Tujuan Penelitian
2
Output RQ 1 Evaluasi kinerja system logistik
Jasa Penerimaan Bukan Pajak Satuan Tarif
1. Biaya Jasa Labuh
Kelas I Per GT per kunjungan Rp. 61,-
Berdasarkan hasil analisa paired comparisson dan korelasi, biaya Kelas II Per GT per kunjungan Rp. 55,-
tertinggi yang akan dievaluasi adalah biaya pelayaran dan biaya Kelas II
2. Biaya Jasa Pemanduan
Per GT per kunjungan Rp. 50,-
• Biaya pelayaran
Kelas II
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 46.000,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 20,-
Kelas III
Biaya pelayaran semakin mahal dikarenakan banyak jasa yang harus (a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 42.000,-
dibayarkan di pelabuhan. Semakin lama kapal berlabuh maka biaya (b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan
Pemanduan dengan jarak >10 mil s/d 20 mil
Rp. 18,-
sandar dan bongkar muat semakin tinggi sehingga berpengaruh pada Kelas I
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 55.000,-
biaya pelayaran yang juga menjadi tinggi. (b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 22,-
Kelas II
Selain itu jasa yang harus dibayarkan oleh pihak pelayaran sudah (a) ukuran GT 500 s/d GT.1000
(b) tambahan di atas GT.1000
Per kapal per gerakan
Per GT per gerakan
Rp. 50.000,-
Rp. 20,-
tertuang dalam PP No 15 Tahun 2016, seperti biaya jasa labuh, jasa Kelas III
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 45.000,-
pemanduan, jasa penundaan, dan jasa dermaga. (b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 18,-
Pemanduan dengan jarak > 20 mil
Kelas I
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 62.100,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 22,-
Kelas II
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 56.400,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 20,-
Kelas III
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 51.300,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 18,-
PP No 15/2016 3
Output RQ 1 Evaluasi kinerja system logistik
• Biaya trucking
Biaya trucking menjadi mahal dikarenakan beberapa faktor
(Kemendag, 2014; Mulyono, 2020) diantaranya :
Infrastruktur yang kurang memadai
Adanya beberapa daerah yang memberlakukan larangan
melintas bagi truk container sehingga perlu
memindahkan logistik yang diangkut ke truk yang lebih
kecil,
Adanya pemerintah daerah yang mengeluarkan berbagai
perizinan dan memberlakukan berbagai retribusi, Infrastruktur logistik Indonesia dibandingkan negara Asean
Sumber: World Bank 2010-2018 (processed by Pustral UGM, 2020)
Belum adanya konsep transportasi multimoda yang
mengatur bagaimana prosedur dan dokumen bagi barang
yang berpindah moda transportasinya dalam satu
kontrak.
4
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
5
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
• Biaya pelayaran
Insentif PNBP diperlukan untuk menurunkan biaya pelayaran.
Di jepang, insentif pengurangan 50% diberikan untuk perusahaan
BENCHMARK
6
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
• Insenstif PNBP
Dilakukan trademark off PNBP pada jasa labuh, jasa pemanduan, jasa
dermaga dan jasa tambat dengan biaya logistik dan subsidi PSO (Public
Service Obligation)
PSO merupakan selisih antara harga batas atas yang ditetapkan
SIMULASI
7
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
PSO meningkat maka biaya logistik akan turun, karena BPP ditutupi
oleh subsidi PSO.
Pada simulasi ini, akan dilakukan pengurangan untuk PNPB yang
nantinya akan mempengaruhi biaya logistik dan menjadi solusi
pengurangan PSO yang diberikan pemerintah
SIMULASI
PSO= C (HPP-Hppem)
HPP= BPP + Margin + Pajak
Sumber: Kemenhub, 2013
9
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
• Biaya trucking
10
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
SIMULASI
Pengiriman logistik dari Surakarta ke Bandung menempuh jarak 534 Km. Biaya pengiriman barang sebesar
Rp.577,08,-/Ton/Km (PM No 60/2019). Maka biaya pengiriman logistik menggunakan truk dari Surakarta
menuju Bandung dengan simulasi berat logistik sebesar 2 ton sebagai berikut:
Jarak (Km) Berat (Ton) Biaya per ton-km Total Biaya Waktu
11
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
C
D
B
HASIL SIMULASI
A = Surakarta A
B = Pelabuhan Tj.Emas
C = Pelabuhan Cirebon
D = Bandung
Pada simulasi SSS ini diberikan contoh kasus pengiriman dari Surakarta menuju ke Bandung. SSS ini adalah
multimoda antara angkutan darat (truk) dengan laut (kapal ro-ro). Sehingga truk dari pabrik langsung masuk ke
kapal ro-ro di Tj.Emas dan keluar di Pelabuhan Cirebon untuk melanjutkan ke konsumen/gudang di Bandung.
Penelitian yang dilakukan Dong et al. (2020); Brooks & Frost. (2004), biaya diperkirakan berkurang 10% - 22%
dengan menggunakan transportasi multimoda SSS dibandingkan hanya melalui truk saja. Maka biaya
pengiriman Surakarta – Bandung.
1 Berdasarkan model reformasi kebijakan sistem logistik nasional yang saya buat, apakah dapat
diterapkan di Indonesia?
2 Bagaimana pendapat dan masukan anda untuk model perhitungan pengurangan pajak PNBP
yang telah dibuat pada simulasi penelitian ini?
3 Apakah model yang saya buat sudah cukup efektif jika diterapkan untuk menurunkan biaya
logistik nasional? Apa peluang dan tantangan bila model ini diterapkan?
4 Apa masukan saran lebih lanjut dari bapak/ibu?
13
Penutup
TERIMA KASIH