Anda di halaman 1dari 6

2.1. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) A.

Pengertian dan Dasar PPN Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mulai


diperkenalkan di Indoresia sejak 1 april 1985 untuk menggartikan Pajak Penjuakn (PPn). Hal ini
dituangkan dalam UU No 8 tahun 1983. PPN diatur dakam UU No 8 tahun 1983 tentang PPN dan
PPNBM, sehnjutnya diubah dengin UU No.11 tahun 1994, hlu diubah dengan UU No. 18 tahun 2000,
terakhir diubah agi dengan UU No.42 tahun 2009. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas
korsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikemkan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi (Siti Resmi 2012:1). Dalam Dirjen Pajak, Pajak Pertambahun Nihi (PPN) didefinisikan sebagai
pajak yang dikerakan atas setiap pembelian Barang Kem Pajak dan pemanfaatan Jasa Kem Pajak baik di
dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean. Pada dasarnya semus barang merupakan
Barang Kem Pajak, sehingga dikemkan PPN, kecui jenis barang yang diatur dakım Undang Undang PPN.
Misalnya barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil hngsung dari sumbernya,
barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan okh rakyat banyak, makanan dan minuman
yang disajikan di hotel restoran, rumah makan, warng, dan sejenisnya dan ang ems batangan, dan surat-
surat berharga. Ada juga barang yang merupakan Barang Kenm Pajak tetapi PPNnya dibebaskan misahya
buku pelajaran umum dan buku pekijaran agama dan barang-barang tertertunya. B. Objek PPN 1.
Penyerahan finpor/pemunfaatan'ekspor tertudap BKP /JKPBKP tidak berwujud. a Penyerahan BKP
didalam daerah pabean yang dihkukan okh pengusala kerm pajak maupun pengusaha yang seharusnya
dikukuhkan menjadi pengusaha ken pajak tetapi belm dikukuhkan. b. Impor BKP. Pemungutan pajak saat
impor BKP dikikukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. c. Penyerahan JKP didahm daerah
pabean yang dilakukan okh pengusaha

File 2

d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daearah pabean didalam daerah pabean. e. Pemunfaatan
JKP dari har daerah pabean Gjasa konsutan asing yang memberikan jasa mannjemen, jasa teknik dan
jasa hin) didalam daerah pabean. f. Ekspor BKP berwujud okh PKP, ekspor BKP dikenakan PPN. hanya
jika yang melakukan adakah pengusaha yang tekh dikukulkan sebagai PKP. g. Ekspor BKP tidak berwujud
oleh PKP. pengusaha yang mehkukan ekspor BKP tidak berwujud adakh hunya pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. h Ekspor JKP oleh PKP. 2. Kegiatan membangun sendiri yang
dikakukan tidak dalam kegintan usala atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
dügunakan sendiri atau digurakan pihak hin. 3. Penyeralun aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula
aktiva tersebut tidak untuk diperjual beikan sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan
menurut ketentuan dapat dikreditkan C. Bukan Objek PPN 1. Jenis Barang yang Tidak Dikemi PPN: 4
Barang husil pertambangan atau hasil pengeboran yang dambil langsung dari sunbernya, * Barang
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. * Makanan dan minuman yang disajikan
di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, meliputi makaan dan minuman bak yung
dikorsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makamn dan minuman yang diserahkan okh usaha jasa
boga atau catering a Uang, emas batangan, dan surat berharga. 2. Jenis Jasa yang Tidak Dikemi PPN: Jasa
pelayamn keschatan medis, jasa pelayaran Sosial jasa pengiriman surat dengan perangko, jasa keuingan
jasa asuransi jasa keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jasa penyaran yang tidak
bersifat iklan, jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dahm regeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan ulara har negeri, jasa temga kerja. jasa
perhotekan, jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam

File 3

rangka menjakrkan pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat parker, jasa telepon umum
dengan menggurakan uing bgam jasa pengiriman ung dengan wesel pos dan jasa boga atau katering. D.
Subjek Pajak Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melak ukan penyerahan Barang Kem Pajak
danatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN, yang dakam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang mengekspor barang.
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luur Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfatkan jasa dari laur Daerah Pabean. E Bukan Subjek Pajak
Pengusaha kecil yang batasamya ditetapkan oleh Menteri Keuangan kecuni pengusaha keci yang memiih
urtuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU PPN). F. Tarif PPN 1. Tarif PPN
adakah 10%. Dikenakan atas setiap penyeraan BKP di dahm daerah pabean/impor BKP/penyerahan JKP
di dakm daerah pabeanpenanfatan BKP tidak berwujud dari huar daerah pabean di dalam
pabean/pemunfaatan JKP dari huar daerah pabean di dakm daerah pabean Tarif pajak sebagaimam
dimiksud pada ayat (1) tersebut dapat diubah menjadi paing rendah 5% dan paling tinggi 15% yang
perubahan tarfnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor,
misahya pertinbangan perkembangan perekommian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa diturunkan
Sebaliknya, misahya jika Pemerintah membsutuhkan pererimaan pajak yang besar, sehingga tarif PPN
bisa dinaikkan. 2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud. Ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak,

File 4

G. Dasar Penge man PPN 1. Harga Jual Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk seTua biaya yang
dininta atau seharusnya diminta okh penjual karem penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
2. Penggantian Penggantian adahh nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta okh pengusalu karenu penyeralan Jasa Kena Pajak. ekspor Jasa Kena Pajak, atau
ekspor Barang Kem Pajak Titak Berwujud, tetapi tidak termusuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang ini dan potongan hurga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau niai berupa uang yang
dibayar atau seharusnya dibayar okh Penerima Jasa karena pemunfaatan Jasa Kena Pajak dan'atau okh
penerim manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karem pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dakm Daerah Pabean 3. Nihi Impor Nilai Impor adakh nilai berupa
uang yang menjadi dasar penghitungan bea msuk ditambah pungutan berdasarkan ketertuan dakam
peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Bararg
Kena Pajak. Nilai Impor adakah CIF (Cost, Insurance, and Freigh) + Bea Masuk. 4. Niki Ekspor Nilai Ekspor
adalah adalah ikai berupa unng temasuk semun biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
eksportir. 5. Nihi Lain Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar urtuk menghitung pajak yang terutang diatur
dakam Peraturan Merteri Keuangan No.75/PMK.03/2010 tentang Nihi Lain Sebagui DPP dan Peraturan
Menteri Keuargan No.102/PMK.11/2011 tentang nkai hin sebagai DPP atas pemanfaatan barang kena
pajak tidak berwujui dari har daerah pabean, di dakım daerah pabean berupa film cerita impor dan
penyerahan flm certa impor.

File 5

2.2. Faktur Pajak A. Pengertian Menurut Siti Resmi (201252). faktur pajak adalah bukti pungutan pajak
yang dibunt okh PKP yang mekakukan penyeralun barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak.
Faktur pajak merpakan bukti pemungutan pajak dan dapat digunakan sebagai saram untuk
mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karem itu, faktur pajak harus benar, baik secara formal maupun
secara materiil Faktur pajak wajib dibuat okh pengusaha kena pajak untuk setiap 1. Saat penyerahan
barang kena pajak 2. Saat penerimuan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebe
kum penyerahan Barang Kem Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak. 3. Saat penerimaan
pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan 4. Saat pengusaha kena pajak
rekam menyampakan taghan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut PPN B. Persyaratan
Faktur Pajak 1. Namu, alamut, omor pokok WP yang menyerahkan BKP atau JKP 2. Nama, alamat, omor
pokok WP penbeli BKP atau penerima JKP 3. Jenis barang atau jasa, jumkah HJ atau penggantian dan
potongan harga 4. PPN yang dipungut 5. PPNBM yang dipungut 6. Kode, nomor seri dan tanggal
penbuatan faktur pajak 7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak. C. Fingsi
Faktur Pajak Adapun fungsi faktur pajak adakıh : 1. Sebugai bukti pungut PPN yang dibuat okh PKP atau
Direktorat Jendral Bea dan Cukai, baik karena penyeralun BKP atau JKP maupun Impor BKP. 2. Sebagai
bukti pembayaran PPN yang tehh diakukan oleh pembeli BKP atau penerima JKP kepada PKP atau
Direktorat Bea dan Cukai. 3. Sebagai saram perngawasan administrasi terhadap kewajiban perpajakan

File 6

2.3. Perhitungan PPN PPN dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. PPN =
Tarif x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Mekanisme Perhitungan PPN dapat diurakan sebagai berikut : 1.
PPN yang tertang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimuana dimaksud dakım Pasal 7 UU PPN
dengan Dasar Pengenaan Pajak. 2. Pajak Masukan dahm suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluran urtuk Masa Pajak yang sama 3. Dahm hal bekum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak,
maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. 4. Apabila dahm suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran ebih
besar daripada Pajak Masukan, muka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Niki yang harus dbayar
oleh Pengusahu Kem Pajak. 5. Apabila dahm suntu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikredikan
kebih besar daripada Pajak Keharan, mka selishnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan
kenbali atau dikompensas ikan ke Masa Pajak berikunya. 6, Apabla dalam suatu Masa Pajak, PKP sehin
melakukan penyerahan yang terutang pajak juga mehkukan penyerahan yang tidak terutang pajak,
sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembuk uannya,
maka jumah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adakh Pajak Masukan yang berkeman dengan
penyerahan yang terutang pajak. 7. Apabila dahm suatu Masa Pajak. Pengusaha Kem Pajak sekin
mehkukan penyerahan yang terutang pajak juga mhkukan penyerahan yang tidak terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk penyeralan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti
maka jumkah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunmkan pedomn yang diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. 8. Besarnya Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan olkh Pengusaha yang dikenak an Pajak Penghasian dengan
menggunakan Normm Penghtungan Penghasikan Neto sebagainana dimuksud dakım Undang-undang
Nonor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimanm telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2000. dapat dihitung dengan menggunakan pedomun penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan okh Menteri Kemngan

File 7

9. Pajak Masukan yang dapat dikredikan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keharan pada Masa
Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling hmbat 3 (tiga) bulan setekh
berakhirmya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan bekum
dikakukan pemeriksaan. Contoh : * PKP "A" menjul tunai Barang Kena Pajak (BKP) dengan Harga Jual Rp
25.000.000,0X) Pajak Pertambahun Niki yang terutang = 10% x Rp25.000.000,00 = Rp2.500.000,00 PPN
sebesar Rp2.500.000,00 tersebut menupakan Pajak Keharan yang didapat okh Pengusaha Kena Pajak
"A". 4 PKP "B" melakukan penyerahan Jasa Kena (JKP) Pajak dengan memperolch penggantian sebesar
Rp20.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut okh PKP "B" = 10% x Rp20.000.000,00 = Rp
2.000.000,00 PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Kelunran yang didapat okh
Pengusaha Kena Pajak "B". 4 Bapak andre saputra simanjuntak mempunyai perusahaan yang
memproduksi bahan alkohol, dis melak ukan penjualan sebesar Rp. 120.000.000,- dengan PPN sebesar
15% Perhitungan : = Rp. 120.000.000,- x 15% = Rp. 18.000.000,- Jadi pajak PPN yang dipungut oleh
perusahman bapak andre adalah Rp. 18.000.000,- 2.4. PPNBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah)
PPNBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong mewah didalam daerah pabean.
A. Dasar Penge naan PPNBM 1. Perhu adanya keseimbangan pembebanmn pajak konsumen antara yang
berpenghasilan redah dengan konsumæn yang berpenghasilan tinggi.

File 8

2. Pertu adanya pengendalian pok konsumsi atas BKP yang tergolong mewah. 3. Perlu adanya
perindungan terhadap produsen kecil atau tradisional. 4. Perhu untuk mengamankan penerimaan
negara. PPNBM dikenakan hanya 1 (satu) kai pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergobng
mewah okh pengusahu yang menghasikan atau pada waktu impor Barang Kena Pajak yang tergokong
mewah, BKP yang tergobng mewah adakh : 1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan
pokok; 2. Barang tersebut dikonsunsi okh masyarakat tertentu 3. Pada umumnya barang tersebut
dikonsumsi okh masyarakat berpenghasian tinggi atau apabila dikoisumsi dapat merusak kesehatan dan
moral serta mengganggu ketertiban masyarakat. B. Objek PPnBM 1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergobng mewah yang dikkukan oleh pengusaha yang menglasilkan barang tersebut di dakam Daerah
Pabean dahm kegiatan usaha atau pekerjaarnya. 2. Impor Barang Kem Pajak yang tergobng mewah C.
Penetapan Tarif 1. Tarif PPNBM dibedakan menjadi beberapa kelompok tarif yaitu tarif terendah
sebesar 10% dan tarif tertinggi sebesar 200%. Perbedaan tersebut didasarkan pada pengebmpokkan BKP
yang tergolong mewah yang atas penyerahamya dikenakan juga PPNBM. 2. Tarif PPNBM ditetapkan
sebesar 0% atas ek spor BKP yang tergolorg mewah, karem dekspor atau dikonsumsi di har daerah
Pabean. 2.5. Pelaporan PPN dan PPnBM 1. PPN dan PPrBM yang dihitung sendiri olch PKP. harus
diaporkan dahm SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pekyanan Pajak setempa paing hmu akhir
bukan berikutnya seteah Masa Pajak berakhir. 2. PPN dan PPnBM yang tercantum dakm SKPKB, SKPKBT,
dan STP yang tehh diunasi segera dikporkan ke KPP yang menerbitkan

File 8

3. PPN dan PPNBM yang pemung uta nnya dikakukan: a Bendahara Pemerintah harus diaporkan paling
Lamu akhir bukın berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas
Inmpor. harus dilaporkan paling lama akhir buhn berikutnya setehh Masa Pajak berakhir. Untuk
penyerahan tepung terigu oleh BULOG, mka PPN dan PPNBM dihitung sendiri oleh PKP, harus diaporkan
daım SPT Masa dan disanpaikan kepada KPP setempat paling hma akhir buhan berkunya setekih Masa
Pajak berakhir. 2.6. Saat Pembayaran/Penye toran PPN/PPNBM 1. PPN dan PPNBM yang dihitung sendiri
okh PKP hanus disetor paling kama akhir bukın berikutnya setekah Masa Pajak berakhir dan sebehm
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Niki disampaikan 2. PPN dan PPNBM yang tercantum
dakam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus dibayarldisetor sesuai batas waktu yang tercantum dahm SKPKB,
SKPKBT, dan STP tersebut. 3. PPN/PPNBM atas Impor. harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada
saat penyekesaian dokumen Impor. 4. PPN/PPNBM yang pemunguta nnya diakukan oleh: a Bendahara
Pemerintah. harus disetor paing lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. b.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN / PPNBM atas Impor, harus disetor dakam
jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan PPN pajak. PPN dari penyerahan tepung
terigu okh Badan Urusan Logistik (BULOG), harus dikınasi sendiri oleh PKP sebelm Surat Perintah
Pengeluaran Barang (D.O) ditebus. 2.7. Sarana Pembayaran PPN dan PPNBM 1. Untuk
membayarmenyetor PPN dan PPNBM digumkan fomulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di
Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsukasi Perpajukan
(KP2KP) di seluruh Indonesia. 2. Surat Setoran Pajak (SSP) merjadi krgkap dan sah bila juntah PPN/ PPn
BM yang disetorkan telah sesumi dergan yang tercantum di dahm Daftar Nomimtif Wajib Pajak

File 9

(DNWP) yang dibuat okh Bark penerim pembayaran. Kantor Pos dan Giro, atau Kartor Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran Contoh Soal: Pergusaha Kerm Pajak "D" mergümpor Barang
Kena Pajak yang tergokong Mewah dengan Nihi Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kem Pajak
yang tergobng mewah tersebut selain dikemkan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghtungan PPN dan PPNBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
tersebut adahh: a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00 b. PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp.
5.000.000,00 c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00 Kemudian PKP D" mengguakan
BKP yang dimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas penyerahanuya dikenakan PPN 10%
dan PPNBM dengan tarif misalnya 35%. Okh karem PPNBM yang telah dibayar atas BKP yang dünpor
tersebut tidak dapat dikreditkan maka PPNBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditanbahkan ke dahm
harga BKP yang dilasikan okh PKP "D" atau dbebankan sebagi biaya. Misahya PKP "D" menjual BKP yang
dilasikamya kepada PKP "X" dengan harga junl Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM
yang terutang adalah : a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00 b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00
= Rp. 15,000.000,00 c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000.00 PPN sebesar Rp.
5.000.000,00 yang dbayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP "D" dan PPN sebesar Rp.
15.000.000,00 merupakan pajak keharan bagi PKP "D". Sedangkan PPBM sebesar Rp. 10.000.000,00
tidak dapat dikreditkan Begitu pun dengan PPNBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikredikan
okh PKP "X".

Anda mungkin juga menyukai