Laporan Tutorial Kel G KMB 2-1
Laporan Tutorial Kel G KMB 2-1
Kelompok G
Leader : Ganjar Tresna 213119127
Scriber 1 : Reizihan Fadhilah 213119120
Scriber 2 : Airin Juliana Tri Nugroho 213119124
Anggota:
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
pada saat ini.
Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga dan komunitas dalam mencapai memelihara dan menyembuhkan kesehatan yang
optimal dan berfungsi.
Makalah ini telah kami kerjakan dengan bantuan internet, kamus kedokteran, jurnal
keperawatan serta beberapa buku sumber keperawatan lainnya. Dengan adanya bantuan dari
berbagai bentuk sumber diharapkan dapat mempermudah mendapat informasi yang penting
tentang Keperawatan Medikal Bedah. Dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Batasan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
D. Metode Penyusunan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Skenario..........................................................................................................................3
A. Simpulan ......................................................................................................................30
B. Saran ............................................................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak
merupakan keadaan hiperplasi sel stroma dan epitel kelenjar prostat yang terjadi pada
pria usia tua dan memiliki testis yang masih menghasilkan testosterone. Benigna
Prostat Hiperplasi (BPH) merupakan penyakit pembesaran prostat yang disebabkan
oleh proses penuaan, yang biasa dialami oleh pria berusia 50 tahun keatas, yang
mengakibatkan obstruksi leher kandung kemih, dapat menghambat pengosongan
kandung kemih dan menyebabkan gangguan perkemihan.
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan
tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon
seksual seiring pertambahan usia pria.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika ukurannya
cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine
dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala di atas.
B. Batasan Masalah
Laporan tutorial ini hanya membahas tentang :
4. Step 4 (Hipotesa)
1
6. Step 6 (Belajar Mandiri)
7. Step 7 (Sintesis)
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan BPH
b. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab dan faktor resiko dari BPH
c. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi BPH
d. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala BPH
e. Mahasiswa mampu mengetahyi patofisiologi BPH
f. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan dari BPH
g. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan pada penyakit BPH
h. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan BPH
i. Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat pengkajian, diagnosa
dan intervensi dari kasus tersebut
D. Metode Penyusunan
1. Studi Pustaka
Yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-
buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan dasar
terhadap materi yang dihadapi.
2. Pencarian dari Internet
Yaitu penelusuran dari berbagai macam web yang mengenai materi tentang
tata tulis karya ilmiah yang ada di internet untuk memperoleh materi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
Seorang laki-laki berusia 67 tahun, dibawa ke IGD RS karena merasa kesakitan
pada bagian bawah perutnya, dia juga megeluh tidak bisa buang air kecil. Pada
saat dilakukan pemeriksaan oleh seorang perawat selanjutnya diketahui bahwa
sejak dua bulan terakhir buang air kecil pasien tidak lancer, kadang urin nya
berwarna kemerahan, sehingga dicurigai mengandung senyawa keton, pasien juga
mengeluh setiap buang air kecil harus mengejan dan terasa nyeri di pinggangnya,
pasien tidak pernah mempunyai Riwayat penyakit prostat. Sejak 5 jam sebelum
dating kw rumah sakit, air kencingnya macet total, perut bagian bawah semakin
membesar, menegang dan sangat nyeri.
Jawaban
1. Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran
kemih (uretra). Kelenjar prostat berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang
menyuburkan dan melindungi sperma. Ukuran prostat normalnya sebesar biji
kenari dan akan semakin besar seiring bertambahnya usia. (Arvica
213119116)
Beberapa Jenis penyakit Prostat :
a. Peradangan pada Prostat (Prostatitis)
Salah satu penyakit yang dapat menyerang prostat adalah peradangan pada
prostat atau prostatitis. Penyakit radang ini dapat menyerang pria pada semua
rentang usia. Walau begitu, prostatitis lebih umum terjadi pada pria dengan
usia 30 hingga 50 tahun. Prostatitis dapat disebabkan oleh bakteri dan non-
bakteri. Pada peradangan yang disebabkan bakteri, obat antibiotik dapat
mengatasi masalah tersebut dengan baik. Pada prostatitis non-bakteri adalah
jenis prostatitis yang sering terjadi dan sulit untuk diobati. Gejala yang timbul
3
dapat berbeda-beda di antara pengidapnya. Belum ada tes khusus yang dapat
mendiagnosis radang pada prostat ini. Maka dari itu, dokter harus menemukan
kemungkinan penyebab dari gejala yang timbul sebelum melakukan diagnosis.
b. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Pembesaran prostat non-kanker atau benign prostatic hyperplasia (BPH)
lebih sering terjadi pada pria yang telah lanjut usia. Penyakit ini tidak
mengancam nyawa pengidapnya, tetapi secara signifikan dapat memengaruhi
kualitas hidup seseorang. Pembesaran kelenjar prostat tersebut menyebabkan
uretra menyempit dan memberi tekanan pada pangkal kandung kemih,
sehingga terjadi penyumbatan pada aliran urine. Ketika hal tersebut terjadi,
gejala yang timbul pada BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) adalah rasa sakit
ketika berusaha mengeluarkan urine. Hal tersebut terjadi karena urine yang
berada di kandung kemih kesulitan untuk dikeluarkan. Hal tersebut disebut
dengan retensi urine akut yang menyebabkan rusaknya fungsi ginjal pada
pengidapnya.
c. Kanker Prostat
Kanker prostat umumnya menyerang pria di atas 50 tahun. Penyebab dari
penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun, faktor usia dan riwayat
keluarga disebut-sebut dapat memengaruhi. Awalnya, sel kanker hanya terjadi
pada kelenjar prostat, lalu menyebar dan menyerang sistem vaskular dan
limfatik. Apabila sudah parah, sel kanker tersebut dapat menyerang tulang.
(Ilham 213119114)
2. Senyawa keton merupakan sejenis zat asam yang terbentuk dari sisa
pembakaran lemak dalam tubuh sebagai upaya untuk menghasilkan energi.
Tingginya kadar keton dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan. (Alinda
213119115)
C. Step 2 : Identifikasi Masalah
1. Apa diagnose medis dari kasus tersebut? (Reizihan 213119120)
2. Apa penyebab urin berwarna kemerahan? (Arvica 213119116)
3. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan pada diagnose tersebut? (Airin
213119124)
4. Apa warna urin yang normal? (Devi 213119121)
5. Apa tanda dan gejala yang mendukung diagnose tersebut? (Nuridho
213119117)
4
6. Apa yang menyebabkan pasien sulit buang air kecil? (Reneitha 213119119)
7. Apa factor resiko yang terjadi pada pasien tersebut? (Anggy 213119126)
8. Apa yang menyebabkan perut bagian bawah pasien sakit? (Nadia 21319118)
9. Bagaimana cara menangani pasien yang sulit buang air kecil? (Alinda
213119115)
10. Bagimana kondisi pasien setelah 2 jam tidak buang air kecil? (Wisnu
213119122)
11. Komplikasi apa yang akan terjadi jika penyakit tersebut tidak ditangani?
(Reizihan 213119120)
5
Guna memastikan pasien menderita pembesaran prostat jinak dan
menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi lain, dokter akan melakukan
pemeriksaan berikut:
6
mutasi dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor
mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara terus menerus
tanpa adanya batas kendali.
Hal ini memenuhi aspek biologic plausibility dari asosiasi kausal. Laki-laki
dengan frekuensi yang rendah dalam mengkonsumsi makanan berserat
memiliki risiko 5,35 lebih besar untuk terkena BPH dibandingkan dengan
yang mengkonsumsi makanan berserat dengan frekuensi tinggi. Diet makanan
berserat diharapkan mengurangi pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan
memberikan lingkungan yang akan menekan berkembangnya sel-sel
abnormal. Kebiasaan merokok mempunyai risiko 3,95 lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Nikotin dan
konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim
perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron (Airin
213119124)
8. Radang Prostat, radang prostat juga bisa menjadi penyebab perut bagian
bawah sakit. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar prostat mengalami infeksi.
Gejala yang umum dialami ketika terserang penyakit ini selain sakit pada
bagian bawah perut adalah sakit ketika buang air kecil dan nyeri di sekitar
testis. (Abiyyu 213119128 )
9. Penanganan sendiri di rumah bisa meredakan gejala jika susah buang air kecil
tergolong ringan dan belum terlalu mengganggu. Mungkin bisa mencoba
beberapa langkah berikut untuk mengatasi susah kencing:
a. Meletakkan kompres panas di perut bagian bawah untuk membuat otot
rileks sehingga aliran urine lebih lancar.
b. Mengurangi konsumsi minuman yang bersifat diuretik, seperti kopi,
minuman ringan, dan minuman beralkohol, terutama sebelum tidur.
Langkah ini akan menjauhkan dari munculnya keinginan buang air kecil
dan masalah susah buang air kecil di tengah malam, yang mengganggu
istirahat.
c. Melakukan latihan otot dasar panggul dan otot saluran kemih untuk
meningkatkan kemampuan mengontrol keluarnya urine dan aliran urine.
d. Makan lebih banyak serat, untuk mencegah sembelit.
e. Jangan merokok atau mulailah untuk berhenti secara perlahan merokok.
f. Minum air putih lebih banyak.
7
g. Meski demikian, gejala susah buang air kecil sebaiknya tidak Anda
abaikan. Pasalnya, kondisi ini bisa memburuk sampai akhirnya terjadi
penumpukan urine. (Brilyan 213119129)
10. Setiap jamnya, orang sehat akan memproduksi urine sebanyak 0.5-1.5 cc per
kg berat badan. Artinya, jika Anda memiliki berat 50 kg maka dalam satu jam
tubuh akan menghasilkan urine sebanyak 25-75 cc. Biasanya urine ini akan
dikeluarkan minimal setiap 6 jam sekali.
Walau tidak ada patokan pasti, kebanyakan orang akan buang air kecil
sebanyak 6-7 kali dalam 24 jam. Frekuensi 4-10 kali masih dianggap normal
jika orang tersebut tidak merasa terganggu dengan jumlah berkemih tersebut.
(Devi 213119121)
11. Pria berusia 60 tahun ke atas sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter
secara rutin, terutama bila mengalami gangguan buang air kecil. Bila tidak
segera ditangani, terhambatnya aliran urine akibat BPH dapat menyebabkan
komplikasi. Segeralah periksakan diri ke dokter bila mengalami gangguan saat
buang air kecil, terutama jika disertai dengan:
a. Nyeri saat buang air kecil.
b. Terdapat darah dalam urine (hematuria) atau sperma (hematospermia).
c. Urine tidak keluar sama sekali.
8
E. Step 4 : Skema Hipotesa
Tn.X usia 67 tahun dengan diagnosa
Pembesaran prostat jinak Atau Benign
prostatic hyperplasia
Diagnosa Keperawatan
10
kemih dan uretra parsprostatika yang menyebabkanaliran kemih dari
kandung kemih (Price dan Wilson, 2006).
c. BPH merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada pria umur
50tahun ataulebih yang ditandai dengan terjadinya perubahan
padaprostat yaitu prostat mengalami atrofi dan menjadi
nodular,pembesaran dari beberapa bagian kelenjar ini dapat
mengakibatkanobstruksi urine ( Baradero, Dayrit, dkk, 2007).
11
Sesuai dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun
secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60
tahun keatas. Risiko BPH pada laki-laki dengan riwayat keluarga yang
pernah menderita BPH sebesar 5,28 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang pernah
menderita BPH. Dimana dalam riwayat keluarga ini terdapat mutasi
dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor
mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara terus
menerus tanpa adanya batas kendali. Hal ini memenuhi aspek biologic
plausibility dari asosiasi kausal.
Laki-laki dengan frekuensi yang rendah dalam mengkonsumsi
makanan berserat memiliki risiko 5,35 lebih besar untuk terkena BPH
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi makanan berserat dengan
frekuensi tinggi. Diet makanan berserat diharapkan mengurangi
pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan
yang akan menekan berkembangnya sel-sel abnormal. Kebiasaan
merokok mempunyai risiko 3,95 lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Nikotin dan konitin (produk
pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim perusak
androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.
(Arvica 213119116)
3. Komplikasi BPH
Komplikasi yang paling umum terjadi pada pasien BPH adalah batu kandung
kemih dengan insidensi sekitar 10%. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
batu kandung kemih pada pasien BPH adalah protrusi prostat intravesika.
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah :
a. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
b. Infeksi saluran kemih
c. Involusi kontraksi kandung kemih
d. Refluk kandung kemih
e. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
f. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
12
g. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat
terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
h. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada
waktu miksi pasien harus mengedan. (Reizihan 213119120)
4. Tanda Dan Gejala Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
Obstruki prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih (Arora P. Et al,2006).
2) Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan
baik
3) Kalau mau miksi harus menunggu lama
13
6) Urin terus menetes setelah berkemih
3) Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka
bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke
ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis. (Devi
213119121)
5. Patofisiologi Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel
berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan
respon sitokin. Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron
(DHT), DHT merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama
munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam
jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan
memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar
karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang mengakibatkan
14
aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih,
inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016).Penyebab BPH masih
belum jelas, namun mekanisme patofisiologinya diduga kuat terkait aktivitas
hormon Dihidrotestosteron (DHT).
Proses pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-buli dan
daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi
dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan
vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang
statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
( Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi
maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala
iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari
urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika
urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan
interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan
adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang
mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria ( Purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan
refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita
harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu
endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi
dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis
15
dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis (Karina 213119123,
Anggy 213119126, Ganjar 213119127)
6. Pengobatan Dari Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
Pengobatan pembesaran prostat jinak tergantung pada usia dan kondisi
pasien, ukuran prostat, serta tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan
yang dapat dilakukan meliputi:
a. Perawatan Mandiri
Bila gejala yang dirasakan tergolong ringan, pasien bisa melakukan
penanganan secara mandiri untuk meredakan gejala, yaitu dengan:
1) Menghindari minum apapun satu atau dua jam sebelum tidur.
2) Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan
alkohol.
3) Membatasi konsumsi obat pilek yang mengandung dekongestan
dan antihistamin
4) Tidak menahan atau menunda buang air kecil.
5) Membuat jadwal untuk buang air kecil, misalnya tiap 4 atau 6
jam.
6) Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang
sehat.
7) Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam Kegel.
8) Mengelola stres dengan baik.
b. Obat – obatan
Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter
dapat meresepkan obat-obatan berikut:
1) Penghambat alfa, seperti tamsulosin, untuk memudahkan buang
air kecil.
2) Penghambat 5-alpha reductase seperti dinasteride atau
dutasteride, untuk menyusutkan ukuran prostat.
c. Operasi
16
Ada sejumlah metode operasi prostat yang bisa
digunakan dokter urologi untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, di
antaranya:
17
Palpasi: penekanan pada regio suprapubik dapat menimbulkan rasa ingin
miksi, pemeriksaan ballottement ginjal dapat menunjukkan adanya
hidronefrosis
Perkusi: suara redup jika buli-buli terisi
b. Colok Dubur
Colok dubur dilakukan untuk membedakan pembesaran prostat jinak atau
ganas. Pada benign prostatic hyperplasia, biasanya ditemukan prostat
membesar secara simetris pada lobus kanan dan kiri, konsistensi kenyal, dan
tidak ditemukan adanya nodul. Sedangkan, pada karsinoma prostat
konsistensinya keras, lobus tidak simetris, dan bernodul.[1,3,5]
c. Diagnosis Banding
Diagnosis banding benign prostatic hyperplasia antara lain adalah:
1) Sistitis
2) Prostatitis
3) Kanker prostat
4) Batu saluran kemih
5) Kandung kemih neurogenik/neurogenic bladder
6) Striktur urethra
7) Infeksi saluran kemih
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah lengkap
2) Urinalisis: urin lengkap dan biakan urin
3) Serum kreatinin
4) Urea nitrogen darah/blood urea nitrogen (BUN)
18
5) Antigen prostat spesifik/prostate spesific antigen (PSA) untuk
diagnosis banding kanker prostat
f. Pemeriksaan Radiologi
g. Ultrasonografi (USG)
h. CT Scan
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada benign prostatic hyperplasia dan
hanya dilakukan bila ada indikasi tertentu. Akan terlihat adanya indentasi pada
bagian dasar buli, elevasi trigonum buli, atau huruf “J” pada ureter distal
(gambaran mata pancing) saat buli terisi. Pada saat buli kosong, akan terlihat
sisa urin akibat obstruksi.
k. Uroflowmetri
l. Histologi
19
Pemeriksaan histologi dapat dilakukan terutama untuk membedakan
hiperplasia maligna dan benigna. Biopsi pada benign prostatic hyperplasia
akan menunjukkan kombinasi antara hiperplasia stroma dan epitel, proliferasi
otot polos, fibroadenoma, atau trabekulasi buli dengan peningkatan kolagen.
( Ilham 213119114)
20
Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter dapat
meresepkan obat-obatan berikut:
1) Penghambat alfa, seperti tamsulosin, untuk memudahkan buang
air kecil.
2) 5-alpha reductase, seperti finasteride atau dutasteride, untuk
menyusutkan ukuran prostat.
3) Penelitian menunjukkan bahwa obat untuk menangani disfungsi
ereksi, seperti tadalafil, juga bisa digunakan untuk mengatasi
pembesaran prostat jinak.
c. Operasi
Ada sejumlah metode operasi prostat yang bisa digunakan dokter
urologi untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, di antaranya:
1) Transurethral resection of the prostate (TURP)
TURP merupakan metode operasi yang paling sering dilakukan
untuk mengangkat kelebihan jaringan prostat. Dalam prosedur
ini, jaringan prostat yang menyumbat diangkat sedikit demi
sedikit, menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui
lubang kencing.
2) Transurethral incision of the prostate (TUIP)
TUIP tidak mengangkat jaringan prostat, namun membuat irisan
kecil pada prostat agar aliran urine menjadi lancar. Prosedur ini
dilakukan pada pembesaran prostat yang ukurannya kecil hingga
sedang.
d. Metode pengobatan lainnya
Selain kedua prosedur di atas, jaringan prostat yang
menyumbat bisa dibakar dengan sinar laser atau diangkat melalui
operasi terbuka. Pengangkatan prostat melalui operasi terbuka
(prostatektomi) dilakukan apabila ukuran jaringan prostat sudah
sangat besar atau sudah terdapat kerusakan pada kandung kemih.
Dalam prosedur ini, prostat diangkat melalui sayatan yang dibuat di
perut. Anda juga dapat mencegah kondisi semakin memburuk dengan
segera memeriksakan diri ke dokter begitu mengalami gejala
pembesaran prostat jinak. Dengan begitu, kondisi anda dapat segera
ditangani sebelum muncul komplikasi. (Nuridho 213119117)
21
I. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian (Alinda 213119115, Nadia 213119118)
1. Identitas Klien
Nama : Tn.X
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Identitas Penanggung Jawab
Tidak ditemukan data identitas penanggung jawab
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh sakit pada perut bagian bawah, klien juga mengeluh
tidak bisa buang air kecil
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sejak dua bulan terakhir buang air kecil tidak lancar,
kadang urinnya berwarna merah, klien juga mengeluh setiap buang air
kecil harus mengejan dan terasa nyeri di pinggang
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit prostat
d. Riwayat alergi
Tidak ditemukan data riwayat alergi
e. Riwayat keluarga
Tidak ditemukan data riwayat keluarga
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Tidak ditemukan data riwayat psikososial dan spiritual
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Tidak ditemukan data pola aktivitas sehari-hari
5. Terapi obat-obatan :
Tidak ditemukan data Terapi obat-obatan
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah :-
Respirasi :-
Nadi :-
22
Suhu :-
Skala Nyeri :-
b. Pemeriksaan Head to Toe :
1. Kepala
Tidak ditemukan data
2. Wajah
Tidak diemukan data
3. Hidung
Tidak ditemukan data
4. Mulut
Tidak ditemukan data
5. Telinga
Tidak ditemukan data
6. Leher
Tidak ditemukan data
7. Dada dan Paru-paru
Tidak ditemukan data
8. Jantung
Tidak ditemukan data
9. Abdomen
Perut bagian bawah membesar, menegang dan terasa nyeri
10. Ekstremitas Atas
Tidak ditemukan data
11. Ekstremitas Bawah
Tidak ditemukan data
A. Analisa Data
23
terakhir buang air Obstruksi
kecil pasien tidak ⬇
lancar Retensi Urine
- pasien tidak ⬇
pernah Gangguan ekiminasi
mempunyai urine
riwayat penyakit
prostat
- sejak 5 jam
sebelum datang
ke rumah sakit,
air kencingnya
macet total
DO :
-
24
Nyeri akut
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi
25
macet total Teraupetik
DO : - (Menurun)
- Frekuensi BAK - Catat waktu-waktu
(Membaik) dan haluaran
berkemih
26
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
27
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(Mis.TENS,
Hipnosis,
Akupresur, Terapi
Music, Biofidback,
Terapi Pijat,
Aroma Terapi,
Teknk Imajinasi
Term-bimbing,
Kompres Hangat /
Dingin, Terapi
Bermain)
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (Mis. Suhu
ruangan,
Pencahayaan,
Kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
28
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
29
30
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi tidak lancar
dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh
karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua pria mengalami
pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke atas. Meski begitu, tingkat
keparahan gejalanya bisa berbeda pada tiap penderita, dan tidak semua pembesaran
prostat menimbulkan masalah.
B. Saran
Bagi perawat, harus memahami tentang intervensi untuk menangani Pasien
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan untuk penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami kepada para
pembaca untuk bias memberi kritik dan ssaran yang bersifat membangun agar laporan
ini lebih sempurna.
31
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R. (2007) ‘Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak (Studi Kasus
di RS. Dr. Kariadi, RSI Sultan Agung, RS Roemani Semarang)’, Thesis, p. 124.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/19133/1/Rizki_Amalia.pdf.
Barrimi, M. et al. (2013) ‘Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)’, Encephale, 53(1), pp. 59–65.
Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.encep.2012.03.001.
Felicia (2021) ‘Intravesical Prostatic Protrusion sebagai Faktor Risiko Terjadinya Batu
Kandung Kemih pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia: Telaah Sistematis’, The
University Institutional Repository Universitas Sumatera Utara, pp. 1–57.
Permadi, B. A. (2014) ‘Benign Prosta Hiperplasia’, Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(18), pp. 8–
23.
32