Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

KASUS
LIKEN SIMPLEKS KRONIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa Banda Aceh Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Oleh

Rini Juwita
20174019

Pembimbing :

dr. Surya Nola, Sp. KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT, pencipta
alam dan semesta, penguasa isi jagat raya, pemberi kebahagiaan serta tidak pernah
memberikan limpahan taufiq, nikmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Liken Simpleks Kronik”.
Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat serta pengikut ajaran beliau hingga akhir jaman.
Laporan kasus ini sebagai rangkaian untuk memenuhi tugas akhir kegiatan
Kepaniteraan Klinik di bagian ilmu penyakit neurologi Fakulltas Kedokteran
Universitas Abulyatama di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa periode April
2021. Laporan kasus ini juga diperuntukkan guna menambah pengetahuan.
Dalam penulisan laporan kasus ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada pembimbing, dr. Surya Nola, Sp.KK, yang telah membimbing
sehingga terselesaikannya tugas ini. Penulis juga berterima kasih kepada berbagai
pihak yang turut membantu dalam pembuatan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa penyajian tugas ini jauh dari sempurna. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan dalam penulisan ini.
Kritik dan saran sangat Penulis harapkan dari Pembaca untuk kesempurnaan
penulisan ini. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 24 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I LAPORAN KASUS....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Liken Simpleks Kronik..................................................................................................
2.1.1 Defenisi Liken Simpleks Kronik...............................................................
2.1.2 Epidemiologi Liken Simpleks Kronik.......................................................
2.1.3 Etiopatogenesis Liken Simpleks Kronik...................................................
2.1.4 Gejala Klinis Liken Simpleks Kronik......................................................
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Liken Simpleks Kronik................................................
2.1.6 Diagnosis Liken Simpleks Kronik.............................................................
2.1.7 Diagnosis Banding Liken Simpleks Kronik..............................................
2.1.8 Penatalaksaan Liken Simpleks Kronik......................................................
2.1.9 Komplikasi Liken Simpleks Kronik..........................................................
2.1.9 Prognosis Liken Simpleks Kronik..............................................................
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................
BAB IV DAFTAR PUSTAKA................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Amriah
Umur : 46 Tahun
No. RM : 143115
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/Suku : Aceh
Kawin/Tdk Kawin : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Kegemaran : Memasak
Alamat : Lam ara, Ketapang
Agama : Islam

2.2 Anamnesis :

Keluhan Utama:
Gatal ditelapak dan sel jari kaki

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Tiga bulan yang lalu timbul ruam kemerahan, papul, edema, selanjutnya lesi berubah seperti
terjadi penebalan, skuama, lesi berwarna hitam dan disertai gatal ditelapak dan sela jari kaki sebelah
kiri. Penderita mengatakan sering melakukan garukan berulang pada saat tidur. Sudah diberi obat
dari poliklinik dicempaka lima hasilnya keluhan subjektif hilang tetapi keluhan objektif tidak.
Beberapa minggu rasa gatal muncul lagi karena pasien tidak kontrol teratur, dari wawancara dengan
pasien tidak ada hubungan keluhan dengan iklim, makanan, penyakit sistemik dan obat-obatan.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada penyakit keturunan dan sumber penularan.


Riwayat Penyakit Terdahulu :
Disangkal (baru pertama kali mengalami ruam seperti yang dikeluhkan pasien).
2.3 Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 21 April 2021 di
Poliklinik Kulit RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
A. Status Generaliata :
Kesadaan Umum: Tampak Sakit Ringan

- Kesadaran : Compos Mentis

- Gizi : Baik

- Suhu Badan : Normal

- Nadi : Dalam Batas Normal

- Takanan Darah : Normal

- Pernapasan : Normal

Keadaan Spesifik

- Kepala : Normocephali
- Leher : Normal
- Abdomen : Dalam Batas Normal
- Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
- Thoraks : Dalam Batas Normal
- Ekstremitas : Ruam kemerahan , hitam dan terdapat penebalan
kulit di kaki (digiti 1,2 dan palmar pedis).

B. Status Dermatologikus :
Lokalisasi : Regio Digiti 1,2 dan palmar pedis.

5
Ruam
Primer :
- Eritema
- Papul
- Edema
Sekunder:
- Likenifikasi
- Skuama

TES – TES YANG DILAKUKAN:


- Tidak Dilakukan Tes

PEMERIKSAAN LABORATORIK:
Rutin: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Khusus : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

RINGKASAN :
Tiga bulan yang lalu timbul ruam kemerahan, papul edema, dan lesi
selanjutnya berubah seperti terjadi penebalan (likenifikasi) dan terdapat
skuama di regio digiti 1,2 dan palmar pedis. Lesi tampak hitam
(hiperpigmentasi).

Diagnosis Banding : 1. Liken Simpleks Kronik


2. Dermatitis Atopi Likenifikasi
3. Psoriasis Likenifikasi
4. Liken Planus Hipertrofik

Diagnosis : Liken Simpleks Kronik

6
Diagnosis Sementara : Liken Simpleks Kronik

Penatalaksaan :
Umum : Hindari faktor pencetus dan jangan lakukan garukan berulang
pada ruam .

Khusus
Sistemik : Antipruritus Non-Steroid (Mentol dan Fenol)
Antihistamin Sedasi (Hydroxyzine)
Steroid Intralesi (Triamsinolon asetonid)
Antidepresan Trisiklik (Doxepin)
Topikal : Steroid potensi kuat dan Emolien.

Pemeriksaan Anjuran : Pemeriksaan Histopatologi

Prognosis : Qou ad vitam : ad bonam


Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad kosmetikum : ad malam

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi Liken Simpleks Kronik

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,


ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)
menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai rangsangan pruritogenik. Nama lain dari liken simpleks kronik
ialah neurodermatitis sirkumskripta.

2.1.2 Epidemiologi Liken Simpleks Kronik

Neurodermatitis sirkumskripta (liken simpleks kronik), tidak biasa terjadi


pada anak, tetapi pada usia dewasa-manula; puncak insiden pada usia antara 30
hingga 50 tahun. Perempuan lebih sering menderita daripada laki-laki.

2.1.3 Etiopatogenesis Liken Simpleks Kronik

Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena
adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran
empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidea, penyakit kulit seperti dermatitis kontak
alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi. Faktor
lingkungan (panas, keringat dan iritasi) bisa menimbulkan gatal pada liken
simpleks kronik.

Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi protein


X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas. Jumlah sel
langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP (calcitonin gene-
related peptide) dan (substance P), bahan imunoreaktif, jumlahnya didermis
bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis
sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mas yang selanjutnya
akan memicu pruritus. Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel
schwan dan sel perineum meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural.

8
2.1.4 Gejala Klinis Liken Simpleks Kronik

Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat menggangu
tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk,
bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk;
setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan
rasa nyeri).

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit


edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama
dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas
dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klins di pengaruhi juga oleh lokasi dan
lamanya lesi. Karena garukan berulang bagian tengah lesi menebal, kering, dan
berskuama, ekskoriasi serta pinggirnya hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi
menandakan suatu stadium kronis.

Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
diskalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, medial tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah, pergelangan kaki
bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis didaerah tengkuk (lichen
nuchae) umumnya hanya pada perempuan, berupa plak kecil ditengah tengkuk
atau dapat meluas hingga ke skalp. Biasanya skuama menyerupai psoriasis.

Variasi klinis Neurodermatitis Sirkumskripta dapat berupa prurigo


nodularis, akibat garukan atau kerokan tangan penderita yang berulang-ulang pada
suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi
tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap
(hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel, lokalisasi tersering di ekstremitas,
berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm.

9
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Liken Simpleks Kronik

Histopatologi

Gambaran histopatologik neurodematitis sirkumskripta berupa ortokeratosis,


hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekita pembuluh darah dermis bagian atas,
fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada
bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan
berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup
sebagian epidermis.

2.1.6 Diagnosis Liken Simpleks Kronik

Diagnosis neurdermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis,


biasanya tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit
lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, amiloidosis,
psoriasis, dan dermatitis atopik

2.1.7 Diagnosis Banding Liken Simpleks Kronik

Diagnosis banding dari liken simpleks kronik ialah dermatitis atopi


likenifikasi, psoriasis likenifikasi, dan liken planus hipertropik.

10
2.1.8 Penatalaksanaan Liken Simpleks Kronik

Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk
keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Untuk mengurangi rasa gatal dapat
diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau intralesi, antipruritus non steroid
(mentol dan fenol) dan produk ter.

Antiprurtius dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh:


hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula diberikan secara
topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang
dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup dengan penutup impermeable; kalau
masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan intralesi. Salep kortikosteroid dapat
pula dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek anti-inflamasi. Ada pula yang
mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang
mendasari, bila memang ada harus juga diobati. Obat tambahan pentinng bisa diberikan
emolien.

Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari), dan


status psikologik penderita.

2.1.9 Komplikasi Liken Simpleks Kronik

2.1.10 Prognosis Liken Simpleks Kronik

Penyakit mengalami rangkaian perjalanan yang kronis dengan lesi menetap atau
rekurensi dan disertai eksaserbasi sebagai reaksi terhadap stres emosinal. Pruritus dapat
sembuh, tetapi beberapa jaringan parut ringan dan perubahan pigmen tetap ada setelah
pengobatan berhasil. Kekambuhan mungkin terjadi pada periode stres psikis atau jika
lesi terkena panas atau kelembaban yang ekstrim, iritasi dan alergen. Pada pasien yang
tidak mematuhi rejimen pengobatan dan berhenti melakukan garukan berulang lesi tidk
akan membaik. Lesi menyebabkan morbiditas langsung, namun kadang-kadang pasien
melaporkan mengalami gangguan tidur yang mempengaruhi fungsi motorik dan mental.
Tidak ada mortalitas yang terjadi akibat liken simpleks kronik.

11
BAB III
PEMBAHASAN

Temuan pada pasien Berdasarkan teori


Data diri pasien Pada usia dewasa-manula; puncak insiden
Nama : Amriah pada usia antara 30 hingga 50 tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan Perempuan lebih sering menderita daripada
Umur : 46 tahun laki-laki.
No. RM : 143115
Diagnosa : Liken Simpleks Kronik
Tiga bulan yang lalu timbul ruam
Saraf yang berisi CGRP (calcitonin gene-
kemerahan, papul, edema, stadium
related peptide) dan (substance P), bahan
lanjutlesi berwarna hitam
imunoreaktif, jumlahnya didermis
(hiperpigmentasi), terdapat penebalan,
bertambah pada prurigo nodularis, tetapi
skuama dan disertai gatal ditelapak dan
tidak pada neurodermatitis sirkumskripta.
sela jari kaki sebelah kiri. Penderita
SP dan CGRP melepaskan histamin dari
mengatakan sering melakukan garukan
sel mas yang selanjutnya akan memicu
berulang pada saat tidur. Sudah diberi obat
pruritus. Hipotesis mengenai pruritus
dari poliklinik dicempaka lima hasilnya
dapat oleh karena adanya penyakit yang
keluhan subjektif hilang tetapi keluhan
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis,
objektif tidak. Beberapa minggu rasa gatal
obstruksi saluran empedu, limfoma
muncul lagi karena pasien tidak kontrol
hodgkin, hipertiroidea, penyakit kulit
teratur, dari wawancara dengan penderita
seperti dermatitis kontak alergik, gigitan
tidak ada hubungan keluhan dengan iklim,
serangga, dan aspek psikologik dengan

12
makanan, penyakit sistemik dan obat-
tekanan emosi.
obatan.

Pemeriksaan Fisik Kulit Stadium awal berupa eritema dan edema


Makroskopik (inspeksi) : awal lesi muncul atau pengelompokan papul, stadium lanjut
terdapat berupa kulit menebal dengan ekskoriasi,
penonjolan kulit
hiperpigmentasi atau hipopigmentasi dan
kecil berwarna
merah (papul), karena garukan berulang bagian tengah
ruam kemerahan, menebal, kering dan berskuama, serta
edema, dan
pinggirnya hiperpigmentasi.
stadium lanjut
lesi berubah Letak lesi biasanya tunggal tetapi dapat
seperti
lebih dari satu, ukuran lesi lentikular
penebalan,
skuama, hitam sampai plakat, bentuk umumnya lonjong,
(hiperpigmentasi) letak lesi dapat dimana aja, dan terutama
pada sela jari dan yang mudah dijangkau oleh tangan.
telapak kaki
penderita. Tempat predileksi lesi paling sering
tengkuk, pergelangan kaki, ekstensor
ekstremitas, anogenital labia mayor pada
wanita dan paha.

Mikroskopik : Tidak dilakukan


Pemeriksaan Histopatologi

13
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik Liken simpleks kronik ditandai dengan
kulit (inspeksi), dan gejala klinis dapat stadium awal lesi lesi (eritema, papul,
ditegakkan diagnosis liken simpleks edema) dan lanjut (likenifikasi, skuama
kronik dan hiperpigmentasi), garukan berulang
pada saat tidur, dan tempat predileksi lesi
lesi pada ekstremitas inferior ( digiti 1,2
dan palmar pedis).
TATALAKSANA : - Steroid topikal potensi kuat
Medikamentosa : Antihistamin dan - Anti histamin dengan efek sedasi
kortikosteroid topikal (hydroxyzine)
- Antipruritus non steroid (mentol dan
fenol)
- Emolien
- Steroid intralesi (triamnisolon asetonid)
- Antidepresan trisiklik (doxepin
digunakan untuk menghilangkan gatal
pada malam hari)

14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai