Anda di halaman 1dari 29

Industri Keuangan Dalam Islam

Intan Wahyuni1, Nurhafika2, Siti Mariyam3, Sukmawati Liamanu4, Aditiya Bayu Asmara5

1) Ekonomi Pembangunan, UAD, email: intan1800010179@webmail.uad,ac.id


2) Ekonomi Pembangunan, UAD, email: nurhafika1800010185@webmail.uad.ac.id
3) Ekonomi Pembangunan, UAD, email: siti1800010210@webmail.uad.ac.id
4) Ekonomi Pembangunan, UAD, email: sukmawati1800010211@webmail.uad.ac.id
5) Ekonomi Pembangunan, UAD, email: aditiya1800010216@webmail.uad.ac.id

Abstrak

Globalisasi ekonomi yang diakibatkan adanya ekonomi kapitalis tidak mampu memberikan
kemakmuran bagi semua orang. Pada kenyataanya hasil yang didapat bukan kesejahteraan
bersama melainkan penguasaan ekonomi oleh para pemilik modal. Sehingga akibat yang
ditimbulkan adalah yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah miskin. Dalam industri
keuanagn islam yang pada saat ini menjadi fenomena global, ditandai dengan semakin
banyaknya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis islam dan dampak positif yang
diberikan bagi perkembangan keuangan di dunia yang mengedepankan nilai-nilai moral
universal, keadilan, kejujuran, dan etika. Dengan adanya globalisasi ekonomi dan fenomena
perkembangan ilmu keuangan secara tidak langsung telah melahirkan banyak peluang
sekaligus tantangan, terutama dalam upaya pengembangan keuangan islam. Oleh karena itu,
pengembangan keuangan islam harus belajar dari kesuksesan dan kegagalan ekonomi
konvesional dalam menghadapi krisis- krisis yang ada dan perlu juga adanya pemanfaatan
pendekatan-pendekatan baru yang kreatif dan inovatif.

Kata kunci : Ekonomi, Keuangan Islam, Lembaga Keuangan


Abstract

Economic globalization caused by the capitalist economy is not able to provide prosperity
for everyone. In fact, the results obtained are not shared prosperity but economic control by
the owners of capital. As a result, the rich get richer and the poor get poorer. In the Islamic
finance industry, which is currently a global phenomenon, it is marked by the increasing
number of Islamic-based financial institutions and the positive impact they have on financial
development in the world that puts forward universal moral values, justice, honesty, and
ethics. With the globalization of the economy and the phenomenon of the development of
financial science, it has indirectly given birth to many opportunities as well as challenges,
especially in efforts to develop Islamic finance. Therefore, the development of Islamic finance
must learn from the successes and failures of the conventional economy in dealing with
existing crises and it is also necessary to use creative and innovative new approaches.

Keywords: Economics, Islamic Finance, Financial Institutions


PENDAHULUAN

Indonesia adalah satu dari negara muslim terbesar di dunia, merupakan pasar yang
besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah. Perkembangan ekonomi Islam di
Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan sangat signifikan, diawali dengan berdirinya
beberapa bank – bank syariah, ada yang langsung berdiri menjadi bank umum syariah ada
juga yang berawal dari unit usaha syariah (UUS) bank konvensional yang kemudian spin off
menjadi bank umum syariah. Setelah melihat kesuksesan bank – bank syariah yang tumbuh
begitu pesat dengan sistem syariahnya membuat beberapa sektor keuangan lainnya ikut
menerapkan sistem syariah pada sistem keuangannya. Seperti asuransi, pegadaian, dan tidak
terkecuali pasar modal.

Pasar modal sebagai salah satu instrumentasi sistem keuangan merupakan salah satu
tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan pasar modal di Indonesia
telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Seiring
perkembangan pasar modal, maka dikembangkan pula pasar modal syariah yaitu pasar modal
yang menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai
epistemologi Islam (Hamzah, 2005). Perkembangan lembaga keuangan berbasis syariah,
seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, sukuk, pegadaian syariah, asuransi syariah,
reksadana syariah dan berbagai bentuk bisnis syariah lainnya mengalami perkembangan yang
sangat pesat di Indonesia. Hadirnya lembaga keuangan berbasis syariah di Indonesia
merupakan fenomena baru dan menarik dalam bisnis keuangan modern.
Perkembangan pasar modal di Indonesia juga mengikuti perkembangan di negara-
negara lain dengan membentuk pasar modal syariah. Hadirnya pasar modal syariah yang
diluncurkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index tidak
terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang
syariah. Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang memiliki karakteristik
khusus. Karakteristik ini terbentuk dari adanya pemenuhan prinsip syariah dalam
menciptakan produk, membuat kontrak dalam penerbitan efek syariah, melakukan transaksi
perdagangan, serta melakukan aktivitas pasar modal lainnya. Prinsip syariah yang harus
dipenuhi antara lain terhindarnya aktivitas pasar modal syariah dari unsur perjudian (maysir),
ketidakpastian (gharar), sistem bunga (riba), dan ketidakadilan.
Dalam konsep Islam, pertukaran mata uang diperbolehkan asalkan tidak mengandung
unsur spekulasi. Uang pada hakikatnya adalah milik Allah swt. yang diamanahkan kepada
kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Oleh karenanya,
menimbun uang dalam arti dibiarkan tidak produktif tidak dikehendaki karena berarti
mengurangi jumlah uang beredar. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept,
karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian.
Islam memandang apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah
sebagai medium of exchange. Uang bukan suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan
kelebihan baik secara on the spot maupun bukan. Satu fenomena penting dari karakteristik
uang adalah bahwa uang tidak diperlukan untuk dikonsumsi, uang tidak diperlukan untuk
dirinya sendiri, melainkan diperlukan untuk membeli barang yang lain sehingga kebutuhan
manusia dapat terpenuhi. Islam memandang uang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditas.
Diterimanya peranan uang ini secara meluas dengan maksud menghapuskan ketidakadilan
dan kezhaliman dalam ekonomi tukar menukar. Karena ketidakadilan dalam ekonomi tukar
menukar (barter) digolongkan sebagai Riba Fadl, meskipun peranan uang sebagai alat tukar
dapat dibenarkan. Barter adalah sebuah metode penukaran yang tidak praktis dan umunya
menunjukan banyak kepicikan dalam mekanisme pasar. Uang itu sendiri tidak menghasilkan
suatu apapun. Meskipun demikian, uang dapat memainkan perannya sebagai suatu unit
account dan sebagai suatu kumpulan nilai.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh berbagai
indicator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah yang
mengeluarkan efek-efek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Semakin berkembangnya saham syariah yang ada di Indonesia tidak menutup kemungkinan
akan menjadikan instrumen pasar modal syariah lebih variatif dan lebih menjanjikan bagi
para investor yang ingin menginvestasikan modalnya di pasar modal syariah. Apalagi
mayoritas masyarakat Indonesia beragamakan muslim, sehingga lebih mudah dalam
mengakses pasar modal syariah terlebih menginvestasikan modalnya untuk mendapatkan
keuntungan dunia akhirat. Banyaknya lembaga keuangan konvensional yang membuka
cabang syariah ataupun murni perusahaan syariah khususnya adalah perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi merupakan industri jasa yang sangat membutuhkan faktor kepercayaan.
Keberadaannya tidak hanya sebagai bentuk dari sebuah industri bisnis semata, akan tetapi
merupakan salah satu instrumen finansial kesejahteraan dan ketentraman bagi nasabahnya.
Kesejahteraan dan ketenteraman adalah tujuan utama dari janji berasuransi. Misi ini akan
menjadi absurd manakala hak nasabah atas indemnity menjadi tidak terjamin sebagaimana
yang mereka harapkan (Arjono, 2008)
Untuk menghindari gharar, maisir dan riba, di negara-negara yang berpendudukan
mayoritas Muslim mereka melakukan modifikasi sistem asuransi tersebut dengan konsep
syariah. Asuransi syariah atau Asuransi Takaful merupakan fenomena kegiatan ekonomi
yang berbasis pada ajaran Islam. Perkembangan industri keuangan syariah yaitu khususnya
Sukuk di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perusahaan perusahaan yang telah mengeluarkan sukuk. Sukuk pertama kali
dikeluarkan oleh perusahaan Indosat pada tahun 2002 hingga sampai saat ini perusahaan yang
telah menerbitkan sukuk sekitar 26 perusahaan. Sukuk merupakan surat berharga jangka
panjang yang didasarkan pada prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo (DSN-MUI).
Reksadana syariah pada dasarnya merupakan islamisasi dari reksadana konvesional.
Berdasrkan Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk reksadan syariah. Reksadana syariah juga merupakan salah satu lembaga
keuangan yang dapat dijadikan alternative bagi masyrakat yang menginginkan return dari
sumber usaha yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara syariah. Menariknya
indeks syariah mendapatkan keuntungan yang lebih besar terutama disaat kondisi saham-
saham yang berbasis riba seperti perbankan ataupun mengalami penurunan harga saham,
seperti pada wal tahun ini hingga bulan mei kemarin. Dalam periode itu, saham-saham
perbankan mengalami koreksi harga (Bareksa, 2015).

PEMBAHASAN
1. Konsep Uang Dalam Islam
1.1 Pengertian Uang
Dalam fikih Islam istilah uang bisa disebut dengan nuqud atau tsaman. Secara
umum, uang dalam Islam adalah alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai barang
dan jasa untuk memperlancar transaksi perekonomian. Nuqud adalah semua hal yang
digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik Dinar emas,
Dirhamperak, maupun Fulus tembaga. Nuqud adalah segala sesuatu yang diterima
secara umum sebagai media pertukaran dan pengukur nilai, yang boleh terbuat dari
bahan jenis apapun. Nuqud adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh
masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan
lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas. Nuqud adalah
satuan standar harga barang dan nilai jasa pelayanan dan upah yang diterima sebagai
alat pembayaran.
Ulama kontemporer mendefinisikan uang merupakan sesuatu yang diterima oleh
seluruh manusia yang bersifat umum, uang seperti timbangan yang dipakai untuk
menukar, segala bentuk barang akan ditukarkan dengan uang sebagai media
pertukarannya, uang ini berperan seperti timbangan yang menakar atau mengukur
harga suatu barang.

1.2 Konsep Uang dalam Islam


Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi
konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang
adalah uang bukan capital. Uang dalam ekonomi Islam yaitu sesuatu yang bersifat
flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept. Dalam Islam,
capital is private goods, sedangkan money is public goods. Uang yang ketika
mengalir adalah public goods (flow concept), lalu mengendap ke dalam kepemilikan
seseorang (stoke concept), uang tersebut menjadi milik pribadi (private good).

Perbedaan konsep uang dalam Islam dan Konvensional:

Konsep Islam Konsep Konvensional


1. Uang tidak identik dengan 1. Uang seringkali diidentikan
modal dengan modal
2. Uang adalah public goods 2. Uang (modal) adalah private
3. Modal adalah private goods goods
4. Uang adalah flow concept 3. Uang (modal) adalah flow concept
5. Modal adalah stock concept bagi fisher
4. Uang (modal) adalah stock
concept bagi Cambridge School

Konsep public goods belum dikenal dalam teori ekonomi sampai tahun 1980 an.
Baru setelah muncul ekonomi lingkungan, maka kita berbicara dengan externalities,
public goods, dan sebagainya. Dalam Islam, konsep ini sudah lama dikenal, yaitu
ketika Rasulullah mengatakan bahwa” manusia mempunyai hak bersama dalam tiga
hal: air, rumpit dan api” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah). Dengan
demikian, bersetifikat dalam hal public goods bukan merupakan hal yang baru dalam
ekonomi Islam, bahkan konsep ini sudah terimplementasi, baik dalam bentuk
musyarakah, muzara’ah, musaqah, dan lain-lain, seperti tertuang dalam berbagai
hadist nabi.

1.3 Perubahan Fungsi Uang


Fungsi uang dapat sebagai medium of exchange dapat digunakan sebagai alat
pembayaran. Sebelum ditemukannya koin, komoditi seperti hewan ternak berfungsi
sebagai uang, begitu juga dengan logam seperti emas dan perak yang digunakan pada
masa lampau. Koin eropa yang dikenal modern saat itu sebenarnya berasal dari
Bizantium dan negara Muslim yang diperkirakan di temukan pada abad ke-17. Pada
masa Islam, Abdul Malik bin Marwan (65-86 H) / 685-705 M), seorang khilafah dari
Dinasti Umayyah, mengganti koin emas (dinar) Bizantium dan perak (dirham) persia
yang mempunyai berat yang berbeda dengan koin Islam yang bernilai sama dengan
unit of account. Ada tiga tahap perkembangan fungsi uang, yaitu Commodity money,
token money, dan deposit money.

1) Commodity money
Commodity money dapat didefinisikan sebagai medium of exchange yang
mempunyai nilai komoditi apabila komoditit tersebut digunakan bukan sebagai
uang. Ada tiga hal yang penting dan harus diperhatikan sebagai medium of
exchange:

a. Kelangkaan (Scarcity)
Supply dari medium of exchange harus terbatas. Jika tidak, maka nilai
pertukaran dari komoditi tersebut tidak ada.

b. Daya tahan (Durability)


Medium of exchange bahwa jelas harus tahan lama dari hal berhubungan
dengan fungsi ketiga dari uang secara konvensional yaitu sebagai store of
valie.

c. Nilai Tinggi
Medium of exchange sangatlah nyaman jika unit tersebut mempunyai nilai
tinggi, sehingga tidak membutuh jumlah yang banyak dalam melakukan
transaksi.
2) Token Money
Goldmith (orang yang meminjamkan uang) dan para bankir menyadari
bahwa meminjam komoditi (seperti emas dan perak) dan kemudian mengeluarkan
tanda penerimaan (receipt) akan menghasilkan keuntungan. Mereka akan
memberikan bunga atas deposit koin emas dan perak. Apabila harga emas batang
naik dan daya beli koin turun, maka mereka dapat melebur koin tersebut menjadi
bentuk batangan, atau bila harga di luar lebih tinggi dari harga di dalam maka
mereka akan menjual ke luar. Kedua aktivitas tersebut akan memberi keuntungan.
Semakin tanda terima (receipt) yang yang berputar di antara para deposito, maka
goldsmith dan para banker akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk
menggunakan emas dan perak tersebut dan memperoleh lebih banyak keuntungan.
Ini adalah contoh pertama dalam sejarah moneter Inggris mengenai token money
dari aktivitas lembaga keuangan. Tanda terima (receipt) yang pertama dilakukan
oleh goldsmith dan kemudian oleh bank menjadi medium of exchange. Jelaslah
sekarang bahwa tanda terima (receipt) untuk deposito, atau bank notes yang
selanjutnya disebut token menggantikan commodity money. Kertas tanda terima
ini (receript) dapat di tukarkan dengan koin emas apabila di butuhkan.

Kemudian masyarakat zaman dahulu telah berusaha meningkatkan


manfaat uang logam dengan mencetak koin yang didasarkan pada satuan standar
tertentu. Karena stabilitas nilai uang adalah tanggung jawab pemerintah, maka
percetakan uang dimonopoli oleh pemerintah dan masyarakat dilarang untuk
mencetak dan mengedar uang palsu. Sejalan dengan waktu, uang logam ini
kemudian digantikan dengan paper notes dan mata uang (uang legal atau M1)

3) Deposit Money
Semakin pesatnya pertumbuhan industri dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang semangkin meningkat, mengakibatkan semakin tingginya
kebutuhan uang dalam jumlah besar, misalnya untuk keperluan pembangunan
pabrik, pembelian mesin, pembelian bahan baku dalam jumlah besar, pengiriman
barang dalam jumlah besar, juga transaksi antar negara dalam jumlah besar. Untuk
itu dibutuhkan perubahan di bidang keuangan. Terutama di bidang pembayaran.
Banyak para pengusaha membayar tagihan mereka dengan menggunakan
cheques. Hanya pengeluaran kecil gaji para karyawan, dan transportasi yang
dibayar dengan tunai. Pihak yang menerima pembayaran akan memasukkan uang
tersebut ke bank mereka.Menurut Irving Fisher (1867-1947), chaque bukan uang,
tetapi hanya merupakan order tertulis (written order) untuk mentransfer uang.
Perlu dibedakan antar transfer insrtument, cheque, dan objek aktual yang
ditransfer yaitu bank deposito. Transfer belum mempengaruhi bank deposit si
pengirim sampai uang tersebut dicairkan. Pada waktu bank memberi pinjaman
kepada seseorang, bank tidak memberikannya dalam bentuk tunai (cash). Bank
akan membuka account atas nama orang tersebut dengan jumlah uang senilai
pinjaman. Dengan demikian, bank membuat uang baru (deposit), melebihi dan di
atas notes dan coins (token atau legal money) yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan penting yang telah mengubah perbankan
modern adalah kemampuan bank deposito untuk mengubah” purveyors of money”
menjadi “creator of money”.

4) Uang dalam fungsi utilitas


Dalam teori klasik, fungsi utilitas uang adalah”

UX= f (x1, x2,x3,.....xn

dengan budget constraint: PiXi + M = y+Mo

Keterangan:

f = Fungsi utilitas

Xi = Jumlah komoditi

Pi = Harga komoditi

M = Jumlah uang di minta

Y = Pendapatan nominal

Mo = jumlah awal yang dimiliki

Uang tidak langsung (indirect utility function). Namun pada teori klasik
uang merupakan fungsi yang langsung (direct utility function). Perbedaan fungsi
utalitas apakah termasuk ke dalam indirect untility function atau direct utility
function, bukanlah menjadi masalah bagi kita, karena perdebatan ini hanya terjad
pada teori ekonomi konvensional. Pertanyaan sekarang adalah bagaimana konsep
Islam dalam utilitas? Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa uang diakui
hanya sebagai intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange dan
unit of account tidak lebih dari ini. Artinya, fungsi uang hanya sekedar sebagai
medium dari barang yang satu berubah menjadi barang lain, tidak perlu adanya
double coincidence needs. Uang bukanlah sebagai komoditi. Dalam konsep Islam,
uang jadi tidak termasuk dalam fungsi utility kita, karena sebenarnya manfaat
yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, akan tetapi dari fungsi uang.

Dalam hadist-hadist Rasulullah Saw, bisa kita lihat peran uang sangat
sentral dalam teori ekonomi Islam. Salah satu contoh adalah peristiwa yang terjadi
pada masa Rasulullah Saw. Pada suatu hari, Bilal bin Rabah ingin menukar 2 sha’
kurma yang buruk dengan satu sha’ kurma yang baik, maka Rasulullah
mengatakan”tidak boleh menjual kurma yang buruk dan mendapatkan Dinar, lalu
membeli kurma yang baik dengan Dinar tersebut”. (H.R. Bukhari). Menurut
Rasulullah, tiap kurma mempunyai harga masing-masing. Karena itu, menjadi
sangat naif apabila dikatakan bahwa dalam Islam tidak ada konsep uang.

5) Time Value of Money


Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal
adalah economic value of time. Teori time of money adalah sebuah kekeliruan
besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada di
ilmu finance. Dalam menghitung pertumbuhan populasi di gunakan rumus:

Pt = Po (1+r)

Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam Ilmu finance sebagai
teori bunga majemuk menjadi:

FV = PV (1+r)

Jadi, fature value dari uang dianologikan dengan jumlah populasi tahun
ke –t, present value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0,
sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan
populasi. Jelas hal ini sangat keliru besar, karena uang bukanlah makhluk hidup
yang dapat berkembang biak dengan sendiri.

6) Economic Value of time


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam Islam tidak mengenal
time value, yang dikenal adalah economic value time. Contohnya dalam
menghitung nisbah bagi hasil di bank syariah, dalam prosesnya return of capital
harus di perhitungkan. Return of capital tidak sama dengan return on money.
Return on capital tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor
riil, sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah
bagi hasil harus dilakukan di awal, dan untuk itu digunakan prejected return. Dan
jika nanti kemudian hari ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak
sama dengan angka proyeksinya, maka yang digunaka adalah angka aktual,
bukan angka proyeksinya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal
time value money. Time mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu
tersebut dimanfaatkan dengan menambahkan faktor produksi yang lain, sehingga
menjadi capital dan dapat memperoleh return.

7) Uang sebagai Flow Concept


Seperti yang telah kita bahas dan diuraikan sebelumnya bahwa dalam
Islam, uang adalah flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat
perputaran uang, maka akan semakin baik. Misalnya, seperti contoh pada aliran
air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air mengalir disebut sebagai uang, dan
jika air tersebut mengendap, maka disebut capital. Wadah tempat mengendapnya
disebut adalah private goods, sedangkan air adalah public goods. Uang seperti
air, apabila air (uang) dialirkan, maka air (uang) tersebut akan bersih dan sehat
(bagi ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan menggenang dalam suatu tempat
(menimbun uang), maka air tersebut akan keruh/ kotor. Saving harus
diinvestasikan ke sektor riil. Apabila tidak, maka saving bukan saja tidak
mendapat return. Tetapi juga dikenakan zakat.

8) Uang sebagai Public Goods


Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh
masyarakat tanpa menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai
contoh: jalan raya. Jalan raya dapat digunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali,
akan tetapi masyarakat yang mempunyai kendaraan berpeluang lebih besar dalam
pemanfaatan jalan raya tersebut dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mempunyai kendaraan. Begitu pula dengan uang. Sebagai public goods, uang
dimanfaatkan lebih banyak oleh masyarakat yang lebih kaya. Hal ini bukan
karena simpanan mereka di bank, tetapi karena asset mereka, seperti rumah,
mobil, saham, dan lain-lain. Yang digunakan di sektor produksi, sehingga
memberikan peluang yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh
lebih banyak uang. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan semakin besar
kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan dari public goods (uang)
tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan (hoarding) dilarang karena menghalangi
yang lain untuk menggunakan publik goods tersebut. Jadi, jika dan hanya jika
private goods dimanfaatkan pada sektor produksi, maka kita akan memperoleh
keuntungan.

2. Pasar Modal Syariah


2.1 Pengertian Pasar Modal syariah
Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Banyak industri dan perusahaan yang
menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan
media untuk memperkuat posisi keuangannya.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emmiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme
perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sedangankan yang
dimaksud dengan efek syariah adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundangan-undangan di bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Adapun yang
dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan oleh syaiah ajaran
Islam yang penetapannya dilakukan oleh DNS-MUI melalui fatwa.

2.2 Konsep Pasar Modal Syariah


Apabila dilihat dari Alquran dan Hadis sebagai utama sumber ajaran Islam,
maka ada beberapa hal yang diatur pada pasar modal syariah :
a. QS Albaqarah (2):275).

ۡ‫اَلَّ ِذ ۡينَ يَ ۡا ُكلُ ۡونَ الر ِّٰبوا اَل يَقُ ۡو ُم ۡونَ اِاَّل َك َما يَقُ ۡو ُم الَّ ِذ ۡى يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ۡي ٰطنُ ِمنَ ۡال َمسِّ‌ؕ ٰذ لِكَ بِاَنَّهُم‬
‫قَالُ ۡۤوا اِنَّ َما ۡالبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل الرِّ ٰبوا‌ۘ‌ َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰبوا‌ ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه‬
َ‫ار هُمۡ فِ ۡيهَا ٰخلِد ُۡون‬
‌ِۚ َّ‫ص ٰحبُ الن‬ۡ َ‫ك ا‬ َ ِ€‫ولٓ ِٕٕٮ‬
ٰ ُ ‫فَ ۡانت َٰهى فَلَهٗ َما َسلَفَ ؕ َواَمۡ ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِ‌ؕ َو َم ۡن عَا َد فَا‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

b. QS An-Nisaa (4):29

ۤ
ۚ ‌ۡ‫اض ِّم ۡن ُكم‬ َ ‫ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اَل ت َۡا ُكلُ ۡۤوا اَمۡ َوالَـ ُكمۡ بَ ۡينَ ُكمۡ بِ ۡالبَا ِط ِل اِاَّل ۤ اَ ۡن تَ ُك ۡونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َۡن ت ََر‬
‫َواَل ت َۡقتُلُ ۡۤوا اَ ۡنـفُ َس ُكمۡ‌ؕ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ۡي ًما‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu.”

c. QS Al –Maaidah (5):1

‫ بِ ۡال ُعقُ ۡو ِ‌د ؕ اُ ِحلَّ ۡت لَـ ُكمۡ بَ ِه ۡي َمةُ ااۡل َ ۡن َع ِام اِاَّل َما ي ُۡت ٰلى َعلَ ۡي ُكمۡ غ َۡي َر ُم ِحلِّى‬€‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ۡوفُ ۡوا‬
‫الص َّۡي ِد َواَ ۡنـتُمۡ ُح ُر ٌ‌م ؕ اِ َّن هّٰللا َ يَ ۡح ُك ُم َما ي ُِر ۡي ُد‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan


bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian
itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-
Nya.”

d. “Rasulullah saw melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (H.r Al Baihaqi
dari Ibnu Umar).
e. “Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memiliki” (H.R baihaqi dari hukaim
bin Hizam).
2.3 Fungsi Pasar Modal syariah
Pasar modal melengkapi fungsi lembaga keuangan lain dalam sistem
keuangan seperti bank komersial, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya
sebagai lembaga intermediasi. Pasar modal syariah melengkapi bank syariah sebagai
lembaga intermediasi yang juga mempertimbangkan manfaat investasi yang
ditawarkan oleh bank syariah sebagai dasar mengukur imbal hasil dan risiko portofoli
investasi lainnya.

Adapun fungsi keberadaan pasar modal syariah menurut MM. Metwally


adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan


memperoleh bagian keuntungan dan reisikonya (profit and loss sharing).
b.Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapat
likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun
danmengembangkan lini produksinya.
d.Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.
2.4 Karakteristik Pasar Modal Syariah
Ada beberapa karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah
adalah sebagai berikut:

a. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek.


b.Bursa efek perlu mempersiapkan pasca perdagangan yang sahamnya dapat
diperjualbelikan melalui pialang. Semua perusahaan yang memiliki saham yang
dapat diperjualbelikan
c. dibursa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan keuntungan
dan kerugian, serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek,
dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan.
d.Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) di setiap perusahaan
dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali.
e. Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga yang lebih tinggi dari HST
namun saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.
f. Komite manajeman harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat
dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah.
g.Perdagangan saham seharusnya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST.
h.Perushaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan
dengan harga HST.
2.5 Pihak-Pihak Yang Terlibat di Pasar Modal
1) Emiten
Emiten adalah badan usaha (perseroan terbatas) yang menerbitkan saham
untuk menambah modal atau menerbitkan obligasi untuk mendapatkan pinjaman
kepada para investor di Bursa efek.

2) Perantara Emisi yang meliputi:


a) Penjamin emisi
Adalah perantara yang menjamin penjual emisi, sehingga apabila dari emisi
wajib membeli (setidak-tidaknya sementar waktu sebelum laku) agar kebutuhan
dana yang diperlukan emiten terpenuhi sesuai rencana.

b) Akuntan publik
Berfungsi untuk memeriksa mondisi keuangan emiten dan memberikan
pendapat pakah laporan keuangan yang dikeluarkan emiten wajar atau tidak.

3) Perusahaan penilai
Perusahaan penilai berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap emiten,
apakah nilai aktiva emiten wajar atau tidak.

4) Otoritas jasa Keuangan (OJK)


Adalah otoritas yang mengatur dan mengawasi jalannya pasar modal, termasuk
mencoret emiten dari lantai bursa, memberikan sanksi pada pihak-pihak yang
melanggar peraturan pasar modal.

5) Bursa efek
Adalah tempat diselenggarakannya kegiatan perdagangan efek pasar modal yang
didirikan oleh suatu badan usaha. Saat ini bursa efek yang mengatur itu semua
adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).

6) Perantara perdagangan efek (pialang/broker)


Adalah pihak yang melakukan pembelian dan penjualan efek untuk kepentingan
orang lain dengan memperoleh imbalan.
7) Investor
Investor adalah pihak yang menanamkan modalnya dalam bentuk efek di bursa
dengan membeli atau menjual kembali efek tersebut.

2.6 Produk-produk Pasar Modal Syariah


Setelah resmi diluncurkan (produk-produk pasar modal syariah) pada tanggal
14 Maret 2003, instrumen-instrumen pasar modal berbasis syariah yang telah terbit
sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut:

1) Saham Syariah
Saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Saham syariah adalah
saham-saham yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memiliki karakteristik
sesuai dengan syariah Islam. Karakteristik tersebut adalah:

a) Tidak ada transaksi yang berbasis bunga.


b) Tidak ada transaksi yang meragukan.
c) Saham harus dari perusahaan yang halal aktivitas bisnisnya.
d) Tidak ada transaksi yang tidak sesuai dengan etika dan tidakbermoral seperti
manipulasi pasar, insider trading, dan lain-lain.
2) Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih
merupakan penyerta dana yang di dasarkan pada prinsip bagi hasil. Obligasi
sejenis ini lazim dinamakan muqaradhah bond, dimana muqaradhah merupakan
nama lain dari mudharabah. Dalam bentuknya yang sederhana, obligasi syariah
diterbitkan oleh sebuahperusahaan atau emiten sebagai pengelola atau mudharib
dan dibeli oleh investor atau shohibul maal.

Berdasarkan jenis akad sukuk terbagi kedalam enam jenis, antara lain:

a) Sukuk Murabahah
Sukuk murabahah merupakan surat berharga yang berisi akad murabahah.
Penjual membeli barang yang diinginkan pembeli, lalu menjual dengan
tambahan harga (margin keuntungan) yang disepakati pembayaran dicicil
dalam jangka waktu yang disepakati.
b) Sukuk Mudharabah
Sukuk mudharabah merupakan surat berharga yang berisi akad pembiyaan
yang menggunakan sistem akad mudharabah. Dapat juga diartikan sebagai
surat berharga yang berisi akad mudharabah berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan perusahaan emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang
mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk berupa bagi hasil dan hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan
pemilik dana serta membayar kembali pokonya pada waktu jatuh tempo.

c) Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad pembiyaan yang
menggunakan sistem akad musyarakah. Dapat juga diartikan sebagai surat
berharga yang berisi akad mudharabah berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan perusahaan emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang
mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk berupa bagi hasil dan keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.

d) Sukuk Salam
Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiyaan yang
menggunakan sistem akad salam. Akad pembiayaan salam yang diterbitkan
oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau institusi lainnya yang
mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk, yang biasanya berupa bagi hasil.

e) Sukuk Ijaroh
Sukuk Ijarah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual
atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri.

f) Sukuk Istishna
Sukuk Istishna adalah perjanjian/kontrak untuk barang-barang industri yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau
pembayran di masa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan
kontrak tertentu. Dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi
akad mudharabah berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan
emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk
untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dan
hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta membayar
kembali pokonya pada waktu jatuh tempo.

g) Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harta dengan manajer investasi, begitu pula pengelolaan dana
investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi
sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Sedangkan
reksadana syariah mengandung pengertian sebagai reksadana yang
pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam.

3. Asuransi Syariah

Asuransi syariah adalah sebuag usaha untuk saling melindungi dan saling tolong
menolong di antara para pemegang polis (peserta), yang dilakukan melalui
pengumpulan dan pengelolaan dana terbaru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan prinsip syariah.

Asuransi syariah menggunakan prinsip shoring of risk, dimana risiko dari satu
orang/pihak dibebankan kepada seluruh orang/pihak yang menjadi pemegang polis,
sedangkan asuransi konvensional menggunakan sistem transfer of risk dimana risiko
dari pemegang polis dialihkan kepada perusahaan asuransi. Dapat dikatakan bahwa
peran perusahaan asuransi syariah adalah melakukan pengelolaan operasional dan
investasi dari sejumlah dana yang diterima dari pemegang polis, berbeda dengan
perusahaan suransi konvensional yang bertindak sebagai penanggung risiko. Akad yang
digunakan dalam asuransi syariah menggunakan prinsip tolong-menolong antara
sesame pemegang polis dan perwakilan/kerja sama pemegan polis dengan perusahaan
asuransi syariah, sedangkan akan yang digunakan oleh asuransi konvensional
berdasarkan prinsip pertukaran (jual-beli).

3.1 Keunggulan Asuransi Syariah


Pada dasarnya, baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah memiliki
keunggulan dan kekurangan masing-masing sehingga pemilikan produk asuransi
dikembalikan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-
masing. Berikut keunggulan asuransi syariah:

1. Pengelolaan dana menggunakan prinsip syariah Islami


Hal ini menjadi salah satu perbedaan yang cukup signifikan antara asuransi
konvensional dan asuransi syariah dimana pengelolaan dana oleh perusahaan
asuransi syariah harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Sebagai contoh, dana
tersebut tidak dapat diinvestasikan pada saham dari emiten yang memiliki
kegiatan usaha pedagang/jasa yang dilarang menurut prinsip syariah, termasuk
perjudian atau kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa haram berdasarkan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).
2. Transparansi pengelolaan dana pemegang polis
Pengelolaan dana oleh perusahaan asuransi syariah dilakukan secara transparan,
baik terkait penggunaan kontribusi dan surplus underwriting maupun pembagian
hasil investasi. Pengelolaan dana tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan
keuntungan bagi pemegang polis secara kolektif maupun individu.
3. Pembagian keuntungan hasil investasi
Hasil investasi yang diperoleh dapat dibagi antara pemegang polis, baik secara
kolektif dan/atau individu, dan perusahaan asuransi syariah, sesuai dengan akad
yang digunakan. Hal ini berbeda dengan konvensional yang hasil investasinya
merupakan milik perusahaan asuransi, kecuali untuk produk asuransi yang
dikaitkan dengan investasi.
4. Kepemilikan dana
Pada asuransi konvensional, seluruh premi yang masuk adalah menjadi hak milik
perusahaan asuransi, kecuali premi pada produk asuransi yang dikaitkan dengan
investasi terdapat bagian dari premi yang dialokasikan untuk membentuk
investasi/tabungan pemegang polis. Sedangkan di asuransi syariah, kontribusi
(premi) tersebu sebagian menjadi milik perusahaan asuransi syariah sebagai
pengelola dana dan sebagian lagi menjadi milik pemegang polis secara secara
kolektif atau individual.
5. Tidak berlaku sistem ‘dana hangus’
Dana kontribusi (premi) yang disetorkan sebagai tabarru’ dalam asuransi syariah
tidak hangus meskipun tidak terjadi klaim selama masa perlindungan. Dana yang
telah dibayarkan oleh pemegang polis tersebut akan tetap diakumulasikan di
dalam dana tabarru’ yang merupakan milik pemegang polis (peserta) secara
kolektif.
6. Adanya alokasi dan distribusi surplus underwriting
Dalam sector asuransi syariah, dikenal istilah surplus underwriting yaitu selisih
lebih dari total kontribusi pemegang polis ke dalam dana tabarru’ setelah
ditambah recovery klaim dari reasuransi dikurangi pembayaran santunan/klaim,
kontribusi reasuransi, dan penyisihan teknis, dalam satu periode tertentu. Pada
asuransi konvensional, seluruh surplus underwriting ini menjadi milik perusahaan
asuransi sepenuhnya namun dalam asuransi syariah surplus underwriting tersebut
dapat dibagikan ke dana tabarru’ pemegang polis yang memenuhi kriteria, dan
perusahaan asuransi sesuai dengan persentase yang ditetapkan di dalam polis.

3.2 Produk Asuransi Syariah

Produk asuransi syariah untuk saat ini tersedia sangat beragam. Secara umum,
produk asuransi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Produk asuransi syariah yang memberikan manfaat berupa santunan atau


penggantian jika terjadi musibah, misalnya meninggal dunia, sakit, kecelakaan,
kerusakan dan/atau kehilangan harta benda.
2. Produk asuransi yang memberikan manfaat asuransi berupa santunan atau
penggantian jika peserta meninggal dunia dan manfaat berupa hasil investasi.
Pada produk ini, sebagian kontribusi atau premi yang dibayarkan oleh peserta
akan dialokasikan untuk dana tabarru’ dan sebagian lainnya dialokasikan menjadi
investasi peserta.
4. Pegadaian Syariah
PT Pegadaian (persero) merupakan salah satu lembaga keuangan non bank
(LKNB) di Indonesia yang bergerak pada tiga lini bisnis yaitu gadai, pembiayaan, dan
jasa lainnya. Selain melayani bisnis secara konvensional, pegadaian juga memiliki unit
bisnis Syariah yang produknya sesuai dengan syariat Islam, yaitu pagadaian Syariah.
Pegadaian syariah memberikan solusi keuangan dengan berbagai produk
andalan berbasis gadai (rahn) dan pembiayaan. Adapun akad utama yang digunakan
pada produk Pegadaian Syariah adalah akad rahn. Dalam fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dijelaskan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan
dengan beberapa ketentuan, yaitu:
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang)
sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap manjadi Rahin. Prinsipnya, Marhun tidak boleh
dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali atas izin Rahin dengan tidak mengurangi nilai
Marhun serta pemanfaatannya hanya sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan
perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin,
namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin. Adapun biaya dan pemeliharaan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhun.
- Apabila sudah jatuh tempo, Murtahin harus memberikan peringatan kepada
Rahin untuk segera melunasi utangnya.
- Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Mahrun dijual
paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
- Hasil penjualan Mahrun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan
dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
- Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi
kewajiban Rahin.
1. Jenis-Jenis Produk Pegadaian Syariah
1. Amanah
Amanah merupakan salah satu produk pegadaian syariah yang berupa pemberian
pinjaman kepada pengusaha mikro/kecil, karyawan serta professional untuk
pembelian kendaraan bermotor.
2. Rahn
Produk rahn dari pegadaian syariah merupakan pemberian pinjaman dengan barang
jaminan berupa emas perhiasan, emas batangan, berlian, smartphone, laptop, barang
elektronik lainnya, sepeda motor, mobil atau barang bergerak lainnya.
3. Arrum BPKB
Arum BPKB adalah salah satu produk berupa pembiayaan untuk pengembangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jaminan BPKB Kendaraan
Bermotor.
4. Arrum Emas
Arum emas merupakan produk pegadaian untuk memberikan pinjaman dana tunai
dengan jaminan perhiasan (emas dan berlian). Melalui pembiayaan ini, pinjaman
dapat diangsur melalui proses yang mudah dan sesuai syariah.
5. Arum Haji
Arum haji adalah produk berupa pembiayaan untuk mendapatkan porsi ibadah haji
secara syariah dengan proses mudah, cepat dan aman. Nasabah hanya menyerahkan
logam mulia, langsung mendapat pinjaman 25 juta yang digunakan untuk
memperoleh nomor porsi haji di kementrian Agama. Adapun emas dan dokumen
haji aman tersimpan di pegadaian.
6. Rahn Hasan
Rahn hasan merupakan fitur dari produk rahn dengan tarif mu’nah pemeliharaan
sebesar 0%, berjangka waktu (tenor) 60 hari.
7. Rahn Fleksi
Rahn fleksi merupakan fitur dari produk rahn berupa pemberian pinjaman dengan
jaminan barang bergerak sesuai syariah, platfon pinjaman tinggi dan menggunakan
biaya titip harian.
8. Rahn bisnis
Rahn bisnis adalah produk pegadaian syariah untuk memberikan pinjaman dana
tunai kepada pemilik usaha dengan jaminan emas (batangan atau perhiasan).
9. Rahn Tasjily Tanah
Pembiyaan rahn tasjily tanah merupakan pembiayaan yang diberikan kepada
masyarakat berpenghasilan tetap/rutin, pengusaha mikro/kecil dan petani dengan
jaminan sertifikat tanah dan HGB dengan plafon pembiayaan 1 juta sampai 200 juta.
2. Wadah Untuk Investasi di dalam pegadaian Syariah
Selain memberikan layanan pembiayaan, pegadaian syariah juga menyediakan wadah
untuk investasi melalui mulia dan tabungan emas, sebagai berikut penjelasannya:
1. Mulia
Mulia adalah layanan penjualan emas batangan kepada masyarakat secara tunai atau
angsuran dengan proses mudah dan jangka waktu yang fleksibel. Mulia dapat
menjadi alternative pilihan investasi yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa
depan, seperti menunaikan ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan anak,
memiliki rumah idaman serta kendaraan pribadi.
2. Tabungan Emas
Tabungan emas pegadaian adalah layanan penitipan saldo emas yang memudahkan
mesyarakat untuk berinvestasi emas. Produk tabungan emas pegadaian
memungkinkan nasabah melakukan investasi emas secara mudah, murah, aman, dan
terpercaya. Biaya administrasi dan pengelolaan pada tabungan emas lebih ringan.
2. Sukuk
Obligasi Syariah didunia internasional dikenal dengan nama Sukuk. Istilah
Sukuk sudah dikenal sejak abad pertama hijriyah. Pada saat itu, umat Islam
menggunakannya dalam konteks perdagangan antar bangsa. Sukuk tersebut
dipergunakan oleh para pedagang sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban
finasial yang timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.
Secara “etimologi”, sukuk berasal dari kata ‘Sak’ (tunggal) dan ‘Sukuk’ (jama’)
yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Secara “terminologi”, didalam
Fatwa DSN – MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 masih menggunakan istilah Obligasi
Syariah belum menggunakan istilah sukuk. Obligasi Syariah adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten
kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI No.69/DSN-MUI/VI/2008) mendefinisikan Surat Berharga Syariah Negara atau
dapat disebut Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian dari kepemilikan aset SBSN, baik
dalam mata uag rupiah maupun valuta asing.
Berdasarkan The Accounting ans Auditing Organisation for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) No. 17 tentang Investment Sukuk (Sukuk Investasi)
mendefinisikan Sukuk sebagai sertifikat dari suatu nilai yang dipresentasikan setelah
penutupan pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat dan menggunakannya sesuai dengan
rencana, sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas asset yang tangible, barang,
atau jasa, atau modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas tertentu.
Saat ini sudah marak riba dalam bentuk obligasi. Dengan berkembangnya
sukuk, maka praktek riba yang terjadi berubah menjadi praktek bagi hasil yang
diperbolehkan. Terdapat perbedaan sukuk dengan obligasi. Perbedaan mendasar antara
sukuk dan obligasi terletak pada penetapan bunga yang besarnya ditentukan diawal
transaksi jual-beli. Sedangkan sukuk, yang ditentukan adalah berapa porsi bagi hasil
apabila mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Sukuk dapat digunakan sebagai
bentuk pendanaan (financing) sekaligus investasi (invesment) dengan membentuk suatu
proses terhadap struktur akad yang dapat ditawarkan untuk menghindari riba.
3. Reksa Dana Syariah
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efek
oleh Manajer Investasi (MI) ke berbagai macam efek di pasar modal berupa saham,
obligasi, atau efek lainnya, dalam bentuk unit penyertaan.

Perbedaan antara reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah sebagai
berikut:

Unsur Reksa Dana Syariah Reksa Dana Konvensional


Pengelolaan Dikelola sesuai dengan Dikelola tanpa memperhatikan
prinsip syariah prinsip syariah
Efek yang Investasi hanya pada Investasi pada seluruh efek
menjadi efek-efek yang masuk yang diperbolehkan
portofolio dalam DES
investasi
Mekanisme Terdapat mekanisme Tidak ada
pembersihan pembersihan kekayaan
kekayaan non Non-Halal (cleansing)
halal
Keberadaan Ada Tidak ada
Dewan
Pengawas
Syariah
Perjanjian Akad Syariah Konvensional
(Akad)

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 bahwa reksa dana syariah


didefinisikan sebagai reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah
Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/Rabb al
mal) dengan Manajer Investasi (MI) sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer
Investasi (MI) sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Dalam reksa dana
syariah, efek yang dijadikan sebagai portofolio adalah efek yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah di pasar modal, yaitu saham syariah, sukuk, dan efek syariah lainnya.

6.1 Karakteristik Reksa Dana Syariah


1. Terjangkau: Unit penyertaan reksa dana syariah dapat dibeli paling sedikit Rp
100.000,-.
2. Diversifikasi Investasi: Reksa dana syariah merupakan kumpulan berbagai efek,
sehingga memperkecil risiko investasi jika kinerja salah satu efek mengalami
penurunan.
3. Kemudahan Berinvestasi: Investor tidak perlu melakukan analisis yang mendalam
karena dikelola oleh MI.
4. Efesiensi Biaya dan Waktu: Biaya investasi di reksa dana syariah relatif rendah dan
investor tidak perlu memantau karena sudah dilakukan oleh MI.
5. Hasil Optimal: Imbal hasil investasi (return) sesuai dengan jangka waktu dan jenis
reksa dana syariah yang diinginkan.
6. Likuiditas Terjamin: Pencairan dana investasi dapat dilakukan sewaktu-waku
dengan cara menjual unit penyertaan yang telah dimiliki.
7. Transparansi: Invstor menerima laporan kinerja reksa dana syariah secara berkala
dan dapat mengetahui hasil investasinya setiap saat.
8. Legalitas Terjamin: Produk reksa dana syariah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dan dikelolah oleh MI yang memperoleh izin dari OJK.
9. Sesuai prinsip Syariah: Investasi di reksa dana syariah telah mendaoat fatwa dari
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan aspek
kesyariahannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
6.2 Manfaat Reksa Dana Syariah
Pertama, manfaat reksa dana syariah bagi pemerintah dan bursa efek yaitu
memobilisasi dana masyarakat, dimana reksa dana (sebagai emiten) merupakan lahan
yang tepat bagi investasi pemodal segala segala strata; baik besar maupun kecil.
Investor-investor lembaga akan lebih percaya kepada Manajer Investasi (MI) yang
mengelola reksa dana, meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun
dana masyarakat, mendorong perdagangan surat-surat berharga dipasar modal
Indonesia, sehingga dapat meningkatkan likiditas bursa dan kapitalis pasar dan dapat
mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank ke capital market.
Kedua, manfaat reksa dana syariah bagi investor yaitu hasil yang lebih
optimal. Dengan dana yang relatif kecil, keuntungan investasi pada reksa dana relatif
tinggi dari pada investasi pada produk perbankan.
6.1.3 Jenis Reksa Dana Syariah
1. Reksa Dana Syariah Pasar Uang
2. Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap
3. Reksa Dana Syariah Saham
4. Reksa Dana Syariah Campuran
5. Reksa Dana Syariah Terproteksi
6. Reksa Dana Syariah Indeks
7. Reksa Dana Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang unit
penyertaannya diperdagangkan di bursa efek (Exchange Traded Fund/ETF)
8. Reksa Dana Syariah berbentuk KIK Penyertaan Terbatas
9. Reksa Dana Syariah Berbasis Efek Syariah Luar Negeri
10. Reksa Dana Syariah Berbasis Sukuk

PENUTUP
Kesimpulan

Uang dalam islam adalah alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai barang dan jasa
untuk memperlancar transaksi perekonomian.uang bukan merupakan komoditas. Oleh karena
itu motif memegang uang dalam islam adalah untuk transaksi dan berjaga-jaga bukan untuk
spekulasi. Penggunaan uang sesungguhnya diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban
terlebih dahulu, seperti untuk infaq keluarga, zakat, dan nazar yang jatuh waktu. Setelah itu,
uang dapat digunakan untuk kegiatan yang sifatnya sunat (infaq keluarga, sadaqah, waqaf,
hibah, wasiat, dan lain-lain), mubah (produksi, perdagangan, kerja sama, pertukaran, dan
aspek ekonomi lainnya), serta makruh (memenuhi kebutuhan barang mewah). Sebaliknya,
penggunaan uang diharamkan dalam hal ditimbun, digunakan untuk tipu daya, judi/spekulasi,
riba, monopoli, bermegah-megahan, dan sebagainya.
Kegiatan pasar modal termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam
pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah. Sederhananya kata
syariah ini memiliki implikasi baik pada barang, dalam hal ini efeknya maupun cara atau
transaksinya harus sesuai dengan prinsip syariat/hukum islam, artinya satu hal saja tidak
terpenuhi maka tidak dapat dikategorikan sesuai prinsip syariah. Keunggulan pasar modal
syariah dibandingkan dengan pasar modal konvesional adalah dilihat dari luasnya cakupan
investor yang berinvestasi. Pada pasar modal konvensional yang bisa berinvestasi hanya
investor konvesional, sedangkan pada pasar modal syariah yang dapat berinvestasi adalah
investor konvensional dan investor yang berpreferensi syariah. Sehingga dalam hal ini
cakupan investor pada pasar modal syariah lebih luas dibandingkan dengan pasar modal
konvensional.
Dalam bahasa Arab asuransi disebut at-Ta’min, penanggung disebut mu’ammin,
sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min (Ma’ud, 1965). At-ta’min
memiliki arti memberi perlindungan ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut (al-
Jufri, 1400 H). Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-Ta’min, atau asuransi syariah
dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min
ke dalam tiga bagian, yaitu ta’min at taawaunity, ta’min al tijari, dan ta’min al hukumiy (Al-
Fanjari, 1994). Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian yang terdiri
atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dengan pemegang polis dan perjanjian di
antara para pemegang polis. Dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip
syariah guna saling menolong dan melindungi.
Rahn dalam bahasa Arab memiliki pengertian tetap dan berkelanjutan. Ada yang
menyatakan kata rahn bermakna tertahan dengan dasar Firman Allah SWT. “Tiap-tiap diri
bertanggung jawab (tertahan) atas apa yang telah diperbuatnya,” (QS. Al Muddassir. 74:38).
Kaya “rahienah” bermakna tertahan. Pengertian kedua ini hampir mirip dengan yang pertama
karena yang tertahan itu tetap ditempatnya. Ibnu Faaris menyatakan bahwa huruf Raa, Haa’
dan Nun adalah asal kata yang menunjukkan tetapnya sesuatu yang diambil dengan hak atau
tidak. Dari kata inilah makna kata al rahn yaitu sesuatu yang digadaikan. Allah SWt
mensyariatkan gadai (al-rahn) untuk kemaslahatan orang yang menggadaikan (rahin),
pemberi utang (murtahin), dan masyarakat. Untuk rahin, akan memperoleh kebaikan karena
dapat memenuhi kebutuhannya. Manfaat lainnya bagi rahin yaitu bisa menyelamatkannya
dari krisis dan menghilangkan kegundahan di hatinya, serta bisa berusaha dan berdagang
dengan dana tersebut. Sedangkan bagi pihak pemberi utang (murtahin) akan merasa tenang
dan aman atas haknya dan mendapatkan keuntungan secara syar’i, bila dilandasi dengan niat
baik maka mendapatkan pahala dari Allah. Adapun kemaslahatan kepada masyarakat adalah
memperluas interaksi perdagangan dan saling memberikan bantuan, kecintaan, dan kasih
sayang di antara manusia, karena ini termasuk tolong menolong di dalam kebaikan dan
yakwa. Di samping itu, dapat menjadi solusi dalam kondisi krisis yang dihadapi oleh
masyarakat.
Kata Sukuk memiliki arti ‘Sertifikat’/’Bukti Kepemilikan’/‘Bagian Penyertaan’.
Berdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk,
sukuk merupakan sertifikat/bukti kepemilikan yang bernilai sama dan tidak dibagikan terbagi
atas suatu aset, hak manfaat dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan
investasi tertentu. Aset yang menjadi dasar Sukuk tidak boleh bertentangan dengan Prinsip
Syariah di Pasar Modal sesuai ketentuan yang terdapat dalam Fatwa DSN-MUI. Selain
diterbitkan oleh korporasi, sukuk juga dapat diterbitkan oleh negara yang disebut dengan
Surat Berharga Syariah Negara. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut
Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing. Berbeda halnya dengan sukuk korporasi yang pengaturan, proses penerbitan dan
pengawasannya dilakukan oleh OJK, sedangkan untuk pengaturan dan proses penerbitan
SBSN dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian
Keuangan. Namun demikian, perdagangan SBSN dilakukan di Bursa Efek Indonesia,
sehingga pengawasan perdagangan juga dilakukan oleh OJK.
Reksa dana syariah adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal sebagai pemilik harta (shabib al-mal/rabb al-mal), yang selanjutnya
dana ini diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi sebagai wakil shahib al-
mal yang pengelolaanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Reksa
dana syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya, merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat permodalan. Khususnya permodalan kecil dan permodalan yang
tidak memiliki banyak waktu serta keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas. Sebagai salah satu instrumen investasi, reksa dana
syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensionalpada umumnya.
Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang
tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
REFERENSI

Hidayatunnikmah, U. (2018). Konsep Uang Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi, 1–106.

Ismanto, K. (n.d.). Ismanto, Kuat, 2009, Manajemen Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hal. 1 Muhamad, 2003, Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta:
Ekonisia, hal. 72. 1–14.

Akmaliyah, M. (2013). faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat sukuk yaitu dimana


variabel tersebut didasarkan pada return on asset, debt to equity, total assets turn over
dan reputasi KAP dengan judul Pengaruh Return On Assets , Debt To Equity , Total
Assets Turn Over Dan Re. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.

Fitria. (2013). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG UNIT


PENYERTAAN REKSADANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
(KIK) DI PT DANAREKSA MALANG MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM. B.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

“Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Periode Juni 2012 – Mei 2015”. (1390). 117-99 ‫; ص‬8 ‫شماره‬.

Fasa, M. I. (2016) ‘SUKUK: TEORI DAN IMPLEMENTASI’, Jurnal Studi Ekonomi dan
Bisnis Islam, Volume I(Nomor 1). Available at:
https://core.ac.uk/download/pdf/231144534.pdf.

Firmansyah, L. (2020) ‘PENERAPAN DAN PERKEMBANGAN REKSA DANA


SYARIAH DI INDONESIA’, Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, Volume II(Nomor
01). Available at: https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/aksy/article/download/7862/3860.

Nasrifah, M. (2019) ‘SUKUK (OBLIGASI SYARIAH) DALAM PERSPEKTIF


KEUANGAN ISLAM’, Jurnal Asy-Syari’ah, Volume 5(Nomor 2), p. 68. Available at:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1281259&val=17094&title=Sukuk Obligasi Syariah Dalam Perspektif Keuangan
Islam.

OJK (2017) Pasar Modal Reksa Dana Syariah, Otoritas Jasa Keuangan. Available at:
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/FileDownload/446_psrmodal-5d reksadana
syariah_smallress.pdf.

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10444

https://sahabatpegadaian.com/inspirasi/mengenal-pegadaian-syariah-solusi-keuangan-sesuai-
syariat

Anda mungkin juga menyukai