Intan Wahyuni1, Nurhafika2, Siti Mariyam3, Sukmawati Liamanu4, Aditiya Bayu Asmara5
Abstrak
Globalisasi ekonomi yang diakibatkan adanya ekonomi kapitalis tidak mampu memberikan
kemakmuran bagi semua orang. Pada kenyataanya hasil yang didapat bukan kesejahteraan
bersama melainkan penguasaan ekonomi oleh para pemilik modal. Sehingga akibat yang
ditimbulkan adalah yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah miskin. Dalam industri
keuanagn islam yang pada saat ini menjadi fenomena global, ditandai dengan semakin
banyaknya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis islam dan dampak positif yang
diberikan bagi perkembangan keuangan di dunia yang mengedepankan nilai-nilai moral
universal, keadilan, kejujuran, dan etika. Dengan adanya globalisasi ekonomi dan fenomena
perkembangan ilmu keuangan secara tidak langsung telah melahirkan banyak peluang
sekaligus tantangan, terutama dalam upaya pengembangan keuangan islam. Oleh karena itu,
pengembangan keuangan islam harus belajar dari kesuksesan dan kegagalan ekonomi
konvesional dalam menghadapi krisis- krisis yang ada dan perlu juga adanya pemanfaatan
pendekatan-pendekatan baru yang kreatif dan inovatif.
Economic globalization caused by the capitalist economy is not able to provide prosperity
for everyone. In fact, the results obtained are not shared prosperity but economic control by
the owners of capital. As a result, the rich get richer and the poor get poorer. In the Islamic
finance industry, which is currently a global phenomenon, it is marked by the increasing
number of Islamic-based financial institutions and the positive impact they have on financial
development in the world that puts forward universal moral values, justice, honesty, and
ethics. With the globalization of the economy and the phenomenon of the development of
financial science, it has indirectly given birth to many opportunities as well as challenges,
especially in efforts to develop Islamic finance. Therefore, the development of Islamic finance
must learn from the successes and failures of the conventional economy in dealing with
existing crises and it is also necessary to use creative and innovative new approaches.
Indonesia adalah satu dari negara muslim terbesar di dunia, merupakan pasar yang
besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah. Perkembangan ekonomi Islam di
Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan sangat signifikan, diawali dengan berdirinya
beberapa bank – bank syariah, ada yang langsung berdiri menjadi bank umum syariah ada
juga yang berawal dari unit usaha syariah (UUS) bank konvensional yang kemudian spin off
menjadi bank umum syariah. Setelah melihat kesuksesan bank – bank syariah yang tumbuh
begitu pesat dengan sistem syariahnya membuat beberapa sektor keuangan lainnya ikut
menerapkan sistem syariah pada sistem keuangannya. Seperti asuransi, pegadaian, dan tidak
terkecuali pasar modal.
Pasar modal sebagai salah satu instrumentasi sistem keuangan merupakan salah satu
tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan pasar modal di Indonesia
telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Seiring
perkembangan pasar modal, maka dikembangkan pula pasar modal syariah yaitu pasar modal
yang menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai
epistemologi Islam (Hamzah, 2005). Perkembangan lembaga keuangan berbasis syariah,
seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, sukuk, pegadaian syariah, asuransi syariah,
reksadana syariah dan berbagai bentuk bisnis syariah lainnya mengalami perkembangan yang
sangat pesat di Indonesia. Hadirnya lembaga keuangan berbasis syariah di Indonesia
merupakan fenomena baru dan menarik dalam bisnis keuangan modern.
Perkembangan pasar modal di Indonesia juga mengikuti perkembangan di negara-
negara lain dengan membentuk pasar modal syariah. Hadirnya pasar modal syariah yang
diluncurkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index tidak
terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang
syariah. Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang memiliki karakteristik
khusus. Karakteristik ini terbentuk dari adanya pemenuhan prinsip syariah dalam
menciptakan produk, membuat kontrak dalam penerbitan efek syariah, melakukan transaksi
perdagangan, serta melakukan aktivitas pasar modal lainnya. Prinsip syariah yang harus
dipenuhi antara lain terhindarnya aktivitas pasar modal syariah dari unsur perjudian (maysir),
ketidakpastian (gharar), sistem bunga (riba), dan ketidakadilan.
Dalam konsep Islam, pertukaran mata uang diperbolehkan asalkan tidak mengandung
unsur spekulasi. Uang pada hakikatnya adalah milik Allah swt. yang diamanahkan kepada
kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Oleh karenanya,
menimbun uang dalam arti dibiarkan tidak produktif tidak dikehendaki karena berarti
mengurangi jumlah uang beredar. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept,
karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian.
Islam memandang apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah
sebagai medium of exchange. Uang bukan suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan
kelebihan baik secara on the spot maupun bukan. Satu fenomena penting dari karakteristik
uang adalah bahwa uang tidak diperlukan untuk dikonsumsi, uang tidak diperlukan untuk
dirinya sendiri, melainkan diperlukan untuk membeli barang yang lain sehingga kebutuhan
manusia dapat terpenuhi. Islam memandang uang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditas.
Diterimanya peranan uang ini secara meluas dengan maksud menghapuskan ketidakadilan
dan kezhaliman dalam ekonomi tukar menukar. Karena ketidakadilan dalam ekonomi tukar
menukar (barter) digolongkan sebagai Riba Fadl, meskipun peranan uang sebagai alat tukar
dapat dibenarkan. Barter adalah sebuah metode penukaran yang tidak praktis dan umunya
menunjukan banyak kepicikan dalam mekanisme pasar. Uang itu sendiri tidak menghasilkan
suatu apapun. Meskipun demikian, uang dapat memainkan perannya sebagai suatu unit
account dan sebagai suatu kumpulan nilai.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh berbagai
indicator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah yang
mengeluarkan efek-efek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Semakin berkembangnya saham syariah yang ada di Indonesia tidak menutup kemungkinan
akan menjadikan instrumen pasar modal syariah lebih variatif dan lebih menjanjikan bagi
para investor yang ingin menginvestasikan modalnya di pasar modal syariah. Apalagi
mayoritas masyarakat Indonesia beragamakan muslim, sehingga lebih mudah dalam
mengakses pasar modal syariah terlebih menginvestasikan modalnya untuk mendapatkan
keuntungan dunia akhirat. Banyaknya lembaga keuangan konvensional yang membuka
cabang syariah ataupun murni perusahaan syariah khususnya adalah perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi merupakan industri jasa yang sangat membutuhkan faktor kepercayaan.
Keberadaannya tidak hanya sebagai bentuk dari sebuah industri bisnis semata, akan tetapi
merupakan salah satu instrumen finansial kesejahteraan dan ketentraman bagi nasabahnya.
Kesejahteraan dan ketenteraman adalah tujuan utama dari janji berasuransi. Misi ini akan
menjadi absurd manakala hak nasabah atas indemnity menjadi tidak terjamin sebagaimana
yang mereka harapkan (Arjono, 2008)
Untuk menghindari gharar, maisir dan riba, di negara-negara yang berpendudukan
mayoritas Muslim mereka melakukan modifikasi sistem asuransi tersebut dengan konsep
syariah. Asuransi syariah atau Asuransi Takaful merupakan fenomena kegiatan ekonomi
yang berbasis pada ajaran Islam. Perkembangan industri keuangan syariah yaitu khususnya
Sukuk di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perusahaan perusahaan yang telah mengeluarkan sukuk. Sukuk pertama kali
dikeluarkan oleh perusahaan Indosat pada tahun 2002 hingga sampai saat ini perusahaan yang
telah menerbitkan sukuk sekitar 26 perusahaan. Sukuk merupakan surat berharga jangka
panjang yang didasarkan pada prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo (DSN-MUI).
Reksadana syariah pada dasarnya merupakan islamisasi dari reksadana konvesional.
Berdasrkan Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk reksadan syariah. Reksadana syariah juga merupakan salah satu lembaga
keuangan yang dapat dijadikan alternative bagi masyrakat yang menginginkan return dari
sumber usaha yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara syariah. Menariknya
indeks syariah mendapatkan keuntungan yang lebih besar terutama disaat kondisi saham-
saham yang berbasis riba seperti perbankan ataupun mengalami penurunan harga saham,
seperti pada wal tahun ini hingga bulan mei kemarin. Dalam periode itu, saham-saham
perbankan mengalami koreksi harga (Bareksa, 2015).
PEMBAHASAN
1. Konsep Uang Dalam Islam
1.1 Pengertian Uang
Dalam fikih Islam istilah uang bisa disebut dengan nuqud atau tsaman. Secara
umum, uang dalam Islam adalah alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai barang
dan jasa untuk memperlancar transaksi perekonomian. Nuqud adalah semua hal yang
digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik Dinar emas,
Dirhamperak, maupun Fulus tembaga. Nuqud adalah segala sesuatu yang diterima
secara umum sebagai media pertukaran dan pengukur nilai, yang boleh terbuat dari
bahan jenis apapun. Nuqud adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh
masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan
lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas. Nuqud adalah
satuan standar harga barang dan nilai jasa pelayanan dan upah yang diterima sebagai
alat pembayaran.
Ulama kontemporer mendefinisikan uang merupakan sesuatu yang diterima oleh
seluruh manusia yang bersifat umum, uang seperti timbangan yang dipakai untuk
menukar, segala bentuk barang akan ditukarkan dengan uang sebagai media
pertukarannya, uang ini berperan seperti timbangan yang menakar atau mengukur
harga suatu barang.
Konsep public goods belum dikenal dalam teori ekonomi sampai tahun 1980 an.
Baru setelah muncul ekonomi lingkungan, maka kita berbicara dengan externalities,
public goods, dan sebagainya. Dalam Islam, konsep ini sudah lama dikenal, yaitu
ketika Rasulullah mengatakan bahwa” manusia mempunyai hak bersama dalam tiga
hal: air, rumpit dan api” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah). Dengan
demikian, bersetifikat dalam hal public goods bukan merupakan hal yang baru dalam
ekonomi Islam, bahkan konsep ini sudah terimplementasi, baik dalam bentuk
musyarakah, muzara’ah, musaqah, dan lain-lain, seperti tertuang dalam berbagai
hadist nabi.
1) Commodity money
Commodity money dapat didefinisikan sebagai medium of exchange yang
mempunyai nilai komoditi apabila komoditit tersebut digunakan bukan sebagai
uang. Ada tiga hal yang penting dan harus diperhatikan sebagai medium of
exchange:
a. Kelangkaan (Scarcity)
Supply dari medium of exchange harus terbatas. Jika tidak, maka nilai
pertukaran dari komoditi tersebut tidak ada.
c. Nilai Tinggi
Medium of exchange sangatlah nyaman jika unit tersebut mempunyai nilai
tinggi, sehingga tidak membutuh jumlah yang banyak dalam melakukan
transaksi.
2) Token Money
Goldmith (orang yang meminjamkan uang) dan para bankir menyadari
bahwa meminjam komoditi (seperti emas dan perak) dan kemudian mengeluarkan
tanda penerimaan (receipt) akan menghasilkan keuntungan. Mereka akan
memberikan bunga atas deposit koin emas dan perak. Apabila harga emas batang
naik dan daya beli koin turun, maka mereka dapat melebur koin tersebut menjadi
bentuk batangan, atau bila harga di luar lebih tinggi dari harga di dalam maka
mereka akan menjual ke luar. Kedua aktivitas tersebut akan memberi keuntungan.
Semakin tanda terima (receipt) yang yang berputar di antara para deposito, maka
goldsmith dan para banker akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk
menggunakan emas dan perak tersebut dan memperoleh lebih banyak keuntungan.
Ini adalah contoh pertama dalam sejarah moneter Inggris mengenai token money
dari aktivitas lembaga keuangan. Tanda terima (receipt) yang pertama dilakukan
oleh goldsmith dan kemudian oleh bank menjadi medium of exchange. Jelaslah
sekarang bahwa tanda terima (receipt) untuk deposito, atau bank notes yang
selanjutnya disebut token menggantikan commodity money. Kertas tanda terima
ini (receript) dapat di tukarkan dengan koin emas apabila di butuhkan.
3) Deposit Money
Semakin pesatnya pertumbuhan industri dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang semangkin meningkat, mengakibatkan semakin tingginya
kebutuhan uang dalam jumlah besar, misalnya untuk keperluan pembangunan
pabrik, pembelian mesin, pembelian bahan baku dalam jumlah besar, pengiriman
barang dalam jumlah besar, juga transaksi antar negara dalam jumlah besar. Untuk
itu dibutuhkan perubahan di bidang keuangan. Terutama di bidang pembayaran.
Banyak para pengusaha membayar tagihan mereka dengan menggunakan
cheques. Hanya pengeluaran kecil gaji para karyawan, dan transportasi yang
dibayar dengan tunai. Pihak yang menerima pembayaran akan memasukkan uang
tersebut ke bank mereka.Menurut Irving Fisher (1867-1947), chaque bukan uang,
tetapi hanya merupakan order tertulis (written order) untuk mentransfer uang.
Perlu dibedakan antar transfer insrtument, cheque, dan objek aktual yang
ditransfer yaitu bank deposito. Transfer belum mempengaruhi bank deposit si
pengirim sampai uang tersebut dicairkan. Pada waktu bank memberi pinjaman
kepada seseorang, bank tidak memberikannya dalam bentuk tunai (cash). Bank
akan membuka account atas nama orang tersebut dengan jumlah uang senilai
pinjaman. Dengan demikian, bank membuat uang baru (deposit), melebihi dan di
atas notes dan coins (token atau legal money) yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan penting yang telah mengubah perbankan
modern adalah kemampuan bank deposito untuk mengubah” purveyors of money”
menjadi “creator of money”.
Keterangan:
f = Fungsi utilitas
Xi = Jumlah komoditi
Pi = Harga komoditi
Y = Pendapatan nominal
Uang tidak langsung (indirect utility function). Namun pada teori klasik
uang merupakan fungsi yang langsung (direct utility function). Perbedaan fungsi
utalitas apakah termasuk ke dalam indirect untility function atau direct utility
function, bukanlah menjadi masalah bagi kita, karena perdebatan ini hanya terjad
pada teori ekonomi konvensional. Pertanyaan sekarang adalah bagaimana konsep
Islam dalam utilitas? Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa uang diakui
hanya sebagai intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange dan
unit of account tidak lebih dari ini. Artinya, fungsi uang hanya sekedar sebagai
medium dari barang yang satu berubah menjadi barang lain, tidak perlu adanya
double coincidence needs. Uang bukanlah sebagai komoditi. Dalam konsep Islam,
uang jadi tidak termasuk dalam fungsi utility kita, karena sebenarnya manfaat
yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, akan tetapi dari fungsi uang.
Dalam hadist-hadist Rasulullah Saw, bisa kita lihat peran uang sangat
sentral dalam teori ekonomi Islam. Salah satu contoh adalah peristiwa yang terjadi
pada masa Rasulullah Saw. Pada suatu hari, Bilal bin Rabah ingin menukar 2 sha’
kurma yang buruk dengan satu sha’ kurma yang baik, maka Rasulullah
mengatakan”tidak boleh menjual kurma yang buruk dan mendapatkan Dinar, lalu
membeli kurma yang baik dengan Dinar tersebut”. (H.R. Bukhari). Menurut
Rasulullah, tiap kurma mempunyai harga masing-masing. Karena itu, menjadi
sangat naif apabila dikatakan bahwa dalam Islam tidak ada konsep uang.
Pt = Po (1+r)
Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam Ilmu finance sebagai
teori bunga majemuk menjadi:
FV = PV (1+r)
Jadi, fature value dari uang dianologikan dengan jumlah populasi tahun
ke –t, present value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0,
sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan
populasi. Jelas hal ini sangat keliru besar, karena uang bukanlah makhluk hidup
yang dapat berkembang biak dengan sendiri.
ۡاَلَّ ِذ ۡينَ يَ ۡا ُكلُ ۡونَ الر ِّٰبوا اَل يَقُ ۡو ُم ۡونَ اِاَّل َك َما يَقُ ۡو ُم الَّ ِذ ۡى يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ۡي ٰطنُ ِمنَ ۡال َمسِّؕ ٰذ لِكَ بِاَنَّهُم
قَالُ ۡۤوا اِنَّ َما ۡالبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل الرِّ ٰبواۘ َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰبوا ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه
َار هُمۡ فِ ۡيهَا ٰخلِد ُۡون
ِۚ َّص ٰحبُ النۡ َك ا َ ِ€ولٓ ِٕٕٮ
ٰ ُ فَ ۡانت َٰهى فَلَهٗ َما َسلَفَ ؕ َواَمۡ ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِؕ َو َم ۡن عَا َد فَا
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
b. QS An-Nisaa (4):29
ۤ
ۚ ۡاض ِّم ۡن ُكم َ ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اَل ت َۡا ُكلُ ۡۤوا اَمۡ َوالَـ ُكمۡ بَ ۡينَ ُكمۡ بِ ۡالبَا ِط ِل اِاَّل ۤ اَ ۡن تَ ُك ۡونَ تِ َج
ٍ ارةً ع َۡن ت ََر
َواَل ت َۡقتُلُ ۡۤوا اَ ۡنـفُ َس ُكمۡؕ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ۡي ًما
c. QS Al –Maaidah (5):1
بِ ۡال ُعقُ ۡو ِد ؕ اُ ِحلَّ ۡت لَـ ُكمۡ بَ ِه ۡي َمةُ ااۡل َ ۡن َع ِام اِاَّل َما ي ُۡت ٰلى َعلَ ۡي ُكمۡ غ َۡي َر ُم ِحلِّى€ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ۡوفُ ۡوا
الص َّۡي ِد َواَ ۡنـتُمۡ ُح ُر ٌم ؕ اِ َّن هّٰللا َ يَ ۡح ُك ُم َما ي ُِر ۡي ُد
d. “Rasulullah saw melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (H.r Al Baihaqi
dari Ibnu Umar).
e. “Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memiliki” (H.R baihaqi dari hukaim
bin Hizam).
2.3 Fungsi Pasar Modal syariah
Pasar modal melengkapi fungsi lembaga keuangan lain dalam sistem
keuangan seperti bank komersial, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya
sebagai lembaga intermediasi. Pasar modal syariah melengkapi bank syariah sebagai
lembaga intermediasi yang juga mempertimbangkan manfaat investasi yang
ditawarkan oleh bank syariah sebagai dasar mengukur imbal hasil dan risiko portofoli
investasi lainnya.
b) Akuntan publik
Berfungsi untuk memeriksa mondisi keuangan emiten dan memberikan
pendapat pakah laporan keuangan yang dikeluarkan emiten wajar atau tidak.
3) Perusahaan penilai
Perusahaan penilai berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap emiten,
apakah nilai aktiva emiten wajar atau tidak.
5) Bursa efek
Adalah tempat diselenggarakannya kegiatan perdagangan efek pasar modal yang
didirikan oleh suatu badan usaha. Saat ini bursa efek yang mengatur itu semua
adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).
1) Saham Syariah
Saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Saham syariah adalah
saham-saham yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memiliki karakteristik
sesuai dengan syariah Islam. Karakteristik tersebut adalah:
Berdasarkan jenis akad sukuk terbagi kedalam enam jenis, antara lain:
a) Sukuk Murabahah
Sukuk murabahah merupakan surat berharga yang berisi akad murabahah.
Penjual membeli barang yang diinginkan pembeli, lalu menjual dengan
tambahan harga (margin keuntungan) yang disepakati pembayaran dicicil
dalam jangka waktu yang disepakati.
b) Sukuk Mudharabah
Sukuk mudharabah merupakan surat berharga yang berisi akad pembiyaan
yang menggunakan sistem akad mudharabah. Dapat juga diartikan sebagai
surat berharga yang berisi akad mudharabah berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan perusahaan emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang
mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk berupa bagi hasil dan hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan
pemilik dana serta membayar kembali pokonya pada waktu jatuh tempo.
c) Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad pembiyaan yang
menggunakan sistem akad musyarakah. Dapat juga diartikan sebagai surat
berharga yang berisi akad mudharabah berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan perusahaan emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang
mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk berupa bagi hasil dan keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
d) Sukuk Salam
Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiyaan yang
menggunakan sistem akad salam. Akad pembiayaan salam yang diterbitkan
oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau institusi lainnya yang
mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk, yang biasanya berupa bagi hasil.
e) Sukuk Ijaroh
Sukuk Ijarah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual
atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri.
f) Sukuk Istishna
Sukuk Istishna adalah perjanjian/kontrak untuk barang-barang industri yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau
pembayran di masa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan
kontrak tertentu. Dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi
akad mudharabah berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan
emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk
untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dan
hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta membayar
kembali pokonya pada waktu jatuh tempo.
g) Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harta dengan manajer investasi, begitu pula pengelolaan dana
investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi
sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Sedangkan
reksadana syariah mengandung pengertian sebagai reksadana yang
pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam.
3. Asuransi Syariah
Asuransi syariah adalah sebuag usaha untuk saling melindungi dan saling tolong
menolong di antara para pemegang polis (peserta), yang dilakukan melalui
pengumpulan dan pengelolaan dana terbaru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan prinsip syariah.
Asuransi syariah menggunakan prinsip shoring of risk, dimana risiko dari satu
orang/pihak dibebankan kepada seluruh orang/pihak yang menjadi pemegang polis,
sedangkan asuransi konvensional menggunakan sistem transfer of risk dimana risiko
dari pemegang polis dialihkan kepada perusahaan asuransi. Dapat dikatakan bahwa
peran perusahaan asuransi syariah adalah melakukan pengelolaan operasional dan
investasi dari sejumlah dana yang diterima dari pemegang polis, berbeda dengan
perusahaan suransi konvensional yang bertindak sebagai penanggung risiko. Akad yang
digunakan dalam asuransi syariah menggunakan prinsip tolong-menolong antara
sesame pemegang polis dan perwakilan/kerja sama pemegan polis dengan perusahaan
asuransi syariah, sedangkan akan yang digunakan oleh asuransi konvensional
berdasarkan prinsip pertukaran (jual-beli).
Produk asuransi syariah untuk saat ini tersedia sangat beragam. Secara umum,
produk asuransi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Perbedaan antara reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah sebagai
berikut:
PENUTUP
Kesimpulan
Uang dalam islam adalah alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai barang dan jasa
untuk memperlancar transaksi perekonomian.uang bukan merupakan komoditas. Oleh karena
itu motif memegang uang dalam islam adalah untuk transaksi dan berjaga-jaga bukan untuk
spekulasi. Penggunaan uang sesungguhnya diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban
terlebih dahulu, seperti untuk infaq keluarga, zakat, dan nazar yang jatuh waktu. Setelah itu,
uang dapat digunakan untuk kegiatan yang sifatnya sunat (infaq keluarga, sadaqah, waqaf,
hibah, wasiat, dan lain-lain), mubah (produksi, perdagangan, kerja sama, pertukaran, dan
aspek ekonomi lainnya), serta makruh (memenuhi kebutuhan barang mewah). Sebaliknya,
penggunaan uang diharamkan dalam hal ditimbun, digunakan untuk tipu daya, judi/spekulasi,
riba, monopoli, bermegah-megahan, dan sebagainya.
Kegiatan pasar modal termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam
pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah. Sederhananya kata
syariah ini memiliki implikasi baik pada barang, dalam hal ini efeknya maupun cara atau
transaksinya harus sesuai dengan prinsip syariat/hukum islam, artinya satu hal saja tidak
terpenuhi maka tidak dapat dikategorikan sesuai prinsip syariah. Keunggulan pasar modal
syariah dibandingkan dengan pasar modal konvesional adalah dilihat dari luasnya cakupan
investor yang berinvestasi. Pada pasar modal konvensional yang bisa berinvestasi hanya
investor konvesional, sedangkan pada pasar modal syariah yang dapat berinvestasi adalah
investor konvensional dan investor yang berpreferensi syariah. Sehingga dalam hal ini
cakupan investor pada pasar modal syariah lebih luas dibandingkan dengan pasar modal
konvensional.
Dalam bahasa Arab asuransi disebut at-Ta’min, penanggung disebut mu’ammin,
sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min (Ma’ud, 1965). At-ta’min
memiliki arti memberi perlindungan ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut (al-
Jufri, 1400 H). Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-Ta’min, atau asuransi syariah
dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min
ke dalam tiga bagian, yaitu ta’min at taawaunity, ta’min al tijari, dan ta’min al hukumiy (Al-
Fanjari, 1994). Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian yang terdiri
atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dengan pemegang polis dan perjanjian di
antara para pemegang polis. Dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip
syariah guna saling menolong dan melindungi.
Rahn dalam bahasa Arab memiliki pengertian tetap dan berkelanjutan. Ada yang
menyatakan kata rahn bermakna tertahan dengan dasar Firman Allah SWT. “Tiap-tiap diri
bertanggung jawab (tertahan) atas apa yang telah diperbuatnya,” (QS. Al Muddassir. 74:38).
Kaya “rahienah” bermakna tertahan. Pengertian kedua ini hampir mirip dengan yang pertama
karena yang tertahan itu tetap ditempatnya. Ibnu Faaris menyatakan bahwa huruf Raa, Haa’
dan Nun adalah asal kata yang menunjukkan tetapnya sesuatu yang diambil dengan hak atau
tidak. Dari kata inilah makna kata al rahn yaitu sesuatu yang digadaikan. Allah SWt
mensyariatkan gadai (al-rahn) untuk kemaslahatan orang yang menggadaikan (rahin),
pemberi utang (murtahin), dan masyarakat. Untuk rahin, akan memperoleh kebaikan karena
dapat memenuhi kebutuhannya. Manfaat lainnya bagi rahin yaitu bisa menyelamatkannya
dari krisis dan menghilangkan kegundahan di hatinya, serta bisa berusaha dan berdagang
dengan dana tersebut. Sedangkan bagi pihak pemberi utang (murtahin) akan merasa tenang
dan aman atas haknya dan mendapatkan keuntungan secara syar’i, bila dilandasi dengan niat
baik maka mendapatkan pahala dari Allah. Adapun kemaslahatan kepada masyarakat adalah
memperluas interaksi perdagangan dan saling memberikan bantuan, kecintaan, dan kasih
sayang di antara manusia, karena ini termasuk tolong menolong di dalam kebaikan dan
yakwa. Di samping itu, dapat menjadi solusi dalam kondisi krisis yang dihadapi oleh
masyarakat.
Kata Sukuk memiliki arti ‘Sertifikat’/’Bukti Kepemilikan’/‘Bagian Penyertaan’.
Berdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk,
sukuk merupakan sertifikat/bukti kepemilikan yang bernilai sama dan tidak dibagikan terbagi
atas suatu aset, hak manfaat dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan
investasi tertentu. Aset yang menjadi dasar Sukuk tidak boleh bertentangan dengan Prinsip
Syariah di Pasar Modal sesuai ketentuan yang terdapat dalam Fatwa DSN-MUI. Selain
diterbitkan oleh korporasi, sukuk juga dapat diterbitkan oleh negara yang disebut dengan
Surat Berharga Syariah Negara. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut
Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing. Berbeda halnya dengan sukuk korporasi yang pengaturan, proses penerbitan dan
pengawasannya dilakukan oleh OJK, sedangkan untuk pengaturan dan proses penerbitan
SBSN dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian
Keuangan. Namun demikian, perdagangan SBSN dilakukan di Bursa Efek Indonesia,
sehingga pengawasan perdagangan juga dilakukan oleh OJK.
Reksa dana syariah adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal sebagai pemilik harta (shabib al-mal/rabb al-mal), yang selanjutnya
dana ini diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi sebagai wakil shahib al-
mal yang pengelolaanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Reksa
dana syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya, merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat permodalan. Khususnya permodalan kecil dan permodalan yang
tidak memiliki banyak waktu serta keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas. Sebagai salah satu instrumen investasi, reksa dana
syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensionalpada umumnya.
Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang
tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
REFERENSI
Ismanto, K. (n.d.). Ismanto, Kuat, 2009, Manajemen Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hal. 1 Muhamad, 2003, Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta:
Ekonisia, hal. 72. 1–14.
“Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Periode Juni 2012 – Mei 2015”. (1390). 117-99 ; ص8 شماره.
Fasa, M. I. (2016) ‘SUKUK: TEORI DAN IMPLEMENTASI’, Jurnal Studi Ekonomi dan
Bisnis Islam, Volume I(Nomor 1). Available at:
https://core.ac.uk/download/pdf/231144534.pdf.
OJK (2017) Pasar Modal Reksa Dana Syariah, Otoritas Jasa Keuangan. Available at:
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/FileDownload/446_psrmodal-5d reksadana
syariah_smallress.pdf.
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10444
https://sahabatpegadaian.com/inspirasi/mengenal-pegadaian-syariah-solusi-keuangan-sesuai-
syariat