Anda di halaman 1dari 58

Tugas Kritical Review Jurnal

Dosen. Dr. Laode Kamlia.,M.Kes

JURNAL

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

OLEH

YUSMAN

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA KENDARI
TAHUN 2020

1
JURNAL 1

Berdasarkan hasil review saya, terdapat tiga komponen penting dalam

teori harapan (panjaitan 2011) .

1. Keyakinan terhadap upaya yang dilakukan akan berhasil (Harapan)

Harapan merupakan keyakinan petugas terhadap pengisian

dokumen rekam medis yang di lakukan akan berhasil jika diisi

dengan baik.

2. Keyakinan terhadap kinerja yang di lakukan menghasilkan imbalan

(instrumentalis)

3. Instrumentalis merupakan keyakinan petugas bahwa upaya yang

dilakukan dalam melakukan pekerjaan akan mendapatkan imbalan

yang sesuai dengan harapan petugas tersebut.

4. Penilaian terhadap imbalan yang diterima ( Valensi)

5. Valensi ialah penilaian terhadap pentingnya suatu hal yang melekat

pada imbalan yang didapat oleh petugas setelah melakukan

pekerjaan dengan baik dan optimal.

Selain itu motivasi petugas dalam pengisian dokumen rekam medis

menjadi faktor yang menyebab ketidaklengkapan pengisian dokumen

rekam medis rawat jalan di RSMM. Motivasi petugas yang kurang optimal

ini didasari dari tingkat penilaian petugas terhadap pentingnya imbalan

yang diberikan oleh pihak rumah sakit yang memiliki skor yang relatif

rendah. Saran yang diberikan untuk pihak rumah sakit ialah melakukan

pendekatan secara personal untuk mengkomunikasikan kemampuan

2
rumah sakit terhadap pemberian imbalan dan melakukan pengawasan

terhadap cara kerja dan hasil kinerja petugas pengisian dokumen rekam

medis.

JURNAL 2

Standar akreditasi Klinik Pratama disusun dalam 4 Bab, yaitu : Bab I

Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK); Bab II Layanan Klinis yang

Berorientasi Pasien (LKBP); Bab III Manajemen Penunjang Layanan Klinis

(MPLK) dan Bab IV Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien.

Masing-masing dari bab tersebut memiliki beberapa standar yang terdiri

dari kriteria dan elemen penilaiannya masing-masing.

Pencapaian PLK Unair B dalam persiapan akreditasi klinik secara

keseluruhan dari 394 elemen penilaian, pencapaian saat ini dengan skor

2.020 dalam persentase sebesar 51% atau dikategorikan terpenuhi

sebagian. Pencapaian terendah yaitu pada standar akreditasi peningkatan

mutu klinis dan keselamatan pasien.Pencapaian belum maksimal

dikarenakan hampir seluruh dari elemen penilaian yang belum dimiliki

adalah ketersediaan dokumen pendukung. Namun dengan adanya

penilaian awal ini masih memungkinkan untuk dikembangkan

pencapaiannya menjadilebih besar sebelum pelaksanaan akreditasi,

mengingat ini adalah penilaian pertama kali menggunakan dasar

Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik

Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri

DokterGigi.

3
Persiapan menghadapi akreditasi klinik yang dapat disarankan yaitu klinik

sebaiknya membentuk tim yang khusus mempersiapkan dan melengkapi

seluruh dokumen penunjang yang dibutuhkan untuk akreditasi.

Standar akreditasi Klinik Pratama disusun dalam 4 Bab, yaitu : Bab I

Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK); Bab II Layanan Klinis yang

Berorientasi Pasien (LKBP); Bab III Manajemen Penunjang Layanan Klinis

(MPLK) dan Bab IV Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien.

Masing-masing dari bab tersebut memiliki beberapa standar yang terdiri

dari kriteria dan elemen penilaiannya masing-masing.

Pencapaian PLK Unair B dalam persiapan akreditasi klinik secara

keseluruhan dari 394 elemen penilaian, pencapaian saat ini dengan skor

2.020 dalam persentase sebesar 51% atau dikategorikan terpenuhi

sebagian. Pencapaian terendah yaitu pada standar akreditasi peningkatan

mutu klinis dan keselamatan pasien.Pencapaian belum maksimal

dikarenakan hampir seluruh dari elemen penilaian yang belum dimiliki

adalah ketersediaan dokumen pendukung. Namun dengan adanya

penilaian awal ini masih memungkinkan untuk dikembangkan

pencapaiannya menjadilebih besar sebelum pelaksanaan akreditasi,

mengingat ini adalah penilaian pertama kali menggunakan dasar

Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik

Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri

DokterGigi.

4
Persiapan menghadapi akreditasi klinik yang dapat disarankan yaitu klinik

sebaiknya membentuk tim yang khusus mempersiapkan dan melengkapi

seluruh dokumen penunjang yang dibutuhkan untuk

JURNAL 3

ANALISIS KESIAPAN POS KESEHATAN DESA DALAM

PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI KABUPATEN KEPULAUAN

MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008”

Dumilah Ayuningtyas, Jonni Asri , publis 03 September 2008

a. Latar belakang

Salah satu strategi dan sasaran Departemen

Kesehatan(Depkes) untuk mencapai visi dan misinya adalah dengan

meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas agar setiap Puskesmas dan jaringannya dapat

menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya.

Adapun prioritas Depkes tahun 2005 – 2009, di antaranya adalah

pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan peningkatan

pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal dan daerah

perbatasan serta pulau-pulau terluar. Upaya untuk mencapainya

adalah dengan Program Desa Siaga. Sebuah desa disebut Desa

Siaga, apabila di desa tersebut telah dibangun minimal satu Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes).

5
Kegiatan utama Poskesdes adalah pengamatan dan

kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans

perilaku berisiko dan surveilans lingkungan, serta masalah kesehatan

lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan

kesiapsiagaan terhadap bencana, serta pelayanan kesehatan dasar.

Salah satunya di Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan wilayah

yang terdiri dari 4 pulau besar dan lebih kurang 252 pulau-pulau kecil.

Kepulauan Mentawai merupakan kepulauan terluar dan daerahnya

termasuk daerahsangat terpencil. Jumlahkecamatan sebanyak 10

kecamatan dengan 43 desa.

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar masih

sangat rendah, disebabkan belum tersedianya sarana pelayanan

kesehatan, terutama di pemukiman masyarakat terpencil sehingga

Akibat kondisi ini menyebabkan mereka tidak membawa keluarga

berobat, terutama ibu melahirkan dan bayi, sehingga status kesehatan

mereka tidak meningkat. Apalagi keadaan ekonomi tidak mendukung

dan lebih dari 50% penduduk tergolong miskin.lalu Pada tahun 2008

direncanakan pembangunan 12 unit Poskesdes akan dilangsungkan

untuk menindaklanjuti penetapan kebijakan pengembangan desa

siaga di kabupaten kepulauan mentawai,yang bertujuan untuk agar

meningkatnya sarana kesehatan oleh karena itu perlu diketahui

kesiapannya.

6
b. Tujuan

Untuk mengetahui kesiapan pengembangan desa siaga DI

KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI

SUMATERABARAT TAHUN 2008.

c. Metode

Analisis kesiapan Poskesdes dalam pengembangan desa siaga

di Mentawai melalui studi kualitatif, yaitu dengan proses penggalian

data yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap

penanggung jawab program di Dinas Kesehatan dan Keluarga

Berencana Kabupaten, Pukesmas dan petugas Poskesdes yang

desanya telah dicanangkan menjadi Desa Siaga, dan juga melalui

telaah dokumen sebagai bentuk triangulasi.

d. Hasil

Terdapat variasi pada kesiapan Poskesdes di Mentawai dalam

kisaran siap, kurang siap hingga tidak siap. Namun untuk lima variabel

yaitu sarana fisik Poskesdes, peralatan dan logistik, pembiayaan,

perencanaan dan pengawasan umumnya telah siap, meski belum

memenuhi 100% standar yang telah ditetapkan Departemen

Kesehatan. Adapun model fisik/konstruksi Poskedes, dibangun dengan

desain khusus sesuai kondisi daerah tertinggal, terpencil dan

kepulauan

7
e. Kesimpulan

Model Poskesdes yang dikembangkan Departemen Kesehatan

tidak bisa diterapkan di Kepulauan Mentawai dan perlu dimodifikasi.

Saran yang dapat diberikan kepada Departemen Kesehatan perlu

kajian tentang Model Poskesdes Mentawai, bagi Dinas Kesehatan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Kepulauan Mentawai agar segera

mempercepat pelaksanaan pembangunan sarana fisik Poskesdes

dengan perlengkapannya.

JURNAL 4

“EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEWAJIBAN MENULISKAN

RESEP OBAT GENERIK DI RUMAH SAKIT UMUM CILEGON TAHUN

2007”

Dumilah Ayuningtyas,Evelyn Yolanda Panggabean , publis 04 Desember

2010

a. Latar belakang

Dalam rangka mengantisipasi mahalnya harga obat, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, mewajibkan penulisan resep dan

penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah

melalui Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989 tentang kewajiban

menuliskan resep dan/atau menggunakan obat generik di fasilitas

pelayanan kesehatan pemerintah. Upaya pemasyarakatan obat generik

harus mendapat dukungan dari semua pihak, karena dilihat dari aspek

8
sosial maupun ekonomi, program ini mempunyai kendala yang cukup

besar.

b. Tujuan

Untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan

dengan pengimplementasian kebijakan penulisan resep dan/atau

menggunakan obat generik di RSU Cilegon pada tahun 2007.

c. Metode

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan

data primer yang dikumpulkan langsung dengan wawancara mendalam

kepada para informan dan data sekunder yang diambil dari eksplorasi

dokumen dengan mencari 379 lembar resep obat generik dari pasien

pulang.

d. Hasil

Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa secara umum

pelaksanaan Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/ I/1989 belum sesuai

dengan yang diharapkan. Persentase penggunaan obat generik untuk

pasien rawat jalan di RSU Cilegon rata-rata baru mencapai 52%. Hasil

penelitian secara kualitatif menunjukkan bahwa Direktur, Komite Farmasi

dan Terapi, dan Instalasi Farmasi belum berperan sesuai dengan

ketentuan yang ada dalam Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/ I/1989.

e. Kesimpulan

Sosialisasi obat generik perlu ditingkatkan dengan melibatkan dokter

maupun masyarakat, adanya metode yang mengatur pelaksanaan

9
kebijakan tersebut, formularium yang secara periodik dievaluasi dan

direvisi, dilaksanakannya supervisi, serta diberlakukannya mekanisme

reward dan punishment.

JURNAL 5

Faktor risiko penyebab penyakit diare yang paling banyak diteliti oleh

mahasiswa adalah faktor lingkungan.

Hasil penelitian : Faktor lingkungan ini berkaitan dengan sanitasi meliputi

sarana air bersih (SAB), jamban, kualitas bakterologisair,saluran

pembuangan air limbah (SPAL), dan kondisi rumah. Faktor lingkungan

yang paling banyak diteliti adalah aspek sarana air bersih dan jamban.

Untuk sarana air bersih, rata-rata odd ratio (OR) jenis SAB sebesar 3,19

dan rata-rata OR pencemaran SAB sebesar 7,89 sedangka nuntuk

jamban rata-rata OR kepemilikan jamban sebesar 3,32.

Kesimpulan penelitian

1. Perlu dilakukan intervensi terhadap faktor lingkungan untuk

menurunkan angka kejadian diare di Indonesia dengan membangun

sarana air bersih dan sanitasi dalam Program Penyediaan Air Minum

dan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

2. Penelitian yang menggunakan systematic review bermanfaat untuk

melihat beberapa penelitian secara bersamaan

3. sehingga didapatkan suatu temuan baru pada topik tertentu yang

telah diteliti.

10
4. Bila dilihat dari literatur kepustakaan dan penggunaan alat ukur, dapat

disimpulkan bahwa kualitas penulisan akademik dari peneliti FKM

belum memenuhi kriteria penulisan yang baik. Dalam hal mengeksplor

variabel yang akan diteliti, kualitas penulisan tesis lebih baik

dibandingkan denganskripsi.

11
! "# $ %%
& ' !"# $%#

%#& %' # ( $ $% ( (%$)# * $%# #&% * $ ) ( $ * + & $ $ %' ,) -


$ .
%##) - - % & + & %* # / + $%#& %' # ( $ $% ( (%$)# %
$%#& # ($ $% ( (%$)# % %' %) & . %##) - - % & / (
012 314 + %*5 $ %' + )(- / % ( '$ % + $%#& %' # ( $ $% ( (%$)# % %'
%) & * ( % $% %%# 6& $ $- + % - #% % . %##) - - % & +
& )(- $% ()$ $% 7 $ % 2( $ & $+ () " - 89:3 + %)"+ % ) ,) %
( %* % % # ($ $% ( (%$)# % %' %) & + &% ( %' + )(- / & % /+%
/ ' " + %) & # ($ $% ( (%$)# % + & %& / ; (%$ % 2 ; ' $ % 2 ( 3
) + ) %' + )(- +%/ ( + " %' + # ( $ $% ( (%$)# % . %##) -
- % & / %/ % % + ( " ' $% % + $%#& %' %) & # ($ $% (
(%$)# % . %##) - - % & )"" % " % #% % " + & '% # $ %
$%#& + # ($ $% ( (%$)# % %' %) &

< +% & 2 $%#& 2# ($ $% (2 #% % 2 %) & 2 $% %%#

% ) ) ! %

( ) ! % ) % +

* % ) " % ) ) %

) " ) % " ) ! . ! % % ) % .

! % ) ) + ! % % !

, ! %% - % 1 ) +2 %

! ) " . ) * % ) ! ) ! ! %

) ) ) ! ) ) ) % ) ! +

/, " 0+ ) ! ) 3 ) (

. ) % )" * ) + 45 & &656 5 5 % 6

) 1 % ) ! , ! /6, 0 ( 6 %

+ ) % ) ! !

) ! ! % + ( % ) ) %

. ! % ) % . ) !

% ) % ! % % ! 7+

) ! ) % % ) ) %

) % ) + ( . - . (6 ) %

1 % ) % ! % 8 % % % )+

) ! % ) % ! %
9

%% %. - ) % % % $ * )

+ - % ) ) % . / 1" 40+ < $ )

% " % %% % % $ %

% ) ) % ! " 97" ) % )

6 ) 4:"::7" ; % +2 ! % ) %% $

9:"::7" $ 4:"::7" ) ) ! % ) $

" 97+ 2 %% + < ) % % * $

- %% % % ) ) ! ) * "

) % - . 6+ " ) %

(6 + 3+ + 6 +

% % ) ) % < ) *

! % 1 %% ! - * %

) % ) ! * % ) )

) + , % ! % % ! % ) % ! %

%% %. - ) % $ + )

) * ) . ! % $

) % + 6 . " . "

* . ) % ) % ) . ! % + < )

$ ) % ) $ )

! % %% %. - ) % . % ! % ) %

+ ) ! % . % ) % %

%% ! % % ) ) % $ + $ $

- . (6 + ) ! ! % ! . ! %

, . % $ . ! % !

) % ) ) % ! % % / 6 " 80+

- . (6 + < ) % ) ) %

) /, . " 0" ! $ 2 )

/ 6& $ $-0 ! % - !

$ ) ! % $ % %

$ . ! % +6 ) %

% 1 %% + 2 )

%% ) . . ! % % ! % ) %

* ) + $ % * ) % ! % . " . ) ! %

) 1 $ ! % % . + % ! % ! % )
) $ ) % = - > = " 0+ .

$ % ) % ) % ) ! ) %

$ ) $ + ) - % %

/ )# -0 ) ! % ) ! ! " ! " % "

! $ ) ! % ) ! % )

) . ! % + 6 % ) % ! % . ! +

% %% + , . ) %

! % % $ ) )

$ ! ! % " . ) % + % )

! ! % ) % %% + ) ) )

6 %% ! ) ) % % ) ! - ! %

! % , ! . ) . ! + . . !

! % $ % % ! % ) % ) ) . !

% $ $ . % ) * . ! %

) $ % ) + ) ) % * ) .

/ $ 0 ) ) % ! % / 1 " 0+

) $ ) ( ! %

) . ! % + 6 $ * % ) "

% %% + ) " ) % " " ) !

. $ % ! $ ! % ) ) / ("

. % % $ 0+ < . ) ! %%

! % +, ! ! % $ $ ! 1 ! % %

% % % $ ) " ) " ) %

) $ ) % ) +(

% ) + 1 ! % % % %

. ) ! % $ % . ! % % ) " "

% + . ) % ) % - ) /, -" 0+ ,

% ) ! ! % %

) . /2 ! - " 0+ . ) ! " ) " %%"

) ! % " % ) +

) % - +< ) ) 1 ! % ) % %% ) !

. ) % - + 1 ! % %% + 6! ! %

% % " % " % ) %%

) . " $ / ) ) ) " % ) " ) %


4

% ) % " ( % . - % + 6

) " ) - ! % " ) $ % %

% ) % ) " % ) ! . %

% % /6 !" $ % ) / 0+ 6 $

0+ % ) / 0 % )

% $ +6 $

) % )

, ) ) ) 1 . : / % 0 . $ ! $ %% "

$% $ % + < ) ) ) %" 0+

) % ! % %% %. - ) %

- . (6 ! 8

% " 8 % 1 ) " $ ) % ! %

% ) - + , ) % % ) ) %

) ( 6 ! - . (6 )

- < + , %% ! ) ) ! ! %

! % % ) ) / ) 0" ! ) ! %

% $ $ % ! % ) ) . ! %

% + . % * / 0" ) )

$ ) % ) ) % ) % ! ! % /$ 0+ 2

) ) ! % % $ .

" 1 ) " ) - + 2 $ % %) % +

. 1 . : / % 0 . ! " # $ $ %# !&! !

. ! . / ::70" . * ) /: " ' $ (

970" . / 70+ 2 ) ) ! ) %

) / 0 ) ) % ! %

) ! ! % %% . % +3

. - % ? ! % 8 . - ) ) %

% ) 1 . - + +

8 / 0 ) ! ! %

%% . - %

? + $ 8 / 0

) ! ! % %% @
4

) *+ ! ) #) ! ! % , % ) %
(6
%, &- " '.(
$
6 % ! "8
6 % ! 4 8 " 8
A 8 : " 8
< !
6 %
!

2 ) % $ ) . ! % . %% %. - !

) - ) % % ! /6 A ! " 90+ ! ) %

) % ! % % %% ) ) %

! 8 " 87+ 2 %

%% - ) % ) % ! $ ) %

! ) ) ) % - . ! %

) . ! % . % )+

% ! % ) + ! ) % ! " # $ / % # !&!

) % ! % %% %" ! -) ' &- (

% ) % . ) !

) . ! % . % % ) % - ) ! ! %

% % ) . )

! % ) . ! + 6 %% ) % ! % % ) ) % +

% % 3 . - ) % ) %

% ) % . +

) 0+ ! ) . ! % % , % ) %
(6
%, & - &- " '.(
6 % !
6 % ! "8
A
< ! 8
6 % ! "8

3 ) % 7+ , % - ) ! %

) % ) . )

- ) % ! % %% %. - ) . % + % %

) % ! ) % % ) %

) ! % % ) .

% ! ) % % + 2
4

% ) . % + ! % 1

) . . %% ! ) % )

! % ) % * ) ! % % ) %

. ! % ) + 1 ) * ! ) % ) %

! ) ! 1 ! % ) .

) % ) 1 ) ) ! % + ) * !

! ) % ) ) ! % % ! % % ) % ! )

/6 A ! " 90+ ! % ! % ) $

) % ! ) ) % %

) ) % % % ) +

) . ! + , % ! " # $ -) % # -

) ) ' (

) . . ) % ! % % ) % ) ) ) % !

% ! % ) ! % )

) % ) - . ) % ) . %

/( $ " 0+ , % % ) % ) + 3 . -

) ) . 1 ) % ) %

! % ) % ) % $ +

- . !

) 1+ , ) ! % , % ) % (6
%, &- " '.(

6 % ) %
6 % ) % " 8
, % "8
< ) % : 9"98
6 % ) % "8

< 1 - - ) % * ) )

) % ) % - . % $ ) % ) %

) ) ! % - . + ! %

) . % ) % %% ) ) % ) ) 1

) "87+ 2 %% ) 1 + ! 1" ) %

- ) % - ! % " ) . ) ) " ) %

) ) % ) . ) " ) . %% )

% ! %) % % ) % ) % %
4

) . ! % ) , % ! % ) ! %

/6 A ! " 90+, % ) ) ) % ! . % 1

) ) ) % ! ) $ ) . ! %

) ! %- . +2 % ) % ) ! %

) . % - . +

) ) ! % . % ) !

) % ) + , % % ) ! % % ) %

) % % ) ) % ! %

) ) ! % ) ! % ! ) +

) . ! % + $ 2 $ / ' %!

% % ) % ) - 3 *(

! % ) % % ) ) ) !

% ) 1 ) % + , ! % ) % * ) .

% ! % . % % ) % ! % ) + % $ % ) / 0

) )) % ! ) ) $

! % ) + + 3 1

, % ! % ) ! $ % ) ) % ) %

) ! % %% ) - . (6 +

) % ! % ) ! % +

) 4+ #) ! * ) . , % , % ( (6
%, %! - &- " '.(
< %% 8
6 %
( 98

3 ) - $ % ) ) ) %

) % * ) . ! % . +, % ! ! %

1 ) % ) % ) ) . %

! 987+ % ! % * )

) ) ) ! $ ) % ) %

! ! ) % ) /$ 0 % + 6 ! %

) % ! / 0+ , % %) % -

$ " ) % * % ) ! ! % 1

. - ! ! % + 2 * ) . ! % ) +

! % ! * ) . ,
4:

$ ) ! % ) $ % )

% ) % / 0 % ) ! % ) %

* ) . ! % + $ ) ) % - . +3

) % ) ) % . - ) % $

% *) ! ! % ) % ) % +

) % + 2 $ *

) 5+ $ , % ) % (6
%, , &- " '.(

< %% 8
6 %
( 98

2 ) % ) $ ) - . ) %

- $ ) % ) % % + 2

% %% - ) %

) 987+ < % $ ) - .

% $ ! % . ! % ) %% ) ) %

) % ) % % ) % %% ) )

! % . %% %. - % % ! $ % .

%) % +2 . - ! % + , % ) ! %

$ ) % % % * ) ) ) % ! - . !

%% ) ) . ! % ) ! % )

) % ) % ! ) % %

- . (6 + , % % ) " "

$ % ! % ) . /( %% " :0+

%% ! ! % /

% ) . ! % . ! % ) %

+6 % ) . ! % $ ! % % ) -

! . + % % ) % ! "

* ) +6 ! % 1 ) " ) -

% $ ) % %% %. - % %

! ) ) % - ! % ) 1 ! %

" % ) - . + 3

) . % /= ! " 0+ % . ) % +

3 ) % $ ) %
4

) 6+ . ) % (6
%, / &- " '.(

3 8 : " 8
B ) :9"8
( 8 : " 8

3 - ) % . ) ) %

) % + 3 ) ) %

. ! %* ) ) % * )

- . ! :9"87+ , % ! % %

. ! % % % % * ) ) . % )

% % ) % % ! 1 ! % )

%% %. - % % % ) % +

) % + , % % # ! %! $ % ,!&-

) % ) % ! - # 7

) % % % 3 %

" 1 ) " ) - %% $ ) % % . ) % +

% $ ! % ) %

) 8+ < 6 % $ % . , %
/
) & % 9&!&$ ! ,
( 8 :
::": 7 "9 7 87 7
< %%
87 87 8 7 7
$
8 8
: " 7 :9"8 7 : " 7 7
,

3 ) % ) ! % ) )

. - ) % ! % ) + , %

$ * % % - ) ! % %

! % %+ 6 % % . ) %

) % ! % $ %% ! 1" ) . ) ) "

* % % ! % ! ) % " ) % )

+ , % ! % $ " ! ) . )

% ) ! % * /( $ " 0+ , %

) % % ) % ) )
48

! %) % ) ! % "

) ) * ) $ ) % ) %

% $ ) % ) % . 1 ! % !

) % % % ) ) %

) ! . - . (6 + $ ) % ! % %

) % ! % % )+ 2 ! % ) % ) ) %

% ) % * ) $ ! % ) ) % ! ! %

) % ) ! % ! % 1

% ) % + 6 ! % )

! % % + $ ) ! ) * )

) %! % ) ) % % )

%% ) ) )

) " % " - ) % - ) * . .

% ! % . ) % ) % +

%% %. - ! * ) .

% + % . ! %

%) % ) % 1 " A+ , %+
1 , . < ) .
$ ! % %% ! - + = & +# $ ) % +
1 " (+ ?+ + 5 # & 6 +
%% ) % . ) % '& %%
6 " 6+ 8+ &C) * *! < !'
/( %% " :0+ $ ! % $ $ % 2 B = + # $
% .%) %' % #&% -
) ) - % $+ 8/ 0+))+ 8
2 ! - " + 6+" 6 ! - " =+ +
! 1 * ! % ) " )+> = = =5 ( #* (
- + ( &> 5 " / ( " (
) ! . ) % + 2 >%# # " # +
) ( )
) ) ! % ) ! % 45 & &656 5 5 + '
, ( ) +
%% % % . , . " ?+ + , "") 6& $ $-
+ %-
! % %% ) % ) ( # & - ")=) % > 5 > - /
( + - > /
! % . %% %. - ! + %- $%+6 ) +# $ 6
# +
, ) ! % , ( )
+ 45 & &65,&(5 5 + '
< - / 0 - , ( ) +
, - " A+ +" + % ) , %
. ) % % . ! % ( , ( - ) (6 3
< 4 = & +
) + 2 ! % % . ) # $ +
( %% " 6+ :+ , " )+ ? -
) - ) - ) > & # #& '% # % ( % >
5 + ( &> 5 > - / +< +# $
! % $ * ) % ) % +
( $ " + + % )
+ , % ( ( -
4

( 6 ! + 6 %+ = & +# $
= & +# $ %% + -
6 !" <+" + % ) , % = ! " + +, % , . "
( = & +# $ + ) . "
6 +" A ! " ,+ 9+ , % $ ;% < ) $
< ) , $ . ! - . ! - ) 6
, < A %! /, < . % , D 6 ! + 7
< & ) * 0+ .) .) 5 # > 5 " / 0+ ))+ :9 8
=) @ 5 # /:0+ ))+ : 99 = - " + = = (+ +
< - " -+ + +, % ;% , .
, % $ . " ) . " < ) .
3 . < ) . 3 ,; &6 &6+.) (# > +
( - )( %; (6#, + (% " /:0+))+ 4 89
!" # $$ ! %
!"

# $ %& ' ( "& ") * ) '( + ! & ! * ",& - ./ ' & %& + '( / & !"" ' "& , * "!
! ' / &!/ ") * #0 ( &- "'/ ./ ! 1 # $ %& ' (*" - ( ' " ' ' " ' !*
!!' - "& )"' ) '( + ! & !( " ' 2& 3 / (( ' &! )"' * * ( '+ ! ( * ( ( -/ - " 4&", *
' / !* + & ") !!' - "& (( (( & & !!"'- &! , * * - & ( * 5&( ' "&
" 6789:;< * ( , ( - (!' + ".( '+ "& ( -/ , * !'"(( ( ! "& - ( & * -"! &(, ' ' ! - "
- & )/ * !" & (( !!"'- & * &( ' & 1 &- & '+ , - , ( - - " 4&", (" '"! - ' ( *
' ( ( (*", - * * !* + & * ' ( "& / <;= ") & ( (( (( & & !!' - "& ( &- '-( )"'
* ' - & (( ") # $ " ) ! - !' - "& ( '!* ' !" &- "& - & " * )"' "& ") * )"' *
' ' "& ") !!' - "&

!!' - "&1 ) '( + ! & !(1 3 / (( ' &! 1 !!' - "& ( &- '-(

, - ' '

)+ ' $ $

$ & $ & .+ % $

' $ " $ & * '

" $( ) * + $ $ & )+

$$ + $ & &

, - & ' *4 ! 3

' . + $$ 0 ." ( , 5- &

% ,.+ %- $ / &

& $$ & $ *.+ % ' * & $ '

/ ' $$ & $ $$ )+ $

' & & $ ' $ .+ %

$ & & $ $ $$ &

,0 .+ % ! 1-* & $

! & *

2 ' ' $ + 6 ,+6 -

) $ + , )+- $ " # $$ ," - &

+ + ,++ - $ & $ / $ " *+6

& $ & .+ % " $ & 3 $ %

' 3 $ & 3

$ ' ' *0 .+ % # &


7

$ 2# *%

' +6 " / ! "

/ 2# &

*% ' $$ & $ $ $$

& ! , - & +6 " ! & & ! & &

+6 . +6 8 ' $ .+ % & 3! & # 3! 3 & 3 $

$ ) $ & ! &

+ , )+-* + . 8 * + $ &

$ & . & $

8 " *% ! +6 " & $$ & ! &

& .+ % ' $ & & / ! & & & $ !

& .+ % * & ! 9 $ &

6 & ' $ +6 " , 5- ! & ,+

' ' & .+ % $ ) -

3 +6 ." $ ' 5 4$ &

& $ & & * ' & $

+ $ $ $ # +6 & / ! $ $

" ' )+ + $ ) $$ & & !

$ * / ' # $ $ /

' +6 ." !& !& !

$ & & ' & ! ! & !

& * "& & ' / , ! :-* &

& $ $ & ' &

+6 . " & * 4 $ & $

' 2 3 & / *

& & + ) 5 $

( $$ 5 $ + ! + ! ) &

& & ' & + ! ) & +

' $ & / +6 . " ;$ ' / +

$ & & $ 3 & $

& ' 2 $ +6 . " $$ &

* & $ $ &

& *

& & )+*


<

! # $ " " ! $ %"% &' ( & & 2 & *+ 2 &

)*+, & & $

& & & $ ' $ $ *% $

$ && $ & $ & 2 & $

& & & *

$ * + ) 5

$ $ ' $

& 3 *) ' &

& & $ ! ' & $ & &

& $ $ & *+ & 1 ' /

' ! ' + / ' $ &

& $$ & ! & & & 1 , $ - *+ &

' & & #

& 3 * # & & $

. & & & & $$ *+ &

& & $ $ 3

$ & & $ 3 *% +

$ & , - ) > , - ) > ,1-

* & $ ) > , -) & & *

$ $ ' $ $ % +

& *0 $ ' $ . ! ? . & &

$ ,+ / =# ! - ' , -> . 6 $

) ' & $ $ . + ,6 .+-> . '

' $ !!' - "& + ' $ 6 , +6 - .

" ( "& )"' * ' ! -*0 & + $ + *

% / * , - & 71 = & $ $ &

' / & $ $

& ' & $ & $ $*

* $ . $ & &

& & ' , -

& * : $

% 2 $ ! & & ' & *% &

& $ $ & ' &

& & $ 3 *%
:

& & & ' ! $ ! $$ 2 $ ' & $

! / ' & $$ * + ' $

& ! & $ & $ & ' &

& * & $ $ $

. $ 6 $ * $

. & ,6 .+- & &

$ $ 1 * * 3

& 5 & & & $$

* % $ ,. ! -*+ ' &

& & 3 $$ & $ & *

& $ ' * $ $ $

. $ & $ 2

' + ' $6 , +6 - $ $& $ & *

' $ ' 15 & $ $ $

* & ' 7 % ' %4 : *

* % $ & $ &

& & ' $ $ $$ , ! :-*. ( ) / ' $

! & & ' & & $ . '

$ * , <- $$ & $

. $ + $ & &

+ & ' *.

$ ' * $ 2 $ $

5< * & ! $ % ! $! &

& & 2 ! & *

$ # 8 , ::<- . , -

* $ $ & 2 $ &

& 2 ! &
- "
3 ! ' ! & &
+ ' 3 / (( ' &!
& $ ' * . , -
& & $ ' / '
' & $
' & 2
$ & 2 & & ' **
$ $
+ 2 & ? , - &
& * + 2 & &
' ! , -& $$
& & $ $
' ! ,1- & $ &
5

! , - 3 & & , & -! 5

! ,5- & $ ' , & $ - , & -*

& $$ & 2 & 2 &

& $ ! , - 3 3 $ & A B

3 * & ! 7:B & $ C< B

. & *

+ & &

& 3 # $ &
+ $ 2 &
3* ( 2 $ &
$ & +6 .
/ !'"(( ( ! "& *
" $ & & *)
+ $ +6 . "
/ ' 2 $
& *
& 2 & & / +6 . "
$ $
$ & & &
+ * 5 $
, 7-* % $
& $ #
& & 1: & $
/ / 2 *4 # $
& 2 & *
& (( (( &
1*: * + 2 &
* $ $
5 B!
$ $ &
$ & $ *
* $ 2 $
% $
$ $
& & . 6 $.
* &
+ ,6 .+- 7
' ! & ! % 4& +
& * & $ 5<
,%4+- $
& & .
& & $ &
+ $ + *
& /, $ - $
. ' $ & $
*+ $ $ / / 2
& & 2 & $
$
$$ & $ 2 &
$ 3 & $
& & 2 & & $ 1B
*@ / 2 & & $ +6 .
$ $ & *
" & $ !

& *

& & $
5

0 +/ 0 + 2 & +6 " . & $ & +


+ * ) 5
1 " (
1 " ( !% $ $
!%
# ! # $ " 2 3 2 3
0 0 0 0
"
& & ' , - * :1 7 B
5
6 $. + ,6 .+- ,4& * 7 755 5:B
-
7
' + ' $6 , +6 - ,4& <7 1 17B
<5-
+ $ + 5< 5< 5 1B

% 2 3 45& 4/5&* )/*)* ,+6


$ ? ,D- & !& & $& & *

% . ! $ & $

& 2 & & ' $ $ *0

$ & $ * % & $ 2 $ & 2 $ $ &

& $ ' &

& & & & $ &

$ ' & $$ & $

+6 . " *% $ $ & *

& $ $ & & . , - &

' ! 2 $ & ' & 2 &

& & & $

* . $$ $ $$ 2 $ '

3 $ & $ & $

* & & & & & &

& $ & & *

@ * * , 5- ' & + 2 & &

' )+ $ & 6 $ . + ,6 .+-*

& & 3 & . & $

& ' $ $ & ! &

& & & $ , - & > , -

* & $ ' * &

+ 2 & & & / '

& $ *+6 ." $

& 2 & 11B*+ 2 & / & $$


5

& *+ 2 & . & ' $

& & & * =

$ & & 9 $ *0 & $ $ &

$ $ & ! $ & ' *0

& $ / / 2 '

& $ & & $

& & * $ $ $ &

= & $

. $ $ & & & * & $

! *. , - $ $ & $ & ; 3 , -

& 2 & & ' $ #

& ' * + 2 & & & $ & & '

& & ' $ & $$

' & $ * 3

$ & & $ *

& $ $ / & $

$ *+ ' & $ &

& 2 & $

$ * & *

0 & 2 & . $ # $ $$ &

' + ' $ 6 * & 2 & $ $$ *

$ & & . $ + $

& $ & + ! &

$ * & $ 1B $ & *

& 2 & $$ & & & !' & $

& & & * & $ *0 '

+ 2 & +6 ." / ' $

& & $ ' & $ & $ $ &

$ $ *

& , - & + 2 & &

> , - $ * 0 * + $

& & &

& & & ' $ $/ ' & ' $ $ '

* & * &
51

$ 2 $ 2 & 3 ,+ / !

& ' & 8 -

, ::<- . , -! &

2 ! & 3 ! + 2 & +6 " . & &

& $ ' *0 $ 2 1:

' & / $ & ! & 2 & $ *

& $ ' & 5 B $

$$ 3 & $ *+ 2 & &

& & $ & $

$ . ' , <- & *+ 2 &

& / & & &

& $ &2 ! $$ $ ' / ! $

' * & $* $ & /

"& $ & $ $

$ & 2 & & 2 & '

& $ & $ & ! $ $

$ $ 3 3 ( ) / & & $$

! ' $ & . ' , <- + ) 5 $

$ $ + ! + !) & +

2 $ $ ! ) & + ;$*

! $ % ! $! & + & $ &

& * $ &

% 2 $ & &

& 2 & $ & $ & & ' $ $

$ *+ $ ' *

/ &
7
$ *
22 8 3 0 8 ! 2*
& 2 & , -*>* (
!!' - "&?3 &?99///* 2 2* $9$ $
& 2 * 0 $ & 9/ 22 *
. ' ! * , <-* + $ ) /
/ ' ( % ! "&
-+ '( + & ( 0 '& 5 & @ & (& (1
$ $ ' " ;1 " "' ;
. * , -* # &@ & & 5 # / & &
$ & $ $ ( * & A 4( . (&/ ?
+ = $$ *
$ $$ $ & ; 3 ! # * ' + / E 33
. / * *@ # & 3
$ $ $ 22 3 2
5

$ F G* & '& "& 0" '& )"' + )


B / & * ' ;:;; " 9C1 $ % ( ' +
. '; + $ *
0 .+ % *, 1-* @ ' * # '@ & + ) 5
0 & & "( - &-"& ( ( # 3 $ + !
&?99 &' + !) & + !
*$ * 9 &' 9 H*& &9& $ 9 9 ) & + ;$*
19 * 6 22 * +6 " * , 5-* "' & $ &@ & & # $ %& '
0 .+ % * , -* + 6 9:;<* % ?" # $$
$ % ( ' . ' ' $ + / ! %* * % & 2 ! =*! , -*
+ + .+ % % $ "& + $ +
* ' & # '(* ( # ? ( % * & # & & (
& ?99///* &' $ ( * &! D,1 -*
*$ * 9 &' 9 2 95<<2< 22 % /! 8 *! * , -* ) 33 2 3
7: 2 <7 15 2 *& 3* 6 2 32 22 I
22 < $ 2 2 #2 71
0 ." (* , 5-* ( & ( = & & * & '& "& @" '& )"'
( %@ ". & ( 4' - ( 3 / &* *! ' ? F 1*
# (4 ( ( #'" &( 0 , ' & ( " $" $ ( &
& ' '*( # ) $ % %
3 ? &?99///* * *$ * 9
' ' $ @ * *! * % & $ *!
* * 6 22 < *, 5-* + + &
& = &
) $
! 8* , :-*% ' %4 & *# . !* * &- #' + & +
: $ & $ 5 -!& '!* + 1 " C1 " "' 9
$ & *0 '&
$ ( * & 5 (/ ' 4 ! <, -*
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
VOLUME 11 No. 03 September  2008 Halaman 130 - 136
Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Analisis Kesiapan Pos Kesehatan Desa ...
Artikel Penelitian

ANALISIS KESIAPAN POS KESEHATAN DESA DALAM PENGEMBANGAN


DESA SIAGA DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008
PREPAREDNESS ANALYSIS OF RURAL HEALTH CENTER IN DESA SIAGA DEVELOPMENT
IN KEPULAUAN MENTAWAI REGENCY, PROVINCIAL WEST SUMATERA YEAR 2008

Dumilah Ayuningtyas1, Jonni Asri2


1
Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok
2
Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat

ABSTRACT penanggung jawab program di Dinas Kesehatan dan Keluarga


Backgroud: There were 14 units of rural health center in the Berencana Kabupaten, Pukesmas dan petugas Poskesdes
district of Mentawai archipelago that planned to be built in yang desanya telah dicanangkan menjadi Desa Siaga, dan
2007, but it was failed in the implementation. In 2008, there juga melalui telaah dokumen sebagai bentuk triangulasi.
were 12 units rural health center planned to be built, following Hasil: Terdapat variasi pada kesiapan Poskesdes di Mentawai
the determining of Desa Siaga development policy. Therefore, dalam kisaran siap, kurang siap hingga tidak siap. Namun untuk
the readiness has to be known first. lima variabel yaitu sarana fisik Poskesdes, peralatan dan logistik,
M ethods: The research was c onducted to study the pembiayaan, perencanaan dan pengawasan umumnya telah
readiness of rural health center in the development of Desa siap, meski belum memenuhi 100% standar yang telah ditetapkan
Siaga. Qualitative research method was used, by indepth Departemen Kes ehatan. Adapun model fisik/kons truksi
interview to the person in charge program in the health and Poskedes, dibangun dengan desain khusus sesuai kondisi
family planning board in the district, Puskesmas and staff of daerah tertinggal, terpencil dan kepulauan.
rural health center, that their the village is proclaimed as Desa Kesimpulan: Model Poskesdes yang dikembangkan
Siaga, and through the study of rural health center in the Departemen Kesehatan tidak bisa diterapkan di Kepulauan
development of Desa Siaga readiness documents. Mentawai dan perlu dimodifikasi. Saran yang dapat diberikan
Result : There is variation of readiness in rural health center kepada Departemen Kesehatan perlu kajian tentang Model
/ Poskesdes which is located in Mentawai. The variation range Poskesdes Mentawai, bagi Dinas Kesehatan dan Keluarga
from ready, quite ready, until not ready. But there are 5 variables Berencana Kabupaten Kepulauan Mentawai agar segera
which are ready: Rural health center physical infrastructure, mempercepat pelaks anaan pembangunan sarana fis ik
instrument and logistic, budgeting, planning and monitoring. Poskesdes dengan perlengkapannya.
Eventhough not 100% fit to the standard of Health Department.
For the rural health center physic/construction model, there Kata Kunci: Poskesdes, pengembangan, Desa Siaga
were built with special design which suitable for the isolated,
retarded and archipelago area.
Conclusion: Rural health center model developed by Health
Department can not be applied in the Mentawai archipelago
PENGANTAR
and need modification. The Health Departement is suggested Salah satu strategi dan sasaran Departemen
to analyze the model of rural health center in Mentawai, and Kesehatan (Depkes) untuk mencapai visi dan misinya
the health and family planning board in the district of Mentawai adalah dengan meningkatkan akses masyarakat
archipelago are suggested to accelerate the realization of the
physical infrastructure building with its equipments.
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas agar
setiap Puskesmas dan jaringannya dapat
Keywords: rural health center, development, Desa Siaga menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di
wilayah kerjanya. Adapun prioritas Depkes tahun
2005 – 2009, di antaranya adalah pelayanan
ABSTRAK
Latar Belakang: Di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun kesehatan untuk masyarakat miskin dan
2007 direncanakan dibangun 14 unit Poskesdes, tetapi gagal peningkatan pelayanan kesehatan di daerah
pelaksanaannya. Pada tahun 2008 direncanakan pembangunan terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan serta
12 unit Poskesdes akan dilangsungkan menindaklanjuti pulau-pulau terluar. Upaya untuk mencapainya
penetapan kebijakan pengembangan desa siaga, karena itu
perlu diketahui kesiapannya. adalah dengan Program Desa Siaga. Sebuah desa
Metode: Analisis kesiapan Poskesdes dalam pengembangan disebut Desa Siaga, apabila di desa tersebut telah
desa siaga di Mentawai melalui studi kualitatif, proses penggalian dibangun minimal satu Pos Kesehatan Desa
data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap (Poskesdes).1

130  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Konsep Poskesdes adalah salah satu upaya orang. Tahun 2007 dari 2218 kelahiran meninggal
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) 55 orang, berarti dari 1000 kelahiran meninggal 25
yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/ orang. Ibu yang meninggal pun berkurang, pada
menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi tahun 2006 sebanyak 5 orang menjadi 4 orang pada
masyarakat desa. Pelayanan Poskesdes meliputi tahun 2007. Tetapi status gizi masyarakat menurun,
upaya promotif , preventif dan kuratif yang pada tahun 2006 gizi kurang 21,5% menjadi 23,5%
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama tahun 2007 dan gizi buruk dari 5% menjadi 10,1%.2
bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga Berdasarkan kondisi kesehatan masyarakat di
sukarela lainnya. Kegiatan utama Poskesdes adalah atas, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan
pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans Mentawai melalui Dinas Kesehatan dan Keluarga
penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko Berencana telah melaksanakan program
dan surveilans lingkungan, serta masalah kesehatan pengembangan Desa Siaga yang pada tahun 2006
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dicanangkan 4 desa menjadi Desa Siaga dan pada
dan kesiapsiagaan terhadap bencana, serta tahun 2007 telah dilatih khusus 4 orang Bidan
pelayanan kesehatan dasar. Polindes mengenai Desa Siaga. Pengembangan
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan Desa Siaga dengan pembangunan Poskesdes terus
wilayah yang terdiri dari 4 pulau besar dan lebih diupayakan, rencananya tahun 2007 dibangun 14
kurang 252 pulau-pulau kecil. Kepulauan Mentawai unit Poskesdes dengan perlengkapannya, tetapi
merupakan kepulauan terluar dan daerahnya tidak terlaksana karena adanya kesalahan
termasuk daerah sangat terpencil. Jumlah kecamatan administrasi. Sehubungan dengan kegiatan di atas
sebanyak 10 kecamatan dengan 43 desa. maka perlu dilihat sejauh mana kesiapan Poskesdes
Akses masyarakat terhadap pelayanan dalam pengembangan Desa Siaga di Kabupaten
kesehatan dasar masih sangat rendah, disebabkan Kepulauan Mentawai tahun 2008.
belum tersedianya sarana pelayanan kesehatan,
terutama di pemukiman masyarakat terpencil. BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Puskesmas atau puskesmas pembantu lokasinya Penelitian dilakukan tentang kesiapan
sangat jauh, transportasi sangat sulit karena Poskesdes dalam pengembangan Desa Siaga
keadaan geografi daerah, baik melalui darat maupun menyangkut sarana fisik, peralatan dan logistiknya,
melalui laut. Lautnya terkenal dengan gelombang tenaga, program kegiatan, pembiayaan, perencanaan,
yang besar, cuaca pun kadang-kadang tidak pengorganisasian, penggerakan dan pengawasannya.
menentu, sehingga masyarakat yang ingin Metode yang digunakan kualitatif, data diperoleh
berkunjung ke pelayanan kesehatan atau petugas dengan metode wawancara mendalam terhadap
yang mengadakan kunjungan dalam bentuk penanggung jawab program di Dinas Kesehatan dan
posyandu terpaksa menunggu cuaca benar-benar Keluarga Berencana (KB) Kabupaten, Puskesmas dan
bagus atau perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki petugas Poskesdes yang desanya telah dicanangkan
yang menghabiskan waktu satu atau dua hari. menjadi Desa Siaga, serta dilakukan telaah dokumen
Akibat kondisi ini menyebabkan mereka tidak tentang kesiapan Poskesdes dalam pengembangan
membawa keluarga berobat, terutama ibu melahirkan Desa Siaga.
dan bayi, sehingga status kesehatan mereka tidak
meningkat. Apalagi keadaan ekonomi tidak HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mendukung dan lebih dari 50% penduduk tergolong
Kesiapan Poskesdes Dalam Pengembangan
miskin. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir atau
Desa Siaga
di daerah yang baru difungsikan Puskesmas, terjadi
Adanya Poskesdes merupakan salah satu
peningkatan angka kunjungan yaitu pada tahun 2006
syarat desa disebut Desa Siaga. Kepulauan Mentawai
angka kunjungan 1,20 meningkat menjadi 1,25 pada
merupakan salah satu kabupaten yang keseluruhan
tahun 2007 (rata-rata masyarakat mengunjungi
wilayahnya termasuk daerah yang rawan bencana,
sarana pelayanan kesehatan lebih dari satu kali
berarti seharusnya seluruh desa di Kepulauan
dalam satu tahun).
Mentawai adalah Desa Siaga. Apalagi di bidang
Kenyataannya di Kepulauan Mentawai ada
kesehatan, yang angka kesakitan cukup tinggi,
penurunan jumlah bayi yang meninggal dengan
seperti gangguan pernapasan, diare dan malaria.
difungsikannya sarana pelayanan kesehatan yaitu
Salah satu penyebab terjadinya keadaan di atas
tahun 2006 dari 1424 kelahiran meninggal sebanyak adalah belum adanya sarana pelayanan kesehatan
42 orang, berarti dari 1000 kelahiran meninggal 29 yang menjangkau pemukiman masyarakat, terutama

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008  131
Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Analisis Kesiapan Pos Kesehatan Desa ...

di daerah yang sangat terpencil. Oleh karena itu, Pada denah dan tata ruang model Poskesdes
keberadaan Poskesdes sangat sesuai sekali dengan 60 (luas bangunan ± 60 m 2), ukuran luas
kondisi Mentawai. bangunannya 6 m x 10 m, yang dikembangkan
Depkes, bangunannya permanen dan tidak ada
“ Poskesdes dari sisi Mentaw ai bagus, tempat tinggal petugas Poskesdes. Apabila model
karena ada unsur kebidanan, bencana, yang
bagi kita di Mentaw ai digabung atau ini disesuaikan dengan persyaratan di atas, maka
diintegrasikan dengan penyakit menular, ruang pendaftaran dan ruang petugas digabung, ruang
Posmaldes atau juru malaria masuk ke dalam obat digabung dengan gudang alat. Ruang rawat inap
komponen Poskesdes”
persalinan tidak ada, hal ini disebabkan Poskesdes
tidak ditempati oleh petugas. Model ini cocok untuk
Untuk mengetahui kesiapan Poskesdes dalam
daerah perkotaan atau daerah yang telah maju dan
pengembangan Desa Siaga, terutama dari segi sarana
ramai penduduknya.
fisik, peralatan dan logistik, tenaga, program kegiatan,
Untuk daerah kepulauan seperti daerah
pembiayaan, perencanaan, pengorganisasian,
Kepulauan Mentawai yang termasuk daerah
penggerakan dan pengawasan dapat dilihat dari hasil
tertinggal dan sangat terpencil, model ini tidak cocok
wawancara mendalam berikut.
untuk dikembangkan karena dua hal pokok yaitu sulit
mendapatkan dan membawa material ke lokasi
a. Sarana fisik Poskesdes
Poskesdes dibangun dan karena tidak ada tempat
Pembangunan sarana fisik Poskesdes belum
tinggal petugas.
terlaksana sampai pertengahan tahun 2008,
direncanakan tahun ini akan dibangun sebanyak 12
b. Peralatan dan logistik Poskesdes
unit Poskesdes. Persyaratan lokasi, teknis dan
Pembangunan Poskesdes tahun 2008 ini
keamanan petugas telah disesuaikan dengan
direncanakan sebanyak 12 unit. Sejalan dengan itu
standar yang telah ditentukan Depkes, bahkan untuk
maka peralatan dan logistik juga direncanakan
Kepulauan Mentawai bangunannya didesain khusus
sebanyak 12 paket, kecuali alat komunikasi untuk
sesuai dengan kondisi Mentawai.
tahun ini belum dianggarkan.
“Bangunannya peningkatan Polindes yang
ada menjadi Poskesdes, di tempat yang “Direncanakan sama dengan jumlah
balum ada Polindes dibangun baru. Yang Poskesdes yang dibangun yaitu 12 paket. Alat
sudah dilakukan belum ada, di tahun 2008 komunikasi belum dianggarkan tahun ini.”
direncanakan akan dibangun sebanyak 12
unit. Persyaratan lokasi telah terpenuhi Peralatan dan logistik yang akan digunakan
karena telah kita survei. Penataan ruangan oleh Poskesdes haruslah sesuai dengan standar
sesuai dengan petunjuk Depkes terbaru dan
dimodifikasi sesuai dengan kondisi
yang ditetapkan Depkes RI.
Kepulauan Mentawai, yaitu ditambah dengan
ruangan tempat tinggal petugas, dibuat semi “Sudah dianggarkan sesuai dengan standar
permanen.” Depkes untuk Poskesdes sebanyak jumlah
yang akan dibangun.”

Pembangunan sarana fisik Poskesdes sampai


pertengahan tahun 2008 belum terlaksana, Peralatan dan logistik Poskesdes pengadaannya
sebagaimana diketahui jumlah Poskesdes yang akan sejalan dengan pembangunan Poskesdes karena
dibangun tahun ini sebanyak 12 unit. Persyaratan sampai pertengahan tahun ini pembangunan
lokasi dan teknis telah disetujui dan secara teknis Poskesdes belum terlaksana, maka paket peralatan
mengikuti persyaratan yang ditetapkan Depkes, dan logistiknya juga belum ada.
tetapi dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi Untuk kelancaran pelayanan kesehatan di desa,
Kepulauan Mentawai. peralatan yang dipakai oleh petugas Poskesdes
Persyaratan ruangan menurut Petunjuk Teknis masih standar Polindes. Untuk logistik seperti obat-
Pengembangan dan Penyelenggaraan Poskesdes obat masih di peroleh melalui operasional
Depkes RI3 , di dalam Poskesdes untuk pelaksanaan Puskesmas sesuai dengan kebutuhan Polindes. Alat
pelayanan diperlukan ruangan yang dapat berfungsi komunikasi yang digunakan dengan Puskesmas
sebagai: ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang dan masyarakat sebagian besar adalah tenaga kurir.
pemeriksaan, ruang tindakan (persalinan), ruang Pada awal bulan Juli 2008, tender untuk
rawat inap persalinan, ruang petugas, ruang pengadaan peralatan dan logistik sedang
konsultasi (gizi, sanitasi dan lain-lain), ruang obat, dilaksanakan. Peneliti berkeyakinan bahwa pada
kamar mandi dan toilet. akhir tahun 2008 peralatan dan logistik untuk 12 unit

132  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Poskesdes sudah tersedia. Hal ini dapat peneliti pengembangan Desa Siaga, maka kriteria
analisis dari keseriusan pengelola dalam kesiapannya adalah “kurang siap”.
melaksanakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari
tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan. d. Program kegiatan Poskesdes
Berdasarkan kondisi tersebut maka merujuk kepada Pembangunan Poskesdes dengan peralatan dan
komponen hasil kesiapan peralatan dan logistik logistiknya sampai pertengahan tahun ini belum
dalam pengembangan Desa Siaga, maka kriterianya terlaksana, walaupun demikian pelayanan kesehatan
adalah “siap”. tetap berlangsung dan kegiatan yang akan
dilaksanakan di Poskesdes merujuk kepada
c. Tenaga Poskesdes petunjuk teknis yang telah dikeluarkan oleh Depkes.
Kabupaten Kepulauan Mentawai sangat Kegiatan utama dan kegiatan pengembangan
kekurangan tenaga kesehatan, terutama bidan. Dari dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa
empat petugas Poskesdes yang diwawancarai, tiga diantaranya penanggulangan penyakit, terutama
orang adalah bidan, satu orang D1 Kebidanan dan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
dua orang D3 Kebidanan, sedangkan satu orang lagi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya
adalah D3 Keperawatan. Ketiga orang bidan telah (termasuk kurang gizi) dan penyehatan lingkungan
mendapatkan pelatihan khusus Desa Siaga, belum terlaksana karena tidak adanya sarana
sedangkan petugas Poskesdes yang dari pelayanan kesehatan. Akibatnya penyakit yang
keperawatan belum mendapatkan pelatihan khusus. disebabkan penyehatan lingkungan yang kurang
Petugas Poskesdes yang berasal dari baik dan berpotensi KLB, seperti diare, malaria,
masyarakat yaitu kader sebagian ada yang telah mulai ISPA dan penyakit kulit persentasenya cukup tinggi
aktif membantu Petugas Kesehatan, tetapi belum di tahun 2007. Begitu pula status gizi kurang dan
mendapat pelatihan khusus tentang Desa Siaga. gizi buruk masyarakat terjadi peningkatan pada
tahun 2007, jika dibandingkan dengan tahun 2006.
“Pelatihan kader dilaksanakan tahun ini juga Untuk gizi kurang dari 21,5 % menjadi 23,5 % dan
setelah Pelatihan Bidan Desa dan Bidan
Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak, serta gizi buruk dari 5% menjadi 10,1%.
tenaga Puskesmas selesai. Mereka telah Melihat kegiatan pelayanan kesehatan yang
aktif bekerja di desa masing-masing tetapi telah dilaksanakan, merujuk kepada komponen hasil
belum memulai kegiatan seperti pola
Poskesdes, karena belum dilatih.”
kesiapan program kegiatan Poskesdes dalam
pengembangan Desa Siaga, maka kriterianya adalah
Jumlah desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai “kurang siap”.
sebanyak 43 desa, sedangkan Poskesdes yang
akan dibangun sampai tahun 2010 sebanyak 44 unit. e. Pembiayaan Poskesdes
Kalau dibandingkan jumlah Poskesdes dengan Secara fisik pembangunan Poskesdes belum
tenaga bidan yang ada, sangat tidak mencukupi. dilaksanakan, namun anggaran untuk kegiatan operasional
Oleh karena itu, maka pemerintah kabupaten pelayanan kesehatan dan pembangunan fisik dengan
menyekolahkan lebih kurang 60 orang putri perlengkapannya di Poskesdes sudah tersedia.
Mentawai, baik dari umum dan pegawai yang dari Dari hasil penelusuran dokumen diketahui bahwa
sekolah perawat kesehatan dan sekolah kesehatan anggaran untuk Poskesdes tahun 2008, memang telah
lainnya untuk D3 Kebidanan. Diharapkan pada tahun tersedia. Jumlah anggaran untuk Poskesdes tahun
2010 nanti semua Poskesdes yang telah dibangun 2008 sejumlah Rp3.284.929.400,00, dengan perincian
telah dapat diisi oleh tenaga bidan. untuk pembangunan sarana fisik Poskesdes sejumlah
Dari empat sarana pelayanan kesehatan desa Rp2.082.332.800,00, untuk peralatan dan logistik
(standar Polindes) yang dilakukan penelitian sejumlah Rp906.129.600,00 dan untuk kegiatan
semuanya ada petugas, tiga orang bidan dan satu operasional Poskesdes sejumlah Rp296.467.000,00.
orang perawat, sedangkan kader belum bertugas Adanya kepala Puskesmas dan petugas
secara aktif. Apabila sampai akhir tahun 2008 sarana Poskesdes yang tidak tahu tentang dana operasional
fisik Poskesdes dengan perlengkapannya telah siap, Poskesdes disebabkan karena kurangnya
maka tenaga akan diisi sementara oleh tenaga komunikasi antara kepala Puskesmas dengan Dinas
perawat. Adapun dalam waktu dekat ini akan Kesehatan dan KB dan antara petugas Poskesdes
dilaksanakan pelatihan kader untuk petugas dengan kepala Puskesmas. Bentuk komunikasi
Poskesdes. Oleh karena itu, merujuk kepada antara kepala Puskesmas dengan Dinas Kesehatan,
komponen hasil kesiapan tenaga Poskesdes dalam misalnya ada pertemuan Dinas Kesehatan dengan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008  133
Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Analisis Kesiapan Pos Kesehatan Desa ...

kepala Puskesmas, kadang-kadang kepala Hingga selesainya penelitian ini dilaksanakan


Puskesmas tidak hadir atau sewaktu konsultasi ke pembangunan Poskesdes dan perlengkapannya
Dinas Kesehatan dan KB, lupa menanyakan tentang secara fisik belum terlaksana, tetapi sampai akhir
dana operasional Poskesdes di Bidang Bina Upaya tahun 2008, diyakini bahwa pelaksanaannya akan
Kesehatan. Bentuk komunikasi antara petugas dapat direalisasikan. Namun proses perencanaannya
Poskesdes dengan Kepala Puskesmas, misalnya sudah melalui tahap-tahap yang benar. Apabila
kepala Puskesmas tidak menyampaikan kepada merujuk pada komponen hasil kesiapan perencanaan
petugas Poskesdes bahwa ada dana opersional Poskesdes dalam pengembangan Desa Siaga, maka
Poskesdes dalam biaya operasional Puskesmas kriteria kesiapannya adalah “siap”.
atau petugas Poskesdes jarang konsultasi ke
Puskesmas untuk menanyakan apakah ada dana g. Pengorganisasian Poskesdes
operasional Poskesdes. Bisa juga karena kurangnya Secara keseluruhan pengorganisasian
keterbukaan antara Puskesmas dengan Poskesdes Poskesdes belum terbentuk. Hal ini disebabkan
atau antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan secara fisik bangunan Poskesdes belum ada,
dan KB dan sebaliknya. walaupun ada peningkatan Polindes menjadi
Apabila melihat keadaan yang diuraikan di atas Poskesdes, tetapi baru sebatas kegiatan pelayanan.
dan merujuk kepada komponen hasil kesiapan Peningkatan ini hanya bagi petugas Polindes yang
pembiayaan Poskesdes dalam pengembangan Desa telah mendapatkan pelatihan khusus tentang Desa
Siaga, maka kriteria kesiapannya adalah “siap”. Siaga. Memang ada petugas Poskesdes telah
membentuk organisasi kepengurusan bersama
f. Perencanaan Poskesdes masyarakat desanya karena mereka telah mendapat
Konsep Poskesdes sangat didukung oleh pelatihan khusus mengenai Desa Siaga, tetapi
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai karena sampai saat ini belum ada Surat Keputusan dari
sangat sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Kepala Desa tentang susunan kepengurusannya.
Berdasarkan kenyataan di atas dan merujuk
“Perencanaan pembangunan Poskesdes, pada komponen hasil kesiapan pengorganisasian
Bupati dan DPRD sangat mendukung karena
sesuai dengan geografis, termasuk tenaga Poskesdes dalam pengembangan Desa Siaga, maka
yang sudah disekolahkan Bupati.” kriteria kesiapannya adalah “tidak siap”.

Rencana pembangunan Poskesdes telah h. Penggerakan Poskesdes


melalui langkah-langkah perencanaan untuk Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan,
menentukan lokasi melalui Musyawarah Rencana petugas, kader dan masyarakat perlu diberi
Pengembangan Desa, kecamatan dan kabupaten. bimbingan baik melalui pelatihan atau penyuluhan,
Survei lokasi dilaksanakan oleh konsultan bersama sehingga mereka secara bersama-sama akan
petugas kesehatan dari Dinas Kabupaten, melaksanakan kegiatan. Pada pelaksanaan
Puskesmas dan aparat kecamatan dan desa. kegiatan Poskesdes, Dinas Kesehatan akan selalu
Kegiatan-kegiatan yang menunjang penyelenggaraan memantau dan mengevaluasi hasilnya.
Poskesdes telah disusun dalam bentuk anggaran Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
dan menurut Djamaluddin4 anggaran adalah jenis dapat berlangsung dengan baik apabila ada dukungan
rencana yang menggambarkan rangkaian kegiatan positif dari segala lapisan masyarakat. Untuk itu,
yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka dari segi petugas harus dapat menyesuaikan diri dan selalu
uang untuk suatu jangka tertentu. Sekarang yang bermusyawarah atau mengadakan pertemuan dalam
akan dilaksanakan adalah tender untuk menentukan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
siapa pelaksana pembangunan 12 unit Poskesdes pelayanan kesehatan di desa. Dari empat petugas
dan perlengkapannya di 12 desa di tujuh wilayah Poskesdes yang diwawancarai, dua di antaranya
kerja Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Mentawai. sudah ada mengadakan pertemuan dengan
Perencanaan kegiatan Poskesdes disesuaikan masyarakat, sedangkan yang dua orang lagi belum.
dengan peran sebagai apa dalam pembinaannya,
mulai dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat “Rapat-rapat atau pertemuan sudah sering
dilaksanakan, hampir setiap bulan.”
desa. Tahap-tahap perencanaan di tingkat
Poskesdes belum dapat dilaksanakan, oleh karena Sejalan dengan pengorganisasian, penggerakan
sarana fisik, peralatan dan logistik serta tenaga dari
Poskesdes secara keseluruhan belum terlaksana
Poskesdes itu belum memenuhi persyaratan sesuai
karena sarana fisik bangunan dan perlengkapannya
dengan petunjuk teknis penyelenggaraannya.

134  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

belum ada. Bagi petugas Polindes yang telah siap dua”, yaitu pengorganisasian dan penggerakan.
ditingkatkan fungsi kegiatannya menjadi Poskesdes Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang
sebagian telah melaksanakan pertemuan-pertemuan lebih difokuskan kepada sarana fisik Poskesdes
dengan masyarakat dalam rangka kesiapan desa dengan perlengkapannya dan setelah dibahas
menjadi Desa Siaga untuk kesiapan Poskesdes, hasilnya siap. Kemudian didukung oleh variabel yang
walaupun pertemuannya terbatas satu atau dua kali menguatkan kesiapan yaitu pembiayaan,
saja. Sebagaimana dikemukakan George R. Terry5, perencanaan dan pengawasan, maka asumsi
bahwa alat-alat yang lazim dipergunakan manajer kesiapan Poskesdes dalam pengembangan Desa
untuk menggerakan kelompok antara lain adalah Siaga di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2008
perintah-perintah, petunjuk-petunjuk, bimbingan, adalah “siap”.
surat-surat edaran, rapat-rapat koordinasi, Apabila dihubungkan dengan target Depkes
pertemuan-pertemuan dan sebagainya. tahun 20087, 85% desa telah menjadi Desa Siaga,
Sehubungan dengan keadaan ini dan merujuk berarti 37 unit Poskesdes dengan perlengkapannya
kepada komponen hasil kesiapan penggerakan telah siap dibangun. Kenyataan tahun ini yang
Poskesdes dalam pengembangan Desa Siaga, maka dibangun hanya 12 unit dengan perlengkapannya,
kriteria kesiapannya adalah “tidak siap”. jadi siapnya belum memenuhi target Depkes RI
tahun 2008.
i. Pengawasan Poskesdes
Proses pengawasan Poskesdes sebenarnya KESIMPULAN DAN SARAN
telah dimulai sejak perencanaan lokasi, sewaktu Umumnya Poskesdes yang dibangun dalam
suveinya, akan diteruskan ketika pelaksanaan pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Kepulauan
pembangunan dan penyelenggaraan kegiatannya. Mentawai tahun 2008 telah siap pakai/beroperasi,
Pengawasan dilaksanakan oleh pihak kabupaten tetapi belum memenuhi target Departemen
bersama kecamatan dan perangkat desa. Tetapi Kesehatan RI tahun 2008, yaitu 85% desa telah
waktu efektifnya adalah ketika sarana f isik mempunyai satu Poskesdes. Ditemukan variasi
Poskesdes telah mulai ditenderkan sampai kesiapan pada Poskesdes di Mentawai dalam kisaran
pelaksanaan pembangunannya serta peralatan dan siap, kurang siap hingga tidak siap.
logistik sudah dimulai sewaktu ditenderkan sampai Model Poskesdes yang dikembangkan Depkes
pendistribusiannya. Sebagaimana dikatakan Henry tidak bisa diterapkan di Kepulauan Mentawai dan
Fayol dalam Sarwoto, tentang pengawasan6 : perlu dimodifikasi dengan disain khusus sesuai
dengan kondisi daerah tertinggal, terpencil dan
”…Dalam setiap usaha, pengawasan terdiri kepulauan.
atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu
tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana Departemen Kesehatan (Depkes) RI, perlu
yang telah ditetapkan berdasarkan instruksi- melakukan kajian tentang Model Poskesdes
instruksi yang telah dikeluarkan, prinsip- Mentawai, yang hasilnya dapat dikembangkan
prinsip yang telah ditetapkan. Pengawasan
bertujuan menunjukkan atau menemukan
sebagai model Poskesdes untuk daerah kepulauan
kelemahan-kelemahan agar dapat diperbaiki dan daerah sangat terpencil di Indonesia.
dan mencegah berulangnya kelemahan- Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Kepulauan
kelemahan itu. Pengaw asan beroperasi Mentawai agar segera mempercepat pelaksanaan
terhadap segala hal, baik terhadap benda,
manusia, perbuatan maupun hal-hal lain…”
pembangunan sarana fisik Poskesdes dengan
perlengkapannya, sehingga akses masyarakat ke
Berdasarkan kenyataan di atas sampai akhir pelayanan kesehatan semakin baik, yang pada
tahun 2008, kunjungan dalam bentuk supervisi dalam akhirnya status kesehatan masyarakat Mentawai,
rangka pengawasan akan lebih dari tiga kali. Apabila terutama masyarakat yang tinggal di daerah yang
merujuk kepada komponen hasil kesiapan sangat terpencil di pedalaman dapat ditingkatkan.
pengawasan Poskesdes dalam pengembangan
Desa Siaga, maka kriteria kesipannya adalah “siap”. KEPUSTAKAAN
Dari sembilan variabel kesiapan Poskesdes 1. Depkes RI, Rencana Strategis Depkes Tahun
dalam pengembangan Desa Siaga yang dibahas 2005 - 2009, Jakarta. 2006.
didapatkan hasilnya “siap” lima, yaitu sarana fisik 2. Dinkes Kabupaten Kepulauan Mentawai, Profil
Poskesdes, peralatan dan logistik, pembiayaan, Kesehatan Kepulauan Mentawai, 2007
perencanaan dan pengawasan. “kurang siap” dua 3. Depkes RI. Pedoman Tata Ruang Puskesmas
yaitu tenaga dan program kegiatan, sedangkan “tidak (Rancangan), Jakarta. 2006

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008  135
Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Analisis Kesiapan Pos Kesehatan Desa ...

4. Djamaluddin, M. Arief. Sistem Perencanaan 6. Sarwoto. Dasar-Dasar Organisasi dan


Pembuatan Program Dan Anggaran, Suatu Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1991.
Pengantar. 1997. 7. Depkes RI. Petunjuk Teknis Penggunaan DAK
5. Gibson, J.L., Organisasi dan Manajemen. Bidang Kesehatan Tahun 2008, Jakarta. 2007.
Perilaku, Struktur dan Proses, Erlangga,
Jakarta. 1994.

136  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 3 September 2008
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
VOLUME 13 No. 04 Desember  2010 Halaman 198 - 205
Dumilah Ayuningtyas & Evelyn Yolanda Panggabean: Evaluasi Implementasi Kebijakan Kewajiban ...
Artikel Penelitian

EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEWAJIBAN MENULISKAN RESEP


OBAT GENERIK DI RUMAH SAKIT UMUM CILEGON TAHUN 2007

THE EVALUATION ON THE IMPLEMENTATION OF GENERIC PRESCIBING OBLIGATION POLICY


AT THE CILEGON DISTRICT HOSPITAL IN 2007

Dumilah Ayuningtyas¹, Evelyn Yolanda Panggabean2


¹Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jakarta
²Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Provinsi Jawa Barat

ABSTRACT Tujuan: Untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang


Background: To anticipate the medicine price hikes, the berhubungan dengan pengimplementasian kebijakan penulisan
Indonesian Ministry of Health (MoH), representating the resep dan/atau menggunakan obat generik di RSU Cilegon pada
goverment of Indonesia, through the decree of Permenkes RI tahun 2007.
no. 085/Menkes/Per/I/1989 regarding the obligation to write Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
the medical prescription and the usage of generic medicine in kualitatif dengan data primer yang dikumpulkan langsung dengan
all goverment health care units. T his generic medic ine wawanc ara mendalam kepada para inf orman dan data
socialization should be supported by all public components, as sekunder yang diambil dari eksplorasi dokumen dengan mencari
this program seems to encountered a big hurdle which can be 379 lembar resep obat generik dari pasien pulang.
seen from the social and economic aspects. Hasil: Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa
Purposes: This study is designed to explore the description secara umum pelaksanaan Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/
and factors related to the implementation of generic medicine I/1989 belum sesuai dengan yang diharapkan. Persentase
prescription policy at the Cilegon District Hospital in the year of 2007. penggunaan obat generik untuk pasien rawat jalan di RSU
Method: The study used quantitative and qualitative method Cilegon rata-rata baru mencapai 52%. Hasil penelitian secara
with primary data which collected directly by in-depth interview kualitatif menunjukkan bahwa Direktur, Komite Farmasi dan
from the informants, and the secondary data which were Terapi, dan Instalasi Farmasi belum berperan sesuai dengan
gathered from documents exploration by collecting 379 generic ketentuan yang ada dalam Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/
medicine prescription papers from the out-patient clients. I/1989.
Result: Qualitatively, the study showed that generally the Kesimpulan: Sosialisasi obat generik perlu ditingkatkan
implementation of Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989 has dengan melibatkan dokter maupun masyarakat, adanya metode
not performed as it should be. The average percentage of the yang mengatur pelaksanaan kebijakan tersebut, formularium
generic medicine utilization by out-patient clients in Cilegon yang secara periodik dievaluasi dan direvisi, dilaksanakannya
district hospital is only 52%. This result qualitatively showed supervisi, serta diberlakukannya mekanisme reward dan
that the Director of the Hospital, the Pharmacy and Therapy punishment.
Committee, and the Pharmacy Installation have not performed
as well as what is stated on the Permenkes RI No. 085/Menkes/ Kata Kunci: implementasi, kebijakan, resep obat generik
Per/I/1989.
Conclusion: There exist a requirement on increasing the PENGANTAR
generic medicine socialization that involved the medical
practitioners and the community, a method that regulate the
Dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan,
implementation of the policy which can be evaluated and obat merupakan salah satu unsur penting karena
revised, supervision toward the implementation, and also the merupakan komponen tak tergantikan dalam
application of reward and punishment mechanism. pelayanan kesehatan. Dari hasil beberapa survei di
Keywords: implementation, policy, prescription generic
Indonesia dapat diperkirakan bahwa biaya obat
medicine mencapai 40%-50% dari biaya operasional
kesehatan dan secara nasional belanja obat dari
ABSTRAK tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan.1
Latar Belakang: Dalam rangka mengantisipasi mahalnya Di sisi lain masyarakat masih terbatas
harga obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
mewajibkan penulisan resep dan penggunaan obat generik di
pengetahuannya dalam hal obat yang bermutu dan
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah melalui Permenkes penggunaan obat yang rasional. Anggapan
RI No. 085/Menkes/Per/I/1989 tentang kewajiban menuliskan masyarakat bahwa obat generik kurang bermutu
resep dan/atau menggunakan obat generik di fas ilitas harus dihilangkan dengan penyuluhan dan
pelayanan kesehatan pemerintah. Upaya pemasyarakatan obat
generik harus mendapat dukungan dari semua pihak, karena
pendekatan personal. Rumah sakit dan dokter adalah
dilihat dari as pek sosial maupun ekonomi, program ini media yang terbaik. Tanpa kepercayaan masyarakat
mempunyai kendala yang cukup besar.

198  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

terhadap mutu obat generik termasuk khasiat dan wawancara mendalam dengan informan, sedangkan
keamanannya, keharusan penulisan resep obat data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen
generik tidak akan berjalan dengan baik karena dengan penelusuran resep obat generik pasien rawat
masyarakat akan menolak ataupun tidak jalan dan penelusuran kartu pasien/buku register
menggunakan obat yang diterimanya. pasien.
Kampanye penggunaan obat generik sebetulnya Metode pengambilan data kualitatif dilakukan
sudah lama dilakukan namun kurang mendapat dengan wawancara mendalam terhadap informan.
respons dari masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari Kemudian terhadap dokumen yang berhubungan
penjualan obat generik di Indonesia yang hanya dengan kebijakan penulisan resep obat generik
sekitar 14% dari total penjualan obat di Indonesia.2 dilakukan telaah, sedangkan data kuantitatif, sampel
Dalam rangka mengantisipasi mahalnya harga obat, diambil dengan menggunakan metode acak
pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan sederhana.5
Republik Indonesia, mewajibkan penulisan resep dan
penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan Tabel 1. Informan dan informasi yang diminta
kesehatan pemerintah melalui Permenkes RI No. Informan Informasi yang diminta
Direktur RSU Koordinasi lintas sektor, dana,
085/Menkes/Per/I/1989 3 tentang Kewajiban
Cilegon metode, pengoranisasian,
Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat ketersediaan formularium RS,
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan supervise
Pemerintah yang ditetapkan sejak 28 Januari 1989. Kepala Dinas Koordinasi lintas sektor, metode,
Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat Kesehatan Kota pengorganisasian, supervise
mencapai tujuan yang diinginkan, maka kebijakan Cilegon
tersebut mencakup salah satu komponennya yaitu Kepala Bidang Metode, SDM (dokter), dana,
peresepan berdasarkan atas nama generik, bukan Pelayanan Medik ketersediaan obat generik,
nama dagangnya. Pada kenyataannya penulisan RSU Cilegon ketersediaan formularium RS,
sosialisasi, supervise
resep obat generik tidak selalu dilakukan dengan
tertib. Kepala Panitia Metode, ketersediaan obat generik,
Farmasi dan Terapi ketersediaan formularium RS,
Rumah Sakit Umum (RSU) Cilegon sebagai RSU Cilegon pelatihan, supervise
rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kota Cilegon
diharuskan untuk melaksanakan Permenkes RI No. Kepala Instalasi Dana, ketersediaan obat generik,
Farmasi RSU ketersediaan formularium RS,
085/Menkes/Per/I/1989 tentang Kewajiban Cilegon supervise
Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Dokter Ketersediaan formularium RS,
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ketersediaan obat generik,
pemahaman program obat generik,
Pemerintah. Saat ini cakupan program penulisan dan motivasi, sikap, sosialisasi,
penggunaan obat generik di RSU Cilegon dirasakan supervise
masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Survei
awal di rumah sakit ini didapatkan bahwa persentase
penggunaan atau penulisan resep generik oleh dokter HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebesar 10% (2005) dan 43% (2006). 4 Hal ini Gambaran resep obat generik
menunjukkan bahwa penggunaan obat generik oleh Implementasi kebijakan penulisan resep obat
praktisi medis masih jauh dari harapan. Kesenjangan generik dapat dilihat dari kesesuaian antara resep
ini sangat menarik karena normatif sarana kesehatan yang ditulis oleh dokter dengan ketentuan yang
pemerintah seharusnya memelopori penggunaan terdapat dalam Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/
obat generik, namun pada kenyataannya masih I/1989. Hasil studi dokumentasi di bawah ini
dijumpai penyimpangan pada penulisan resep obat menunjukkan bahwa penulisan resep dan
generik, sehingga kesenjangan ini layak untuk diteliti. penggunaan obat generik di RSU Cilegon belum
sesuai dengan yang ditentukan dalam Permenkes
BAHAN DAN CARA PENELITIAN RI No. 085/Menkes/Per/I/1989. Di bawah ini
Desain penelitian yang dilakukan merupakan merupakan hasil penelusuran dokumen terhadap
gabungan desain kualitatif dan kuantitatif (deskriptif resep yang masuk ke Instalasi Farmasi RSU
analitik). Data primer diperoleh dengan melakukan Cilegon.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  199
Dumilah Ayuningtyas & Evelyn Yolanda Panggabean: Evaluasi Implementasi Kebijakan Kewajiban ...

Tabel 2. Perbandingan jumlah resep yang diterima Tabel 4. Perbandingan resep obat generik dan
instalasi farmasi dengan kunjungan pasien rawat obat paten menurut karakteristik pembayar
jalan tahun 2007 resep obat di RSU Cilegon
JUMLAH RESEP YANG DITERIMA bulan Juli tahun 2007
B U L A N KUNJUNGAN PASIEN INSTALASI FARMASI Karakteristik Sampel Peresepan Obat
RAJAL R/ GENERIK R/ PATEN TOTAL Pembayar Lembar Resep R/ Generik R/ Paten Total
JANUARI 3.530 7.090 6.943 14.033 (n) Jml % Jml % Jml %
1 2 3 4 5 6 7 8
FEBRUARI 3.469 5.713 6.660 12.373
MARET 3.608 8.023 7.568 15.591 Status Pembayar :
APRIL 3.558 8.820 7.719 16.539 Bayar Sendiri 126 114 33,63 225 66,37 339 100
Perusahaan 93 104 38,81 164 61,19 268 100
MEI 3.842 7.529 7.638 15.167
Askes 70 130 64,68 71 35,32 201 100
JUNI 3.273 6.410 1.334 7.744
JPS 90 241 81,14 56 18,86 297 100
JULI 4.398 5.957 8.168 14.125
AGUSTUS 3.766 5.718 4.392 10.110
SEPTEMBER 3.187 7.226 4.950 12.176
OKTOBER 3.134 5.424 6.980 12.404
NOVEMBER 3.889 6.454 6.875 13.329 Pada penelitian ini terlihat bahwa pasien JPS
DESEMBER 3.745 5.841 7.250 13.091
merupakan kelompok pasien yang menerima resep
TOTAL 43.399 80.205 76.477 156.682
obat generik paling tinggi (81,14%) karena di dalam
Tabel 3. Distribusi penulisan resep obat generik dan aturan yang ada, pelayanan obat khusus untuk
obat paten setiap poli RSU Cilegon bulan Juli pasien JPS hanya obat generik, sedangkan untuk
tahun 2007 pasien umum menerima resep obat generik paling
POLI/ BAGIAN SAMPEL R/ GENERIK R/ PATEN TOTAL R/
(n) Jm l % Jml % Jml % rendah (33,63%). Hal ini disebabkan karena pasien
Lembar Resep
mempunyai hak untuk memilih apakah
KEBIDANAN 19 29 72,5 11 27,5 40 100%
ANAK 69 108 47,58 119 52,42 227 100% menggunakan obat generik atau obat dengan nama
PENYAKIT DALAM 48 98 60,87 63 39,13 161 100%
THT - - - - - - - dagang. Kelompok pasien yang menerima obat
KULIT DAN KELAMIN
SYARAF
8
24
9
27
40,91
35,53
13
49
59,09
64,47
22
76
100%
100%
generik terbanyak setelah pasien JPS adalah pasien
UMUM
GIGI
135
11
236
19
55,14
73,08
192
7
44,86
26,92
428
26
100%
100%
yang status pembayarannya Askes (64,68%),
ORTHOPEDI 19 40 61,54 25 38,46 65 100% sedangkan pasien dengan status pembayarannya
BEDAH 20 25 53,19 22 46,81 47 100%
MATA 26 - - 38 100 38 100% dibayar oleh perusahaan (38,81%). Untuk pasien
TOTAL 379 591 52,3 539 47,7 1130 100%
Askes, sudah mempunyai buku pedoman obat
sendiri yang terdiri dari obat generik dan obat dengan
Dari hasil penelitian didapatkan persentase
nama dagang.
resep yang menulis obat generik terhadap total resep
Menurut Siswati6, dokter yang bekerja di rumah
yang masuk ke instalasi farmasi RSUD Cilegon
sakit pemerintah lebih menyatakan sikapnya yang
adalah 52,30%, dimana Poli Gigi memperlihatkan
setuju terhadap program pemerintah mengenai obat
proporsi penulisan resep obat dengan nama generik
generik karena menyangkut masalah dedikasi, tetapi
tertinggi (73,08%) dan Poli Mata adalah poli dengan
sikap yang demikian ternyata tidak menjamin dokter
proporsi penulisan resep obat dengan nama generik
akan menuliskan resep obat dengan nama generik.
terendah (0%). Hasil penelitian ini diperoleh dari
Salah satu dampak finansial yang sering terjadi dan
sampel yang terkumpul sebanyak 379 lembar resep
bahkan selalu terjadi adalah pemberian atau
pasien rawat jalan yaitu sejumlah 1.130 resep yang
peresepan obat dengan nama dagang, padahal
terdiri dari resep obat generik sebanyak 591
sebenarnya tersedia obat generik yang lebih murah
(52,30%), resep obat paten sebanyak 539 (47,70%).
dan efektif. Dampak tersebut akan semakin
Hal tersebut di samping karena kepatuhan dari dokter
membebani pasien serta akan mengurangi akses
di Poli Gigi untuk menuliskan resep obat generik,
terhadap pelayanan kesehatan. Pasien mempunyai
faktor terbatasnya jenis obat yang diresepkan dan
hak untuk mengetahui harga dan jenis obat (generik
kemudian ketersediaan obat generik dari jenis obat
atau bukan). Konsumen berhak untuk memastikan
yang diresepkan, memungkinkan proporsi penulisan
mendapat obat generik saat berobat, mengingat tidak
resep obat generik di Poli Gigi menjadi tinggi. Untuk
adanya daya beli. Pola hubungan antara dokter
Poli Mata masih terbatasnya jenis obat generik untuk
dengan pabrik farmasi yang cenderung mengabaikan
mata, hal ini yang menyebabkan proporsi penulisan
kepentingan masyarakat merupakan penyebab obat
resep obat generik di Poli Mata sangat rendah.
dengan nama dagang cenderung dipromosikan
Distribusi peresepan obat generik dan obat
secara berlebihan sehingga berdampak pada harga
paten dipengaruhi juga oleh karakteristik pembayar
yang jauh lebih tinggi dari pada obat generiknya.¹
resep obat, dapat dilihat pada Tabel 4.

200  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Gambaran input Kondisi ini sesuai dengan yang dikemukakan


1. Sumber daya manusia pengetahuan oleh Sarwono7 bahwa sikap tidak sama dengan
Untuk kelancaran pelaksanaan kebijakan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan
penulisan resep obat generik sangat diperlukan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi seseorang
kemampuan dan pengetahuan yang memadai dari bertindak bertentangan dengan sikapnya. Sikap
berbagai pihak yang terkait di dalam penulisan resep. dapat berubah dengan tambahan informasi suatu
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan, obyek, melalui persuasi, panutan dari seseorang
pengetahuan informan tentang program penulisan atau tekanan dari kelompok sosial. Perubahan sikap
resep obat generik dan kebijakan yang dokter ini dapat disebabkan adanya tambahan
mendukungnya sudah baik, seluruh informan informasi mengenai obat dengan nama dagang yang
menjawab dengan benar pertanyaan tentang begitu gencar melalui detailman, jurnal, eksibisi obat,
pengetahuan penulisan resep obat generik maupun sampel obat, dan yang tidak kalah penting adalah
kebijakan yang mendukungnya. adanya intervensi perusahaan-perusahaan obat
Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan melalui berbagai imbalan dan sponsor.
kepada beberapa informan tentang pengetahuan
penggunaan atau penulisan obat generik, semua Motivasi
informan memiliki pengetahuan mengenai obat Pada proses implementasi kebijakan penulisan
generik dan pemahaman mengenai kebijakan resep obat generik, motivasi untuk melaksanakannya
penulisan resep obat generik di fasilitas pelayanan cukup baik karena adanya keinginan untuk
kesehatan milik pemerintah. Namun pengetahuan menuliskan resep obat generik.
dan pemahaman belum cukup untuk merubah Motivasi informan terhadap penulisan resep atau
perilaku dokter untuk menuliskan resep obat generik. pemakaian obat generik secara umum adalah baik.
Dalam pasal 4 Permenkes RI No. 085/Menkes/ Yang memotivasi informan untuk mendukung
Per/I/1989, disebutkan bahwa dokter yang bertugas pemakaian obat generik di RSU Cilegon adalah
di rumah sakit diharuskan menuliskan resep obat adanya Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989
esensial dengan nama generik bagi semua pasien.3 dan Surat Edaran Direktur RSU Cilegon. Informan
Dengan adanya keharusan ini, maka diharapkan menyampaikan tentu ada kemauan untuk
dokter memiliki pengetahuan yang luas mengenai melaksanakan tugas yang diberikan.
obat generik, tetapi karena obat generik kurang Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
dipromosikan oleh produsennya, informasi-informasi Robbins8 bahwa motivasi adalah kesediaan untuk
mengenai obat generik dalam bentuk brosur atau meningkatkan upaya yang tinggi untuk mencapai
buku petunjuk seringkali tidak sampai atau kurang tujuan organisasi yang dikondisikan oleh
mendapat perhatian dari dokter, dan kebiasaan kemampuan upaya memenuhi kebutuhan individu.
menulis resep obat dengan nama dagang karena
lebih mudah mengingat nama dagang juga menjadi 2. Gambaran dana
penyebab banyak dokter tidak mengenal dengan baik Pendanaan merupakan salah satu faktor
obat generik. Hal-hal ini yang mempengaruhi dokter penentu berjalannya suatu kebijakan. Menurut
dalam menuliskan resep obat generik. informan karena RSU Cilegon sudah dalam bentuk
BLU, sehingga dana operasional pengadaan obat-
Sikap obatan sepenuhnya swakelola dan dirasakan sudah
Berdasarkan hasil wawancara mendalam mencukupi kebutuhan.
dengan beberapa informan, didapatkan informasi Jumlah dana untuk pengadaan obat tahun 2007
bahwa seluruh informan mendukung kebijakan adalah Rp6.138.295.453,00. Dari hasil wawancara
penulisan resep obat generik di rumah sakit mendalam terhadap informan, semua informan
pemerintah. Menurut informan penulisan resep obat mengatakan bahwa dana pengadaan obat sudah
generik harus dilaksanakan di fasilitas pelayanan cukup.
kesehatan milik pemerintah. Dengan tercukupinya dana operasional
Semua informan menyatakan mempunyai sikap pengadaan obat di RSU Cilegon, tidak akan
positif terhadap penulisan resep atau pemakaian mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan dan
obat generik. Menurut informan penulisan resep obat pengawasan serta evaluasi sehingga tujuan
generik harus dilaksanakan di fasilitas pelayanan organisasi mudah dicapai. Hal senada disampaikan
kesehatan milik pemerintah. Namun kenyataannya oleh Siagian9 bahwa keberhasilan suatu organisasi
persentase penulisan resep obat generik di RSU dalam mencapai tujuan juga tergantung pada
Cilegon masih 52,30%.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  201
Dumilah Ayuningtyas & Evelyn Yolanda Panggabean: Evaluasi Implementasi Kebijakan Kewajiban ...

tersedia tidaknya anggaran yang memadai atau masuk dalam formularium di samping ada juga obat
sesuai dengan kebutuhan. dengan nama dagang yang tersedia generiknya.
Informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
3. Gambaran metode formularium rumah sakit belum cukup digunakan
Hasil penelusuran dokumen terhadap kebijakan sebagai pedoman dalam pengobatan karena obat-
yang dikeluarkan oleh Direktur RSU Cilegon obat terbaru yang belum ada generiknya tidak ada
menunjukkan bahwa sampai saat ini belum ada dalam formularium, dan ini memerlukan waktu yang
peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan yang lama untuk dapat memasukkannya ke dalam
terkait langsung dengan dukungan terhadap formularium karena belum adanya waktu yang baku
penggunaan obat generik. Pasal 17 Keputusan Dirjen untuk melakukan revisi dan evaluasi terhadap
Pelayanan Medik Depkes RI No. 0428/Yanmed/ formularium yang ada.
RSKS/SK/198910 menyatakan bahwa direktur rumah Dari telaah dokumen didapatkan bahwa
sakit diberikan wewenang untuk mengatur formularium RSU Cilegon mencantumkan baik nama
pelaksanaan teknis lebih lanjut. Peran direktur dalam obat generik maupun obat dengan nama dagang
melaksanakan kebijakan ini menjadi faktor yang yang tersedia generiknya. Di dalam formularium
sangat penting dan memiliki peran yang paling besar. tersebut dicantumkan untuk satu jenis obat generik
disertai dengan satu sampai enam jenis obat nama
4. Gambaran masa kerja dagang, seharusnya obat nama dagang yang
Dokter yang lebih lama bekerja lebih terekspos dicantumkan dalam formularium adalah obat nama
dengan adanya peraturan-peraturan atau informasi- dagang yang belum tersedia generiknya.
informasi yang didapat di rumah sakit, dan lebih Menurut Keputusan Direktur Jenderal
berpengalaman dalam menghadapi pasien dengan Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No.
kondisi-kondisi tertentu, tetapi hal ini ternyata tidak 0428/Yanmed/RSKS/SK/1989, bahwa formularium
menjamin dokter akan menuliskan resep obat dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan
dengan nama generik. bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah
Masa kerja akan berpengaruh terhadap perilaku sakit yang bersangkutan. Hal ini yang menyebabkan
petugas. Dokter yang lebih lama bekerja lebih dokter cenderung untuk tidak menggunakan
terekspos dengan adanya peraturan-peraturan atau formularium sebagai panduan dalam menuliskan
informasi-informasi yang didapat di rumah sakit, dan resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lebih berpengalaman dalam menghadapi pasien meskipun seorang dokter pernah membaca
dengan kondisi-kondisi tertentu, tetapi hal ini formularium rumah sakit, tidak menjamin dokter
ternyata tidak menjamin dokter akan menuliskan tersebut akan mematuhi dan menerapkan sesuai
resep obat dengan nama generik. Kenyataan ini dengan formularium rumah sakit yang pernah
sesuai dengan yang pernyataan Siagian9 bahwa tidak dibacanya.
mustahil orang yang sudah lama bekerja dalam
organisasi tidak meningkat atau bahkan menurun 1. Sosialisasi obat generik
produktifitas kerjanya. Sosialisasi mengenai penulisan resep obat
generik sampai saat ini sudah dilaksanakan bagi
5. Gambaran ketersediaan obat generik dokter-dokter di RSUD Cilegon. Sosialisasi yang
Berdasarkan pasal 7 Permenkes RI No. 085/ dilakukan tidak secara khusus membahas program
Menkes/Per/I/1989 maka instalasi f armasi penulisan resep obat generik, tetapi sosialisasi yang
berkewajiban menyediakan obat esensial dengan disampaikan oleh direktur rumah sakit bersamaan
nama generik. Instalasi farmasi berkewajiban dengan program yang lain.
melayani resep dokter dan dilarang mengganti obat Hasil penelitian melalui wawancara mendalam
yang tertulis dalam resep. terhadap informan menunjukkan bahwa belum
Hasil wawancara mendalam terhadap informan dirasakan ada hubungan antara sosialisasi obat
mengenai ketersediaan obat generik di Instalasi generik dengan penulisan resep obat generik.
Farmasi secara umum mereka katakan kurang. Hasil penelitian ini sama dengan yang pernah
dilakukan oleh Pinem 11, bahwa tidak adanya
Gambaran proses hubungan antara pelatihan dan kepatuhan petugas
1. Ketersediaan formularium rumah sakit menerapkan pedoman pengobatan dalam
Hasil wawancara mendalam terhadap informan penggunaan obat rasional di Kabupaten Purwakarta.
diperoleh informasi bahwa semua obat generik Sosialisasi diperlukan untuk meningkatkan

202  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

pengetahuan dan motivasi tentang obat generik, oleh instalasi farmasi sebagaimana yang telah ditetapkan
karena itu diperlukan sosialisasi yang dilakukan dalam Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 0428/
secara berkala dengan narasumber yang ahli di Yanmed/RSKS/SK/1989.10
bidangnya. Seperti diketahui tidak semua obat ada Komunikasi antara dokter dan apoteker
generiknya, sehingga dengan adanya sosialisasi merupakan hal penting yang sangat perlu
tersebut akan meningkatkan pelaksanaan penulisan ditingkatkan, khususnya dalam pemakaian atau
resep obat generik. penulisan resep obat generik. Informasi obat generik
yang disampaikan secara rutin maupun berkala
2. Pengorganisasian sangat menunjang pelaksanaan program penulisan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam resep obat generik, dan ini belum dilaksanakan di
diperoleh informasi bahwa peran Komite Farmasi dan RSU Cilegon.
Terapi di RSU Cilegon baru sebatas menyusun
formularium rumah sakit, tetapi pemantauan dan 3. Supervisi
evaluasi terhadap penulisan resep termasuk juga Berdasarkan hasil wawancara mendalam
resep obat generik belum dilakukan. dengan informan didapatkan informasi bahwa selama
Hasil studi dokumentasi terhadap kebijakan dan ini belum ada mekanisme pemantauan dan penilaian
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Direktur terhadap penggunaan obat termasuk penggunaan
RSU Cilegon menunjukkan bahwa sampai saat ini obat generik. Komite Farmasi dan Terapi bersama
belum ada peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan dengan Instalasi Farmasi belum melakukan evaluasi
oleh direktur yang terkait langsung dengan dukungan terhadap hasil kegiatan penulisan resep obat generik
terhadap penggunaan obat generik, padahal peran di RSU Cilegon.
direktur sangat penting dalam mendorong Menurut keputusan Dirjen Yanmed Depkes
pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang ada seperti No. 0428/Yanmed/RSKS/SK/1989 bahwa Instalasi
pembinaan, pengawasan, sanksi, evaluasi dan tindak Farmasi Rumah Sakit berkewajiban melaksanakan
lanjut. Dasar penggunaan obat generik adalah pemantauan dan pelaporan pelaksanaan penulisan
kebijakan Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/ resep dan/ atau penggunaan obat generik di rumah
1989. sakit. Pada setiap bulan, Instalasi Farmasi Rumah
Dari hasil wawancara mendalam diperoleh Sakit dan atau Komite Farmasi dan Terapi Rumah
informasi bahwa Instalasi Farmasi RSU Cilegon Sakit berkewajiban mengumpulkan dan mencatat
setiap bulan melaporkan persentase penulisan resep resep yang masuk, untuk kemudian dilakukan
obat generik. Pembuatan laporan ini bukan hasil dari analisa dan evaluasi terhadap hal-hal sebagai
pemantauan dan evaluasi yang dibahas bersama berikut: jumlah dan jenis obat generik yang
Komite Farmasi dan Terapi, tetapi hanya laporan diresepkan, penyimpangan penulisan resep obat
berdasarkan resep yang masuk ke instalasi farmasi. generik, jumlah dan jenis obat di luar formularium
Menurut mereka, peranan dokter dan apoteker yang diresepkan. Hasil pemantauan dan evaluasi ini
sangat penting dan mereka memiliki kewajiban untuk kemudian dilaporkan ke Direktur Rumah Sakit setiap
mendorong serta melaksanakan pemanfaatan obat bulannya, Dinas Kesehatan setiap tiga bulan sekali,
generik di rumah sakit pemerintah. dan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes
Saat ini tugas komite farmasi dan terapi yang setiap enam bulan sekali.
telah dilaksanakan baru pada tahap penyusunan Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ilyas12 bahwa
formularium rumah sakit. Tugas komite farmasi dan variabel frekuensi dan manfaat supervisi berhubungan
terapi yang ada hanyalah sebatas menampung obat- bermakna dengan kinerja.
obatan yang diusulkan dan digunakan oleh para
dokter, dan bukan memilih obat serta tidak dilakukan Gambaran output
analisa biaya. Padahal tugas komite farmasi dan Penulisan resep obat generik
terapi yang sesungguhnya adalah memberikan Pengetahuan dokter akan obat generik dirasakan
rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat- kurang, karena obat generik kurang dipromosikan
obatan, menyusun formularium yang menjadi dasar oleh produsennya. Informasi-informasi mengenai
dalam penggunaan obat-obatan di rumah sakit dan obat generik dalam bentuk brosur atau buku
bila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala, petunjuk seringkali tidak sampai atau kurang
menyusun standar terapi bersama-sama dengan staf mendapat perhatian dari dokter. Kebiasaan menulis
medik, melaksanakan evaluasi penulisan resep dan resep obat dengan nama dagang karena lebih mudah
penggunaan obat generik bersama-sama dengan mengingat nama dagang juga menjadi penyebab

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  203
Dumilah Ayuningtyas & Evelyn Yolanda Panggabean: Evaluasi Implementasi Kebijakan Kewajiban ...

banyak dokter tidak mengenal dengan baik obat Saran


generik, akan mempengaruhi dokter dalam Adanya peraturan dari Direktur RS untuk
menuliskan resep obat generik. kewajiban menggunakan obat generik. Perlunya juga
Penulisan resep obat generik dapat ditingkatkan evaluasi terhadap implementasi kebijakan ini di RS
melalui promosi obat generik. Promosi dilakukan secara periodik, serta sosialisasi kebijakan kepada
pada pasien dan dokter, agar mereka tidak ragu dokter maupun masyarakat.
menggunakan obat generik. Promosi ini semacam Pembinaan yang terus-menerus dan
edukasi yang tidak akan memakan biaya banyak berkesinambungan, dan diperlukan adanya sanksi
sehingga tidak membebani harga obat generik. yang tegas terhadap pihak-pihak yang melanggar
Ada kecenderungan bahwa pihak rumah sakit ketentuan yang ada, serta pemberian reward dan
mengharapkan porsi penjualan yang lebih besar dari punishment oleh Departemen Kesehatan kepada
obat dengan nama dagang dari pada obat generik, direktur rumah sakit atas pelaksanaan kebijakan ini.
dikarenakan memiliki keuntungan yang lebih besar.
Di dalam UU Kesehatan No. 23/1992 disebutkan KEPUSTAKAAN
bahwa rumah sakit baik itu diselenggarakan oleh 1. Sirait, M. Tiga Dimensi Farmasi: Ilmu-Teknologi,
pemerintah maupun swasta harus memperhatikan Pelayanan Kesehatan dan Potensi Ekonomi.
kebutuhan pelayanan kesehatan golongan Kumpulan Presentasi dan Tulisan, Institut
masyarakat yang kurang mampu, dan tidak semata- Darma Mahadika. Jakarta, 2001.
mata untuk mencari keuntungan. 2. Diskusi Interaktif Menyiasati Tingginya Harga
Obat, Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
KESIMPULAN DAN SARAN Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Kesimpulan 3. Departemen Kesehatan, RI. Peraturan Menteri
Hasil penelitian ini diperoleh dari sampel yang Kesehatan RI No. 085/Menkes/1989 tentang
terkumpul sebanyak 379 lembar resep pasien rawat Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau
jalan yaitu sejumlah 1.130 resep yang terdiri dari Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
resep obat generik sebanyak 591 (52,30%), resep Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta, 1989.
obat dengan nama dagang sebanyak 539 (47,70%). 4. Hermanto, B. Beban Biaya Akibat Peresepan
Poli Gigi memperlihatkan proporsi penulisan resep Obat Bermerek Yang Tersedia Generiknya Pada
obat dengan nama generik tertinggi (73,08%) dan Pasien Rawat Jalan RSU Kota Cilegon Tahun 2004.
Poli Mata adalah poli dengan proporsi penulisan Tesis FKM Universitas Indonesia. Jakarta, 2005.
resep obat dengan nama generik terendah (0%). 5. Ariawan, Iwan. Besar dan Metode Sampel Pada
Sampai saat ini belum ada peraturan atau Penelitian Kesehatan, Fakultas Kesehatan
kebijakan yang dikeluarkan oleh direktur yang terkait Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.
langsung dengan dukungan terhadap penggunaan 6. Siswati, Sri. Faktor-Faktor yang Berhubungan
obat generik. Instalasi Farmasi dan Komite Farmasi dengan Perilaku Tenaga Kesehatan
dan Terapi belum melaksanakan pemantauan dan Puskesmas dalam Penggunaan Antibiotika pada
evaluasi atas penulisan resep generik yang dilakukan Balita Penderita ISPA Bukan Pneumonia di Kota
oleh dokter. Direktur RSU Cilegon dan Komite Padang. Tesis FKM Universitas Indonesia.
Farmasi dan Terapi belum melaksanakan pembinaan Jakarta, 2001.
dan pengawasan atas penulisan resep obat oleh 7. Sarwono, S. Sosiologi Kesehatan, Beberapa
dokter RSU Cilegon. Belum sempurnanya Konsep serta Aplikasinya. Cetakan Pertama.
pemahaman berbagai pihak di RSU Cilegon Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 1993.
mengenai Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989. 8. Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi,
Belum adanya umpan balik dari Departemen Konsep, Kontroversi. Jilid I, Alih bahasa Hadyana
Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Cilegon Pujaatmaka, Prenhalindo. Jakarta, 1996.
terhadap hasil laporan penulisan resep dari RSU 9. Siagian, S. Fungsi-Fungsi Manajerial. PT Bina
Cilegon. Belum adanya sanksi administratif yang Aksara. Jakarta,1989.
diberikan oleh Departemen Kesehatan terhadap 10. Depkes, RI. Keputusan Dirjen Pelayanan Medik
direktur rumah sakit atas pelanggaran implementasi Departemen Kesehatan RI No. 0428/Yanmed/
kebijakan kewajiban menuliskan resep obat generik RSKS/SK/1989 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
di rumah sakit milik pemerintah Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang
Kewajiban Menuliskan Resep Obat dan / atau

204  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Rasional Di Kabupaten Purwakarta Tahun 2007,


Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta, Tesis FKM UI, Jakarta. 2007.
1989. 12. lyas, Y. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian.
11. Pinem, L. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas
Kepatuhan Petugas Puskesmas Menerapkan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pedoman Pengobatan Dalam Penggunaan Obat Jakarta, 1999.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  205
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

FAKTOR RISIKO DIARE PADA BAYI DAN BALITA DI INDONESIA:


SYSTEMATIC REVIEW PENELITIAN AKADEMIK
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

Wiku Adisasmito

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,


Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: wiku@cbn.net.id

Abstrak

Penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di RS merupakan topik yang
sering diteliti secara akademik di bidang kesehatan masyarakat. Penelitian berupa systematic review terhadap 18
penelitian akademik FKM UI yang dilakukan pada tahun 2000-2005 dengan 3884 (kisaran 65-500) subyek penelitian
bertujuan untuk melihat faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia. Data yang dikumpulkan dianalisis secara
univariat dan bivariat. Sebagian besar penelitian menggunakan literatur diare lama berasal dari buku, bahan dari depkes
dan penelitian sebelumnya berupa skripsi dan tesis. Semua alat ukur yang digunakan dalam 18 penelitian tidak dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan
jamban. Faktor risiko diare menurut faktor ibu yang bermakna adalah: pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Faktor
risiko diare menurut faktor anak: status gizi, dan pemberian ASI eksklusif. Faktor lingkungan berdasarkan sarana air
bersih (SAB), yang lebih banyak diteliti adalah jenis SAB (rerata OR=3,19), risiko pencemaran SAB (rerata OR=7,89),
sarana jamban (rerata OR=17,25). Berdasarkan hasil uji t ada dua variabel yang menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara skripsi dan tesis yaitu jumlah variabel independen dan jumlah referensi yang digunakan. Kesimpulan penelitian
ini: faktor risiko diare yang paling banyak diteliti adalah faktor lingkungan. Kualitas penulisan akademik yang direview
belum memadai.

Abstract

Diarrhea Risk Factors of Infant and Children Under Five Years in Indonesia: A Systematic Review of Public
Health Academic Studies. Diarrhea is one of the national public health problems most researched academically in the
school of public health. This systematic review research aimed at exploring risk factors of diarrhea involved 18
academic products in the form of graduate thesis and undergraduate final academic paper of School of Public Health
University of Indonesia in the year 2000-2005. The subjects (3884, ranging from 65 to 500) of these academic research
products were mothers, infants, and children under age of 5. Data were analyzed univariate & bivariate. Most of the
literatures used as reference in these research were old diarrhea reference books, publication from Ministry of Health
and previous academic research results (i.e. thesis and final academic paper). None of the research instruments reviewed
was tested its validity and its realibility. Risk factors most researched were related to environmental factor, i.e. clean
water & toilet. The significant mother’s risk factors were knowledge, behaviour and hygiene. The significant children’s
risk factors were nutritional status & brestfeeding. Environmental risk factors associated with access to clean water were
source of clean water (average OR=3.19), risk of being contaminated (average OR=7.89), and ownership of the clean
water source (average OR=17.25). By t-test, the differences between thesis and undergraduate final academic paper
were number of independent variables & literature references used. Overall, the quality of academic research products is
not sufficiently qualified.

Keyword: Risk factor, Diarrhea, Systematic Review

1. Pendahuluan

1
2
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya
masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.
Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari 1. Di Indonesia,
diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB).

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi
penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun
menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001 2. Sedangkan
berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan
data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865
orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92% 3.

Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang
mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit
pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia 4. Banyak faktor
risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko
yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran
pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa
kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai
penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli
mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak
disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil
penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen
sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas 4.

Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di
Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk Indonesia dapat
mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya 18
persen penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang
memadai 4.

Di bidang akademis, banyak penelitian mengenai diare yang telah dilakukan oleh mahasiswa, dosen dan peneliti dalam
dua dekade belakangan ini. Setelah dilakukan survei pendahuluan, hasil di lapangan menunjukkan bahwa penelitian
diare terbagi menjadi dua hal yaitu penelitian faktor risiko penyebab diare dan penelitian upaya pencegahan dan
pengobatan penyakit diare. Selama ini banyak penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang menimbulkan diare namun
belum ada penelitian yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang menimbulkan diare pada bayi dan balita di
Indonesia.

Diare merupakan salah satu topik kesehatan yang sering diteliti, sehingga jumlah penelitian tentang diare cukup banyak.
Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis kuantitatif, untuk melihat topik diare khususnya
faktor risiko diare secara bersamaan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti-peneliti dari
FKM UI. Systematic review merupakan metode penelitian yang merupakan ulasan kembali mengenai topik tertentu yang
menekankan pada pertanyaan tunggal yang telah diidentifikasi secara sistematis, dinilai, dipilih dan disimpulkan
menurut kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan bukti penelitian yang berkualitas tinggi yang relevan
dengan pertanyaan penelitian 5,6. Systematic review merupakan penelitian yang sistematis (dalam mengidentifikasi
literatur), eksplisit (dalam pernyataan tujuan, bahan dan cara) dan berkembang (dalam metodologi penelitian dan
kesimpulan) 7. Keunggulan menggunakan pendekatan systematic review ini adalah mendapatkan temuan yang valid dan
dapat diaplikasikan dari beberapa penelitian sebelumnya pada suatu fenomena yang spesifik 6,7. Tujuan dari penelitian
dengan menggunakan pendekatan systematic review ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang menimbulkan
kejadian diare pada bayi dan balita berdasarkan hasil penelitian akademis Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

2. Metode Penelitian
Penelitian merupakan systematic review. Sumber data penelitian ini berasal dari literatur yang diperoleh melalui internet
berupa hasil penelitian mahasiswa mengenai diare dari seluruh universitas terkemuka di Indonesia yang dipublikasikan
di internet meliputi Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro.
Setelah ditelusuri melalui perpustakaan on-line dari beberapa universitas di atas didapatkan bahwa literatur mengenai
diare paling banyak dipublikasikan di Universitas Indonesia terutama di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) baik
dalam bentuk laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi maupun buku pendukung. Pengambilan data dilakukan di
perpustakaan FKM UI tanggal 27 Februari - 7 Maret 2007.

Data penelitian diare dari tahun 1983-2005 sebesar 210 penelitian yang terdiri dari 153 skripsi, 52 tesis, dan 5 disertasi.
Data kemudian dipersempit berdasarkan tahun 2000-2005 menjadi 81 penelitian terdiri dari 50 skripsi dan 31 tesis. Hal
ini dilakukan untuk menjaga keterkinian penulisan berdasarkan hasil penelitian terbaru. Sampel penelitian adalah 18
penelitian yang terdiri dari 8 skripsi dan 10 tesis dari berbagai departemen di FKM UI dengan 3884 sampel penelitian
baik berupa bayi, balita maupun ibu balita tersebut. Kriteria inklusi adalah skripsi dan tesis yang meneliti faktor-faktor
risiko penyebab diare dan menggunakan data primer.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana topik diare khususnya faktor risiko diare telah diteliti oleh
mahasiswa FKM UI yang merupakan FKM terkemuka di Indonesia dengan rata-rata jumlah penelitian ± 700 buah per
tahun dan untuk mengetahui faktor risiko penyebab penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Pengumpulan data
dilakukan dengan menentukan variabel yang diperlukan pada penelitian ini dengan studi literatur di perpustakaan FKM
UI. Unit analisis penelitian ini adalah skripsi dan tesis.

Data di entri dengan tabular. Analisis univariat untuk melihat nilai rata-rata, nilai minimal dan maksimal serta distribusi
frekuensi. Analisis bivariat untuk melihat perbedaan antara skripsi dan tesis dari berbagai variabel dengan menggunakan
uji t.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil analisis univariat dapat terlihat pada Tabel 1 (terlampir) menunjukkan gambaran penelitian diare yang dilakukan
oleh mahasiswa FKM UI. Dari tujuh departemen yang ada di FKM UI terlihat bahwa penelitian diare lebih banyak
diteliti dari mahasiswa dari departemen kesehatan lingkungan dibandingkan dengan departemen lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor risiko penyebab diare lebih sering diteliti dari sudut pandang kesehatan lingkungan.

Jumlah sampel yang diteliti cukup beragam berkisar dari 65-500 orang. Dalam hal penggunaan desain penelitian hampir
sebagian besar penelitian menggunakan desain penelitian case-control. Penggunaan metode case-control ini banyak
digunakan pada penulisan tesis dibandingkan pada penulisan skripsi. Sedangkan desain cross sectional banyak
digunakan pada skripsi. Penelitian yang menggunakan pendekatan case-control memberikan temuan yang bermakna
mengenai faktor risiko yang menimbulkan penyakit diare pada bayi dan balita.

Dalam hal pemanfaatan literatur, sebagian besar penelitian menggunakan 31-40 buah literatur, baik berupa buku,
majalah kesehatan, buletin kesehatan, maupun jurnal kesehatan. Sedangkan dalam hal pemanfaatan literatur luar negeri
hanya 16,67% yang menggunakan lebih dari 10 literatur luar negeri baik berupa artikel, teksbook, maupun jurnal. Hal
ini menunjukkan bahwa kurangnya akses dan upaya peneliti dalam meneliti faktor risiko diare, sebagian besar peneliti
menggunakan literatur diare yang lama dan mengacu pada penelitian akademik sebelumnya. Faktor lain yang juga
mempengaruhi akses peneliti ada keterbatasan dari perpustakaan sewaktu proses penulisan hasil penelitian.

Bila dilihat dari sisi alat ukur yang digunakan oleh peneliti, tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu
sebelum digunakan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian diare sebagian besar diadaptasi dari pertanyaan kuesioner
Survei Kesehatan Nasional, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Alat ukur yang bisa dijamin keabsahannya
adalah formulir inspeksi sanitasi yang sudah terstandarisasi dari Departemen Kesehatan. Keabsahan alat ukur yang
digunakan oleh peneliti perlu dipertanyakan karena hal ini terkait dengan hasil penelitian yang dilakukannya. Bila alat
ukur yang digunakan tidak valid dalam mengukur variabel penelitian bisa dipastikan kualitas hasil penelitian bisa
dipertanyakan.
4
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

Dari gambaran distribusi daftar pustaka (Tabel 3), terlihat bahwa literatur yang digunakan sebagian berasal dari buku,
bahan dari Depkes dan penelitian sebelumnya berupa skripsi dan tesis. Hanya beberapa penelitian saja yang
menggunakan jurnal sebagai dasar penelitian, banyaknya jurnal yang digunakan pun hanya sedikit berkisar antara 1-3
jurnal. Hampir semua penelitian menggunakan skripsi, tesis atau disertasi sebelumnya sebagai acuan penelitian. Tesis
yang sering dijadikan acuan penelitian adalah tesis Giyantini (2000), Hayati (1992) dan Purwanto (1997). Penggunaan
literatur dapat dijadikan salah satu tolok ukur kualitas suatu penelitian. Salah satu kriteria penelitian yang baik adalah
pemanfaatan jurnal terbaru dan dalam jumlah yang cukup banyak sebagai dasar melakukan penelitian. Dari tabel diatas
terlihat bahwa sebagian besar penelitian banyak menggunakan penelitian sebelumnya dan menggunakan sumber dari
buku-buku Depkes. Hal ini menunjukkan bahwa bila dilihat dari pemanfaatan literatur kepustakaan, penulisan skripsi
dan tesis masih kurang baik kualitasnya. Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan duplikasi dari penelitian
sebelumnya tanpa menghasilkan temuan baru yang berarti dalam bidang kesehatan khususnya topik diare yang cukup
banyak diteliti.

Banyak faktor yang menimbulkan penyakit diare antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor
sosiodemografis. Dari beberapa faktor tersebut, faktor lingkungan cukup banyak diteliti dan dibahas dari segala aspek
seperti dari sarana air bersih (SAB), jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat
pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan hunian. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari sekian
banyak faktor risiko penyebab penyakit diare, faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air
bersih dan jamban. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa faktor risiko yang paling rentan menyebabkan penyakit diare
adalah faktor lingkungan.

Sedangkan faktor risiko penyebab diare menurut faktor ibu ada beberapa aspek yang diteliti terlihat pada Tabel 4. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan mahasiswa menunjukkan hasil yang bermakna pada aspek pengetahuan, perilaku dan
hygiene ibu. Pada aspek perilaku ibu menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih yang dilakukan ibu mempunyai
hubungan yang bermakna dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita. Salah satu perilaku hidup
bersih yang umum dilakukan ibu adalah mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anaknya. Pada aspek
pengetahuan ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan
penyakit diare pada bayi dan balita. Pada aspek pendidikan ibu dari sebelas penelitian, lima penelitian13,16,17,19,24
menunjukkan hasil yang signifikan sedangkan enam penelitian11,20,21,22,25,26 lainnya menunjukkan hasil yang tidak
signifikan. Aspek status kerja ibu ternyata tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare
pada bayi dan balita. Dari empat penelitian yang menghubungkan aspek status kerja ibu dengan kejadian diare
menunjukkan hanya satu penelitian yang menunjukkan hasil yang signifikan 24 dalam menyebabkan penyakit diare pada
bayi. Sedangkan tiga penelitian lainnya 11,17,20 menunjukkan bahwa status ibu bekerja bukan merupakan faktor risiko
yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita.

Tabel 5 menunjukkan beberapa aspek yang diteliti mengenai faktor risiko penyebab diare menurut faktor anak. Dari
beberapa aspek yang diteliti status gizi memiliki faktor risiko yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada
bayi dan balita, rendahnya status gizi pada bayi dan balita merupakan faktor risiko yang rentan untuk menyebabkan
penyakit diare. Untuk aspek pemberian ASI eksklusif, dari sepuluh penelitian didapat lima penelitian yang menunjukkan
hasil yang signifikan11,17,20,22,24 dalam menyebabkan penyakit diare sedangkan lima penelitian lainnya menunjukkan
hasil yang tidak signifikan9,13,16,25,26 dalam menyebabkan diare pada bayi dan balita. Pada aspek imunisasi, dari
tujuh penelitian yang melihat hubungan imunisasi dengan risiko terkena penyakit diare menunjukkan bahwa hanya satu
penelitian yang menunjukkan hasil yang signifikan22 dalam menyebabkan penyakit diare sedangkan enam penelitian
lain menunjukkan hasil yang tidak signifikan11,13,16,21,25,26 dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita.

Tabel 4.
Faktor Risiko Penyebab Diare Menurut Faktor Ibu

Faktor Ibu Hasil Penelitian Total


Sign. Sampel Tdk Sampel
Sign.
Umur 1 500 2 420;160 3
Pengetahua 5 160;500 2 420;160 7
n ;
274;250
5
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

;
160
Pendidikan 5 125;160 6 120;420 11
; ;
500;274 250;240
; ;
160 300;160
Status Kerja 1 160 3 120;500 4
;
420
Sikap 2 500;160 0 - 2
Praktek 2 500;420 0 - 2
Perilaku 4 255;160 1 65 5
250;300
Hygiene 5 120;125 0 - 5
240;300
;
160

Tabel 5.
Faktor Risiko Penyebab Diare Menurut Faktor Anak

Faktor
Hasil Penelitian
Anak Tot
Sign Sampel Tdk Sampel al
. Sign.
Usia 1 160 3 125;500 4
160
Jenis 2 120;500 1 160 3
Kelamin
ASI 5 120;500 5 290;125 10
Eksklusif 274;420 160;300
160 160
Imunisasi 1 250 6 120;125 7
160;240
300;160
Status Gizi 7 120;160 1 125 8
500;420
250;240
300
Penyakit 1 300
2 120;125 3
Lain
Pemberian 0 - 1 125 1
Vitamin A
Tabel 6. Faktor Risiko Penyebab Diare Menurut Faktor Sosial Ekonomi

Hasil Penelitian T
Sign Tdk o
Faktor Sosial Sampel Sampel
. Sign. t
Ekonomi
a
l
Jumlah Balita 1 500 2 120;420 3
dalam
Keluarga
Pendidikan 0 - 1 120 1
Bapak
Jenis 1 120 0 - 1
Pekerjaan
Bapak
6
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

Pendapatan 3 500;274 3 125;420 6


300 240
Kepemilikan 1 500 0 - 1
barang
Jumlah 1 420 1 500 2
Anggota
Keluarga
Status 2 160;250 0 - 2
Ekonomi
Keluarga

Bila dilihat dari faktor sosial ekonomi, tidak terlalu banyak aspek yang cukup signifikan sebagai faktor risiko penyebab
penyakit diare pada bayi dan balita. Dari 18 penelitian mengenai faktor risiko penyebab, sembilan diantaranya meneliti
faktor risiko penyebab diare dari sisi faktor sosial ekonomi. Aspek yang diteliti meliputi jumlah balita dalam keluarga,
pendidikan bapak, jenis pekerjaan bapak, pendapatan keluarga, kepemilikan barang, jumlah anggota keluarga dan status
sosial ekonomi keluarga. Dari ketujuh aspek yang diteliti hanya beberapa aspek yang memiliki hubungan yang cukup
signifikan menyebabkan risiko penyakit diare pada bayi dan balita. Untuk aspek pendapatan keluarga dari enam
penelitian, tiga penelitian 17,19,25 diantaranya menunjukkan hubungan yang signifikan sebagai faktor risiko penyebab
diare, sedangkan tiga penelitian lainnya 13,20,21 menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Pada aspek status sosial
ekonomi keluarga, hanya dua penelitian 16,22 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan sebagai faktor risiko
penyebab diare pada bayi dan balita. Hal ini menunjukkan rendahnya status sosial ekonomi keluarga merupakan salah
satu faktor risiko penyebab penyakit diare pada keluarga. Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita yang
status ekonomi keluarganya rendah.

Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk faktor lingkungan berdasarkan sarana air bersih (SAB), yang lebih banyak diteliti
adalah jenis SAB, risiko pencemaran SAB, kualitas SAB dan kepemilikan SAB. Dari 12 penelitian yang meneliti
tentang jenis SAB, tujuh diantaranya9,10,16,17,18,23,24 menunjukkan hasil yang signifikan dengan rata-rata odd ratio
(OR) sebesar 3,19. Untuk risiko pencemaran SAB ada lima penelitian12,13,17,22,23 yang menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap penyakit diare dengan rata-rata OR sebesar 7,89, namun pada penelitian ini terdapat skor ekstrim 17
dengan OR sebesar 26,86 95% CI: 9,61-75,10. Bila skor ekstrim ini dieliminasi maka rata-rata OR untuk empat
penelitian lainnya sebesar 3,15. Untuk kepemilikan SAB ada empat penelitian 9,10,17,24 yang menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap penyakit diare dengan rata-rata OR sebesar 3,12. Untuk kualitas SAB dari lima penelitian ada tiga
penelitian 11,22,23 yang menunjukkan hasil yang signifikan dengan rata-rata OR sebesar 9,75, namun pada penelitian
ini terdapat skor ekstrim 23 dengan OR sebesar 21,30 95% CI: 2,80-164,60. Bila skor ekstrim ini dieliminasi maka
rata-rata OR untuk dua penelitian lainnya sebesar 3,975. Hasil penelitian ini sejalan dengan data terakhir dari
Departemen Kesehatan yang menyebutkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per
1000 penduduk. Air minum yang terkontaminasi oleh bakteri E.coli dapat menyebabkan penyakit diare 4.

Tabel 8 menunjukkan bahwa untuk faktor lingkungan berdasarkan jamban, yang lebih banyak diteliti adalah sarana
jamban, kepemilikan jamban dan kondisi jamban. Dari delapan penelitian mengenai sarana jamban, empat
penelitian9,19,21,23 diantaranya menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penyakit diare dengan rata-rata OR 17,25,
namun pada penelitian ini terdapat skor ekstrim 21 dengan OR sebesar 56,767 95% CI: 13,443-239,729. Bila skor
ekstrim ini dieliminasi maka rata-rata OR untuk dua penelitian lainnya sebesar 4,08. Untuk kepemilikan jamban, lima
penelitian 9,10,15,17,24 menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penyakit diare dengan rata-rata OR sebesar 3,32.
Untuk kondisi jamban dari lima penelitian, empat16,17,18,22 diantaranya menunjukkan hasil yang signifikan dengan
rata-rata OR sebesar 4,04. Hasil ini sejalan dengan data terakhir dari departemen kesehatan yang mengatakan bahwa
sanitasi yang buruk merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit diare khususnya pada balita.

Tabel 9 menunjukkan bahwa untuk faktor lingkungan lain yang diteliti selain sarana air bersih dan jamban adalah faktor
saluran pembuangan air limbah (SPAL). Berdasarkan SPAL yang banyak diteliti adalah sarana SPAL dan kondisi
SPAL. Untuk sarana SPAL dari empat penelitian, tiga diantaranya14,21,23 menunjukkan hasil yang signifikan.
Sedangkan untuk kondisi SPAL dua penelitian 18,24 menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penyakit diare.
7
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

Berdasarkan hasil uji t dapat dilihat ada dua variabel yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
Tabel 7. Faktor Risiko Penyebab Diare Menurut Faktor Lingkungan (Berdasarkan Sarana Air Bersih/SAB)

Faktor Hasil Penelitian


Lingkungan Sign. Sampel Tdk Sign. Sampel
Berdasarkan
Sarana Air
Bersih
Jenis SAB 7 290;23 5 170;125
5 225;274
160;50 420
0
250;16
0
160
Risiko 5 170;12 0 -
Pencemaran 5
SAB 500;24
0
300
Kualitas SAB 3 120;25 2 235;125
0
160
Jarak SAB 0 - 1 170
dengan
Rumah
Kondisi Fisik 1 255 1 235
SAB
Kepemilikan 4 290;23 0 -
SAB 5
500;16
0
Jarak SAB ke 0 - 2 235;125
Tempat
Pembuangan
Sampah
Jarak SAB 1 290 1 235
dengan
Jamban
Kualitas 3 500;25 0 -
Mikrobiologi 0
s 240

Tabel 8. Faktor Risiko Penyebab Diare Menurut Faktor Lingkungan (Berdasarkan Jamban)

Faktor Hasil Penelitian


Sosial Sign. Sampel Tdk Sign. Sampel
Ekonomi
Sarana 4 290;27 4 65;250
Jamban 4 420;300
160;24
0
Jenis 2 250;16 2 235;170
Jamban 0
Kebersihan 0 - 2 235;170
Jamban
Kepemilikan 5 290;23 0 -
Jamban 5
255;50
0
160
8
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

Kualitas 1 120 0 -
Jamban
Kondisi 4 160;50 1 160
Jamban 0
250;25
0

Tabel 9. Faktor Risiko Lingkungan Penyebab Diare (Saluran Pembuangan Air Limbah)

Hasil Penelitian
SPAL
Sign. Sampel Tdk Sign. Sampel
Jenis 1 250 2 235;170
SPAL
Sarana 3 65;160 1 160
SPAL 240
Kondisi 2 250;160 0 -
SPAL
Tabel 10. Hasil Uji t Skripsi dan Tesis

Variabel Peneliti Mean t-valu Sign.


an e
Jumlah Var diteliti Skripsi 11.00 1.557 0.13
Tesis 14.00 9
Jumlah Var Skripsi 4.63 2.562 0.02
signifikan Tesis 9.10 3
Jumlah sampel Skripsi 177.5 2.009 0.06
Tesis 0 2
271.4
0
Jumlah referensi Skripsi 30.13 2.595 0.02
Tesis 42.00 0

skripsi dan tesis yaitu jumlah IV yang signifikan dan jumlah referensi yang digunakan. Tabel 10 menunjukkan bahwa
rata-rata jumlah IV yang signifikan dan jumlah referensi yang digunakan lebih tinggi pada tesis. Hal ini menunjukkan
bahwa tesis sedikit lebih unggul bila dilihat dari jumlah IV yang signifikan dan jumlah referensi yang digunakan.

4. Kesimpulan
· Faktor risiko penyebab penyakit diare yang paling banyak diteliti oleh mahasiswa adalah faktor lingkungan. Faktor
lingkungan ini berkaitan dengan sanitasi meliputi sarana air bersih (SAB), jamban, kualitas bakterologis air, saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan kondisi rumah. Faktor lingkungan yang paling banyak diteliti adalah aspek
sarana air bersih dan jamban. Untuk sarana air bersih, rata-rata odd ratio (OR) jenis SAB sebesar 3,19 dan rata-rata
OR pencemaran SAB sebesar 7,89 sedangkan untuk jamban rata-rata OR kepemilikan jamban sebesar 3,32.
· Perlu dilakukan intervensi terhadap faktor lingkungan untuk menurunkan angka kejadian diare di Indonesia dengan
membangun sarana air bersih dan sanitasi dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat.
· Penelitian yang menggunakan systematic review bermanfaat untuk melihat beberapa penelitian secara bersamaan
sehingga didapatkan suatu temuan baru pada topik tertentu yang telah diteliti.
· Bila dilihat dari literatur kepustakaan dan penggunaan alat ukur, dapat disimpulkan bahwa kualitas penulisan
akademik dari peneliti FKM belum memenuhi kriteria penulisan yang baik. Dalam hal mengeksplor variabel yang
akan diteliti, kualitas penulisan tesis lebih baik dibandingkan dengan skripsi.

Daftar Acuan
1. http://www.wsscc.org,2003
2. Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta: Depkes RI 2002.
3. Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta: Depkes RI 2005.
9
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

4. Anonim, Air Bersih: Kualitas Buruk, Jutaan Warga Indonesia di Bawah Ancaman Diare. Kompas, 2007 Maret 21:
12.
5. Oxman. Critical Appraisal Checklist for A Systematic Review, 1997.
6. http://www.wikipedia.com/Systematic review.
7. Nooraie, RY. Introduction to Systematic Reviesws.
8. Paterson, Barbara L., Thorne, Sally E., Canam, Connie., Jillings, Carol. Meta-Study of Qualitative Health
Research: A Practical Guide to Meta-Analysis and Meta-Synthesis. Sage Publications: Thousand Oaks, 2001.
9. Adhawiyah, Nurul Aidil. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di Pemukiman Kumuh KP.
Kebon Bali Kel. Selapanjang Jaya, Batu Ceper Kodya Tangerang Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Jurusan
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2000.
10. Renggani, Reny Farlia. Hubungan Sarana Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Pemukiman Tidak
Terencana Kebon Singkong Kel. Klender Jakarta Timur tahun 2002. Skripsi Sarjana. Jurusan Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2002.
11. Febriyanti, Heni. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi tahun 2003. Skripsi Sarjana. Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Indonesia, 2003.
12. Suryawijaya, Hari. Hubungan Kondisi Rumah dan Sarana Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Anak
Balita di Kec. Padang Cermin Kab. Lampung Selatan tahun 2004. Skripsi Sarjana. Jurusan Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2004.
13. Johar. Hubungan Jenis Sarana Sumber Air Penduduk dengan Kejadian Diare pada Balita di Sekitar TPA Sampah
Kec. Bantar Gebang Kota Bekasi tahun 2004. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Indonesia, 2004.
14. Rahmawaty, Dyah. Hubungan Antara Kualitas Bakteriologis Sumber Air Bersih, Perilaku dan Sarana Sanitasi
dengan Kejadian Diare pada Pemulung Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Cipayung Depok tahun
2004. Skripsi Sarjana. Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia, 2004.
15. Iskandar, Komar. Hubungan Kejadian Diare pada Balita dengan Perilaku Hidup Bersih, Sarana Air Bersih dan
Jamban di Wilayah Puskesmas Kasomalang Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang bulan Maret-Juni tahun
2005. Skripsi Sarjana. Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia, 2005.
16. Fitriyani. Hubungan Faktor-faktor Risiko dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Boom
Baru Palembang tahun 2005. Skripsi Sarjana. Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Indonesia, 2005.
17. Giyantini, Trisiana. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Diare pada Balita di Kec. Duren Sawit Jakarta
Timur. Tesis. Program Studi Epidemiologi (FETP) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia, 2000.
18. Sapta, Wibowo Ady. Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita
di Kec. Citamiang Sukabumi tahun 2002. Tesis. Program Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2002.
19. Alamsyah. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di Kec. Bangkinang Barat,
Kampar dan Tambang Kab. Kampar tahun 2002. Tesis. Program Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2002.
20. Syarbaini. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Balita di Kab. Aceh Tamiang tahun
2002. Tesis. Program Studi Manajemen Kesehatan Daerah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia, 2002.
21. Susilawati, Wahyu Tri. Hubungan Kualitas Mikrobiologi Air dan Faktor-faktor Lain terhadap Penyakit Diare
Balita: Studi Kasus Kontrol Pada Balita di RW 10,11, dan 12 Kel. Bukit Duri Jakarta tahun 2002. Tesis. Program
Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2002.
22. Cahyono, Imron. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Pondok Gede Kota Bekasi tahun 2003. Tesis. Program Studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2003.
23. Yunus, Mahmud. Hubungan Sanitasi Dasar, Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Puskesmas
Kedung Waringin Kec. Kedung Waringin Kab. Bekasi tahun 2003. Tesis. Program Studi Epidemiologi Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2003.
24. Ibrahim. Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih, Pembuangan Limbah dan Karakteristik Individu dengan Kejadian
Diare Balita di Kota Solok, Sumatera Barat tahun 2003. Tesis. Program Studi Epidemiologi Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2003.
10
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

25. Zakianis. Kualitas Bakteriologis Air Bersih Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Diare pada Bayi di Kec. Pancoran
Mas Kota Depok tahun 2003. Tesis. Program Studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2003.
26. Luza, Yan Bani. Hubungan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Balita dengan Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat tahun 2005. Tesis. Program Studi
Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 2005.
11
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

Lampiran:
Tabel 1. Gambaran Umum Penelitian Diare di FKM UI tahun 2000-2005

Variabel Variabel Jumlah Desain Kepustakaan Kepustakaan


Sampel Penelitian Dalam Negeri Internasional
Peneliti Alat Ukur
Diteliti Signifik
an
Adhawiyah*, 13 7 290 cross 19 (1984-2000) 1 24 item
sectional
20009
Renggani*, 14 4 235 cross 22 (1975-2002) 1 16 item
sectional
200210
Febriyanti*, 14 7 120 cross 34 (1985-2002) 1 28 item
sectional
200311
Suryawijaya*, 12 2 170 cross 29 (1968-2002) 6 24 item +
sectional Formulir
200412
Inspeksi
Sanitasi
Johar*, 200413 13 4 125 cross 16 (1975-2003) 2 Tidak
sectional disertakan
Rahmawaty*, 5 1 65 cross 38 (1983-2003) 4 Tidak
sectional disertakan
200414
Iskandar*, 7 6 255 case 43 (1986-2004) 0 37 item
control
200515
Fitriyani*, 10 6 160 case 40 (1983-2002) 2 51 item
control
200516
Giyantini**, 21 18 500 case 33 (1975-1999) 8 66 item +
control Formulir
200017
Inspeksi
Sanitasi
Sapta**, 16 12 250 case 38 (1984-2002) 8 Tidak
control disertakan
200218
Alamsyah**, 19 12 274 case 58 (1975-2001) 8 89 item
control
200219
Syarbaini**, 13 4 420 case 40 (1983-2002) 4 44 item
control
200220
Susilawati**, 11 7 250 case 50 (1956-2000) 11 30 item
control
200221

Cahyono**, 9 7 160 case 28 (1975-2002) 2 40 item +


control Formulir
200322
Observasi
Yunus**, 7 6 160 case 50 (1969-2003) 11 59 item
control
200323
Ibrahim**, 17 15 240 case 45 (1983-2002) 5 43 item +
control Formulir
200324
Inspeksi
Sanitasi
Zakianis**, 16 7 300 case 44 (1985-2002) 19 81 item +
control Formulir
200325
Inspeksi
Sanitasi
Luza**, 11 3 160 cross 34 (1974-2005) 5 56 item +
sectional Formulir
200526
Inspeksi
Sanitasi
Keterangan:
12
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10

* Skripsi
** Tesis

Tabel 2. Faktor Risiko Penyebab Penyakit Diare yang Diteliti

Penelitian Faktor Risiko


Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor Lingkungan
Ibu Anak Sosial Lain Sarana Jamban Kualitas Saluran Keadaa
Ekonomi Air Bakteriologis Pembuangan n
Bersih Air Limbah Rumah
Adhawiyah, v v - v v v - - -
2000
Renggani, 2002 - - - - v v v v -
Febriyanti, v v v - v v - - -
2003
Suryawijaya, - - - - v v - v v
2004
Johar, 2004 - v v - v - v - -
Rahmawaty, v - - - - v - v -
2004
Iskandar, 2005 v - - - v v - - -
Fitriyani, 2005 v v v v v v - - -
Giyantini, 2000 v v v - v v v - -
Sapta, 2002 - - - - v v v v v
Alamsyah, v - v v v v - - -
2002
Syarbaini, 2002 v v v - v v - - -
Susilawati, v v v v - v v v -
2002
Cahyono, 2003 v v v v v v - - -
Yunus, 2003 v - - - v v v v v
Ibrahim, 2003 v v - - v v - v -
Zakianis, 2003 v v v v v v - - -
Luza, 2005 v v - v - v v v -
Total 14 11 9 7 15 17 7 8 3
Keterangan:
- tidak meneliti
v faktor yang diteliti

Tabel 3. Gambaran Distribusi Daftar Pustaka

Buku Hasil Penelitian


Penelitian Buku/Modul/Diktat Depkes/Dinkes Jurnal/Majalah/Buletin Skripsi/Tesis/Disertasi
< 10 > 10 < 10 > 10 <5 >5 <5 >5
Skripsi 3 5 6 (75%) 2 (25%) 5 0 3 4
(37,5%) (62,5%) (62,5%) (37,5%) (50%)
Tesis 1 9 5 (50%) 4 (40%) 9 0 6 4
(10%) (90%) (90%) (60%) (40%)
Total 4 14 11 6 14 0 9 8
(22,22% (77,78% (61,11% (33,33% (77,78%) (50%) (44,44%
) ) ) ) )

Anda mungkin juga menyukai