 tepatnya pada tanggal
26 April 2013. Lokasi apotek yaitu di Jalan Fatmawati Penurunan.
Pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena pada saat itu belum ada
apotek di daerah tersebut, penduduk disana cukup padat dan lokasi yang
strategis untuk mendirikan apotek. Sedangkan pemilihan nama apotek
kompas dipilih karena meneruskan usaha dari orang tua. Selama apotek
kompas berdiri telah melakukan tiga kali perpanjangan SIA (Surat Izin
Apotek). Pertama pada tahun 2013 lalu diperpanjang kembali pada Maret
2019 dan terakhir pada November 2019. Perubahan tersebut dilakukan
karena terkait dengan aturan Permenkes No. 26 tahun 2018.
9
Gambar 3.1 Tata Letak Apotek Kompas
Keterangan :
: Ruang Tunggu
: Meja Racik
: toilet
10
C. Struktur Organisasi
Apoteker Pendamping
Henny Salim, S.Si., Apt
500/60/SIPA/DPMPTSP/XII/2018
TTK 1 TTK 2
Annisa Hasanah Dewi Mayang Sari, A.Md.Farm
500/142/SIPTTK/DPMPTSP/XII/2018 440/0062/SIPTTK/DPMPTSP/III/2020
11
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6
hari setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis
kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat
terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM
selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis
dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan.
d. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan
sebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4),Kepala Dinas
Kesehatan setempat mengeluarkan surat izin apotek.
e. Dalam hasil pemerikasaan tim Dinas Kesehatan setempat atau
Kepala Balai POM dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat
Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan surat penundaan.
f. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker
diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal
surat penundaan.
g. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan
sesuai pasal (5) dan atau pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai
dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib
mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.
12
1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai
Apoteker Pengelola Apotek.
2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam hal :
a) menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi
yang bermutu baik dan terjamin.
b) Memusnahkan sediaan farmasi karena suatu hal tidak dapat
digunakan lagi atau dilarang digunakan dengan cara dibakar atau
ditanam tau cara lain yang ditetapkan
3. Apoteker mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat
paten.
4. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari
2 tahun secara terus-menerus.
5. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan
mengenai narkotika, obat keras, psikotropika serta ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
6. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
7. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan dibidang obat.
8. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.
13
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.
Menurut KepMenKes No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek
(OWA) No.1 berisi daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep oleh
apoteker di apotek meliputi Oral Kontrasepsi, Obat saluran cerna (antasida,
anti-spasmodik, anti-spasmodik analgetik, anti mual, laksan), Obat mulut
dan tenggorokan, Obat saluran napas (obat asma, sekretolitik, mukolitik),
Obat sistem neuromuscular (analgetik antipiretik, antihistamin), Antiparasit
(obat cacing), Obat kulit topikal (antibiotik topikal, kortikosteroid topikal,
antiseptik lokal, antifungi lokal, anestesi lokal, enzim antiradang topikal,
pemucat kulit.
Contoh :
1. Obat Wajib Apotik No.1 (yang pertama kali di tetapkan)
a. Obat Kontrasepsi:
Linesterol
b. Obat Saluran Cerna:
Al. Hidroksida
Mg. Hidroksida (Antasida)
Metoklopramid (Antimual)
Bissokodil suppo (Laksan)
Papaverin (Antispasmodik)
c. Obat Mulut Dan Tenggorokan:
Hexatidine
Triamcinolone acetonide
d. Obat Sistem Neuromuscular:
Asam mefenamat
Metampiron (AnalgetikAntipiretik)
Mebhidrolin (Antihistamin)
e. Antiparasit:
14
Mebendazol
f. Obat Kulit Topikal:
Tetrasiklin
Kloramfenikol
Gentamisin
Betametason
Hidrokortison
Mikonazol
Lidokain
15
G. Alur Peresepan dan Penyerahan Obat
17
terkini. Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya
meliputi:
a) cara pemakaian obat
b) cara penyimpanan obat
c) jangka waktu pengadaan
d) aktivitas serta makanan, dan
e) minuman yang harus dihindari selama terapi.
5) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang
salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular,
diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Perbekalan farmasi yang telah diterima dari PBF kemudian dicatat di buku
masuk oleh TTK terlebih dahulu, lalu disusun berdasarkan FEFO (First Expired
First Out). Kegiatan penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan
sistem penyimpanan obat sesuai standar yang ditetapkan oleh apotek, yaitu
berdasarkan golongan obatnya. Golongan obat keras, obat tetes, obat hormonal,
obat suppositoria, diletakkan diruangan belakang yang disebut ruangan ethical.
Untuk obat narkotika dan psikotropika apotek kompas tidak menyediakan obat-
obat tersebut. Untuk obat-obatan yang disimpan dalam suhu terkendali di dalam
lemari pendingin yang juga terdapat didalam gudang obat. Gudang obat generik
juga ditempatkan di dalam gudang obat. Penataan obat bebas dan obat bebas
terbatas ditempatkan dibagian etalase.
20
Perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa telah dikoreksi dan dikunci
dengan detail, untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan. Untuk resep yang telah
disimpan selama 5 tahun atau lebih juga dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep
dilakukan oleh apoteker dan disaksikan sekurang-kurang dua saksi, dari Tenaga
Teknis Kefarmasian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dengan cara dibakar
dan dibuat berita acaranya. Di apotek kompas sendiri untuk pemusnahan resep
dilakukan setiap 5 tahun sekali.
21
BAB V
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapat yaitu mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan agar menghasilkan Tenaga Kefarmasian
yang cermat, teliti dan professional dalam melayani masyarkat luas.
Apotek Kompas dalam melaksanakan tugas sebagai tempat pelayanan
kefarmasian dalam pelayanan resep dokter maupun pelayanan obat bebas
sudah sangat baik. Resep dokter dikerjakan secara teliti dan cekatan,
begitu juga dengan pelayanan obat bebas yang diberikan oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) sesuai dengan permintaan dan keluhan pasien.
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2014. Peraturan Mnteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
23
L
N
24
Lampiran 1. Buku catatan resep
25
Lampiran 2. Buku Catatan Barang Masuk
28
Lampiran 5. Resep
29
Lampiran 6. Etiket
30
Lampiran 9. Surat Pesanan
31
Lampiran 10. Surat Pesanan Prekursor
32
Lampiran 11. Laporan Pemakaian Obat Narkotika
33
Lampiran 12. Laporan Pemakaian Obat Psikotropika
34
Lampiran 13. Laporan Pemakaian Obat Generik
35
Lampiran 14. Laporan Pemakaian Obat Prekursor
36
37