Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Koordinator: Argi Virgona Bangun, S.Kp., M.Kep

Kelompok G
Leader : Ganjar Tresna 213119127
Scriber 1 : Reizihan Fadhilah 213119120
Scriber 2 : Airin Juliana Tri Nugroho 213119124
Anggota:

Ilham Febriansyah 213119114 Wisnu Setiawan 213119122


Alinda Nirbaya 213119115 Karina Oktaviani 213119123
Arvica Widya A 213119116 Dafariza Arkhabi 213119125
Nuridho Hayati 213119117 Anggy Rizky A 213119126
Nadia Rahmatunnisa 213119118 Abiyyu Hilmi R 213119128
Reneitha Esa A 213119119 Brilyan Rahmadani 213119129
Devi Puspitasari 213119121 Risya Novita Santiani 213119130

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
pada saat ini.
Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga dan komunitas dalam mencapai memelihara dan menyembuhkan kesehatan yang
optimal dan berfungsi.
Makalah ini telah kami kerjakan dengan bantuan internet, kamus kedokteran, jurnal
keperawatan serta beberapa buku sumber keperawatan lainnya. Dengan adanya bantuan dari
berbagai bentuk sumber diharapkan dapat mempermudah mendapat informasi yang penting
tentang Keperawatan Medikal Bedah. Dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Cimahi, 08 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Batasan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

D. Metode Penyusunan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Skenario..........................................................................................................................3

B. Step 1 : Klasifikasi Masalah...........................................................................................3

C. Step 2 : identifikasi Masalah .........................................................................................4

D. Step 3 : Analisa Masalah ...............................................................................................5

E. Step 4 : Skema Hipotesa ................................................................................................9

F. Step 5 : Learning Objektive .........................................................................................10

G. Step 6 : Belajar Mandiri ..............................................................................................10

H. Step 7 : Sintesis ...........................................................................................................10

I Asuhan Keperawatan ...................................................................................................21

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................30

A. Simpulan ......................................................................................................................30

B. Saran ............................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak
merupakan keadaan hiperplasi sel stroma dan epitel kelenjar prostat yang terjadi pada
pria usia tua dan memiliki testis yang masih menghasilkan testosterone. Benigna
Prostat Hiperplasi (BPH) merupakan penyakit pembesaran prostat yang disebabkan
oleh proses penuaan, yang biasa dialami oleh pria berusia 50 tahun keatas, yang
mengakibatkan obstruksi leher kandung kemih, dapat menghambat pengosongan
kandung kemih dan menyebabkan gangguan perkemihan.
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan
tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon
seksual seiring pertambahan usia pria.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika ukurannya
cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine
dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala di atas.

B. Batasan Masalah
Laporan tutorial ini hanya membahas tentang :

1. Step 1 (Identifikasi dan Klarifikasi hal-hal yang belum diketahui)

2. Step 2 (Diskusi dan Analisa Masalah)

3. Step 3 (Identifikasi Penjelasan)

4. Step 4 (Hipotesa)

5. Step 5 (Learning Objective)

1
6. Step 6 (Belajar Mandiri)

7. Step 7 (Sintesis)
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan BPH
b. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab dan faktor resiko dari BPH
c. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi BPH
d. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala BPH
e. Mahasiswa mampu mengetahyi patofisiologi BPH
f. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan dari BPH
g. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan pada penyakit BPH
h. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan BPH
i. Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat pengkajian, diagnosa
dan intervensi dari kasus tersebut

D. Metode Penyusunan
1. Studi Pustaka
Yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-
buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan dasar
terhadap materi yang dihadapi.
2. Pencarian dari Internet
Yaitu penelusuran dari berbagai macam web yang mengenai materi tentang
tata tulis karya ilmiah yang ada di internet untuk memperoleh materi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Skenario
Seorang laki-laki berusia 67 tahun, dibawa ke IGD RS karena merasa kesakitan
pada bagian bawah perutnya, dia juga megeluh tidak bisa buang air kecil. Pada
saat dilakukan pemeriksaan oleh seorang perawat selanjutnya diketahui bahwa
sejak dua bulan terakhir buang air kecil pasien tidak lancer, kadang urin nya
berwarna kemerahan, sehingga dicurigai mengandung senyawa keton, pasien juga
mengeluh setiap buang air kecil harus mengejan dan terasa nyeri di pinggangnya,
pasien tidak pernah mempunyai Riwayat penyakit prostat. Sejak 5 jam sebelum
dating kw rumah sakit, air kencingnya macet total, perut bagian bawah semakin
membesar, menegang dan sangat nyeri.

B. Step 1 : Klasifikasi Masalah


Pertanyaan
1. Penyakit Prostat ( Devi 213119121 )
2. Senyawa Keton ( Risya 21311930 )

Jawaban

1. Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran
kemih (uretra). Kelenjar prostat berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang
menyuburkan dan melindungi sperma. Ukuran prostat normalnya sebesar biji
kenari dan akan semakin besar seiring bertambahnya usia. (Arvica
213119116)
Beberapa Jenis penyakit Prostat :
a. Peradangan pada Prostat (Prostatitis)
Salah satu penyakit yang dapat menyerang prostat adalah peradangan pada
prostat atau prostatitis. Penyakit radang ini dapat menyerang pria pada semua
rentang usia. Walau begitu, prostatitis lebih umum terjadi pada pria dengan
usia 30 hingga 50 tahun. Prostatitis dapat disebabkan oleh bakteri dan non-
bakteri. Pada peradangan yang disebabkan bakteri, obat antibiotik dapat
mengatasi masalah tersebut dengan baik. Pada prostatitis non-bakteri adalah
jenis prostatitis yang sering terjadi dan sulit untuk diobati. Gejala yang timbul

3
dapat berbeda-beda di antara pengidapnya. Belum ada tes khusus yang dapat
mendiagnosis radang pada prostat ini. Maka dari itu, dokter harus menemukan
kemungkinan penyebab dari gejala yang timbul sebelum melakukan diagnosis.
b. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Pembesaran prostat non-kanker atau benign prostatic hyperplasia (BPH)
lebih sering terjadi pada pria yang telah lanjut usia. Penyakit ini tidak
mengancam nyawa pengidapnya, tetapi secara signifikan dapat memengaruhi
kualitas hidup seseorang. Pembesaran kelenjar prostat tersebut menyebabkan
uretra menyempit dan memberi tekanan pada pangkal kandung kemih,
sehingga terjadi penyumbatan pada aliran urine. Ketika hal tersebut terjadi,
gejala yang timbul pada BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) adalah rasa sakit
ketika berusaha mengeluarkan urine. Hal tersebut terjadi karena urine yang
berada di kandung kemih kesulitan untuk dikeluarkan. Hal tersebut disebut
dengan retensi urine akut yang menyebabkan rusaknya fungsi ginjal pada
pengidapnya.
c. Kanker Prostat
Kanker prostat umumnya menyerang pria di atas 50 tahun. Penyebab dari
penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun, faktor usia dan riwayat
keluarga disebut-sebut dapat memengaruhi. Awalnya, sel kanker hanya terjadi
pada kelenjar prostat, lalu menyebar dan menyerang sistem vaskular dan
limfatik. Apabila sudah parah, sel kanker tersebut dapat menyerang tulang.
(Ilham 213119114)
2. Senyawa keton merupakan sejenis zat asam yang terbentuk dari sisa
pembakaran lemak dalam tubuh sebagai upaya untuk menghasilkan energi.
Tingginya kadar keton dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan. (Alinda
213119115)
C. Step 2 : Identifikasi Masalah
1. Apa diagnose medis dari kasus tersebut? (Reizihan 213119120)
2. Apa penyebab urin berwarna kemerahan? (Arvica 213119116)
3. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan pada diagnose tersebut? (Airin
213119124)
4. Apa warna urin yang normal? (Devi 213119121)
5. Apa tanda dan gejala yang mendukung diagnose tersebut? (Nuridho
213119117)

4
6. Apa yang menyebabkan pasien sulit buang air kecil? (Reneitha 213119119)
7. Apa factor resiko yang terjadi pada pasien tersebut? (Anggy 213119126)
8. Apa yang menyebabkan perut bagian bawah pasien sakit? (Nadia 21319118)
9. Bagaimana cara menangani pasien yang sulit buang air kecil? (Alinda
213119115)
10. Bagimana kondisi pasien setelah 2 jam tidak buang air kecil? (Wisnu
213119122)
11. Komplikasi apa yang akan terjadi jika penyakit tersebut tidak ditangani?
(Reizihan 213119120)

D. Step 3 : Analisa Masalah


1. Begign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak. (Airin
213119124)
2. Penyebab urin berwarna kemerahan :
a. Infeksi saluran kemih.
b. Batu saluran kemih, termasuk batu kandung kemih.
c. Penyakit ginjal,  misalnya batu ginjal, peradangan (glomerulonefritis) atau
akibat penyakit diabetes (nefropati diabetik).
d. Pembesaran kelenjar prostat (BPH).
e. Kanker ginjal, kanker kandung kemih, atau kanker prostat.
f. Kelainan darah, seperti hemofilia dan anemia sel sabit.
g. Obat-obatan, antara lain penisilin, cyclophosphamide, dan pengencer
darah, seperti aspirin, warfarin, atau heparin. (Dafariza 213119125)
3. Pemeriksaan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah:
a. USG prostat, untuk melihat ukuran prostat penderita.
b. Tes urine, untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau kondisi lain
yang memiliki gejala mirip dengan pembesaran prostat jinak.
c. Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan gangguan pada ginjal.
d. Tes pengukuran kadar antigen (PSA) dalam darah. PSA dihasilkan oleh
prostat dan kadarnya dalam darah akan meningkat bila kelenjar prostat
membesar atau mengalami gangguan.

5
Guna memastikan pasien menderita pembesaran prostat jinak dan
menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi lain, dokter akan melakukan
pemeriksaan berikut:

a. Mengukur kekuatan pancaran urine dan jumlah urine yang keluar.


b. Memeriksa kemampuan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
Memeriksa kemungkinan adanya kanker prostat, melalui biopsi atau
pengambilan sampel jaringan prostat untuk diteliti di laboratorium.
c. Melihat kondisi uretra dan kandung kemih, dengan memasukkan selang
fleksibel berkamera (sistoskopi) melalui lubang kencing. (Reizihan
213119120)
4. Air kencing yang sehat berwarna jernih hingga kuning muda. Semakin banyak
air yang Anda minum, semakin jernih pula warna urine yang terbentuk.
Sebaliknya, kurang minum air putih akan membuat urine berwarna kuning
pekat hingga oranye. (Risya 213119130)
5. a. Urine sulit keluar di awal buang air kecil.
b. Perlu mengejan saat buang air kecil.
c. Nyeri saat buang air kecil
d. Terdapat darah dalam urin (Arvica 213119116)
6. Seiring pertambahan usia seorang pria, kelenjar prostat dapat mengalami
pembesaran. Pembesaran prostat akan menekan saluran kencing. Akibatnya,
aliran urine tidak lancar dan dibutuhkan waktu lebih lama agar urine bisa
keluar. Gejala utama pembesaran prostat adalah sulit memulai keluarnya aliran
urine dan aliran urine yang melemah, sehingga terasa tidak tuntas saat buang
air kecil. Selain itu, peradangan pada kelenjar prostat atau prostatitis dapat
pula terjadi akibat infeksi. Prostat akan bengkak dan menekan saluran kemih,
sehingga menibulkan gejala susah buang air kecil. (Karina 213119123)
7. Laki-laki yang memiliki umur > 50 tahun memiliki risiko sebesar 6,24
dibanding dengan laki-laki yang berumur < 50 tahun. Sesuai dengan
perambahan usia, kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia
30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas. Risiko BPH pada
laki-lai dengan riwayat keluarga yang pernah menderita BPH sebesar 5,28 kali
lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga
yang pernah menderita BPH. Dimana dalam riwayat keluarga ini terdapat

6
mutasi dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor
mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara terus menerus
tanpa adanya batas kendali.
Hal ini memenuhi aspek biologic plausibility dari asosiasi kausal. Laki-laki
dengan frekuensi yang rendah dalam mengkonsumsi makanan berserat
memiliki risiko 5,35 lebih besar untuk terkena BPH dibandingkan dengan
yang mengkonsumsi makanan berserat dengan frekuensi tinggi. Diet makanan
berserat diharapkan mengurangi pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan
memberikan lingkungan yang akan menekan berkembangnya sel-sel
abnormal. Kebiasaan merokok mempunyai risiko 3,95 lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Nikotin dan
konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim
perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron (Airin
213119124)
8. Radang Prostat, radang prostat juga bisa menjadi penyebab perut bagian
bawah sakit. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar prostat mengalami infeksi.
Gejala yang umum dialami ketika terserang penyakit ini selain sakit pada
bagian bawah perut adalah sakit ketika buang air kecil dan nyeri di sekitar
testis. (Abiyyu 213119128 )
9. Penanganan sendiri di rumah bisa meredakan gejala jika susah buang air kecil
tergolong ringan dan belum terlalu mengganggu. Mungkin bisa mencoba
beberapa langkah berikut untuk mengatasi susah kencing:
a. Meletakkan kompres panas di perut bagian bawah untuk membuat otot
rileks sehingga aliran urine lebih lancar.
b. Mengurangi konsumsi minuman yang bersifat diuretik, seperti kopi,
minuman ringan, dan minuman beralkohol, terutama sebelum tidur.
Langkah ini akan menjauhkan dari munculnya keinginan buang air kecil
dan masalah susah buang air kecil di tengah malam, yang mengganggu
istirahat.
c. Melakukan latihan otot dasar panggul dan otot saluran kemih untuk
meningkatkan kemampuan mengontrol keluarnya urine dan aliran urine.
d. Makan lebih banyak serat, untuk mencegah sembelit.
e. Jangan merokok atau mulailah untuk berhenti secara perlahan merokok.
f. Minum air putih lebih banyak.

7
g. Meski demikian, gejala susah buang air kecil sebaiknya tidak Anda
abaikan. Pasalnya, kondisi ini bisa memburuk sampai akhirnya terjadi
penumpukan urine. (Brilyan 213119129)
10. Setiap jamnya, orang sehat akan memproduksi urine sebanyak 0.5-1.5 cc per
kg berat badan. Artinya, jika Anda memiliki berat 50 kg maka dalam satu jam
tubuh akan menghasilkan urine sebanyak 25-75 cc. Biasanya urine ini akan
dikeluarkan minimal setiap 6 jam sekali.
Walau tidak ada patokan pasti, kebanyakan orang akan buang air kecil
sebanyak 6-7 kali dalam 24 jam. Frekuensi 4-10 kali masih dianggap normal
jika orang tersebut tidak merasa terganggu dengan jumlah berkemih tersebut.
(Devi 213119121)
11. Pria berusia 60 tahun ke atas sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter
secara rutin, terutama bila mengalami gangguan buang air kecil. Bila tidak
segera ditangani, terhambatnya aliran urine akibat BPH dapat menyebabkan
komplikasi. Segeralah periksakan diri ke dokter bila mengalami gangguan saat
buang air kecil, terutama jika disertai dengan:
a. Nyeri saat buang air kecil.
b. Terdapat darah dalam urine (hematuria) atau sperma (hematospermia).
c. Urine tidak keluar sama sekali.

Pembesaran prostat jinak/BPH yang tidak segera ditangani dapat


menyebabkan sejumlah komplikasi serius, yaitu:

a. Infeksi saluran kemih


b. Penyakit batu kandung kemih
c. Tidak bisa buang air kecil
d. Kerusakan kandung kemih dan ginjal. (Nuridho 213119117)

8
E. Step 4 : Skema Hipotesa
Tn.X usia 67 tahun dengan diagnosa
Pembesaran prostat jinak Atau Benign
prostatic hyperplasia

Data Subjektif Data Objektif Faktor Risiko

1. Pasien mengeluh tidak Perut bagian 1. Usia


bisa buang air kecil bawah semakin 2. Ras dan etnis
2. Sejak dua bulan terakhir membesar, 3. Riwayat
buang air kecil pasien menegang keluarga
tidak lancar 4. Perubahan
3. Kadang urinnya atau mutasi
berwarna kemerahan gen
sehingga dicurigai 5. Pola makan
mengandung senyawa 6. Merokok
keton 7. Infeksi
4. Pasien juga menular
mengeluhkan setiap seksual
buang air kecil harus
mengejan dan terasa
nyeri dipinggangnya
5. Pasien tidak pernah
mempunyai riwayat
penyakit prostat
6. Sejak 5 jam sebelum
datang ke rumah sakit,
air kencingnya macet
total

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan 9

dengan Penurunan Kapasitas Kandung


Kemih.
F. Step 5 : Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan BPH
2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab dan faktor resiko dari BPH
3. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi BPH
4. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala BPH
5. Mahasiswa mampu mengetahyi patofisiologi BPH
6. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan dari BPH
7. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan pada penyakit BPH
8. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan BPH
9. Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat pengkajian, diagnosa dan
intervensi dari kasus tersebut
G. Step 6 : Belajar Mandiri
Mahasiswa belajar mandiri dengan mencari materi melalui internet maupun buku
yang tersedia,
H. Step 7 : Sintesis
1. Pengertian Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
Ada beberapa pengertian penyakitBenigna Prostate Hiperplasia(BPH)menurut
beberapa ahli adalah :
a. Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan perbesaran
kelenjarprostat, memanjang ke atas kedalam kandung kemih dan
menyumbataliran urin dengan menutupi orifisium uretra akibatnya
terjadi dilatasiureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap(Smeltzer dan Bare, 2002).
b. BPH merupakan pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosamajemuk
dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagianperiuretral
sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh denganmenekan kelenjar
normal yang tersisa, prostat tersebut mengelilingiuretra dan, dan
pembesaran bagian periuretral menyebabkan obstruksileher kandung

10
kemih dan uretra parsprostatika yang menyebabkanaliran kemih dari
kandung kemih (Price dan Wilson, 2006).
c. BPH merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada pria umur
50tahun ataulebih yang ditandai dengan terjadinya perubahan
padaprostat yaitu prostat mengalami atrofi dan menjadi
nodular,pembesaran dari beberapa bagian kelenjar ini dapat
mengakibatkanobstruksi urine ( Baradero, Dayrit, dkk, 2007).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Benigna Prostat


Hiperplasi (BPH) merupakan penyakit pembesaran prostat yang
disebabkan oleh proses penuaan, yang biasa dialami oleh pria berusia 50
tahun keatas, yang mengakibatkan obstruksi leher kandung kemih, dapat
menghambat pengosongan kandung kemih dan menyebabkan gangguan
perkemihan.

2. Penyebab Dan Faktor Resiko Dari Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)


a. Penyebab
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat
jinak. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada
keseimbangan kadar hormon seksual seiring pertambahan usia pria.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup.
Ketika ukurannya cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu
saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke lubang
kencing. Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya gejala-gejala di
atas. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena pembesaran prostat jinak, yaitu:
1) Berusia di atas 60 tahun
2) Kurang berolahraga
3) Memiliki berat badan berlebih
4) Menderita penyakit jantung atau diabetes
5) Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta
6) Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat
b. Faktor Resiko
Laki-laki yang memiliki umur 50 tahun memiliki risiko
sebesar 6,24 dibanding dengan laki-laki yang berumur < 50 tahun.

11
Sesuai dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun
secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60
tahun keatas. Risiko BPH pada laki-laki dengan riwayat keluarga yang
pernah menderita BPH sebesar 5,28 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang pernah
menderita BPH. Dimana dalam riwayat keluarga ini terdapat mutasi
dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor
mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara terus
menerus tanpa adanya batas kendali. Hal ini memenuhi aspek biologic
plausibility dari asosiasi kausal.
Laki-laki dengan frekuensi yang rendah dalam mengkonsumsi
makanan berserat memiliki risiko 5,35 lebih besar untuk terkena BPH
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi makanan berserat dengan
frekuensi tinggi. Diet makanan berserat diharapkan mengurangi
pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan
yang akan menekan berkembangnya sel-sel abnormal. Kebiasaan
merokok mempunyai risiko 3,95 lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Nikotin dan konitin (produk
pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim perusak
androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.
(Arvica 213119116)
3. Komplikasi BPH
Komplikasi yang paling umum terjadi pada pasien BPH adalah batu kandung
kemih dengan insidensi sekitar 10%. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
batu kandung kemih pada pasien BPH adalah protrusi prostat intravesika.
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah :
a. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
b. Infeksi saluran kemih
c. Involusi kontraksi kandung kemih
d. Refluk kandung kemih
e. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
f. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi

12
g. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat
terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
h. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada
waktu miksi pasien harus mengedan. (Reizihan 213119120)
4. Tanda Dan Gejala Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
Obstruki prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih (Arora P. Et al,2006).

a. Gejala iritatif meliputi :

1) Peningkatan frekuensi berkemih

2) Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)

3) Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda


(urgensi)

4) Nyeri pada saat miksi (disuria)

b. Gejala obstruktif meliputi :

1) Pancaran urin melemah

2) Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan
baik
3) Kalau mau miksi harus menunggu lama

4) Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih

5) Aliran urin tidak lancar/terputus-putus

13
6) Urin terus menetes setelah berkemih

7) Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan


inkontinensia karena penumpukan berlebih

8) Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi


produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis
dan volume residu yang besar.

c. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan


muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :

1) Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih,


kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam
hari

2) Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan


mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam
bertambah hebat.

3) Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka
bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke
ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis. (Devi
213119121)
5. Patofisiologi Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel
berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan
respon sitokin. Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron
(DHT), DHT merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama
munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam
jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan
memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar
karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang mengakibatkan
14
aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih,
inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016).Penyebab BPH masih
belum jelas, namun mekanisme patofisiologinya diduga kuat terkait aktivitas
hormon Dihidrotestosteron (DHT).
Proses pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-buli dan
daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi
dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan
vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang
statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
( Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi
maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala
iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari
urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika
urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan
interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan
adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang
mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria ( Purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan
refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita
harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu
endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi
dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis

15
dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis (Karina 213119123,
Anggy 213119126, Ganjar 213119127)
6. Pengobatan Dari Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)
Pengobatan pembesaran prostat jinak tergantung pada usia dan kondisi
pasien, ukuran prostat, serta tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan
yang dapat dilakukan meliputi:
a. Perawatan Mandiri
Bila gejala yang dirasakan tergolong ringan, pasien bisa melakukan
penanganan secara mandiri untuk meredakan gejala, yaitu dengan:
1) Menghindari minum apapun satu atau dua jam sebelum tidur.
2) Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan
alkohol.
3) Membatasi konsumsi obat pilek yang mengandung dekongestan
dan antihistamin
4) Tidak menahan atau menunda buang air kecil.
5) Membuat jadwal untuk buang air kecil, misalnya tiap 4 atau 6
jam.
6) Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang
sehat.
7) Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam Kegel.
8) Mengelola stres dengan baik.
b. Obat – obatan
Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter
dapat meresepkan obat-obatan berikut:
1) Penghambat alfa, seperti tamsulosin, untuk memudahkan buang
air kecil.
2) Penghambat 5-alpha reductase seperti dinasteride atau
dutasteride, untuk menyusutkan ukuran prostat.

Penelitian menunjukkan bahwa obat untuk menangani disfungsi


ereksi, seperti tadalafil, juga bisa digunakan untuk mengatasi
pembesaran prostat jinak.

c. Operasi

16
Ada sejumlah metode operasi prostat yang bisa
digunakan dokter urologi untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, di
antaranya:

1) Transurethral resection of the prostate (TURP)

TURP merupakan metode operasi yang paling sering dilakukan


untuk mengangkat kelebihan jaringan prostat. Dalam prosedur
ini, jaringan prostat yang menyumbat diangkat sedikit demi
sedikit, menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui
lubang kencing.

2) Transurethral incision of the prostate (TUIP)


TUIP tidak mengangkat jaringan prostat, namun membuat
irisan kecil pada prostat agar aliran urine menjadi lancar.
Prosedur ini dilakukan pada pembesaran prostat yang ukurannya
kecil hingga sedang.

d. Metode pengobatan lainnya

Selain kedua prosedur di atas, jaringan prostat yang


menyumbat bisa dibakar dengan sinar laser atau diangkat melalui
operasi terbuka.Pengangkatan prostat melalui operasi terbuka
(prostatektomi) dilakukan apabila ukuran jaringan prostat sudah
sangat besar atau sudah terdapat kerusakan pada kandung kemih.
Dalam prosedur ini, prostat diangkat melalui sayatan yang dibuat di
perut. (Brilyan 213119129, Wisnu 213119122)

7. Pemeriksaan Pada Penyakit Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)


Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada pasien-pasien dengan
benign prostatic hyperplasia meliputi pemeriksaan abdomen dan colok dubur.
a. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen berupa inspeksi, palpasi, dan perkusi.
Inspeksi: benjolan pada regio suprapubik abdomen dapat menunjukkan adanya
buli-buli yang terisi

17
Palpasi: penekanan pada regio suprapubik dapat menimbulkan rasa ingin
miksi, pemeriksaan ballottement ginjal dapat menunjukkan adanya
hidronefrosis
Perkusi: suara redup jika buli-buli terisi
b. Colok Dubur
Colok dubur dilakukan untuk membedakan pembesaran prostat jinak atau
ganas. Pada benign prostatic hyperplasia, biasanya ditemukan prostat
membesar secara simetris pada lobus kanan dan kiri, konsistensi kenyal, dan
tidak ditemukan adanya nodul. Sedangkan, pada karsinoma prostat
konsistensinya keras, lobus tidak simetris, dan bernodul.[1,3,5]
c. Diagnosis Banding
Diagnosis banding benign prostatic hyperplasia antara lain adalah:
1) Sistitis
2) Prostatitis
3) Kanker prostat
4) Batu saluran kemih
5) Kandung kemih neurogenik/neurogenic bladder
6) Striktur urethra
7) Infeksi saluran kemih
d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada benign prostatic


hyperplasia berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi, uroflowmetri, dan
histologi.

e. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada benign prostatic


hyperplasia adalah:

1) Darah lengkap
2) Urinalisis: urin lengkap dan biakan urin
3) Serum kreatinin
4) Urea nitrogen darah/blood urea nitrogen (BUN)

18
5) Antigen prostat spesifik/prostate spesific antigen (PSA) untuk
diagnosis banding kanker prostat
f. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam menentukan ukuran atau


volume prostat. Modalitas yang dapat dilakukan antara lain adalah:

g. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG merupakan metode pilihan. USG dapat dilakukan secara


transabdominal atau transrektal. Pemerikaan ini dapat menentukan volume
prostat, adanya batu buli-buli, serta urin residual.

h. CT Scan

CT scan pelvis dapat membantu evaluasi ukuran prostat. Jika terjadi


pembesaran, diameter prostat pada potongan transversal umumnya berukuran
>5 cm.

i. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan ini sangat jarang dilakukan untuk kasus pembesaran prostat.

j. Pielogram Intravena/Intravenous Pyelography (IVP):

Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada benign prostatic hyperplasia dan
hanya dilakukan bila ada indikasi tertentu. Akan terlihat adanya indentasi pada
bagian dasar buli, elevasi trigonum buli, atau huruf “J” pada ureter distal
(gambaran mata pancing) saat buli terisi. Pada saat buli kosong, akan terlihat
sisa urin akibat obstruksi.

k. Uroflowmetri

Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis urologi untuk menilai


progresifitas benign prostatic hyperplasia dengan menilai laju urin saat miksi.
Hasil laju urin maksimum/maximum flow rate (Qmax) >20mL/detik dapat
meningkirkan kemungkinan benign prostatic hyperplasia pada pasien dengan
LUTS; akurasi 90%.

l. Histologi

19
Pemeriksaan histologi dapat dilakukan terutama untuk membedakan
hiperplasia maligna dan benigna. Biopsi pada benign prostatic hyperplasia
akan menunjukkan kombinasi antara hiperplasia stroma dan epitel, proliferasi
otot polos, fibroadenoma, atau trabekulasi buli dengan peningkatan kolagen.

( Ilham 213119114)

8. Cara Pencegahan Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)


Gangguan yang terjadi pada prostat bisa dicegah dengan mengubah
kebiasaan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi. Usahakan untuk mengonsumsi buah dan sayur yang
mengandung banyak likopen, seperti tomat. Jika Anda ingin mencegah kanker
prostat dengan mengonsumsi vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen,
sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter. Dokter akan menyarankan
suplemen apa yang dibutuhkan tubuh anda untuk menjaga kesehatan. Dan juga
dengan mencari tau dan menghindari apa-apa saja yang menjadi faktor resiko
pemicu timbulnya Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
Adapun jika sudah terlanjur merasakan tanda dan gejala, bahkan sudah
mengalami Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), maka pembesaran prostat
jinak tidak dapat dicegah. Upaya pencegahan yang bisa anda lakukan adalah
mencegah agar gejalanya tidak semakin memburuk, yaitu dengan perawatan
mandiri seperti:
a. Perawatan Mandiri
Bila gejala yang dirasakan tergolong ringan, pasien bisa melakukan
penanganan secara mandiri untuk meredakan gejala, yaitu dengan:
1) Menghindari minum apapun satu atau dua jam sebelum tidur.
2) Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan
alkohol.
3) Tidak menahan atau menunda buang air kecil.
4) Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang
sehat.
5) Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam Kegel.
6) Mengelola stres dengan baik.
b. Obat-obatan

20
Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter dapat
meresepkan obat-obatan berikut:
1) Penghambat alfa, seperti tamsulosin, untuk memudahkan buang
air kecil.
2) 5-alpha reductase, seperti finasteride atau dutasteride, untuk
menyusutkan ukuran prostat.
3) Penelitian menunjukkan bahwa obat untuk menangani disfungsi
ereksi, seperti tadalafil, juga bisa digunakan untuk mengatasi
pembesaran prostat jinak.
c. Operasi
Ada sejumlah metode operasi prostat yang bisa digunakan dokter
urologi untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, di antaranya:
1) Transurethral resection of the prostate (TURP)
TURP merupakan metode operasi yang paling sering dilakukan
untuk mengangkat kelebihan jaringan prostat. Dalam prosedur
ini, jaringan prostat yang menyumbat diangkat sedikit demi
sedikit, menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui
lubang kencing.
2) Transurethral incision of the prostate (TUIP)
TUIP tidak mengangkat jaringan prostat, namun membuat irisan
kecil pada prostat agar aliran urine menjadi lancar. Prosedur ini
dilakukan pada pembesaran prostat yang ukurannya kecil hingga
sedang.
d. Metode pengobatan lainnya
Selain kedua prosedur di atas, jaringan prostat yang
menyumbat bisa dibakar dengan sinar laser atau diangkat melalui
operasi terbuka. Pengangkatan prostat melalui operasi terbuka
(prostatektomi) dilakukan apabila ukuran jaringan prostat sudah
sangat besar atau sudah terdapat kerusakan pada kandung kemih.
Dalam prosedur ini, prostat diangkat melalui sayatan yang dibuat di
perut. Anda juga dapat mencegah kondisi semakin memburuk dengan
segera memeriksakan diri ke dokter begitu mengalami gejala
pembesaran prostat jinak. Dengan begitu, kondisi anda dapat segera
ditangani sebelum muncul komplikasi. (Nuridho 213119117)

21
I. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian (Alinda 213119115, Nadia 213119118)
1. Identitas Klien
Nama : Tn.X
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Identitas Penanggung Jawab
Tidak ditemukan data identitas penanggung jawab
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh sakit pada perut bagian bawah, klien juga mengeluh
tidak bisa buang air kecil
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sejak dua bulan terakhir buang air kecil tidak lancar,
kadang urinnya berwarna merah, klien juga mengeluh setiap buang air
kecil harus mengejan dan terasa nyeri di pinggang
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit prostat
d. Riwayat alergi
Tidak ditemukan data riwayat alergi
e. Riwayat keluarga
Tidak ditemukan data riwayat keluarga
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Tidak ditemukan data riwayat psikososial dan spiritual
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Tidak ditemukan data pola aktivitas sehari-hari
5. Terapi obat-obatan :
Tidak ditemukan data Terapi obat-obatan
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah :-
Respirasi :-
Nadi :-

22
Suhu :-
Skala Nyeri :-
b. Pemeriksaan Head to Toe :
1. Kepala
Tidak ditemukan data
2. Wajah
Tidak diemukan data
3. Hidung
Tidak ditemukan data
4. Mulut
Tidak ditemukan data
5. Telinga
Tidak ditemukan data
6. Leher
Tidak ditemukan data
7. Dada dan Paru-paru
Tidak ditemukan data
8. Jantung
Tidak ditemukan data
9. Abdomen
Perut bagian bawah membesar, menegang dan terasa nyeri
10. Ekstremitas Atas
Tidak ditemukan data
11. Ekstremitas Bawah
Tidak ditemukan data
A. Analisa Data

NO Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : BPH Gangguan
- mengeluh tidak ⬇ Eliminasi Urin
bisa buang air Penyempitan lumen
kecil ureter prostatika
- sejak dua bulan ⬇

23
terakhir buang air Obstruksi
kecil pasien tidak ⬇
lancar Retensi Urine
- pasien tidak ⬇
pernah Gangguan ekiminasi
mempunyai urine
riwayat penyakit
prostat
- sejak 5 jam
sebelum datang
ke rumah sakit,
air kencingnya
macet total
DO :
-

2. DS : BPH Nyeri Akut


- pasien juga ⬇
mengeluhkan Penyempitan lumen
setiap buang air uretra
kecil harus ⬇
mengejan dan Otot detrusor hipertrofi
terasa nyeri (fase kompensasi)
dipinggangnya ⬇
DO : Dekompensasi otot
- Perut bagian detrusor (otot melemah
bawah semakin tidka mampu kontraksi
membesar, lagi
menegang ⬇
Peregangan VU melebihi
kapasitas

Spasme otot spingter

24
Nyeri akut

B. Diagnosa Keperawatan (Risya 213119130)


1. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan Kapasitas
Kandung Kemih (SDKI D.0040)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (SDKI
D.0077)

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria


O (SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
Setelah dilakukan Manajemen eliminasi

1. Gangguan Eliminasi Urin tindakan keperawatan urine (1.04152)

berhubungan dengan selama 1x24 jam Observasi

Penurunan Kapasitas diharapkan eliminasi

Kandung Kemih yang di urine dapat teratasi - Identifikasi tanda


tandai dengan : dengan kriteria hasil : dan gejala retensi
atau inkontinensia
DS :
- Sensasi berkemih urine
- mengeluh tidak bisa
(Meningkat) - Identifikasi faktor
buang air kecil
- Desakan yang
- sejak dua bulan
berkemih menyebabkan
terakhir buang air
(Menurun) retensi atau
kecil pasien tidak
- Distensi kandung inkontinensia urine
lancar
kemih (Menurun) - Monitor eliminasi
- pasien tidak pernah
- Nokturia urine (mls.
mempunyai riwayat
(Menurun) Frekuensi,
penyakit prostat
- Enuresis konsistensi, aroma,
- sejak 5 jam sebelum
(Menurun) volume, dan
datang ke rumah
- Disurua warna)
sakit, air kencingnya

25
macet total Teraupetik
DO : - (Menurun)
- Frekuensi BAK - Catat waktu-waktu
(Membaik) dan haluaran
berkemih

(Dafariza 213119125) - Batasin asupan


cairan, jika perlu
- Ambil sampel
urine tengah
(midstream) atau
kultur
Edukasi

- Ajarkan tanda dan


gejala infeksi
saluran kemih
- Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
- Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi
minum menjelang
tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
(Reneitha 213119119)

26
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri

2. dengan Agen Pencedera tindakan keperawatan (1.08238)


Fisiologis yang di tandai selama 1x24 jam Observasi
dengan : diharapkan tingkat nyeri
DS : dapat teratasi dengan - Identifikasi lokasi,
- pasien juga kriteria hasil : karakteristik,
mengeluhkan setiap durasi, frekuensi,
buang air kecil harus - Keluhan nyeri intensitas nyeri
mengejan dan terasa (Menurun) - Identifikasi skala
nyeri dipinggangnya - Meringis nyeri
DO : (Menurun) - Identifikasi
- Perut bagian bawah - Gelisah respons nyeri non
semakin membesar, (Menurun) verbal
menegang - Frekuensi nadi - Identifikasi faktor
(Membaik) yang memperberat
- Pola napas dan memperingan
(Membaik) nyeri
- Tekanan darah - Identifikasi
(Membaik) pengetahuan dan
- Fungsi berkemih keyakinan tentang
(Membaik) nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah

27
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Teraupetik

- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(Mis.TENS,
Hipnosis,
Akupresur, Terapi
Music, Biofidback,
Terapi Pijat,
Aroma Terapi,
Teknk Imajinasi
Term-bimbing,
Kompres Hangat /
Dingin, Terapi
Bermain)
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (Mis. Suhu
ruangan,
Pencahayaan,
Kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan

28
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

- Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

29
30
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi tidak lancar
dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh
karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua pria mengalami
pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke atas. Meski begitu, tingkat
keparahan gejalanya bisa berbeda pada tiap penderita, dan tidak semua pembesaran
prostat menimbulkan masalah.
B. Saran
Bagi perawat, harus memahami tentang intervensi untuk menangani Pasien
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan untuk penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami kepada para
pembaca untuk bias memberi kritik dan ssaran yang bersifat membangun agar laporan
ini lebih sempurna.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. (2007) ‘Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak (Studi Kasus
di RS. Dr. Kariadi, RSI Sultan Agung, RS Roemani Semarang)’, Thesis, p. 124.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/19133/1/Rizki_Amalia.pdf.

Barrimi, M. et al. (2013) ‘Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)’, Encephale, 53(1), pp. 59–65.
Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.encep.2012.03.001.

Caesarea, P. S. (2017) ‘Anatomi Fisiologi Benign Prostat Hyperplasia’, Benigna Prostate


Hiperplasia (BPH), 1(3), pp. 7–39.

Darmawan, Josephine. 2021. Diagnosis Benign Prostatic Hyperplasia. [online]. Tersedia:


https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/benign-prostatic-
hyperplasia/diagnosis[2021, Juni 08].

Felicia (2021) ‘Intravesical Prostatic Protrusion sebagai Faktor Risiko Terjadinya Batu
Kandung Kemih pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia: Telaah Sistematis’, The
University Institutional Repository Universitas Sumatera Utara, pp. 1–57.

Permadi, B. A. (2014) ‘Benign Prosta Hiperplasia’, Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(18), pp. 8–
23.

Willy, Tjin. 2019. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia). [online]. Tersedia:


https://www.alodokter.com/bph-benign-prostatic-hyperplasia[2021, Juni 08].

32

Anda mungkin juga menyukai