z
dia Riset Bisnis & Manajemen. Vol.12, No.1. April 2012
pph18-36
2Sen vp a
ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN
PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS
KERJA PEGAWAI DINAS PERTAMBANGAN
DAN ENERGI PROVINSI PAPUA
Melmambessy Moses*
Abstract
1 purpose of this study is to test and analysis the effects of education, training
d work experience to work productivity. The sample is the employees of Dinas
.tambangan and Energy Papua. Statistik integral model of multiples regression
alysis is used to analyze the data. The result showed that (1) the effects of
jucation, training and work experience to work productivity are significant, (2)
le effects of education to work productivity bigger than training and work
perience training and work experience.
Keywords : Education, Training, Work experience, Work productivity
4STIE Port Numbay Jayapura, JI. Beringin Entrop, Jayapura 98611. (Telpon : 0967-
31127)19 Media Riset Bisnis & Manajemen
Latar Belakang
Sumber daya manusia adalah aset yang paling penting dalam organisasi.
Pegawai dapat menjadi potensi bila dikelola dengan tepat dan benar, tetapi
sebaliknya akan menjadi beban manakala salah kelola. SDM yang berkualitas akan
menjadi kekuatan bagi manajemen dan mendukung Produktivitas suatu organisasi
sehingga dapat mencapai tujuan dengan lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut,
pengelolaan atau manajemen sumber daya manusia memegang peran utama dalam
organisasi dan menjadi kekuatan internal dalam menghadagi perkembangan global.
Dengan demikian perhatian terhadap manusia sebagai komponen penentu sudah
selayaknya diberikan.
Perilaku pegawai dalam bekerja dapat dipengaruhi oleh seberapa jauh
kebutuhannya dapat dipenuhi dengan bekerja. Jika instansi di mana pegawai
bekerja mampu memenuhinya, maka akan menimbulkan kepuasan atas pemenuhan
kebutuhannya. Karena apabila kebutuhannya tidak terpenuhi, maka akan
berdampak kepada sistem kerja pegawai yang tidak optimal, sehingga instansi
tersebut tidak akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Tetapi instansi dimaksud tidak akan mungkin dapat memenuhi
semua kebutuhan para pegawai yang beraneka ragam tersebut. Oleh karena itu
instansi hendaknya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan para pegawai dalam
cakupan keinginan dan kebutuhan instansi yang bersangkutan. Artinya ada titik
temu antara keinginan dan kebutuhan para pegawai dengan kebutuhan dan
keinginan organisasi. |
Kebutuhan dan keinginan yang sesuai salah satunya adalah program
pengembangan pegawai yang merupakan hal penting, sehingga perlu ditangani
secara cermat. Apabila sudah terdapat program pengembangan pegawai yang
berjalan secara efektif dan efisien, maka semangat kerja akan tetap tinggi bahkan
tidak mustahil akan meningkat sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang pada gilirannya akan dapat mmeningkatkan Produktivitas pegawai.
Dalam hal ini yang akan diteliti adalah Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman.
Pelatihan adalah usaha-usaha terencana dalam memfasilitasi pembelajaran
pegawai untuk meningkatkan Produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, organisasi perlu
menyelenggarakan program-program Pelatihan pegawai yang tidak sekedar untuk
meningkatkan keterampilan spesifik tetapi secara luas untuk menciptakan dan
menambah pengetahuan pegawai, sehingga program ini harus dipandang sebagai
cara meningkatkan modal intelektual yang meliputi keterampilan dasar dan
keterampilan lanjutan untuk menciptakan kreativitas.
Tujuan organisasi akan tercapai jika terdapat ver kerja yang tinggi dari
para pegawai. Produktivitas pegawai merupakan interaksi antara Pendidikan,
Pelatihan dan Pengalaman, di mana Produktivitas merupakan hal penting yang
dibutuhkan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan organisa Untuk melihat
Volume 12, Nomor 1, April 2012, hal. 18-36Analisis Pengaruh Pendidikan. Pelatihan, dan Pengalaman Kerja 20
salpai sejauh mana peranan sumberdaya manusia dalam suatu organisasi, maka
jdapat dilihat dari Produktivitas pegawai yang ada dalam organisasi terscbut. Untuk
\dapat_ melahirkan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas tidak saja
idiperlukan bibit sumber daya manusia yang baik, tetapi juga perlu suatu proses
Ing mendukung terwujudnya sumber daya manusia yang berprestasi sesuai
ingan yang diharapkan organisasi.
Mangkunegara (2002) menjelaskan bahwa Produktivitas adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas, baik secara kualitas dan
kuantitas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, Pengalaman, kesungguhan serta waktu. Dikatakan bahwa Produktivitas
adalah gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat seorang
pékerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran
sdorang pekerja. Semakin tinggi bobot faktor tersebut, maka akan semakin tinggi
tingkat Produktivitas pegawai yang bersangkutan.
| Secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap pegawai mempunyai harapan
besar untuk mencapai Produktivitas tinggi, dengan asumsi bahwa manajemen
‘dalam organisasi perlu memfasilitasi pegawai agar dapat lebih meningkatkan
,kémampuannya, antara lain adalah dengan memberikan pengembangan
(Pendidikan dan Pelatihan) kepada pegawai dan mempromosikan (Pengalaman)
pegawai yang produktif.
‘Tujuan Penelitian
| Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan perumusan di
| alas adalah: (1) Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh Pendidikan,
| Pelatihan dan Pengalaman kerja terhadap Produktivitas kerja pegawai Dinas
rtambangan dan Energi Provinsi Papua, (2) Untuk menganalisis dan
| nlembuktikan pengaruh dominan Pengalaman kerja terhadap Produktivitas kerja
pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua.
‘Finjauan Pustaka
Produktivitas Kerja
Menurut Hasibuan (2000), ”Produktivitas kerja adalah perbandingan antara
Jutput dengan input, dimana output-nya harus mempunyai nilai tambah dan teknik
spraeamye yang lebih baik”. Sedangkan menurut Gomes (2001),
roduktivitas dikemukakan orang dengan menunjukkan kepada rasio output
tprhadap input. Input bisa mencakup biaya produksi (Production Cost) dan biaya
feralatan (Equipment Cost). Sedangkan output bisa terdiri dari penjualan (sales),
larnings (pendapatan), market share dan kerusakan (defect)". Pendapat Sinungan
| (2000), *Produktivitas merupakan tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-
Volume 12, Nomor 1, April 2012, hal. 18-3621 Media Riset Bisnis & Manajemen
|
barang/jasa-jasa, Produktivitas mengutarakan cara memanfaatkan secara baik
terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang”. Dari pengertian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa Produktivitas adalah suatu perbandingan
antara hasil yang scharusnya dengan hasil yang senyatanya dan harus berlandaskan
sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mlitu kehidupan hari esok
harus lebih baik dari hari ini.
Pentingnya Produktivitas tenaga kerja dikemukakan oleh Sinungan (2000)
yang menyatakan bahwa: “Produktivitas itu penting sekali, karena pendapatan
nasional atau GNP banyak diperoleh dengan Ara keefektifan dan mutu
tenaga kerja dibandingkan dengan melalui formasi modal fan penambahan kerja”.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat kita ketahui pentingnya sumber daya manusia
dalam suatu organisasi, dimana Produktivitas sumber daa manusia merupakan
suatu hal yang kompleks yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen sumber
daya manusia guna mencapai hasil kerja yang optimal dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja adalah|merupakan gejala dari
prestasi pegawai, jika pegawai tersebut produktif, maka dapat dikatakan bahwa
pegawai tersebut berprestasi. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan organisasi yaitu
untuk meningkatkan Produktivitas kerja guna menjaga kelangsungan hidupnya.
Menurut Sinungan (2000) Kerja produktif memerlukan | prasyarat lain sebagai
faktor pendukung yaitu kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai
dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimum, jaminan sosial yang|memadai, kondisi kerja
yang manusiawi dan hubungan kerja yang harmonis.
Dalam rangka meningkatkan Produktivitas kerja seorang pegawai, maka
Siagian (2002) menyatakan setidaknya ada 5 hal yang nat yaitu: (a)
Penyeliaan atau supervisi yang simpatik - Salah satu hubuhgan yang paling dekat
antara seorang pegawai dengan orang lain di tempat peKerjaannya ialah atasan
langsungnya. Para atasan langsung itu berperan selaku penyelia atau supervisor
bagi pegawai yang bersangkutan. Hubungan yang sangat dekat itu timbul karena
penyelia itulah yang memberi penugasan, bimbingan, arahan, motivasi,
penghargaan dan teguran dalam pelaksanaan pekerjaan selari-sehari. Oleh karena
itu perkayaan mutu perlu disoroti dari sudut ini. Sesungguhnya yang dimaksud
dengan penyeliaan atau supervisi yang simpatik ialah cara memimpin bawahan
dengan gaya yang situasional. (b) Pekerjaan yang menantang - Mungkin harus
diakui bahwa tidak semua orang dalam organisasi bersedia menerima tugas yang
penuh tantangan. Artinya dalam organisasi apapun akan selalu terdapat anggota
yang menganut "prinsip” minimalis, dalam arti sudah puas jika melaksanakan
tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar minimal. Akan tetapi tidak
sedikit orang yang justru menginginkan tugas yang penuh antangan. Manajemen
harus memenuhi keinginan tersebut. Bahkan apabila mungkin, pandangan para
minimalis itu harus diubah. Kiatnya berkisar pada terhindamya para pegawai dari
tugas-tugas yang sifatnya rutinistik dan mekanistik. ee yang. bersifat
Volume 12, Nomor 1, April 2012 hal. 18 - 36_ Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Kerja. 22
irufinistik dan mekanistik akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang pada
igilirannya berakibat pada seringnya terjadinya kesalahan, mutu hasil pekerjaan
rendah dan bahkan kecelakaan. (c) Sistem imbalan yang efektif - Dewasa ini
berkarya dipandang sebagai salah satu wahana untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia dan tidak sekedar mencari nafkah. Meskipun demikian, mencari
ndfkah tetap merupakan bagian penting dari berkarya karena menghilangkan atau
pdling sedikit mengurangi ketergantungan seseorang kepada orang lain dalam
ugaha memenuhi berbagai jenis keperluan dan keinginan. Karena itu terdapat
pameo dalam kehidupan berkarya bahwa “meskipun uang bukanlah segala-
galanya, uang itu tetap penting™. Di pameo tersebut juga terlihat bahwa setiap
orang yang bekerja untuk organisasi atau organisasi atau untuk orang lain, yang
rsangkutan mengharapkan imbalan, tidak hanya dalam bentuk upah atau gaji
alan tetapi imbalan yang dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya
dgngan berbagai jenis dan bentuknya. Untuk maksud tersebut manajemen
|diharapkan mampu menerapkan suatu sistem imbalan yang efektif. (d) Kondisi
|fipik tempat kerja - Secara umum diakui, baik oleh para pakar maupun oleh para
iP ktisi manajemen bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan
‘diperlukan dalam meningkatkan Produktivitas kerja. Kondisi fisik yang
| menyenangkan sangat berperan dalam pemeliharaan kesehatan dan keselamatan
dan bahkan juga dalam mencegah terjadinya kejenuhan dan kebosanan. (e) Sistem
ufnpan balik - Para pegawai memerlukan umpan balik tentang kehidupan
| kekaryaannya, memang diakui bahwa tidak sedikit atasan yang enggan melakukan
| ppnilaian para bawahannya, Akan tetapi disenangi atau tidak, penilaian itu harus
| djlakukan secara berkala. Ada penilaian yang berorientasi ke masa lalu, tetapi ada
la yang berorientasi ke masa depan.
Pendidikan adalah proses pengalihan pengetahuan secara sistematis dari
seorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh para
| ahli. Dengan adanya transfer pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah
| slkap tingkah laku, kedewasaan berpikir dan kedewasaan kepribadian kedalam
ndidikan formal dan Pendidikan informal. Menurut Peraturan Pemerintah
| Nomor : 101, Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan jabatan pegawai
| negeri sipil pasal (1) menyatakan: Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai
| legeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan
=
lelajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
Melalui proses Pendidikan dapat mengembangkan Aptitude (kecerdasan,
bakat dan ketangkasan) dan Avtitude (Kepribadian). Aptitude diartikan sebagai
lapasitas untuk berprestasi dikemudian hari, kecakapan bakat dan kemampuan
fees (Chaphin, 2001). Sedangkan, Gulo (2002) mendefenisikan Aptitude
dalah kemampuan untuk belajar cepat dan mencapai prestasi dalam bidang
Volume 12, Nomor 1, April 2012, hal. 18-3623. Media Riset Bisnis & Manajemen
tententu. Aptitude sangat berhubungan dengan kemampuah yang diperlukan untuk
menjalankan kematangan mental (Robbins, 1998).
Selanjutnya. terdapat 7 (tujuh) hal yang paling sering dikutip yang
membentuk kemampuan intelektual adalah : (a) kemahiran berhitung, (b)
pemahaman, (c) kecepatan perceptual. (d) penalaran induktif, (e) _penalaran
deduktif (comprehension) verbal, (f) visualisasi ruang, dan|(g) ingatan (memori).
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan kerja
karyawan. Pendidikan dan Pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk
melihat kemampuan seseorang (Handoko, 1998). Menurut Hasibuan (2000),
Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemdmpuan seseorang untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan latar belakang Pendidikan pula
seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan tertentu.
Pemahaman akan kepribadian seseorang juga dapat|dilihat dari Pendidikan.
Secara tradisional Pendidikan merupakan kriteria utama dalam penilaian para
karyawan, sedangkan pertanyaan tentang keterampilan khusus bisa digunakan
untuk menilai prospek pegawai. Selain itu Pendidikan merupakan suatu pembinaan
dalam proses perkembangan manusia untuk berpikir dan cenderung
berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya. Dalam kaitannya dengan
pengembangan karir Pendidikan yang memadai dan sesuai akan memungkinkan
pekerja dapat mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan pribadi dan
juga akan menjadi pertimbangan untuk pengembangan karit.
Menurut Nadler dalam Moekijat (1996), Pendidikan adalah proses
pembelanjaran yang mempersiapkan individu untuk engi yang berbeda pada
masa yang akan datang. Pendidikan didesain untuk memungkinkan pekerja belajar
tentang perbedaan pekerjaan dalam organisasi yang sama. Dengan demikian
Pendidikan karyawan penting artinya bagi suatu organisasi, untuk dilaksanakan
tenaga-tenaga kecakapan dan keahlian dalam bidangnya masing-masing maka
telah menjadi keyakinan dalam tata personalia perlunya Pendidikan. Berdasarkan
beberapa definisi yang ada Pendidikan adalah aktifitas| yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan, pengetahuan, nilai moral dan menjadi mengerti
sehingga mempunyai nilai lebih dalam segala aspek mre
Pelatihan
Flippo dalam Moekijat (1996) menjelaskan, Pelatihen merupakan tindakan
untuk meningkatkan pengetahuan clan kecakapan seorang pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu. Dessler (1997) dijelaskan bahwa Pelatihan
merupakan proses mengajarkan karyawan barn atau| yang ada sekarang
keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka.
Selain itu, Pelatihan dan pengembangan juga menyiratkan perubahan-perubahan
dalam keahlian-keahlian, pengetahuan, sikap atau perilaku. Dalam Moekijat (1996)
disebutkan tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut
Volume 12, Nomor 1, April 2012 hal. 18 - 36 |Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Kerja 24
sebagai Pelatihan, yaitu :, (1) Latihan harus membantu pegawai menambah
|kemampuannya, (2) Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan
ibdkerja_pegawai, dalam sikapnya terhadap pekerjaan, dalam informasi dan
\pangetahuan yang ia terapkan pada pekerjaannya sehari-hari, dan (3) Latihan harus
ibdrhubungan dengan pekerjaan tertentu. Dari sudut pandang internal, Pelatihan
diperlukan untuk mempersiapkan dan membentuk pegawai menjadi personel yang
dapat diandalkan baik dari keterampilan teknis, maupun sikap dan persepsinya
tethadap tujuan organisasi. Dari sudut pandang eksternal, Pelatihan diperlukan
kdrena adanya tuntutan-tuntutan dari lingkungan luar organisasi. Ada beragam
tahtangan yang harus dihadapi organisasi terkait dengan ketenagakerjaan. Tuntutan
konsumen untuk mendapatkan layanan terbaik mewajibkan organisasi untuk
mpersiapkan pegawainya sebagai pelayan terbaik bagi konsumen dengan
mbekali mereka dengan keahlian dan kompetensi serta sikap yang positif.
Filosofi yang mendasari perlu adanya program Pelatihan menurut
strong dalam Yuwono ef al., (2005) meliputi beberapa aspek yaitu: (a)
Pendekatan strategis dalam Pelatihan. Strategi Pelatihan merupakan perspektif
ka panjang tentang keterampilan, pengetahuan dan tingkat kompetensi
karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan atau organisasi. Penekanan aspek ini
adalah bahwa Pelatihan dan pengembangan harus merupakan bagian yang integral
dari proses manajemen. (b) Terintegrasi. Program Pelatihan yang direncanakan
hprus terintegrasi dengan seluruh bagian dalam organisasi, sehingga efektifitas
| Pelatihan dapat digunakan untuk menunjang suatu bagian, antar bagian, dan
seluruhan bagian dalam organisasi. (c) Relevan. Pelatihan harus disesuaikan
dengan identifikasi masalah dan kebutuhan organisasi beserta individu
pendukungnya. (d) Berdasarkan masalah. Pelatihan harus didasarkan pada usaha
| nenyelesaikan masalah dalam organisasi, yaitu merupakan upaya mengisi
| kbsenjangan antara apa yang dapat dilakukan seseorang saat ini dan apa yang perlu
| mereka lakukan di mass datang. (e) Berorientasi pada tindakan. Pelatihan
baiknya menekankan pada program yang memungkinkan untuk dilaksanakan
in mendorong orang untuk bertindak. Tujuan Pelatihan harus dapat ditransfer.
Filosofi tentang Performance-related training (PRT) meliputi keterkaitan
ee dengan tuntutan kinerja secara khusus. Tujuan PRT adalah
engidentifikasi kebutuhan Pelatihan secara individual dan memberikan Pelatihan
ng relevan serta efektif untuk memenuhinya. Bagian terpenting dalam pros--s
HRT adalah profiling of key skills. (f) Berkesinambungan. Pelatihan tidak hanya
ftujukan pada occasional point dalam karir karyawan. Pelatihan merupakan
roses yang berkesinambungan dengan penekanan bahwa karyawan harus
emiliki kebutuhan untuk terus belajar.
Berdasarkan filosofi tersebut, diharapkan akan tercapai tujuan Pelatihan
perti yang dipaparkan oleh Simamora (2004) sebagai berikut: (a) Memperbaiki
iinerja. Program Pelatihan dan pengembangan yang sehat kerap berfaedah dalam
eminimalkan masalah yang berkaitan dengan karyawan yang bekerja secara tidak
Volume 12, Nomor 1, April 2012, hal. 18-3625 Media Riset Bisnis & Manajemen
memuaskan karena kurangnya keterampilan dan kompetensi. (b) Memutakhirkan
keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui Pelatihan
diupayakan kepastian tentang kemampuan karyawan untuk penguasaan teknologi
baru, sehingga kemajuan teknologi dapat secara sukses diintegrasikan kedalam
organisasi. (c) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi
kompeten dalam pekerjaan. Hal ini terkait dengan seringkali seorang karyawan
baru tidak memiliki keahlian dan kemampuan untuk kompeten, yaitu_ mampu
mencapai output dan standar kualitas yang dihardpkan. (d) Membantu
memecahkan permasalahan operasional. Seringkali Pelatihan dapat membantu
karyawan dalam memecahkan masalah organissions dan melaksanakan
pekerjaan secara efektif. (e) Mempersiapkan karyawan untuk promosi. Pelatihan
memungkinkan karyawan menguasai keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan
berikutnya di jenjang atas organisasi, dan memudahkan trahsisi dari pekerjaan saat
ini ke pekerjaan atau posisi yang melibatkan tanggungjawab yang lebih besar. (f)
Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. Melalui Pelatihan diharapkan
pekerja baru mengorientasikan organisasi dan pekerjaan secara benar. (g)
Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Pelatihan dan pengembangan
memainkan peran ganda dengan menyediakan aktifitas yang membuahkan
efektifitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi
bagi semua karyawan dalam rangka mengakomodir orientasi sebagian besar
manajer dalam pencapaian dan tantangan dalam pekerjaan. |
Pengalaman Kerja |
Promosi karyawan didasarkan pada lamanya Pengalaman kerja karyawan.
Pertimbangan promosi adalah Pengalaman kerja seseorang ; orang yang terlama
bekerja dalam perusahaan mendapat prioritas utama dalam tindakan promosi
(Hasibuan, 2000). Dengan Pengalaman, seseorang akan {lapat mengembangkan
kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan dengan
harapan suatu waktu ia akan dipromosikan. Kelemahannya pegawai yang
kemampuannya terbatas karena sudah lama bekerja tetap dipromosikan. Dengan
demikian perusahaan akan dipimpin oleh orang yang ierkemampuan rendah,
sehingga perkembangan perusahaan dapat disangsikan.
Menurut pendapat Siagian (2002), Pengalaman kerja menunjukkan berapa
lama agar supaya pegawai bekerja dengan baik. Disamping itu Pengalaman kerja
meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau jabatan yang |pernah diduduki oleh
seseorang dan lamanya mereka bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan
tersebut. Dengan demikian masa kerja merupakan "kor individu yang
berhubungan dengan perilaku dan persepsi individu} yang mempengaruhi
pengembangan karir pegawai. Misalnya, seseorang yang lebih lama bekerja akan
dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi, Sees hal ini berkaitan
erat dengan apa yang disebut senioritas.
Volume 12, Nomor 1, April 2012 hal. 18 - 36Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Rengalaman Kerja 26
el
mnelitian Sebelumnya
i
| Beberapa tinjauan empiris yang memiliki kaitannya dengan permasalahan
panelitian ini:
.| Christiansen et al., (1996) mencoba mengungkap perbedaan Pelatihan antara
perusahaan layanan atau jasa dengan perusahaan produk serta dampaknya
terhadap kinerja, kepuasan, dan komitmen. Survey dilakukan terhadap 81 sales
perusahaan jasa asuransi, 44 sales perusahaan produk konsumen, dan 129 sales
perusahaan produk industri. Total seluruhnya adalah 254 sales. Instrumen yang
digunakan dalam proses pengumpulan data adalah kuesioner dengan 7 point
skala Likert. Variabel Pelatihan dalam penelitian diukur menggunakan 4 aspek
yaitu: training content, training method, training location, dan trainer. Variabel
performance diukur dengan 4 indikator yaitu: respek terhadap komunikasi,
kemampuan untuk menyelesaikan problem konsumen, menyelesaikan tujuan
penjualan, dan bekerja dalam anggaran. Variabel kepuasan diukur melalui aspek
kompensasi, pelanggan, peers, manajemen, dan kesempatan untuk maju.
Sedangkan variabel komitmen diukur melalui aspek keinginan salesperson's
unyuk mencapai tujuan organisasi dan pentingnya pekerjaan mereka untuk self
image. Uji t test dilakukan untuk menguji perbedaan Pelatihan pads sales
perusahaan jasa dan sales perusahaan barang. Analisis korelasi digunakan untuk
menguji hubungan antara variabel Pelatihan dengan variabel kinerja, kepuasan,
dan komitmen. Dari hasil analisis korelasi ditemukan bahwa hubungan antara
Pelatihan dengan kinerja lebih lemah untuk sales perusahaan jasa dibanding
sales perusahaan barang. Hubungan Pelatihan dengan kepuasan ditemukan kuat
untuk sales pads kedua jenis perusahaan. Komitmen tidak secara kuat
diakibatkan oleh Pelatihan.
2] Keneth R Bartlett (2001) juga menguji hubungan antara Pelatihan dengan
komitmen organisasi. Penelitian dilakukan pada 337 perawat yang terdaftar
pada lima rumah sakit. Pelatihan sebagai variabel independen diukur melalui
tiga aspek yaitu: diterimanya akses untuk Pelatihan, dukungan untuk mengikuti
Pelatihan, dan motivasi untuk belajar dari Pelatihan. Variabel dependen
komitmen organisasi diukur melalui tiga pendekatan komitmen yaitu: affective,
continuance, dan normative commitement, sedangkan variabel moderator
| | potensial adalah job involvement, dan variabel moderator job satisfaction.
| | Untuk mengkonfirmasi kepatutan aspek akses untuk Pelatihan yang baru
| dikembangkan oleh peneliti, digunakan analisis faktor. Uji hipotesis dilakukan
| | dengan menggunakan uji korelasi bivariate dan analisis stepwise multiple
| | regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diterimanya akses untuk
Pelatihan, dukungan sosial untuk Pelatihan, dan motivasi untuk Belajar,
berhubungan secara positif dengan komitmen organisasi. Melalui tiga
Volume 12, Nomor 1, April 2012, hal. 18-3627 Media Riset Bisnis & Manajemen
pendekatan komitmen organisasi ditemukan hubungan yang paling kuat
diperlihatkan antara Pelatihan dengan affective commitment. Hubungan antara
diterimanya akses untuk Pelatihan dengan affective commitment dimoderasi
oleh job satisfaction.
3. Samsudin (2002), meneliti pengaruh tingkat Pendidikan, Pelatihan, motivasi.
Pengalaman kerja, sikap loyal dan budaya kerja terhadap kinerja Kepala Desa di
Kabupaten Katingan. Hasil penelitian pada taraf| signifikan a = 0,05
menunjukkan — Fy, = 53.749 lebih besar dari Fas = 2,78, maka Ho ditolak dan
menerima Ha, yang berarti bahwa Pendidikan, Pelatihan, motivasi, Pengalaman
kerja, sikap loyal dan budaya kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Kinerja Kepala Desa di Kab. Katingan. Dengan menggunakan Uji-t, temyata
variabel motivasi secara parsial mempunyai pengaruh lyang dominan terhadap
kinerja kades di Kabupaten Katingan. Nilai koefisien betanya 0,370 (37%) dan
nilai ty = 6,480 (64,8%) lebih besar dari tay = 2, dengan probabilitas 0,000.
Sedangkan hasi! uji Beda rata-rata dua kesamaan terbulti bahwa ada perbedaan
antara Kades yang SLTP ke bawah dengan Kades yang di atas SLTP, hal ini
ditunjukkan oleh nilai ti=-3,576 > ta 2.
Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan| di atas, maka dapat
dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
Hi: Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman Kerja) berpengaruh terhadap
Produktivitas Kerja.
Hp: Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja.
Metodologi
Obyek dari penelitian ini adalah pegawai pada Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Papua dan lokasi penelitian adalah Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Papua JI. Sumatera No. 12 Dok IV Jayapura. Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Papua sebanyak 113 pegawai. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan proporsional random sampling terhadap satuan kerja yang berada
dalam Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua. Jumlah responden
diperoleh dengan menggunakan rumus sebanayak | 53 responden.Untuk
mendapatkan jumlah responden diperoleh dari rumus ukuran sampel dari Yamane
dalam Rakhmat (1991).
Volume 12, Nomor 1, April 2012 hal. 18 - 36 |Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Kerja 28
|Ukuran sampel didapatkan dengan rumus:
N
n= ———
Nd2+1
dimana:
ukuran sampel
ukuran populasi
nilai prestasi (person kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolelir).
Beberapa teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah: 1) Angket, digunakan daftar pertanyaan (angket) yang disebar kepada
‘seluruh responden. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara tertulis.
[Scdangkan item skala penelitian disusun berdasarkan skala likert, dengan kategori
‘sebagai berikut: sangat setuju (SS), bernilai 5; setuju (S), bernilai 4; cukup setuju
(GS), bemilai 3; tidak setuju (TS), bemilai 2; sangat tidak setuju (STS), bemilai 1.
[2)| Wawancara, dalam penelitian ini dipakai wawancara langsung kepada
|responden. Tujuannya adalah untuk menggali informasi tambahan yang tidak
idiperoleh dari daftar pertanyaan atau dalam dokumen yang ada, dan 3)
kumentasi, adalah pengumpulan data dan keterangan yang diperoleh pada
lorpanisasi tempat penelitian ini dilakukan, misalnya; struktur organisasi,
P gelompokan pegawai menurut levelnya.
| Untuk menjawab permasalahan digunakan analisis deskripsi dengan
\di§tribusi frekuensi. Permasalahan diukur dengan model hipotesis, dimana untuk
Imenguji hipotesis digunakan analisa regresi berganda.
|Hasil dan Pembahasan
(Analisis Pengaruh Secara Simultan
Analisis pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman_ terhadap
Prpduktivitas kerja pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Papua, diawali
ldengan melihat ada tidaknya hubungan di antara variabel yang di analisis. Laporan
SASS memberikan data sebagai berikut:
Volume 12, Nomor 1, April 2012, hal. 18-36