Anda di halaman 1dari 20

PENJADWALAN DAN MANAJEMEN PROYEK

KELOMPOK 1
ANUGRAH ISMAIL PRATAMA 201910160311108
AHMAD RIFQI FATURRAHMAN 201910160311112
RAMADA AGVA ADYAKSA 201910160311134
YANDI KURNIA 201910160311133

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
MANAJEMEN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadwal mesin,alat-alat,dan orang-orang untuk membuat bagian-bagian
pesawat di pabrik notrop Grumman adalah pekerjaan computer mainframe.
Computer akses menjadwalkan produksi bagian-bagian kesistem pemesinan
fleksibel(FMS), dimana manajer membuat keputusan penjadwalan final. Sistem
pemesinan fleksibel memungkinkan bagian-bagian dari ukuran dan bentuk itu bisa
dibuat tanpa menggangu produksi. Kecakapan dalam menjadwal menyebabkan
bagian-bagian itu siap berdasarkan just in time, dengan waktu set up yang rendah,
sedikitnya barang dalam proses dan tingginya utilisasi mesin. Penjadwalan yang
efisien adalah bagaimana perusahaan seperti norhtrop Grumman bisa memenuhi
batas tanggal seperti yang di janjikan kepada pelanggan dan menghadapi kometisi
berdasar waktu.
Perusahaan jasa juga membuat jadwal yang sesuai dengan produksi guna
tersedinya pelanggan. Sebagai contoh American airlines menjadwalkan lebih dari
500 pesawat terbang,8000 pilot dan 16000 penerbangan setiap harinya untuk
mempermudah ribuan penumpang yang berharap sampai pada tujuan. Jadwal ini
di buat berdasarkan program computer dengan memerlukan waktu 5 tahun,
memainkan peran penting dalam memuaskan pelanggan. Orang amerika
menemukan keunggulan kompetitif dengan flesibilitasnya dalam membuat
penyesuaian pada menit-menit terakhir untuk memenuhi keinginan pelanggan dan
gangguan cuaca.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian penjadwalan jangka pendek?
2. Mengapa ada penjadwalan jangka pendek?
3. Bagaimana cara mengatur penjadwalan jangka pendek?
C. Tujuan
Dengan penjadwalan secara efektif perusahaan menggunakan assetnya
dengan efektif dn menghasilkan kapasitas dolar yang di investasikan menjadi
lebih besar, yang sebaliknya akan mengurangi biaya. Penjadwalan menambah
kapasitas dan fleksibilitas yang terkait memmberikan waktu pengiriman yang
lebih cepat dan pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih baik. Keuntungan
penjadwalan adalah keunggulan kompetitif denga pengiriman yang bisa di
andalkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepentingan Strategis Penjadwalan Jangka Pendek
Kepentingan strategis penjadwalan adalah
1. Penjadwalan yang efektif berarti pergerakan barang dan jasa pada sebuah fasilitas
menjadi lebuh cepat. Ini juga berarti perusahaan menggunakan asset secara lebih
efektif sehingga menciptakan kapasitas yang lebih besar untuk setiap dolar yang
ditanamkan, yang selanjutnya menghasilkan biaya yang lebih rendah.
2. Kapasitas tambahan, pergerakan yang lebih cepat, dan fleksibilitaas terkait
menghasilkan pengiriman yang lebih cepat sehingga memberikan pelayanan
pelanggan yang lbih baik.
3. Penjadwalan yang baik juga berperan pada komitmen yang realistis sehingga
menghasilkan pengiriman yang dapat diandalkan.
Penjadwalan jangka pendek menerjemahkan keputusan kapasitas, perencanaan
agregat (jangka menengah) serta jadwal induk ke dalam urutan pekerjaan dan
penugasan tertentu atas keryawan, material, dan permesinan.Isu penjadwalan barang
dan jasa dalam jangka pendek yaitu memenuhi permintaan karyawan dan peralatan
tertentu dalam basis harian atau jam.
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaaskan
permintaanyang dihasilkan oleh perkiraan atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang
ada.Dua factor penting dalam melakukan alokasi dan prioritas ini adalah (1) jenis
penjadwalan, maju atau mundur, dan (2) kriteria prioritas.
B. Penjadwalan Maju Dan Mundur
Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu, tetapi
banyak pekerjaan yang bersaing secara bersamaan dengan menggunakan sumber daya
yang sama. Untuk membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam penjadwalan, teknik
penjadwalan dapat digolongkan sebagai (1) penjadwalan maju dan (2) penjadwalan
mundur.
1. Penjadwalan Maju
Penjadwalan maju (forward scheduling) memulai jadwal persyaratan setelah suatu
pekerjaan diketahui. Penjadwalan maju digunakan dalan berbagai organisasi,
seperti rumah sakit, klinik, rumah makan mewah, dan produsen peralatan
mesin.dalam fasilitas ini, pekerjaan dilakukan sesuai dengan pesanan pelanggan,
dan biasanya minta dikirim sesegera mungkin. Penjadwalan maju umumnya
dirancang untuk menghasilkan sebuah jadwal yang dapat dipenuhi, sekalipun hal
ini berarti batas waktunya tidak dapat dipenuhi.Dalam banyak kejadian,
penjadwalan maju menyebabkan penumpukan barang setengah jadi.
2. Penjadwalan Mundur
Penjadwalan mundur (backward scheduling) dimulai dari batas waktu, dan
menjadwalkan operasi yang terakhir terlebih dahulu.Kemudian, urutan pekerjaan
dijadwalkan satu demi satu dalam susunan terbalik. Dengan mengurangi waktu
tunggu (lead time) untuk setiap barang, diperoleh waktu mulai. Bagaimana pun
juga, sumber daya yang diperlukan untuk mrmrnuhi jadwal mungkin tidak
ada.Penjadwalan mundur digunakan dalam banyak lingkungan manufaktur, seperti
hal nya dalam lingkungan jasa yang menyajikan sebuah perjamuan atau
penjadwalan operasi pembedahan.Dalam praktiknya, suatu kombinasi dari
penjadwalan maju dan mundur sering digunakan untuk menemukan titik temu
antara yang dapat dipenuh dan batas waktu pelanggan.
C. KRITERIA PENJADWALAN
Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume pesanan, sifat alami operasi,
dan kompleksitas pekerjaan secara keseluruhan, serta kepentingan dari keempat
kriteria.Berikut keempat kriteria tersebut.
1. Meminimalkan waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan
waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan.
2. Memaksimalkan utilisasi. Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase
waktu suatu fasilitas digunakan.
3. Meminimalkan waktu persediaan barang setengah jadi( work in process – WIP ).
Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam
sistem. Hubungan antara banyaknya pekerjaan dalam sistem dan persediaan WIP
akan tinggi. Oleh karena itu, jika terdapat lebih sedikit pekerjaan dalam sistem,
maka persediaan yang ada lebih rendah.
4. Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan
menentukan jumlah keterlambatan rata-rata.
Keempat kriteria di atas digunakan dalam bab ini; sebagaimana dalam industri, untuk
mengevaluasi kinerja penjadwalan. Selain itu, pendekatan penjadwalan yang baik harus
sederhana, jelas, mudah dipahami, mudah dilakukan, fleksibel, dan realistis. Proses
berbeda membutuhkan pendekatan penjadwalan yang berbeda :
1. Fasilitas yang terfokus pada proses (bengkel kerja)
Fokus penjadwalan adalah menghasilkan sebuah penjadwalan maju yang awalnya
dicapai dengan batas waktu MRP dan diperbaiki dengan teknik penjadwalan
kapasitas terbatas yang dibahas pada bab ini. Fsilitas ini meliputi sebagian besar
produksi dunia.Contohnya adalah pengecoran logam, perusahaan mesin, lemari
kabinet, percetakan, sejumlah restoran, dan industri pakaian.
2. Sel kerja( work cell – terfokus pada fasilitas yang mengelola serangkaian
komponen yang serupa )
Fokus penjadwalan adalah menghasilkan sebuah penjadwalan maju.MRP
menghasilkan batas waktu, dan penjadwalan/pengiriman perincian selanjutnya
dibuat pada sel kerja dengan aturan kanban dan prioritas.Contohnya adalah sel
kerja pada perusahaan manufaktur ambulans Wheeled Coach, pembuat mesin
pesawat Standard Aero, dan pembuat kartu ucapan Hallmark.
3. Fasilitas berulang (lini perakitan)
Fokus penjadwalannya adalah menghasilkan penjadwalan maju yang dicapai
dengan menyeimbangkan lini dengan teknik lini perakitan traditional.Teknik
tarikan, seperti JIT dan kanban, memberikan isyarat agar komponen dijadwalkan
untuk menunjang lini perakitan.Fasilitas berulang mencakup lini perakitan bagi
ragam produk yang luas dari mobil hingga peralatan rumah tangga dan komputer.
Masalah penjadwalan ini merupakan tantangan, tetapi biasanya terjadi hanya pada
proses yang beru atau ketika terjadi perubahan produk atau model.
4. Fasilitas yang terfokus pada produk (terus-menerus)
Fasilitas ini menghasilkan produk dengan jumlah sangat besar dan ragam yang
terbatas, seperti kertas pada mesin besar di International Paper, bir pada tempat
pembuatan bir Di Anheuser-Busch, atau baja gulungan di pabrik
Nucor.Penjadwalan menghasilkan sebuah penjadwalan maju yang dapat memenuhi
permintaan konstan yang layak dengan kapasitas tetap yang ada.Kapasitas di
sejumlah fasilitas biasanya dibatasi oleh investasi modal jangka panjang.Kapasitas
fasilitas ini biasanya diketahui, sekaligus waktu penyetelan dan waktu operasi untuk
produk dengan jangkauan tebatas.Hal ini menyebabkan penjadwalan lebih mudah
dilakukan.
5. Penjadwalan Pusat Kerja Yang Terfokus Pada Proses
Fasilitas yang terfokus pada proses (fasilitas intermitten atau bengkel kerja)
merupakan sistem dengan variasi tinggi atau volume rendah yang biasanya
dijumpai ada organisasi manufaktur dan jasa. Untuk menjalankan sebuah fasilitas
secara seimbang dan efisien, manajer memerlukan sebuah sistem perencanaan dan
pengendalian produksi.
Sistem tersebut adalah sebagaI berikut:
 Menjadwalkan pesanan yang datang tanpa melampaui keterbatasn kapasitas
pusat kerja masing-masing.
 Memeriksa ketersediaan peralatan dan bahan sebelum mengeluarkan pesanan
ke suatu departemen
 Menentukan batas waktu untuk setiap pekerjaan dan memeriksa kemajuan
pekerjaan terhadap batas waktu dan waktu tunggu dari pemesanan.
 Memeriksa bahan setengah jadi selagi pekerjaan dilakukan.
 Memberikan umpan balik pada aktivitas pabrik dan produksi.
 Memberikan statistik efisien pekerjaan dan mengawasi operator untuk
kepentingan analisis pengupahan dan distribusi tenaga kerja.
D. Pembebanan Pekerjaan
Pembebanan (loading) berarti penugasan pekerjaan pada pusat kerja atau pusat
pemrosesan.Para manager operasi menugaskan pekerjaan pada pusat kerja sedemikian
hingga biaya, waktu luang atau waktu penyelesaian dijaga tetap minimal.Pusat kerja
dapat berupa dua bentuk.Pertama, berorientasi pada kapasitas; kedua, berkaitan dengan
penugasan pekerjaan tertentu bagi pusat-pusat kerja.
Pertama, pembebanan akan diuji dari segi kapasitas melalui sebuah teknik yang
dikenal sebagai pengendalian input-output. Kemudian akan disajikan dua pendekatan
yang digunakaan dalam pembebanan :diagram Gantt dan metode penugasan
pemrograman linier.
1. Pengendalian Input-Output
Pengendalian input-output adalah sebuah teknik yang membuat karyawan
operasi dapat mengelola aliran fasilitas kerja.Jika pekerjaan tiba lebih cepat
daripada yang sedang diproses, maka fasilitas tersebut dibebani secara berlebihan
dan terjadi backlog.Pembebanan yang berlebihan menyebabkan kepadatan dalam
fasilitas yang mengakibatkan timbulnya masalah inefisiensi dan kualitas.Jika
pekerjaan tiba lebih lambat daripada yang sedang diproses, fasilitasyang kurang
terbebani menghasilkan kapasitas yang kosong dan pemborosan sumber daya.
Pengendalian input-output dapat dilakukan dengan sebuah sistem kartu
ConWIP yang mengendalikan jumlah pekerja dalam suatu pusat kerja.ConWIP
adalah singkatan untuk constan work in process.Kartu ConWIP berjalan bersama
suatu pekerjaan melalui pusat kerja.Ketika pekerjaan selesai, kartu dikeluarkan dan
dikembalikan ke stasiun kerja awal, mengotorisasi masuknya batch baru ke dalam
pusat kerja.Secara efektif, kartu ConWIP membatasi jumlah kerja dalam pusat
kerja, mengendalikan waktu tunggu dan memantau backlog.Pilihan yang tersedia
bagi karyawan bagian operasi untuk mengatur aliran fasilitas kerja mencakup:
1. Memperbaiki kinerja
2. Meningkatkan kapasitas
3. Meningkatkan atau mengurangi input pada pusat kerja dengan cara:
 mengalihkan pekerjaan ke atau dari pusat kerja lainnya.
 meningkatkan atau mengurangi subkontrak.
 memproduksi lebih sedikit atau lebih banyak.
Memproduksi lebih sedikit bukanlah solusi yang disenangi para manager tetapi
keuntungan yang didapatkan sangat berarti.pertama, tingkat pelayanan pelanggan
bisa meningkat karena barang dapat diproduksi tepat waktu. Kedua, efisiensi dapat
benar-benar meningkat karena terdapat lebih sedikit WIP yang bertebaran dalam
pusat kerja yang menambahkan biaya rutin.Ketiga, kualitas dapat meningkat
karena lebih sedikit WIP berarti lebih sedikit permalahan yang tersembunyi.
E. Diagram Gantt
Diagram Gantt (Gantt chart) merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam
pembebanan dan penjadwalan. Nama diagram tersebut berasal dari Henry Gantt, yang
ditemukan pada akhir tahun 1800-an. Diagram Gantt menunjukkan penggunaan sumber
daya, seperti pusat kerja dan tenaga kerja.
Ketika digunakan dalam pembebanan, diagram Gantt menunjukkan pembebanan
dan waktu luang pada beberapa departemen, mesin atau fasilitas. Diagram Gantt
menunjukkan beban kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manager mengetahui
penyesuaian yang tepat. Sebagai contoh, ketika sebuah pusat kerja dibebani secara
berlebihan maka karyawan dari pusat kerja yang memiliki beban rendah dapat
dipindahkan sementara agar dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja.
F. Metode Penugasan
Metode Penugasan (assigment method) mencakup proses pelimpahan tugas atau
pekerjaan pada sumber daya. Contohnya adalah penugasan pekerjaan pada mesin,
kontrak pada pemberi penawaran, karyawan pada proyek, dan karyawan pemasaran
pada wilayah tertentu.Metode penugasan ini paling sering bertujuan meminimalkan
biaya total atau waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang ada.Satu
karakteristik permasalahan penugasan yang penting adalah hanya ada satu pekerjaan
yang ditugaskan untuk satu mesin.
G. Pengurutan Pekerjaan
Penjadwalan memberikan dasar untuk membebankan pekerjaan pada pusat
kerja.Pembebanan adalah sebuah teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti
masalah pemberian beban yang terlalu berat dan ringan.Pengurutan( sequencing –
disebut pembagian tugas atau dispatching ) menentukan urutan pekerjaan yang harus
dilakukan pada setiap pusat kerja.
1. Aturan Prioritas untuk Membagikan Tugas
Aturan prioritas ( priority rule ) memberikan panduan untuk mengurutkan
pekerjaan yang harus dilakukan. Aturan ini terutama diterapkan untuk aturan
fasilitas yang terfokus pada proses, seperti klinik, percetakan, dan bengkel kerja.
Beberapa aturan prioritas yang paling terkenal akandibahas. Aturan prioritas
mencoba untuk meminimalkan waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan dalam
sistem, dan keterlambatan pekerjaan seraya memaksimalkan penggunaan
fasilitas.Berikut aturan prioritas yang paling populer.
 FCFS ( first come, first served ): yang pertama datang, yang pertama dilayani.
Pekerjaan pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu.
 SPT ( shortest processing time ): waktu pemrosesan terpendek. Pekerjaan yang
memiliki waktu pemrosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih
dahulu.
 EDD ( earliest due date ): batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas
waktu yang paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
 LPT ( longest processing time ): waktu pemrosesan terpanjang. Pekerjaan yang
memiliki waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting
dan diutamakan terlebih dahulu.
Tidak ada satu pun aturan pengurutan yang unggul dalam semua
kriteria.Pengalaman menunjukkan hal berikut.
a. SPT biasanya merupakan teknik terbaik untuk meminimalkan aliran pekerjaan
dan meminimalkan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Kelemahan
utamanya adalah pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat
tidak dikerjakan secara terus menerus, karena pekerjaan yang memiliki waktu
pemrosesan pendek selalu didahulukan. Pelanggan dapat melihat hal ini secara
samar, dan penyesuaian berkalal untuk pekerjaan yang panjang harus
dilakukan.
b. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kriteria
( tetapi juga tidak begitu buruk ). Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan
karena terlihat adil oleh pelanggan; suatu hal yang sangat penting dalam sistem
jasa.
c. EDD meminimalkan keterlambatan maksimal yang mungkin perlu untuk
pekerjaan yang memiliki penalti setelah tanggal tertentu. Secara umum, EDD
bekerja baik ketika keterlambatan menjadi sebuah isu.
H. Rasio Kritis
Jenis aturan pengurutan yang lain adalah rasio kritis. Rasio Kritis (critical ratio-
CR) merupakan sebuah angka indeks yang dihitung dengan membagi waktu yang
tersisa hingga batas waktu pekerjaan dengan waktu pekerjaan yang tersisa.Berlawanan
dengan aturan prioritas, rasio kritis sangat dinamis dan mudah diperbarui.CR cenderung
memiliki kinerja yang lebih baik daripada FCFS, SPT, EDD atau LPT pada kriteria
keterlambatan pekerjaan rata-rata
Rasio kritis memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus dilakukan agar tetap
menepati jadwal. Sebuah pekerjaan dengan rasio kritis yang rendah ( kurang dari 1,0 )
berarti telambat dari jadwal. Jika CR tepat 1,0; berarti pekerjaan sesuai dengan jadwal.
CR yang lebih besar dari 1,0 berarti pekerjaannya mendahului jadwal dan punya waktu
luang. Rumus rasio kritis adalah Pada kebanyakan sistem penjadwalan produksi, aturan
CR membantu melaksanakan hal berikut :
1. Menentukan status pekerjaan tertentu
2. Menerapkan prioritas relatif di antara pekerjaan dengan dasar kesamaan.
3. Menghubungkan persediaan dan pekerjaan berdasarkan pesanan dengan dasar
kesamaan.
4. Menyesuaikan prioritas (dan memperbaiki jadwal) secara otomatis terhadap adanya
perubahan baik dalam hal permintaan maupun status kemajuan pekerjaan.
5. Menelusuri kemajuan pekerjaan secara dinamis.
I. Aturan Johnson
Aturan Johnson bisa digunakan untuk meminimalkan waktu pemrosesan untuk
mengurutkan suatu kelompok pekerjaan melalui dua fasilitas. Tahap Aturan Johnson:
1. Semua pekerjaan harus dicantumkan dan masingmasing waktu yg dibutuhkan oleh
sebuah mesin harus ditunjukkan
2. Pilih pekerjaan dg waktu aktifitas yg paling pendek
3. Sekali suatu pekerjaan telah dijadwalkan, sisihkanlah pekerjaan itu
4. Terapkan tahap 2 dan tahab 3 ke perkerjaan yg tersisa, bekerja kea rah pusat urutan
itu Keterbatasan Aturan Yg Berbasis Sistem:
 Penjadwalan adalah dinamis dengan demikian aturan perlu untuk direvisi
menyesuaikan perubahan-perubahan dalam proses, peralatan, bauran produk
dst
 Aturan tidak melihat ke hulu atau ke hilir, sumber daya yg menganggur dan
kemampatan sumber daya di departemen yg lain mungkin saja tidak diakui
 Aturan tidak melihat lewatnya dari tanggal jatuh tempo
J. Penjadwalan Kapasitas Terbatas
Penjadwalan kapasitas terbatas (finite capacity scheduling) adalah penjadwalan
jangka pendek yang terkomputerisasi untuk mengatasi kelemahan sistem yang
berdasarkan aturan tertentu dengan menyajikan perhitungan interaktif secara grafis
kepada pengguna data (users).
Selain pilihan aturan prioritas saat ini sejumlah sistem FCS juga
mengkombinasikan “sistem pakar” atau teknik simulasi dan memungkinkan penjadwal
untuk membebankan biaya pada berbagai pilihan yang berbeda. Penjadwal memiliki
fleksibilitas untuk menangani situasi apapun termasuk perubahan pesanan, pekerja,
ataupun mesin.
Data awal untuk sistem penjadwalan terbatas biasanya merupakan output dari
sistem MRP. Sistem ini seketika memberikan informasi kepada perencana ketika
material dibutuhkan, mengabaikan masalah dalam hal kapasitas. Dan output dari MRP
dikombinasikan dengan perputaran arsip, batas waktu, kapasitas pusat kerja, peralatan,
dan ketersediaan sumber daya lainnya untuk akhirnya menghasilkan data yang
dibutuhkan oleh FCS secara efektif.
K. Teori Batasan
Teori batasan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan segala sesuatu yang membatasi
kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Batasannya dapat berupa bentuk
fisik (ketersediaan proses produksi atau karyawan dan bahan baku atau persediaan).
Throughtput atau volume adalah suatu konsep penting dalam sistem operasi yang
dimana jumlah unit yang diproses melalui fasilitas dan terjual. Mengelola batasan-
batasan, yaitu:
1. Mengidentifikasi batasan.
2. Membuat rencana mengatasi batasan.
3. Memusatkan tujuan pada sumberdaya setelah membuat rencana batasan.
4. Mengurangi dampak selanjutnya dari batasan yang telah dituju.
5. Setelah batasan telah teratasi dengan baik, lakukan identifikasi batasan baru.
Batasan-batasan ini digunakan dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa.
Sistem kerja pada bottleneck adalah batasan yang membatasi output produksi dan
memiliki kapasitas yang lebih sedikit dibandingkan pusat kerja sebelumnya atau
berikutnya nanti. Dikarenakan bottleneck mengahambat laju volume dalam produksi.
Dan pada konsekuensinya sistem ini terdapat dalam proses, sebagai contoh terdapat
pada rumah sakit, rumah makan, hingga ke dalam sebuah pabrik. Beberapa teknik
menghadapi sistem bottleneck :
1. Meningkatkan kapasitas pada batasan.
2. Memperhatikan SDM yang digunakan dan memusatkan kerja yang menyebabkan
terjadinya
3. Membuat perputaran berulang, prosedur pemrosesan, atau subkontraktor alternatif
yang lebih baik.
4. Memindahkan pemeriksaan dan pemgujian ketempat lain sebelum terjadi
bottleneck, guna mengurangi cacat potensial.
5. Menjadwalkan throughtput untuk menyesuaikan kapasitas saat terjadinya
bottleneck, yakni mengurangi pemusatan kerja pada kegiatan yang berisiko
terjadinya bottleneck.
L. Penjadwalan Produksi Berulang
Produsen berulang ingin memenuhi permintaan pelanggan, mengurangi investasi
persediaan, mengurangi ukuran lot dengan peralatan dan proses yang ada. Sebuah
teknik untuk mencapai tujuan ini adalah menggunakan sebuah jadwal penggunaan
material bertingkat.Penggunaan material bertingkat berarti penggunaan lot yang lebih
sering, berkualitas tinggi, dan berukuran kecil yang berperan untuk produksi just-in-
time. Kelebihan penggunaan material secara bertingkat
1. Mengurangi tingkat persediaan yang membebaskan modal untuk penggunaan yang
lain.
2. Mempercepat volume produksi.
3. Memperbaiki kualitas komponen sehingga meningkat kualitas produk
4. Mengurangi kebutuhan luas lantai
5. Memperbaiki komunikasi pekerja sebab mereka menjadi semakin berdekatan.
6. Melancarkan proses produksi karena lot yang besar tidak “menyembunyikan”
permasalahan.
Anggap sebuah produsen berjalan menjalankan batch bulanan yang berukuran besar:
Dengan menggunakan jadwal penggunaan material bertingkat, manajemen akan dapat
memendekkan siklus bulanan ini menjadi siklusn mingguan, harian, bahkan siklus per
jam.
M. Manajemen Proyek
Secara umum proyek adalah suatu kegiatan yang baru atau unik untuk mencapai
tujuan, harapan atau target tertentu dalam suatu periode waktu dan memiliki
keterbatasan dalam anggaran biaya maupun sumber daya serta memiliki standarisasi
tertentu.
Sebuah proyek diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, harapan
ataupun target yang telah ditetapkan. Maka untuk mewujudkan hal tersebut tentu saja
diperlukan penerapan manajemen proyek yang tepat dalam kerangka pengerjaan sebuah
proyek. 
Manajemen proyek yang tepat dapat menjadi landasan dalam pengerjaan sehingga
proyek dapat berjalan dengan tepat waktu, sesuai dengan anggaran biaya, dan sesuai
dengan standariasi yang telah ditetapkan dalam proyek.  Apabila proyek dijalankan
tanpa adanya manajemen maka kemungkinan besar proyek tersebut tidak dapat
mencapai tujuan, harapan ataupun target sesuai dengan waktu dan anggaran biaya yang
tersedia. Selain itu dalam menjalankan sebuah proyek tentu saja terdapat risiko baik
dalam skala kecil maupun skala besar. Risiko tersebut dapat diantisipasi dan diatasi
dengan tepat melalui manajemen proyek.
Sebuah proyek diharapkan dapat selesai sesuai dengan waktu dan anggaran yang
tersedia dengan hasil yang memiliki kualitas dan memenuhi standarisasi yang telah
ditetapkan. Sebuah proyek dapat  dikatakan berkualitas apabila hasil dari proyek
tersebut memenuhi standarisasi, tujuan, harapan maupun target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam mewujudkan kualitas tersebut diperlukan dukungan dari sumber
daya manusia karena sumber daya manusia memiliki peran penting dalam penerapan
manajemen proyek. Hal ini diperlukan karena sumber daya manusia berperan dalam
mengintegrasikan, mengkoordinasi, dan mengatur semua sumber daya yang diperlukan
dalam mencapai sasaran dan  keberhasilan. 
Sumber daya manusia yang baik mempunyai kompetensi yang mencakup ilmu
pengetahuan, kemampuan, dan sikap. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sumber
daya manusia yang melakukan dan melaksanakan manajemen proyek dalam pengerjaan
sebuah proyek sehingga proyek berhasil memenuhi kualitas. Manajemen proyek
mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan dan keberlangsungan sebuah
proyek sehingga diperlukan manajemen proyek yang tepat mulai dari awal, pertengahan
hingga akhir pengerjaan proyek. Langkah-langkah  untuk melakukan manajemen
proyek dimulai dari pendefenisian proyek, inisialisasi proyek, perencanaan proyek,
pelaksanaan proyek, pemantauan dan pengendalian proyek, dan pentupun proyek.
1. Pendefinisian Proyek
Pendefinisian proyek merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam
penerapan manajemen proyek, dimana dilakukan pendefinisian tujuan, harapan
atau target yang ingin dicapai serta faktor-faktor apa saja yang perlu
dipertimbangkan selama pelaksanaan sebuah proyek.
2. Inisialisasi Proyek
Langkah yang kedua adalah inisialisasi proyek dimana dalam tahap ini perlu
menyusun dan merancang perencanaan awal dalam proyek seperti sumber daya,
waktu, ataupun anggaran biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.
Tahap inisialisasi harus diselesaikan sebelum proyek dimulai dan dilaksanakan.
3. Perencanan Proyek
Langkah yang ketiga yaitu perencanaan proyek dimana perlu dilakukan penguraian
dengan tepat bagaimana perencanaan dan prosedur proyek yang akan dilaksanakan
dengan penetapan ruang lingkup,periode waktu, anggaran biaya, dan sumber daya
yang akan digunakan.
4.  Pelaksanaan Proyek
Langkah yang keempat adalah pelaksaan proyek dimana dalam tahap ini proyek
dilakukan sesuai dengan tujuan, harapan, ataupun target secara efisien dan efektif.
5. Pemantauan dan Pengendalian Proyek
Langkah yang kelima adalah pemantauan dan pengendalian proyek dimana dalam
tahap ini dilakukan pengawasan, pemantauan dan pengendalian untuk memastikan
bahwa seluruh tahap dalam proyek telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Apabila ada hal yang belum sesuai maka diperlukan perbaikan atas masalah yang
terjadi.
6. Penutupan Proyek
Langkah yang terakhir adalah penutupan proyek yaitu untuk memastikan proyek
telah terlaksana sesuai dengan rencana. Penutupan proyek dilakukan setelah
menerima hasil akhir dari proyek yang telah dilaksanakan.
Manajemen proyek dapat membantu pelaksaan proyek menjadi lebih terkendali
dan teratur. Oleh sebab itu manajemen proyek perlu diterapkan untuk menghasilkan
proyek dengan hasil yang sesuai dengan tujuan, harapan, ataupun target yang telah
ditetapkan. 
Manajemen proyek mencakup topik-topik yaitu manajemen waktu (time management),
manajemen biaya (cost management), manajemen ruang lingkup (scope management),
manajemen kualitas (quality management), manajemen pengintegrasian (integration
management), manajemen sumber daya (human resource management), anajemen
resiko (risk management) , manajemen komunikasi (communication management), dan
manajemen pembelian (procurement management). Adapun keterangan dari masing-
masing topik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manajemen Waktu (time management)
Manajemen waktu adalah melakukan perencanaan durasi waktu, penjadwalan
kegiatan, dan pengendalian waktu yang digunakan dalam melakukan kegiatan atau
proses pengerjaan proyek sehingga proyek dapat diselesaikan dengan efisien dan
efektif. Manajemen waktu akan membantu menyelesaikan sebuah proyek dengan
tepat sehingga dapat menghindari keterlambatan yang juga akan berpengaruh pada
aspek lainnya dalam pengerjaan sebuah proyek. Hal yang perlu dilakukan dalam
melakukan manajemen waktu yaitu membuat daftar aktivitas serta deskripsi
aktivitas tersebut kemudian dalam daftar tersebut lakukan pengurutan aktivitas dari
awal sampai akhir. Selanjutnya membuat estimasi durasi waktu yang diperlukan
untuk melakukan setiap aktivitas dimana hal ini perlu dilakukan agar setiap
aktivitas dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Setelah itu diperlukan
pengendalian jadwal dengan melakukan pemeriksaan atau pengawasan secara
teratur. Manajemen waktu dapat membantu untuk meningkatkan produktivitas
dalam pelaksaan sebuah proyek.
2. Manajemen Biaya (cost management)
Manajemen biaya adalah perencanaan, penyusunan, dan pengendalian biaya
anggaran yang akan digunakan selama proyek berlangsung. Dalam menyusun
anggaran biaya perlu membuat estimasi atau perencanaan biaya dan biaya disusun
secara terperinci. Selain itu dalam manajemen biaya diperlukan pengendalian biaya
baik melalui monitor dan control yang dilakukan selama proses pengerjaan proyek.
Manajemen biaya perlu dilakukan untuk membantu mengurangi pengeluaran dan
proyek berlangsung sesuai dengan tujuan, harapan, ataupun target tanpa melampaui
anggaran biaya yang telah ditetapkan, sehingga setiap prosesnya sesuai dengan
rencana dan kebutuhan dalam proyek tersebut.
3. Manajemen Ruang Lingkup (scope management)
Manajemen ruang lingkup merupakan proses untuk memastikan serta menyakinkan
berbagai aspek yang telah dilakukan dalam proyek telah mencakupi kebutuhan,
standarisasi, berhubungan, dan sesuai dengan batasannya. Manajemen ruang
lingkup perlu dalam sebuah proyek agar proses pengerjaan proyek berlangsung
sesuai dengan apa yang diperlukan, tidak boros dalam penggunaan waktu dan
biaya, dan memenuhi standar. Manajemen ruang lingkup membuat pengerjaan
proyek lebih terarah dan pekerjaan dalam proyek akan lebih mudah untuk
dilakukan.
4. Manajemen Kualitas (quality management)
Kualitas menjadi faktor yang pernting untuk dicapai dalam pelaksaan sebuah
proyek. Manajemen kualitas dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
mengawasi dan mengontrol setiap proses pengerjaan proyek untuk mencapai
kualitas sesuai standarisasi serta mempertahankan kualitas maupun tingkat
keunggulan dalam sebuah proyek. Dalam manajemen kualitas aspek yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
 Perencaan kualitas, yaitu menetapkan standarisasi, kriteria, persyaratan,
maupun prosedur dalam menentukan kualitas sesuai proyek yang
dilaksanakan.
 Kontrol kualitas, yaitu untuk meninjau kualitas dari kegiatan yang dalam
sebuah proyek melalui inspeksi dan pengujian untuk mengidentifikasi apabila
terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
 Asuransi kualitas, yaitu tanggung jawab dalam menjamin kualitas dari proyek
yang dihasilkan serta memastikan bahwa proyek tersebut telah memenuhi
standarisasi, harapan, maupun tujuan yang telah ditetapkan.
 Peningkatan kualitas, yaitu mengidentifikasi dan mengukur bagaimana
kualitas dari hasil, kemudiaan melakukan fokus pada peningkatan proses
dalam pengerjaan proyek untuk meningkatkan kualitas pada hasil akhir.
5. Manajemen Pengintegrasian (integration management)
Manajemen pengintegrasian adalah berbagai aktivitas dan proses yang
diterapkan dalam sebuah proyek untuk mengindentifikasi, mengkombinasi, serta
mengkoordinasi berbagai aktivitas manajemen proyek dalam suatu proses yang
berkesinambungan dalam pengerjaan proyek.

6. Manajemen Sumber Daya Manusia (human resource management)


Manajemen sumber daya manusia adalah proses menempatkan,
mengorganisasikan dan  mengelola sumber daya manusia yang terlibat dalam
proyek, sehingga meningkatkan potensi dan kemampuan secara efektif dan efisien.
Manajemen sumber daya manusia dibutuhkan dalam proyek, untuk memastikan
bahwa tenaga ahli atau sumber daya manusia yang ditugaskan memmenuhi kriteria
dan dapat bekerja secara profesional. Sumber daya manusia dalam sebuah proyek
antara lain sponsor, pelanggan, anggota tim proyek dll. Manajemen sumber daya
manusia menyangkut pembagian bidang pekerjaan dan karyawan, desain dan
implementasi sistem perencanaan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier,
evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.
7. Manajemen Risiko (risk management)
Manajemen risiko adalah proses melakukan kegiatan secara  sistematis untuk
merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon resiko yang terdapat
pada sebuah proyek proyek. Tujuannya untuk meningkatkan peluang dan dampak
peristiwa positif dan mengurangi peluang dan dampak peristiwa yang merugikan
proyek.
8. Manajemen komunikasi (communication management)
Manajemen komunikasi berhubungan erat  dengan interaksi sosial yang berarti
bagaimana setiap anggota dalam proyek melakukan komunikasi untuk mencapai
tujuan bersama yang terpadu melalui proses perencanaan, pengelolaan, maupun
pelaksaan. Komunikasi yang baik dalam pelaksaan proyek menunjukkan bahwa
setiap anggota saling mengerti tugas masing-masing sehingga setiap bidang atau
bagian melakukan tanggung jawab masing-masing dan saling melengkapi. Dalam
melakukan komunikasi perlu memperhatikan Bahasa yang baik, mudah di mengerti,
serta meyampailan informasi yang benar.
9. Management pembelian (procurement management)
Manajemen pembelian adalah proses yang dilakukan dalam kegiatan
pemenuhan kebutuhan pengerjaan proyek melalui membeli atau memperoleh
material, bahan, atau perlengkapan yang berasal dari luar organisasi proyek.
Tujuannya untuk memastikan proses pengadaan bahan, material atau perlengkapan
yang dibutuhkan dalam proyek, mempersiapkan kriteria untuk kualitas, membuat
strategi mencapai tujuan, meningkatkan akuntabilitas, serta mempersiapkan kerja
sama dengan pihak luar organisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :
1. Bagi suatu perusahaan Dengan penjadwalan secara efektif perusahaan
menggunakan assetnya dengan efektif dn menghasilkan kapasitas dolar yang di
investasikan menjadi lebih besar, yang sebaliknya akan mengurangi biaya.
Penjadwalan menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait memmberikan
waktu pengiriman yang lebih cepat dan pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih
baik. Keuntungan penjadwalan adalah keunggulan kompetitif denga pengiriman
yang bisa di andalkan.
2. Melalui uraian mengenai manajemen proyek diatas kita dapat melihat bagaimana
peran manajemen proyek dalam melaksanakan sebuah proyek. Manajemen proyek
yang tepat dapat menjadi landasan dalam pengerjaan sehingga proyek dapat
berjalan dengan tepat waktu, sesuai dengan anggaran biaya, dan sesuai dengan
standariasi yang telah ditetapkan dalam proyek. Manajemen proyek juga membantu
dalam mencapai kualitas. Oleh sebab itu manajemen proyek penting untuk
diterapkan dalam sebuah proyek.
B. Saran
Sebagai suatu perusahaan harus mempunyai dan mengatur penjadwalan jangka pendek
agar tidak terjadi organisasi yang tidak baik.
1. Kita juga bisa menyampaikan saran atau kritikan kepada perusahaan melalui kotak
suara yang telah disediakan atau melalui media lain.
2. Dalam membuat suatu penjadwalan janka pendek, perusahaan harus mengatur
dengan baik agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bunghatta.ac.id/artikel/192/perencanaan-program-dan-penyusunan-usulan-
kegiatan.html
render barry, jay haizer, prinsip-prinsip manajemen operasi, salemba empat, Jakarta,
1997

Anda mungkin juga menyukai