Anda di halaman 1dari 13

TERAPI BALITA GIZI BURUK

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia


Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh
rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan
usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam
sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia


Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah <
36o Celcius. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan
dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di
dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus
anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu di
dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit
sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap
dibungkus dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak
jatuh kembali pada keadaan hipotermia.

3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan


Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat
dengan dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya,
anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah,
tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil
dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan:


a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan
setiap 1/2jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih
dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan
memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30
menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus KEP
disebut ReSoMal.

b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP


berat dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2x.
Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi
intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn
perbandingan 1:1.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan


elektrolit
Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit diantaranya :
a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah.
b. Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema


dan untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan
waktu minimal 2 minggu.
Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam,
untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang
diencerkan 2x (dengan pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr
kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan
berikan bahan makanan yang banyak mengandung
mineral bentuk makanan lumat

5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi


Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan
adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak.
Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik
spektrum luar.
6. Pemberian makanan, balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:
a. Fase Stabilisasi (1–2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang
sangat hati-hati, karena keadaan faali anak yang sangat
lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian
makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan
dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein
cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja,
Formula khusus seperti formula WHO
75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual
pemberian makanan harus disusun agar dapat
mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb:
porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa,
energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5 gr/kgbb/hari,
cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100
ml/kg bb/hari),bila anak mendapat ASI teruskan,
dianjurkan memberi formula WHO
75/pengganti/modisco ½ dengan gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula
WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan
jadual pemberian makanan harus sesuai dengan
kebutuhan anak.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita


Fase ini meliputi 2 fase: transisi dan rehabilitasi :
a. Fase Transisi (minggu II)
1) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan
secara perlahan untuk menghindari resiko gagal
jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
2) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein
0.9 – 1.0 gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan
(energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml) dalam jangka
waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat
digunakan asal kandungan energi dan protein sama
3) Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya
sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai
jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg bb/hari).

b. Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)


1) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan
jumlah tidak terbatas dan sering.
2) Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.
3) Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.
4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI,
ditambah dengan makanan formula karena energi dan
protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
5) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi


mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin
dan mineral, walaupun anemia biasa terjadi, jangan
tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu
sampai anak mau makan dan BB nya mulai naik (pada
minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya .

Berikan setiap hari :


- Tambahan multivitamin lain
- Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet
besi folat/sirup besi
- Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel
pamoat dosis tunggal.
- Vitamin A oral 1 kali.
- Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman
pemberian kapsul vitamin A

9. Berikan stimulasi dan dukungan emosional


Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan
mental dan perilaku, karenanya diberikan :
kasih sayang, ciptakan lingkungan
menyenangkan,.lakukan terapi bermain terstruktur 15-
330 menit/har, rencanakan aktifitas fisik setelah
sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan,
memandikan, bermain)

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah


Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak
dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga
kesehatan puskesmas/bidan di desa.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/nutrition/2059092-10-langkah-utama-tatalaksana-
kep/#ixzz1MhSfuze0

Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk


Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3
fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
a.Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang
sangat hati-hati, karena keadaan faali anak sangat
lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak
dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi
dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal
saja.
Formula khusus seperti Formula WHO
75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa
agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan
persyaratan diet sebagai berikut :
-Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
-Energi : 100 kkal/kg/hari
-Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
-Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100
ml/Kg bb/hari)
-Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi
Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dengan
menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah
berikan dengan sendok/pipet
-Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½
atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus
disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan :
•Pada anak dengan selera makan baik dan tidak
edema, maka tahapan pemberian formula bisa lebih
cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
•Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan
sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik
( dibutuhkan ketrampilan petugas )
•Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100
Kkal/Kg bb/hari
•Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula
diturunkan menjadi setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7
diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
•Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir
minggu 1)
b.Fase Transisi (minggu ke 2)
•Pemberian makanan pada fase transisi diberikan
secara berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal
jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
•Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein
0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan
(energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml)
dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan
energi dan protein yang sama.
•Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai
hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat
tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200
ml/kgbb/hari).
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
•Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah
tidak terbatas dan sering.
•Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
•Protein 4-6 gram/kg bb/hari
•Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga
beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
c.Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7)
•Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan
jumlah tidak terbatas dan sering
•Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
•Protein 4-6 g/kgbb/hari
•Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi
dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-
kejar.
•Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

FORMULA WHO
Bahan Per 100 ml F 75 F 100 F 135
FORMULA WHO
Susu skim bubuk g 25 85 90
Gula pasir g 100 50 65
Minyak sayur g 30 60 75
Lar.elektrolit Ml 20 20 27
Tambahan air s/d 1000 1000 1000
NILAI GIZI
Energi Kalori 750 1000 1350
Protein g 9 29 33
Lactosa g 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Magnesium Mmol 4.3 7.3 8
Seng Mg 20 23 30
Copper Mg 2.5 2.5 3.4
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolality Mosm/l 413 419 508

MODIFIKASI FORMULA WHO


FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
Bahan Makanan F75 I F75 II F75
III M½ F100 M1 MII F135 MIII
Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -
Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120
Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -
Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75
Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -
Tempe (g) - - - - - - - 150 -
Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -
Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1
*) M : Modisco
Keterangan :
1.Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau
modifikasi.
Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas
tinggi sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh
semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan
demikian pada kasus diare lebih baik digunakan
modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung
2.Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai
Formula WHO 100 atau modifikasi
3.Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai
dari pemberian Formula WHO 135 sampai makanan
biasa

CARA MEMBUAT
1.Larutan Formula WHO 75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan
elektrolit, diencerkan dengan air hangat sedikit demi
sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume
menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum
Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula,
tepung, minyak. Tambahkan air sehingga mencapai 1 L
(liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.
2.Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula
WHO 100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan
dengan ulekan (blender, dengan ditambah air).
Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan
air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras,
minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air sampai
1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.

3.Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral,
terdiri atas :
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml
Formula WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula
WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia,
1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan
elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau
sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400
cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat (175g)/melon
(400g).

Anda mungkin juga menyukai