Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

“SISTEM PENANGGULANGAN PASIEN GAWAT DARURAT”

Dosen Pengampu : Reski ika sah putri, S.Kep.,Ners

Disusun Oleh :

1. Devi Siti Nurjanah (1800001007)

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA


TAHUN 2019/2020

Jl. Bungursari No.1 CibeningPurwakartaJawa Barat, Indonesia

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sistem Penanggulangan Pasien
Gawat Darurat”.

Makalah ini dapat dijadikan bahan sumber bacaan serta sarana untuk kami sebagai
menambah syarat untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah kegawatdaruratan yang telah
ditugaskan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi kami, saran
serta kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini kami harapkan.

Purwakarta, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..……………………………………………….........................i
DAFTAR ISI……..………………………….........……………………….....….....................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………….......................…….…...........................4

B. Rumusan masalah ………...……………......…….............................……...........................4

C. Tujuan......................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian…....…...........................……….........................................................…..............6

B. Macam-Macam SPGDT........................................................................................................6

C. Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas.................……....……….…................................7

D. Rencana Uraian Tugas...........................................................................................................7

E. Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu..................................................8

F. Gerakan safe comunity..........................................................................................................9

G. Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT.......................................................................3

H. Bagan Alur Penanganan Korban Bencana...........................................................................4

I. Bagan Alur Penangana Korban Bencana Dilapangan.............................................................

J. Bagan Alur Penanganan Korban Bencana.............................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................7

B. Saran..............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….............................................8

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan : Pertama ; pada saat
sebelum bencana (pre event) berupa kesiapsiagaan menghadapi bencana  (disaster
preparedness) dan pengurangan resiko bencana (disaster mitigation), Kedua ; kegiatan
tanggap bencana (emergency response) dan kegiatan pemulihan akibat bencana (disaster
recovery).
Berdasar realitas, kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca bencana berupa
kegiatan tanggap darurat dan pemulihan (recovery) akibat bencana, tapi sangat sedikit sekali
perhatian terhadap kegiatan untuk kesiapsiagaan pra bencana dan pengurangan resiko
bencana. Kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari kesiapsiagaan dan
pengurangan resiko bencana adalah : Kegiatan pendidikan kesadaran bencana (disaster
awareness), Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Penyiapan Teknologi
Tahan/Siaga Bencana, Membangun Sistem Sosial yang tanggap bencana dan Perumusan
Kebijakan Penanggulangan Bencana secara komprehensif dan terpadu.
Kegiatan-Kegiatan diatas tersebut tentunya harus melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dan salah satu pihak tersebut adalah masyarakat di lingkungan yang rawan
bencana. Termasuk di dalam masyarakat adalah komunitas tenaga medis dan paramedis yang
menjadi bagian masyarakat. Karena mereka paham bagaimana menyiapkan sistem
kesiapsiagaan menghadapi bencana dan mereka memiliki bekal pengetahuan-ketrampilan
teknis medis yang bisa didayagunakan dalam penanggulangan korban gawat darurat pasca
bencana
Bencana menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan pemerintah maupun
swasta. Namun dalam pelaksanaannya menolong korban haruslah secara tepat dan cepat,
selain itu juga diperlukan koordinasi yang bagus. Diperlukan skill dan pengetahuan yang
cukup tentang penanganan pertama disamping pengetahuan medan bencana serta komunikasi
yang terpadu dalam menolong korban bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
2. Apa saja macam-macam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
4
3. Bagaimana Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas?
4. Bagaimana Rencana Uraian Tugas?
5. Bagaimana Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
6. Bagaimana pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dalam
Gerakan Safe Community?
7. Apa saja Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT?
8. Bagaimana Bagan Alur Penanganan Korban Bencana?
9. Apa saja Bagan Alur Penanganan Korban Bencana dilapangan?
10. Apa saja Bagan Alur Penanganan Korban Bencana dirumah sakit?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
2. Untuk mengetahui macam-macam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
3. Untuk mengetahui Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas
4. Untuk mengetahui Rencana Uraian Tugas
5. Untuk mengetahui Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
6. Untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
dalam Gerakan Safe Community?
7. Untuk mengetahui Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT
8. Untuk mengetahui Bagan Alur Penanganan Korban Bencana
9. Untuk mengetahui Bagan Alur Penanganan Korban Bencana dilapangan
10. Untuk mengetahui Bagan Alur Penanganan Korban Bencana dirumah sakit

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari
unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit.
Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb
saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas
medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
B. Macam-Macam SPGDT
SPGDT dibagi menjadi :
1. SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang
dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah Sakit dan
terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup. Meliputi berbagai
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
a. Pra Rumah Sakit
1) Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
2) Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik.
3) Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam
khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain) Pengangkutan penderita
gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke rumah
sakit (sistim pelayanan ambulan)
b. Dalam Rumah Sakit
1) Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
2) Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
3) Pertolongan di ICU/ICCU
c. Antar Rumah Sakit 
·         Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
·         Organisasi dan komunikasi
2. SPGDT-B (Bencana)
6
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit
dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada terjadinya
korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari.
Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
Tujuan Khusus :
a. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
Prinsip mencegah kematian dan kecacatan:
a. Kecepatan menemukan penderita.
b. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
a. Ditempat kejadian.
b. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
c. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :
a. Kecepatan ditemukan adanya penderita Gawat Darurat
b. Kecepatan Dan Respon Petugas
c. Kemampuan dan Kualitas
d. Kecepatan Minta Tolong
C. Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas
1. Pelayanan kesehatan gawat-darurat
a. Hak dan kewajiban semua.
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
a. Tanggung-jawab pemerintah dan masyarakat.
3. Koordinator
a. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tingkat I dan II.
4. SPGDT Sehari-hari dan Bencana
a. Pra RS, RS dan Antar RS.
D. Rencana Uraian Tugas

7
1. Penanggung Jawab Tim Ketua : Kepala Bidang Pelayanan Medik Wakil Ketua :
Kepala Instansi Gawat Darurat Bertugas:
a. Memberi komando dan mengkoordinir segenap anggota tim.
b. Bekerjasama dengan perusahaan terkait membuat sistem komunikasi dan
simulasi bencana industri.
c. Sebagai evaluator tim.
2. Penanggung Jawab Medis
Dokter jaga IGD Bertugas :
a. Mengidentifikasi awal /triage pasien
b. Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
c. Menghubungi dokter dari rawat inap maupun dokter jaga IGD (on call) bila
diperlukan bantuan.
3. Koordinator Shift Bertugas :
a. Menerima komando dari penanggung jawab tim
b. Bersama dokter penanggungjawab medis melakukan Triage pada pasien
4. Tim Paramedis Perawat IGD Bertugas :
a. Membantu dokter menangani pasien sesuai triage.
b. Menghubungi perawat on call (ICU dan Rawat Inap) sesuai instruksi dokter
atau koordinator shift.
E. Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan cara penanganan
yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan kesiap-siagaan dan penanggulangan bencana.
Tujuan :
1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.
2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan kasus gawat darurat dalam
keadaan sehari-hari maupun bencana.
a. Safe Community, (SC):
Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat. Pemerintah
dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.
b. SPGDT :
Sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pra RS, RS dan
antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and

8
limb saving, yang melibatkan masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis,
pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi.
c. PSC (Public Safety Center) :
Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal kegawat-
daruratan, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dan
dimanapun berada (gabungan dari AGD 118, SAR/PK 113, Polisi 110).
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mendapatkan
respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS.
F. GERAKAN SAFE COMUNITY
Adalah gerakan agar tercipta masyarakat yang merasa hidup sehat, aman dan sejahtera
dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi maupun
masyarakat (misal : PSC, Poskesdes dll).
1. Aspek SC :
a. Care :
Kerja-sama lintas sektoral non kesehatan dalam menata perilaku dan lingkungan
untuk mempersiapkan, mencegah dan melakukan mitigasi dalam menghadapi hal-
hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan.
b. Cure :
Peran utama sektor kesehatan dibantu sektor terkait dalam penanganan keadaan
dan kasus-kasus gawat-darurat.
2. Visi gerakan SC:
a. Menjadi gerakan yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan darurat
sehari-hari dan bencana, maupun atas dampak akibat terjadinya bencana.
b. Terciptanya perilaku masyarakat dan lingkungan untuk menciptakan situasi sehat
dan aman.
3. Misi gerakan SC:
a. Menciptakan gerakan di masyarakat
b. Mendorong kerja-sama lintas sektor-program
c. Mengembangkan standar nasional
d. Mengusahakan dukungan dana dalam rangka pemerataan dan perluasan jangkauan
pelayanan terutama dalam keadaan darurat.
e. Menata sistem pendukung pelayanan diseluruh unit pelayanan kesehatan
4. Tujuan Usaha SC:
a. Partisipasi masyarakat menata perilaku.
9
b. SPGDT yang dapat diterapkan.
c. Membangun respons masyarakat melalui pusat pelayanan terpadu dan potensi
penyiagaan fasilitas.
d. Mempercepat response time untuk menghindari kematian dan kecacatan.
5. Sasaran Usaha SC:
a. Tingkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian dalam kewaspadaan dini
kegawat-daruratan.
b. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait, tergabung dalam satu kesatuan.
c. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung.
6. Ketentuan organisasi :
a. Didasarkan pada organisasi yang melibatkan multi disiplin dan multi profesi.
b. Memiliki unsur Pimpinan/wakil, sekretaris, bendahara dan anggota.
c. Minimal melibatkan unsur kamtib & SAR. Kemudian unsur keselamatan &
kesehatan kerja karyawan dan humas.
7. Administrasi-Pengelolaan :
a. Ada struktur, uraian tugas, kewenangan dan mekanisme kerja dengan unit lain.
b. Ada unit kerja terkait.
c. Ada produk hukum : dasar.
d. Ada petunjuk dan informasi untuk jamin kemudahan dan kelancaran dalam
memberikan pelayanan di masyarakat.
e. Ada PSC sebagai unit respons cepat.
8. Staf dan pimpinan :
a. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen, kepala daerah menetapkan
organisasi ini dengan SK.
b. Organisasi dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.
c. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.
9. Fasilitas - Peralatan :
a. Fasilitas harus dapat menjamin efektifitas pelayanan termasuk pelayanan UGD di
RS 24 jam.
b. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat sesuai dengan standard
c. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk ambulans
dan keselamatan kerja.
10. Kebijakan & prosedur :
a. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
10
b. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukan, termasuk
Hospital disaster plan
c. Ditetapkan ada PSC ditiap daerah dan perhatikan keselamatan kerja dan kegawat-
daruratan sehari-hari.
11. SPGDT :
Secara Umum : Sistem koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor), didukung
berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk selenggarakan
pelayanan terpadu penderita gawat-darurat, dalam keadaan bencana maupun sehari-
hari.
·    3 Subsistem yaitu pra RS, RS dan antar RS.
a. Sistem Pra RS Sehari-hari :
1) PSC, Poskesdes. Didirikan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda.
2) BSB. Unit khusus pra RS. Pengorganisasian dijajaran kesehatan.
3) Pelayanan Ambulans. Koordinasi dengan memanfaatkan ambulans setempat.
4) Komunikasi. Koordinasi jejaring informasi.
5) Pembinaan. Pelatihan peningkatan kemampuan.
a) Sistem Pra RS pada bencana :
1) Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan
komando
2) Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber daya lain.
3) Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui
simulasi.
4) Pelaporan, monitoring, evaluasi. Laporan dengan sistematika yang
disepakati.
Fase Acute Response:
1) Acute emergency response
2) Melaksanakan Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi
definitif.
3) Emergency relief
4) Menyediakan makanan minuman, tenda, jamban dll. untuk korban ‘sehat’.
5) Emergency rehabilitation
6) Perbaikan jalan, jembatan, sarana dasar lain untuk kelancaran pertolongan.
b. SPGDT INTRA RS
1) Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang
11
2) Hospital Disaster Plan, bencana dari dalam dan luar RS.
3) Transport intra RS.
4) Pelatihan, simulasi dan koordinasi untuk peningkatan kemampuan SDM.
5) Pembiayaan dengan jumlah cukup.
a) SOP Minimal RS
Sehari-hari dan Bencana (Hosdip, Hospital Diasater Plan):
1) Kegawatan dengan ancaman kematian
2) True emergency
3) Korban missal
4) Keracunan missal
5) Khusus:
 Perkosaan, KDRT, child abused
 Persalinan Tidak Normal
 Kegawatan diruang rawat
6) Ketentuan:
 Asuransi
 Batasan tindakan medic
 Etika & Hukum
 Pendataan
 Tanggung jawab dokter pada keadaan gawat darurat
c. SPGDT ANTAR RS
1) Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
2) Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS.
3) SIM (Manajemen Sistem Informasi). Untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan.
4) Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan.
a) Evakuasi:
1) Tata cara tertulis. Harus memiliki Peta geomedik
2) Kondisi pasien Stabil dan optimal pra dan selama evakuasi hingga
tujuan.
3) Kriteria: Fisiologis / Anatomis
4) Mekanisme:
 Tahu Tujuan dan Prinsip rujukan
12
 ABC stabil
 Immobilisasi
 Mekanika mengangkat pasien.

b) Sarana-prasarana Evakuasi Minimal:


1) Alat / Bahan / Obat Bantuan Hidup Dasar
2) Cervical collar / splint
3) Short serta Long Spine Board
4) Wheeled serta Scoop Stretcher
c) Evakuasi:
1) Darurat:
 Lingkungan berbahaya (misal kebakaran).
 Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).
 Prioritas bagi pasien ancaman jiwa
2) Segera:
 Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.
 Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat,
syok)
 Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).
3) Biasa:
 Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS
G. Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT
1.      Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS rujukan.
2.      Protap pelayanan gawat-darurat di tempat umum.
3.      Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat (RAH).

13
H. BAGAN ALUR PENANGANAN KORBAN BENCANA

Kejadian Bencana

Pra Rumah Sakit

 PSC
 Ambulans
 Komunikasi

Intra Rumah Sakit Response Time

TRIAGE

 MERAH
 KUNING
 HIJAU

Ruang Dekontaminasi

Ruang non Bedah Ruang Resusitasi Ruang Bedah

Kamar
Jenazah

Antar Rumah Sakit

 Evakuasi
14
 Transportasi
 RS rujukan
I. BAGAN ALUR PENANGANAN KORBAN BENCANA DILAPANGAN

Daerah Bencana

Pos

Pencarian Penyelamatan Pertolongan pertama

Stabilitasy

Evakuasi

Kontrol lalu litnas pengaturan

Penanganan bencana diRS

15
J. BAGAN ALUR PENANGANAN KORBAN BENCANA DIRUMAH SAKIT

Pasien

Pendaftaran

TRIAGE
EMERGENCY
Ya Tidak

Pelayanan penunjang
Pemeriksaan Pelayanan False
 Radiologi
dan tindakan Emergency
 Laboratorium
 Bedah Central

Rawat

YA Tidak

Tempat Resep

pendaftaran pasien
rawat inap YA Tidak

Pelayanan rawat
inap ICU-PICU-NICU Farmasi Administrasi

Pasien Kasir

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) merupakan
penanganan awal dan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke Rumah Sakit
dan mendapatkan penanganan medis lanjutan, misalnya pada saat terjadi bencana
alam. Salah satu hal penting yang perlu ada pada saat terjadi bencana alam yaitu
posko kesehatan, dimana penderita gawat darurat atau korban dapat ditangani pada
posko kesehatan ini.
SPGDT terdiri dari unsur, pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah
sakit dan antar rumah sakit. SPGDT dibagi atas SPGDT-S dan SPGDT-B. SPGDT
bertujuan yang intinya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana,
sehingga diperlukan cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur).

B. Saran
Diharapkan semua orang akan mempunyai kesiapan dalam upaya penyelamatan
dan mengurangi dampak kesehatan yang buruk apabila terjadi bencana

17
DAFTAR PUSTAKA

Scribe (Diakses 20 maret 2020 jam 07.00 wib)


Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support
(GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen
Bina Yanmed Depkes RI, 2006.
Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai