Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN MODEL REFORMASI KEBIJAKAN SISTEM LOGISTIK

NASIONAL UNTUK MENEKAN BIAYA LOGISTIK PADA SEKTOR UMKM

Muhammad Rizky Prakoso


1906323546
Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian

 Melakukan evaluasi kinerja system logistik berdasarkan kebijakan Pemerintah


 Merekomendasikan model perbaikan sistem logistik berdasarkan reformasi kebijakan

2
Output RQ 1 Evaluasi kinerja system logistik
Jasa Penerimaan Bukan Pajak Satuan Tarif
1. Biaya Jasa Labuh
Kelas I Per GT per kunjungan Rp. 61,-

Berdasarkan hasil analisa paired comparisson dan korelasi, biaya Kelas II Per GT per kunjungan Rp. 55,-

tertinggi yang akan dievaluasi adalah biaya pelayaran dan biaya Kelas II
2. Biaya Jasa Pemanduan
Per GT per kunjungan Rp. 50,-

trucking. Pemanduan dengan jarak s/d 10 mil


Kelas I
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 50.000,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 22,-

• Biaya pelayaran
Kelas II
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 46.000,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 20,-
Kelas III
Biaya pelayaran semakin mahal dikarenakan banyak jasa yang harus (a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 42.000,-

dibayarkan di pelabuhan. Semakin lama kapal berlabuh maka biaya (b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan
Pemanduan dengan jarak >10 mil s/d 20 mil
Rp. 18,-

sandar dan bongkar muat semakin tinggi sehingga berpengaruh pada Kelas I
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 55.000,-

biaya pelayaran yang juga menjadi tinggi. (b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 22,-
Kelas II

Selain itu jasa yang harus dibayarkan oleh pihak pelayaran sudah (a) ukuran GT 500 s/d GT.1000
(b) tambahan di atas GT.1000
Per kapal per gerakan
Per GT per gerakan
Rp. 50.000,-
Rp. 20,-

tertuang dalam PP No 15 Tahun 2016, seperti biaya jasa labuh, jasa Kelas III
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 45.000,-

pemanduan, jasa penundaan, dan jasa dermaga. (b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 18,-
Pemanduan dengan jarak > 20 mil
Kelas I
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 62.100,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 22,-
Kelas II
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 56.400,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 20,-
Kelas III
(a) ukuran GT 500 s/d GT.1000 Per kapal per gerakan Rp. 51.300,-
(b) tambahan di atas GT.1000 Per GT per gerakan Rp. 18,-

PP No 15/2016 3
Output RQ 1 Evaluasi kinerja system logistik

• Biaya trucking
Biaya trucking menjadi mahal dikarenakan beberapa faktor
(Kemendag, 2014; Mulyono, 2020) diantaranya :
 Infrastruktur yang kurang memadai
 Adanya beberapa daerah yang memberlakukan larangan
melintas bagi truk container sehingga perlu
memindahkan logistik yang diangkut ke truk yang lebih
kecil,
 Adanya pemerintah daerah yang mengeluarkan berbagai
perizinan dan memberlakukan berbagai retribusi, Infrastruktur logistik Indonesia dibandingkan negara Asean
Sumber: World Bank 2010-2018 (processed by Pustral UGM, 2020)
 Belum adanya konsep transportasi multimoda yang
mengatur bagaimana prosedur dan dokumen bagi barang
yang berpindah moda transportasinya dalam satu
kontrak.

4
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik

Rekomendasi kebijakan sistem logistik mengenai biaya pelayaran dan


trucking akan mengarah pada:
Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian
Perhubungan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang angkutan
multimoda

5
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik

• Biaya pelayaran
Insentif PNBP diperlukan untuk menurunkan biaya pelayaran.
Di jepang, insentif pengurangan 50% diberikan untuk perusahaan
BENCHMARK

pelayaran yang membuka rute baru dan perusahaan yang


mendapatkan kenaikan volume tiap tahunnya (Yang & Chen, 2016).
Di amerika pelonggaran biaya pengiriman laut sebesar 50%
dikarenakan biaya pengiriman laut mengungguli biaya yang lain (Lentz
& Barrett, 2008).

6
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
• Insenstif PNBP
Dilakukan trademark off PNBP pada jasa labuh, jasa pemanduan, jasa
dermaga dan jasa tambat dengan biaya logistik dan subsidi PSO (Public
Service Obligation)
PSO merupakan selisih antara harga batas atas yang ditetapkan
SIMULASI

pemerintah dibandingkan dengan BPP Pelni


Biaya operasi PNPB Jasa
langsung Kepelabuhan
Biaya Pokok
Tarif Pelni = Biaya Pokok Produksi + Margin
Produksi
Biaya operasi
tidak langsung
Maka :
Sumber: PM.57/2006

PNPB = Tarif Pelni

7
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik

PSO meningkat maka biaya logistik akan turun, karena BPP ditutupi
oleh subsidi PSO.
Pada simulasi ini, akan dilakukan pengurangan untuk PNPB yang
nantinya akan mempengaruhi biaya logistik dan menjadi solusi
pengurangan PSO yang diberikan pemerintah
SIMULASI

PSO= C (HPP-Hppem)
HPP= BPP + Margin + Pajak
Sumber: Kemenhub, 2013

PNPB Jasa Kepelabuhan Biaya Logistik Indonesia Subsidi PSO Pelni


Tahun Biaya Jasa Kepelabuhan Tahun Biaya Logistik Tahun PSO
2015 Rp 329,061,937,868 2015 Rp 3,112,109,856,000,000 2015 Rp 1,600,000,000,000
2016 Rp 375,652,560,992 2016 Rp 2,977,632,000,000,000 2016 Rp 2,200,000,000,000
2017 Rp 410,330,998,511 2017 Rp 3,193,368,000,000,000 2017 Rp 2,050,000,000,000
2018 Rp 415,152,039,836 2018 Rp 3,308,740,200,000,000 2018 Rp 1,860,000,000,000
2019 Rp 430,711,556,034 2019 Rp 3,720,966,500,000,000 2019 Rp 1,890,000,000,000
8
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
• Insenstif PNBP
Pengurangan PNBP

Penurunan Biaya Logistik Penurunan Subsidi PSO


HASIL SIMULASI

Pengurangan PNPB Pengurangan PNPB


Tahun Tahun
25% 50% 75% 100% 25% 50% 75% 100%
2015 0.00264% 0.00529% 0.00793% 0.01057% 2015 5.14% 10.28% 15.42% 20.57%
2016 0.00315% 0.00631% 0.00946% 0.01262% 2016 4.27% 8.54% 12.81% 17.08%
2017 0.00321% 0.00642% 0.00964% 0.01285% 2017 5.00% 10.01% 15.01% 20.02%
2018 0.00314% 0.00627% 0.00941% 0.01255% 2018 5.58% 11.16% 16.74% 22.32%
2019 0.00289% 0.00579% 0.00868% 0.01158% 2019 5.70% 11.39% 17.09% 22.79%

9
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik

• Biaya trucking

Konsep multimoda berupa Short Sea Shipping (SSS) dalam pulau.


BENCHMARK

Kapal roro digunakan dalam konsep ini. Biaya diperkirakan berkurang


sekitar 10-22% dengan menggunakan transportasi multimoda SSS
dibandingkan hanya melalui truk saja. (Brooks & Frost, 2004; Chandra
et al., 2020)

10
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik
SIMULASI

Pengiriman logistik dari Surakarta ke Bandung menempuh jarak 534 Km. Biaya pengiriman barang sebesar
Rp.577,08,-/Ton/Km (PM No 60/2019). Maka biaya pengiriman logistik menggunakan truk dari Surakarta
menuju Bandung dengan simulasi berat logistik sebesar 2 ton sebagai berikut:

Jarak (Km) Berat (Ton) Biaya per ton-km Total Biaya Waktu

534 2 Rp 577.08 Rp 616,321 13 jam

11
Kesimpulan
Output analisa korelasi
RQ 2 rekomendasi kebijakan system logistik

C
D
B
HASIL SIMULASI

A = Surakarta A
B = Pelabuhan Tj.Emas
C = Pelabuhan Cirebon
D = Bandung

Pada simulasi SSS ini diberikan contoh kasus pengiriman dari Surakarta menuju ke Bandung. SSS ini adalah
multimoda antara angkutan darat (truk) dengan laut (kapal ro-ro). Sehingga truk dari pabrik langsung masuk ke
kapal ro-ro di Tj.Emas dan keluar di Pelabuhan Cirebon untuk melanjutkan ke konsumen/gudang di Bandung.
Penelitian yang dilakukan Dong et al. (2020); Brooks & Frost. (2004), biaya diperkirakan berkurang 10% - 22%
dengan menggunakan transportasi multimoda SSS dibandingkan hanya melalui truk saja. Maka biaya
pengiriman Surakarta – Bandung.

Berat (Ton) Total Biaya Waktu

2 Rp 554.689 – Rp 480.730 13 jam


12
(https://sea-distances.org/).
Validasi Pakar
Validasi berbentuk wawancara yang ditujukan untuk para pakar yang akan memvalidasi penelitian ini

No Pertanyaan Wawancara Pakar

1 Berdasarkan model reformasi kebijakan sistem logistik nasional yang saya buat, apakah dapat
diterapkan di Indonesia?
2 Bagaimana pendapat dan masukan anda untuk model perhitungan pengurangan pajak PNBP
yang telah dibuat pada simulasi penelitian ini?
3 Apakah model yang saya buat sudah cukup efektif jika diterapkan untuk menurunkan biaya
logistik nasional? Apa peluang dan tantangan bila model ini diterapkan?
4 Apa masukan saran lebih lanjut dari bapak/ibu?

13
Penutup

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai