Di susun
Oleh :
SAP
Satuan Acara Penyuluhan Rehabilitasi pasca fraktur (SAP)
Topik/materi : Mobilisasi fisik
Sub pokok bahasan : latihan gerak Rom aktif dan pasif
Sasaran : Keluarga dan pasien yang mengalami Hambatan mobilitas
karena Fraktur
Waktu : 08.00-11.20
Hari/Tgl :Rabu, 12-12-2018
Tempat : Stikes Widyagama Husada
Pemateri :
1. Kadek Dicky Nugraha
2. Kristoforus kalli Ngara
3. Moh Maulana Fahcrur Rozy
4. Martha Yeni Koro
5. Sarciani Surhatini Kase
6. Windy Intan L
7. Yosinta Rangga Bela
A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur femur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang paha yang
ditandai adanya deformitas yang jelas yaitu pemendekan tungkai yang
mengalami fraktur dan hambatan mobilitas fisik yang nyata (Muttaqin, 2008).
Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma langsung, tekanan yang berulang-
ulang, dan kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) (Salamon dkk,
1995). Fraktur terbagi atas fraktur komplet, fraktur tidak komplet, fraktur tertutup,
fraktur terbuka, dan fraktur patologis. Fraktur bisa terjadi didaerah cranium,
thorak, pelvis, anggota gerak atas, dan anggota gerak bawah. Prinsip
penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, pengembalian fungsi, dan
kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi dapat dilakukan secara terbuka
maupun tertutup. Reduksi terbuka (open reduksi) dilakukan melalui pembedahan
Pendidikan dan Promosi Kesehatan STIKES Widayagama Husada Malang 2018
dengan cara memasukkan alat fiksasi berupa plat, screw, wire atau pin kedalam
tulang. Fiksasi dapat dilaksanakan secara interna maupun ekterna, tergantung
dari bentuk frakturnya (Smeltzer & Bare, 2002).
Rentang gerak (Range of Motion) adalah pergerakan maksimal yang
mungkin dilakukan oleh sendi tersebut (Kozier dkk, 2010). Rentang gerak
merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah
satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transversal (Potter & Perry,
2005). Untuk mempertahankan dan meningkatkan gerakan sendi, latihan rentang
gerak harus dimulai segera mungkin setelah pembedahan, lebih baik dalam 24
jam pertama dan dilakukan di bawah pengawasan untuk memastikan bahwa
mobilisasi dilakukan dengan tepat serta dengan cara yang aman (Smeltzer &
Bare, 2002), tapi ini belum berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan
karena adanya perasaan nyeri akibat dari tindakan pembedahan yang dilakukan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2006), setelah dilakukan rentang
gerak aktif pada pasien post operasi fraktur femur 1/3 medial dextra dengan
pemasangan plate dan screw, sebanyak 6 kali latihan didapatkan
TUJUAN :
1. Tujuan intruksional umum:
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, Klien dan keluarganya
diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang Gerakan ROM,
tujuan dari Gerakan ROM, prinsip Gerakan ROM, klasifikasi Gerakan
ROM, dan cara Gerakan ROM baik aktif maupun pasif
D. Metode :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media :
1. Leaflet
F. Pengoganisasia
1. Penanggung jawab :
2. Moderator :
3. Penyaji :
4. Fasilitator :
H. Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dan penyaji materi penyuluhan dipersiapkan dari sebelum
kegiatan
Kesiapan SAP.
Kesiapan media: Leaflet.
2. Evaluasi Proses
Klien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
Waktu sesuai dengan rencana (15 menit)
3. Evaluasi Hasil
Mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali pengertian gerakan
ROM
Keluarga dan pasien mengetahui tentang tujuan dilakukan ROM
Keluarga dan pasien mengetahui prinsip dari gerakan ROM
Jenis pertanyaan:Lisan
Jumlah 2 soal
Pertanyaan :
1. Apa pengertian Rehabilitasi pasca fraktur
Pendidikan dan Promosi Kesehatan STIKES Widayagama Husada Malang 2018
(Pemateri)
MATERI
A. Pengertian ROM
Latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
D. Kontra indikasi
1. Kelainan sendi atau tulang
2. Nyeri hebat
3. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak
Pendidikan dan Promosi Kesehatan STIKES Widayagama Husada Malang 2018
F. Klasifikasi ROM
1. Gerakan ROM Pasif
Latihan ROM yang dilakukan dengan bantuan perawat setiap gerakan.
Indikasinya adalah pasien semi koma dan tidak sadar, pasien usia lanjut dengan
mobilisasi terbatas, pasien tirah baring total, atau pasien dengan paralisis.
Gerakan yang dapat dilakukan meliputi
Fleksi : Gerakan menekuk persendian
Ekstensi : yaitu gerakan meluruskan persendian
Abduksi :gerakan satu anggota tubuh ke arah mendekati aksis tubuh
Adduksi : gerakan satu anggota tubuh ke arah menjauhi aksis tubuh
Rotasi : gerakan memuatar melingkari aksis tubuh
Pronasi : gerakan memutar ke bawah
Supinasi :gerakan memutar ke atas
Inversi : gerakan ke dalam
Eversi : gerakan ke luar
DAFRAT PUSTAKA
Pendidikan dan Promosi Kesehatan STIKES Widayagama Husada Malang 2018
Perry, Peterson dan Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar ; Alih
bahasa, Didah Rosidah, Monica Ester ; Editor bahasa Indonesia, Monica Ester – Edisi 5.
Jakarta, EGC
Meltzer, Suzanne C &Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Surratun dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC