Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Koordinator: Argi Virgona Bangun, S.Kp., M.Kep

Kelompok G
Leader : Dafariza Arkhabi 213119125
Scriber 1 : Karina Oktaviani 213119123
Scriber 2 : Devi Puspitasari 213119121
Anggota:

Ilham Febriansyah 213119114 Wisnu Setiawan 213119122


Alinda Nirbaya 213119115 Airin Juliana Tri N 213119124
Arvica Widya A 213119116 Anggy Rizky A 213119126
Nuridho Hayati 213119117 Ganjar Tresna 213119127
Nadia Rahmatunnisa 213119118 Abiyyu Hilmi R 213119128
Reneitha Esa A 213119119 Brilyan Rahmadani 213119129
ReizihanFadhilah 213119120 Risya Novita Santiani 213119130

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
pada saat ini.
Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga dan komunitas dalam mencapai memelihara dan menyembuhkan kesehatan yang
optimal dan berfungsi.
Makalah ini telah kami kerjakan dengan bantuan internet, kamus kedokteran, jurnal
keperawatan serta beberapa buku sumber keperawatan lainnya. Dengan adanya bantuan dari
berbagai bentuk sumber diharapkan dapat mempermudah mendapat informasi yang penting
tentang Keperawatan Medikal Bedah. Dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Cimahi, 15 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Batasan Masalah..............................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
D. Tujuan.............................................................................................................................2
E. Metode Penyusunan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Skenario Kasus................................................................................................................4
B. Step 1 : Klasifikasi Masalah............................................................................................4
C. Step 2 : Identifikasi Masalah...........................................................................................5
D. Step 3 : Analisa Kasus.....................................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua
terbesar di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroid suatu penyakit yang tidak menular
yang dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari penyebab penyakit
kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon
tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid.
Kelebihan suatu hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai
fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani,
2013).
Prevalensi kasus hipertiroid banyak ditemukan pada seluruh populasi.
Berdasarkan data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan
12,8% laki-laki dan 14% perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukkan
kecurigaan adanya hipertiroid, meskipun secara persentase kecil namun secara
kuantitas cukup besar. Pada provinsi jawa tengah prevalensi yang terdoagnosis
hipertiroid 0,5% (Infodantin, 2015). Proporsi segmen masyarakat kota semarang
khususnya yang mengonsumsi 300 μg/L atau lebih, cukup besar yaitu 47,8 persen
(Riskesdas, 2007). Konsumsi iodium di atas 300 μg/L berisiko hipertiroid yang dipicu
oleh iodium (Iodine Induced Hyperthyroid, IIH). Hasil pemeriksaan di Indonesia
sudah banyak yang memiliki kadar iodium dalam urine >300 μg/L, artinya memiliki
kecenderungan menderita hipertiroid (Supadmi dkk, 2007) .
Meningkatnya kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan seorang
pasien dalam menjalani suatu terapi. Kepatuhan merupakan suatu sikap pasien
mengikuti instruksi penggunaan obat. Kepatuhan meliputi kebiasaan yang
berhubungan dengan kesehatan tentang penggunaan obat berdasarkan resep (WHO,
2003). Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat merupakan aspek utama dalam
penanganan penyakit-penyakit kronis, memperhatikan kondisi-kondisi tersebut diatas,
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat harian menjadi salah satu fokus dalam
mencapai derajat kesehatan pasien, dalam hal ini perilaku ini dapat dilihat dari sejauh
mana pasien mengikuti atau mentaati perencanaan pengobatan yang telah disepakati

1
oleh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan sasaran-sasaran terapeutik
(Frain dkk, 2009).
Menurut Uchida dkk (2014) Penggunaan obat Amiodarone dapat
menyebabkan hipertiroid sebesar 20,1%-37,8%. Saranya dkk (2016) menyebutkan
bahwa kepatuhan penggunaan obat pasien dengan gangguan tiroid pada hipertiroid
dan hipotiroid kepatuhannya sebesar 30%, kemudian menurut Siswanto dkk (2015)
bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pasien TB paru dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam minum obat anti tuberkulosis di
Puskesmas Andalas Kota Padang. Berdasarkan uraian di atas masih sedikit penelitian
terkait dengan penyakit hipertiroid sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara kepatuhan penggunaan obat terhadap keberhasilan
terapi pada pasien Hipertiroid di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pasien Hipertiroid di Rumah Sakit Umum
Daerah Tugurejo Semarang.

B. Batasan Masalah
Laporan diskusi ini membahas tentang:
a. Step 1 : Klasifikasi masalah
b. Step 2 : Identifikasi masalah
c. Step 3 : Analisa Kasus

C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit tersebut!
2. Jelaskan tujuan dari pemeriksaan diagnostik pada kasus diatas!
3. Analisis peran dan fungsi perawat yang sesuai dengan kasus diatas!
4. Buat rencana asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan!

D. Tujuan
1. Mahasisawa mampu mengetahui patofisiologi dari penyakit tersebut
2. Mahasisawa mampu mengetahui tujuan dari pemeriksaan diagnostic
3. Mahasisawa mampu mengetahui peran dan fungsi perawat
4. Mahasisawa mampu mengetahui dan membuat rencana asuhan keperawatan

2
E. Metode Penyusunan
a. Studi Pustaka
Yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-
buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan dasar
terhadap materi yang dihadapi.
b. Pencarian dari Internet
Yaitu penelusuran dari berbagai macam web yang mengenai materi tentang
tata tulis karya ilmiah yang ada di internet untuk memperoleh materi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Skenario Kasus
Seorang perempuan berusia 36 tahun, mengeluh terdapat benjolan di leher depan yang
semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu. Tidak ada keluhan nyeri menelan,
perubahan suara ataupun gangguan pernafasan. Pasien juga tidak mengeluh berdebar-
debar, banyak keringat dan perubahan berat badan. Pada leher depan teraba nodul
berukuran 5x4 cm, berbatas tegas, tidak nyeri tekan dan turut bergerak saat menelan.
Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid, USG
tiroid, sidik tiroid (thyroid scintigraphy) dan pemeriksaan aspirasi jarum halus.
Hasil sitologi yang diperoleh menunjukan tidak didapatkannya sel ganas, sehingga
pasien diberikan terapi hormone tiroksin sambil dimonitor fungsi tiroidnya. Pasien
juga diingatkan bahwa jika nodulnya makin membesar maka perlu dilakukan operasi
tiroidektomi. Mendengar penjelasan dokter, pasien merasa cemas menghadapi
kemungkinan akan dilakukannya tindakan operasi.

B. Step 1 : Klasifikasi Masalah


Pertanyaan
1. Sidik tiroid (Airin 124)
2. Hormon tiroksin (Devi 121)
3. Operasi tiroidektomi (Alin 115)

Jawaban

1. Pemeriksaan thyroid scintigraphy atau sidik tiroid merupakan pemeriksaan


fungsional aktivitas kelenjar tiroid. Saat ini, sering dilakukan menggunakan Tc-
99m pertechnetate (Arvica 116)
2. Hormon tiroksin adalah jenis hormon utama yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid
untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Hormon ini juga sering disebut sebagai
hormon T4. Hormon T4 memegang cukup banyak peranan penting untuk
kesehatan, termasuk:

4
a. Mengatur pembakaran kalori di tubuh, sehingga bisa memengaruhi kenaikan
dan penurunan berat badan
b. Memperlambat atau mempercepat detak jantung
c. Meningkatkan atau menurunkan suhu tubuh
d. Mengatur kecepatan pencernaan makanan
e. Mengontrol kontraksi otot
f. Mengatur kecepatan pergantian sel mati (Reizihan 120)
3. Tiroidektomi atau operasi tiroid adalah prosedur pengangkatan kelenjar tiroid.
Operasi ini bisa mengangkat seluruh maupun sebagian kelenjar tiroid. Seberapa
banyak kelenjar tiroid yang diangkat saat tiroidektomi akan tergantung pada penyebab
diperlukannya pembedahan. Bila hanya sebagian kecil yang harus diangkat, kelenjar
tiroid masih dapat berfungsi normal pascabedah. Namun jika pengangkatan harus
dilakukan pada seluruh atau sebagian besar kelenjar tiroid, mungkin butuh
pengobatan hormon tiroid secara rutin untuk menggantikan fungsi tiroid yang normal.
(Karina 123)

C. Step 2 : Identifikasi Masalah


1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit tersebut!
2. Jelaskan tujuan dari pemeriksaan diagnostik pada kasus diatas!
3. Analisis peran dan fungsi perawat yang sesuai dengan kasus diatas!
4. Buat rencana asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan!

D. Step 3 : Analisa Kasus


1. Patofisiologi

Riwayat keluarga, daerah endemis, defesiensi yodium

Menghambat pembentukan hormon

Gangguan sekresi toksin

5
Peningkata kerja kelenjar tiroid

Hyperplasia tiroid

Kurang pengetahuan

Koping tidak efektif

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan

(Ilham 114, Karin 123, Alinda 115)

2. a. USG Thyroid
Pemeriksaan ultrasonografi tiroid atau USG tiroid merupakan suatu pencitraan
yang umum digunakan untuk mendeteksi nodul tiroid, kanker tiroid dan
metastasisnya, serta evaluasi pascaoperasi tiroid. USG tiroid merupakan baku
emas pencitraan tiroid, di mana resolusi spasialnya sangat baik untuk menilai
struktur anatomis yang superfisial, hemat biaya, dan memiliki komplikasi
prosedural yang kecil. Pemeriksaan USG tiroid juga dapat memandu pengambilan
sampel sel dan jaringan tiroid untuk kepentingan investigasi sitologi, biokimia,
molekular, dan genetik dengan menggunakan teknik fine needle aspiration biopsy
(FNAB). Selain berfungsi sebagai alat diagnostik, USG tiroid juga mempunyai
peran dalam terapeutik, yakni sebagi panduan untuk melakukan pungsi nodul
tiroid atau injeksi obat ke dalam lesi tiroid.
USG tiroid merupakan pemeriksaan yang aman, tidak merusak jaringan, tidak
menghasilkan radiasi, dan tidak memakai bahan kontras yang mengandung
yodium. Oleh karena itu, prosedur ini tidak memiliki kontraindikasi. Selain itu,
USG tiroid juga memiliki sensitivitas yang baik, meskipun spesifisitasnya sedang,

6
sehingga dapat digunakan unutk menentukan ganas tidaknya suatu nodul tiroid.
Keunggulan lain USG tiroid adalah harganya terjangkau serta pengoperasian yang
mudah dan cepat. Kelemahan USG tiroid adalah tidak dapat menembus tulang dan
kartilago, reprodusibilitasnya yang rendah, memerlukan operator yang
berpengalaman dan ahli, serta terdapatnya perbedaan kinerja dan pengaturan
peralatan. USG tiroid juga tidak dapat menilai fungsi tiroid, apakah kelenjar tiroid
dalam keadaan hipotiroid, hipertiroid, atau normal.
Pemeriksaan USG tiroid tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien perlu
diedukasi mengenai tujuan tindakan, prosedur, dan follow up setelah pemeriksaan.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah interpretasi hasil USG tiroid harus
dengan mempertimbangkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik tiroid, penyakit
komorbid, dan hasil pemeriksaan lainnya, untuk menunjang diagnosis dan terapi
yang tepat.
b. Pemeriksaan Laboratorium Fungsi Tiroid
Tes fungsi tiroid adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa baik fungsi dari kelenjar tiroid. Tes fungsi tiroid meliputi
T3, T3RU, T4, dan TSH. Tiroid menghasilkan dua hormon utama,
yaitu triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Tes T4 dan TSH adalah dua
tes fungsi tiroid yang paling umum dan biasanya dilakukan bersamaan. Tes T4
dikenal juga dengan tes tiroksin. Tingkat T4 yang tinggi menunjukkan bahwa
tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme). Gejalanya meliputi rasa cemas, berat
badan turun, tremor, hingga diare. Sedangkan, tes TSH dilakukan untuk
mengukur tingkat hormon perangsang tiroid dalam darah. TSH yang normal
berada antara 0,4 dan 4,0 miliinternational unit hormon per liter darah
(mIU/L). Jika Kamu menunjukkan gejala hipotiroidisme dan TSH di atas 2,0
mIU/L, maka Kamu berisiko terhadap hipotiroidisme.  Tes T3 dilakukan untuk
memeriksa kadar hormon triiodothyronine dan biasanya dilakukan jika tes T4
dan TSH mengarah ke hipertiroidisme. Tes T3 ini dilakukan jika Kamu
menunjukkan gejala kelanjar tiroid yang terlalu aktif. Kisaran normal untuk
T3 ialah 100-200 nanogram hormon per desiliter (ng/dL). Kadar yang tinggi
akan mengindikasikan ke penyakit Grave yang merupakan gangguan autoimun
terkait dengan hipertiroidisme. Selain itu, ada juga tes T3 Resin Uptake
Results (T3RU). Tes ini untuk mengukur kapasitas pengikatan hormon yang
disebut thyroxin-binding globulin (TBG). Jika kadar T3 tinggi, maka kapasitas

7
pengikatan TBG harus rendah. Kadar TBG yang rendah dan abnormal sering
menunjukkan masalah dengan ginjal atau tubuh tidak mendapatkan cukup
protein. Tingginya kadar TBG yang abnormal menunjukkan tingginya kadar
estrogen dalam tubuh.
Jika tes darah menunjukkan bahwa kelenjar tiroid terlalu aktif atau kurang
aktif, dokter akan menyarankan untuk melakukan tes lainnya. Oleh karena itu,
jika Kamu mengalami gejala tertentu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi
dengan dokter untuk mendapat diagnosis dan penanganan yang tepat.
c. Sidik Thyroid
Thyroid scintigraphy atau sidik tiroid merupakan salah satu pemeriksaan
fungsional di Kedokteran Nuklir dengan indikasi menilai aktivitas kelenjar tiroid.
Pemeriksaan fungsional berbeda dari pemeriksaan morfologi, seperti
ultrasonografi (USG). Pemahaman dasar mengenai metabolisme iodin, fisiologi,
dan patofisiologi tiroid penting dalam menginterpretasi sidik tiroid.
d. Indikasi Thyroid Scintigraphy
Thyroid scintigraphy atau sidik tiroid dapat digunakan untuk evaluasi ukuran
dan lokasi jaringan tiroid, evaluasi dan diagnosis banding hipertiroid,
pemeriksaan fungsi nodul tiroid yang ditemukan dari pemeriksaan fisik tiroid atau
pemeriksaan lain, evaluasi hipertiroid klinis dan subklinis, evaluasi struma
multinodular dengan kecurigaan nodul hipofungsi/dingin, serta evaluasi tiroid
ektopik dan hipotiroid kongenital.
e. Prosedur dan Persiapan Pemeriksaan Thyroid Scintigraphy
Kualitas citra dari pemeriksaan thyroid scintigraphy atau sidik tiroid dapat
dipengaruhi oleh jumlah asupan iodin. Asupan iodin 1 mg/hari selama 2 minggu
akan meniadakan penangkapan Tc-99m pertechnetate oleh sel folikel tiroid,
sedangkan asupan iodin tunggal lebih dari 30 mg akan menekan penangkapan Tc-
99m pertechnetate menjadi minimal. Beberapa zat, obat, dan makanan yang harus
dihindari sebelum melakukan pemeriksaan sidik tiroid.
Sebelum dilakukan pemeriksaan sidik tiroid, petugas Departemen Kedokteran
Nuklir akan mendokumentasi gejala, tanda, hasil pemeriksaan penunjang lain,
dan riwayat pengobatan. Selain itu dokter spesialis kedokteran nuklir akan
melakukan pemeriksaan fisik berupa palpasi kelenjar tiroid, terutama untuk kasus
pasien dengan nodul tiroid. Semua dokumentasi ini diperlukan untuk
menginterpretasi hasil pemeriksaan sidik tiroid, dan menjawab pertanyaan klinis.

8
Pasien harus melaporkan bila sedang hamil, mengalami keterlambatan
menstruasi, atau menyusui, karena memerlukan edukasi tambahan atau mengganti
jenis pemeriksaan misalnya dengan USG tiroid.
Tidak diperlukan puasa untuk pemeriksaan sidik tiroid menggunakan Tc-99m
pertechnetate sebagai radiofarmaka. Pencitraan dilakukan 15–20 menit pasca
penyuntikkan 2–4 mCi Tc-99m pertechnetate secara intravena. Pencitraan
dilakukan dengan kamera gamma pada leher pasien yang diposisikan
hiperekstensi selama 5–10 menit. (Reinetha 190 & Dafariza 125)
3. Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengartuhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhann dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Disini perawat memberikan asuhan keperawatan dasar, apa-apa saja hal yang
harus diperhatikan seperti dikaji keluhan klien seperti apa, perasaan dan
kondisi umumnya seperti apa, kemudian adakah riwayat penyakit
sebelumnya, sehingga perawat tau diagnosa apa yang akan diberikan kepada
klien dan tindakan atau pengobatan apa yang selanjutnya akan diberikan.
b. Peran Perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.

9
Disini perawat harus memberikan penjelasan kepada klien dan juga
keluarganya atas tindakan-tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, dan jika
ada kemungkinan akan dilakukannya tindakan operasi kedepannya, juga
memberikan hak kepada klien dan keluarga untuk mengambil keputusan.
Perawat juga harus meyakinkan atau menjelaskan kepada klien dan keluarga
tentang bagaimana hak-hak yang sudah disebutkan sebelumnya, sehingga bisa
meyakinkan dan mengurangi rasa cemas dari klien dan keluarga.
c. Peran Perawat sebagai Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
Perawat disini memberikan pengetahuan atau penjelasan mengenai gejala-
gejala yang dirasakan klien akan berdampak seperti apa jika tidak dilakukan
penanganan segera, lalu bagaimana tindakan pengobatan atau kemungkinan
operasi akan dilakukan, sehingga klien bisa mendapat gambaran dan bisa
sedikit mempertimbangkan keputusan bahkan bisa mengurangi rasa cemasnya.
d. Peran Perawat sebagai coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
Merencanakan dan menentukan tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan
kedepannya untuk klien itu sendiri, agar hasil yang didapat bisa baik dan
maksimal dan meminimalisir adanya kesalahan tindakan.
e. Peran Perawat sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Disini, ketika kemungkinan nanti klien dilakukan operasi maka perawat secara
pasti akan bekerja sama dengan dokter dan perawat lain bahkan profesi lain
seperti ahli gizi untuk menstabilkan kembali mengatur pola makan dan
menyeimbangkan kembali berat badan klien selama merasa sakit. Perawat dan

10
profesi lain harus bekerja sama dengan baik dan bertukar pendapat untuk
mendapatkan hasil yang terbaik yang akan diberikan kepada klien.
f. Peran Perawat sebagai Konsultan
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
Dalam hal ini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap apa yang
menjadi masalah ataupun tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan
kepada klien. Peran ini bisa dilakukan atas permintaan klien sendiri.
g. Peran Perawat sebagai Pembaharuan
Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan
yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan. Tentu hal tersebut harus sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan kepada klien.
Selain peran perawat berdasarkan konsirsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian
peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983, yang membagi
empat peran perawat:
a. Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan
masalah yang disebut proses keperawatan.
b. Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan
Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk
desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.
c. Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola,
perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan
keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan sistem pelayanan

11
keperawatan. Secara umum, pengetahuan perawat tentang fungsi, posisi,
lingkup kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pelaksana belum maksimal.
d. Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan
Sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan, perawat
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip
dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Penelitian di dalam bidang keperawatan berperan dalam mengurangi
kesenjangan penguasaan teknologi di bidang kesehatan, karena temuan
penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan
memajukan profesi keperawatan.

Fungsi Perawat

Fungsi utama dari seorang perawat adalah untuk membantu pasien dalam
kondisi sakit ataupun sehat. Hal tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan
melalui pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

a. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.
Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul
dari tindakan yang diambil.
1) Mengkaji seluruh sejarah kesehatan klien dan keluarganya juga menguji
secara fisik untuk menentukan status kesehatan umum klien seperti apa.
2) Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin akan dilakukan
unuk memelihara atau memperbaiki kesehatan klien seperti apa.
3) Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari, serta diberikan
perencanaan atau solusi jika klien mengalami kesulitan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
4) Mendorong untuk berperilaku secara positif untuk kedepannya.
b. Fungsi Dependen

12
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter,
seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh
karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter.
Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter, dengan
menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi mandiri perawat yang tidak
tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan untuk memenuhi KDM. Contohnya seperti diatas.
c. Fungsi Interdependen (kolaborasi)
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan
lainnya berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya
tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai
sesama tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai
kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai
dengan bidang ilmunya. Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi fokus upaya
pelayanan kesehatan. (Nuridho 117, Anggi 126, Ganjar 127)
4. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian ( Reizihan 120, Airin 124, Arvica 116)
1. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Identitas Penanggung Jawab
Tidak ditemukan data identitas penanggung jawab
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh terdapat benjolan di leher depan yang semakin
membesar
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Seorang perempuan berusia 36 tahun, mengeluh terdapat benjolan di
leher depan yang semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu.

13
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ditemukan data penyakit dahulu
d. Riwayat alergi
Tidak ditemukan data riwayat alergi
e. Riwayat keluarga
Tidak ditemukan data riwayat keluarga
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Tidak ditemukan data Riwayat psikososial dan spiritual
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Tidak ditemukan data pola aktivitas sehari-hari
5. Terapi obat-obatan :
Hormon Tiroksin
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah :-
Respirasi :-
Nadi :-
Suhu :-
Skala Nyeri :-
b. Pemeriksaan Head to Toe :
1. Kepala
Tidak ditemukan data
2. Wajah
Tidak diemukan data
3. Hidung
Tidak ditemukan data
4. Mulut
Tidak ditemukan data
5. Telinga
Tidak ditemukan data
6. Leher
terdapat benjolan di leher depan yang semakin membesar
7. Dada dan Paru-paru
Tidak ditemukan data

14
8. Jantung
Tidak ditemukan data
9. Abdomen
Tidak ditemukan data
10. Ekstremitas Atas
Tidak ditemukan data
11. Ekstremitas Bawah
Tidak ditemukan data
A. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


1. USG tiroid Tidak ada sel ganas 0,4 - 4,0 mikroIU/ml
Tidak ada sel ganas Gambaran sidik tiroid
2. Sidik Tiroid
normal akan
(Tyroid
menunjukan distribusi
Scintigraphy)
aktivitas homogen dari
kelenjar tiroid berbentuk
seperti kupu-kupu.
3. Aspirasi jarum Tidak ada sel ganas Diliat adanya tumor atau
halus tidak

B. Analisa Data (Devi 121, Risya 130, Brilyan 129)

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Riwayat keluarga, daerah Ansietas D.0080
endemis, defisiensi yodium Ansietas berhubungan
Klien merasa cemas
⬇ dengan Rencana Operasi
menghadapi kemungkinan
Menghambat pembentukan
akan dilakukan tindakan
hormon
operasi jika nodulnya

semakin membesar
Gangguan sekresi toksin
DO : - ⬇
Peningkatan kadar TSH

15
Peningkatan kerja kelenjar
tiroid

Hyperplasia tiroid

Kurang pengetahuan

Koping tidak efektif

Ansietas

C. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan Rencana Operasi

D. Intervensi Keperawatan (Abiyyu 128, Wisnu 122, Nadia 118)

No Diagnosa Tujuan / Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ansietas berhubungan SLKI : Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
(L.09093)
dengan Rencana Operasi (I.09314)
ditandai dengan : a) Verbalisasi khawatir Observasi
akibat kondisi yang
dihadapi (Skala 2 - Identifikasi saat
DS : cukup meningkat)
b) Perilaku gelisah tingkat anxietas
Klien merasa cemas
(Skala 2 cukup berubah (mis.
menghadapi kemungkinan meningkat)
Kondisi, waktu,
akan dilakukan tindakan c) Perilaku tegang
(Skala 3 sedang) stressor)
operasi jika nodulnya
d) Anoreksia (Skala 4 - Identifikasi
semakin membesar cukup menurun)
e) Frekuensi kemampuan
pernafasan (Skala 2 mengambil
cukup meningkat)
keputusan
f) Frekuensi nadi
(Skala 3 sedang) - Monitor tanda
g) Diaforesis (Skala 1 anxietas (verbal
meningkat)

16
h) Pucat (Skala 3 dan non verbal)
sedang)
i) Konsentrasi (skala 3 Terapeutik
sedang)
j) Pola tidur (Skala 3 - Ciptakan suasana
sedang)
terapeutik untuk
k) Perasaan
Keberdayaan (Skala menumbuhkan
2 cukup memburuk) kepercayaan
- Temani pasien
untuk
mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
- Pahami situasi
yang membuat
anxietas
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Gunakan
pedekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

17
Edukasi

- Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan,
untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih
penggunaan
mekanisme

18
pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik
relaksasi

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian obat
anti anxietas, jika
perlu

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua
terbesar di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroid suatu penyakit yang tidak menular
yang dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari penyebab penyakit
kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon
tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid.
Kelebihan suatu hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai

19
fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani,
2013).
B. Saran
Bagi perawat, harus memahami tentang intervensi untuk menangani Pasien
Hipertiroid dan untuk penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bias
memberi kritik dan ssaran yang bersifat membangun agar laporan ini lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). ((cetakan II) 1 ed).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia: Jakarta Selatan

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). ((cetakan II) 1 ed).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Indonesia: Jakarta Selatan

PPNI, T. P. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). (1 ed). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia: Jakarta Selatan

20
Dewi, I. (no date) Peran Thyroid Scintigraphy dalam Mendiagnosis Kelainan Tiroid -
Alomedika. Available at: https://www.alomedika.com/peran-thyroid-scintigraphy-
dalam-mendiagnosis-kelainan-tiroid (Accessed: 15 June 2021).Hertiwi, N. (2020)
Fungsi Hormon Tiroksin untuk Kesehatan Tubuh. Available at:
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-fungsi-hormon-tiroksin-di-tubuh-dan-
gangguannya (Accessed: 15 June 2021).

Indah, J. (2020) Operasi Tiroid (Tiroidektomi): Fungsi, Prosedur, dan Komplikasi. Available
at: https://www.sehatq.com/tindakan-medis/operasi-tiroid (Accessed: 15 June 2021).

Wachid, A. (2011) Peran dan Fungsi Perawat - Education Articles. Available at:
http://prasko17.blogspot.com/2011/05/peran-dan-fungsi-perawat.html (Accessed: 15
June 2021).

21

Anda mungkin juga menyukai