Anda di halaman 1dari 29

BAB III

TEORI DASAR

Fluida panas bumi umumnya mempunyai karakteristik untuk setiap

lapangan. Karakteristik tersebut meliputi perbedaan dari jenis dan sifat dari fluida

yang diproduksikan.

3.1 Jenis Fluida

Fluida panas bumi dapat berada dalam keadaan cair atau uap tergantung

dari tekanan dan temperature yang mempengaruhinya. Fluida berada dalam

keadaan cair hanya apabila pada suatu tekanan tertentu, temperature lebih kecil

dari temperature titik didih atau temperature saturasi. Fluida berada dalam

keadaan uap apabila pada suatu tekanan tertentu, temperaturenya lebih besar dari

temperature didih air atau temperature saturasi.

Fasa cair dapat bersama – sama dengan fasa uap pada kondisi tekanan dan

temperature tertentu, yaitu pada tekanan dan temperature saturasi. Fluida ini

merupakan fluida dua fasa, yaitu berupa campuran uap – air. Fraksi uap didalam

fluida sering disebut kualitas uap atau dryness (X) yang didefinisikan sebagai

perbandingan antara laju alir massa uap dengan laju alir massa total. Harga fraksi

uap (X) bervariasi dari nol sampai dengan satu.

 Apabila pada kondisi saturasi, hanya terdapat fasa cair saja, maka

fasa cair tersebut disebut cairan jenuh atau saturated liquid .

12

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
13

 Bila uap yang terdapat pada tekanan dan temperature saturasi,

maka uap disebut uap jenuh atau saturated vapour.

Adanya kandungan non condensible gas didalam air akan menyebabkan

temperature saturasi atau temperature titik didih menjadi lebih rendah, sedangkan

adanya kandungan garam akan menaikan temperature saturasi.

Fluida yang terkandung dibawah permukaan dapat ditentukan dari

landaian tekanan dan temperature hasil pengukuran didalam sumur. Dari data

tekanan dan dengan menggunakan tabel uap, kita dapat menentukan temperature

saturasi atau temperature titik didih. Temperature saturasi kemudian diplot

terhadap kedalaman. Kurva ini disebut dengan kurva Boiling point with depth

dimana apabila landaian temperature dari pengukuran disumur terletak disebelah

kiri kurva BPD maka fluida hanya terdiri dari satu fasa saja , yaitu cair demikian

sebaliknya.

3.2 Sifat Sifat Fluida Panas Bumi

Sifat-sifat termodinamika uap dan air murni sangat menentukan

karakterisitik aliran fluida dilubang sumur. Karena pada penulisan skripsi ini

fluida pada sumur ini adalah uap maka yang diuraikan pada sub bab ini adalah

sifat-sifat yang berkaitan fluida satu fasa saja yaitu uap. Sifat-sifat fluida panas

bumi sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan dan temperature yang dapat

ditentukan dengan menggunakan Tabel Uap yang disusun oleh Rogers dan

Mayhew atau menggunakan korelasi-korelasi yang ada. Dalam studi ini penentuan

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
14

temperature saturasi, viskositas, densitas, dan enthalpy uap digunakan korelasi Ali

Ashat dan Nenny Saptadji.

3.2.1 Temperature Saturasi

Temperature saturasi adalah temperature pada suatu tekanan tertentu

dimana fasa cair dapat berada bersama-sama dengan fasa uap. Misalnya pada

tekanan 1 atmosfir air murni akan mendidih pada temperature 100oC (temperature

saturasi). Temperature saturasi tersebut akan semakin besar dengan bertambahnya

tekanan. Dengan demikian temperature saturasi merupakan fungsi dari tekanan

yang hubungannya ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Temperature Saturasi Sebagai Fungsi Tekanan10)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
15

Untuk menentukan harga temperature saturasi (ts) pada setiap tekanan

digunakan persamaan polinomial yang berlaku pada 0.006612 ≤ p ≤ 212.2 bara,

yaitu :

ts = -1.60646649 x 10-4 (ln p)6 + 8.27534137 x 10-4 (ln p)5 + 2.43995895 x

10-2 (ln p)4 + 0.22273639 (ln p)3 + 2.35059677 (ln p )2 + 27.89734893

(ln p) + 99.66703174 …..……………………...…………………(3.1)

dimana :

ts = temperature saturasi , 0c

p = tekanan , bara

3.2.2 Densitas

Densitas (ρ) fluida adalah perbandingan antara massa dengan volume dari

fluida tersebut. Pada tekanan dan temperature yang sama, uap memiliki densitas

yang lebih kecil dari pada air murni. Densitas fluida sangat bergantung pada

tekanan dan temperature, hubungan antara densitas uap (ρg) dan tekanan saturasi

ditunjukan oleh gambar 3.2. Untuk menentukan harga densitas uap (ρg) pada

kondisi saturasi dapat digunakan persamaan polinomial yang berlaku pada 0.01 ≤

t ≤ 371.40C, yaitu:

ln ρg = 1.14 x 10-14 t6 – 9.70315 x 10-12 t5 + 2.45004487 x 10-9 t4 +

1.64107501 x 10-7 t3 – 2.21879417 x 10-14 t2 + 6.69727562 x 10-2 t

- 5.31406813…..……………………………………………….(3.2)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
16

Dimana :

ρg = densitas uap, kg/m3

t = temperature, 0C

Gambar 3.2

Densitas Uap Sebagai Fungsi Tekanan Saturasi10)

3.2.3 Volume Spesifik

Volume spesifik (υ) fluida adalah perbandingan antara volume dengan

massa dari fluida tersebut. Air murni dan uap memiliki besar volume spesifik

yang berbeda dan bergantung pada tekanan dan temperature. Pada tekanan dan

temperature yang sama air akan memiliki volume spesifik lebih kecil dari pada

uap. Harga volume spesifik uap dapat ditentukan dari harga densitasnya,

υg = 1/ρ …………………………………..………………………….…(3.3)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
17

dimana :

υg = volume spesifik uap, m3/kg

ρ = densitas, kg/m3

3.2.4 Viskositas

Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan suatu fluida terhadap

perubahan bentuk atau dengan kata lain merupakan keengganan suatu fluida untuk

mengalir. Viskositas suatu gas akan bertambah dengan naiknya temperature

karena kenaikan temperatur meningkatkan aktivitas molekuler.

Viskositas dinamik (µ) sangat dipengaruhi oleh temperature dan sedikit

sekali dipengaruhi oleh tekanan. Gambar 3.3 memperlihatkan hubungan viskositas

dinamik uap dengan temperature.

Gambar 3.3

Hubungan Viskositas Dinamik Terhadap Temperature10)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
18

Besarnya viskositas dinamik uap (µg) pada kondisi saturasi dapat

ditentukan dengan persamaan polinomial yang berlaku pada 0.01 ≤ t ≤ 300 0C,

yaitu :

µg = -6.173834 x 10-14 t6 + 6.087339119 x 10-11 t5 – 2.147336171144 x 10-8 t4

+ 3.29498134 x 10-6 t3 – 2.02912028 x 10-4 t2 + 3.88646624 x 10-2 t +

8.466653………………..………………………………...…………(3.4)

dimana :

µg = viskositas uap, kg/ms

t = temperature, 0C

3.2.5 Energi Dalam dan Entalphy

Energi dalam fluida (u) merupakan jumlah panas persatuan massa yang

terkandung didalam suatu fluida. Energi dalam fluida ditambah dengan energi

yang dihasilkan oleh kerja tekanan merupakan entalphy fluida (h). Baik energi

dalam maupun enthalpy bergantung pada tekanan dan temperature. Hubungan

antara energi dalam uap dengan enthalpy uap adalah :

hg = ug + p / ρg........................................................................................(3.5)

dimana :

hg = enthalpy uap, kJ/kg

ug = energi dalam, kJ/kg

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
19

P = tekanan, bara

ρg = densitas, kg/m3

3.3 Jenis Jenis Uji Sumur Pada Panas bumi

Pengujian sumur pada sumur panas bumi dapat dibedakan menjadi dua

yaitu uji komplesi, uji produksi, dan transien tekanan. Pada prinsipnya adalah

hampir menyerupai pengujian sumur pada minyak dan gas.

3.3.1 Uji Komplesi

Uji komplesi atau completion test adalah pengujian sumur yang dilakukan

untuk mengetahui zona produksi dan kedalaman pusat-pusat rekahan (feedzone)

serta produktivitasnya. Uji komplesi dilakukan setelah pemboran mencapai target

(sesuai dengan kedalaman yang diinginkan) dan liner dipasang didalam sumur,

namun test ini juga dapat dilakukan sebelum liner diturunkan atau pada saat

pemboran dihentikan untuk sementara waktu.

Cara yang disebutkan terkakhir ini akan memperlambat kegiatan pemboran

tetapi cara tersebut merupakan cara yang tepat dan termudah untuk mendapatkan

gambaran awal mengenai keadaan reservoir.Uji komplesi dilakukan dengan

menginjeksi air dingin dengan laju tetap dan mengukur besarnya tekanan dan

temperature didalam sumur guna mengetahui profil (landaian) tekanan dan

temperature pada waktu dilakukan injeksi. Uji komplesi umumnya dilakukan

beberapa kali dengan laju pemompaan yang berbeda-beda. Dengan menganalisa

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
20

landaian tekanan dan temperature, lokasi dari zona produksi, pusat-pusat rekahan

dan produktivitasnya dapat ditentukan.

Ada dua jenis pengujian yang dilakukan pada waktu uji komplesi, yaitu :

1. Uji hilang air atau water loss test

Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat tempat dimana

terjadi hilang air atau tempat-tempat dimana fluida formasi masuk

kedalam sumur, karena hal tersebut merupakan indikasi adanya

pusat-pusat rekahan. Hal ini dapat ditentukan dengan landaian

temperature dan aliran pada waktu air dipompakan dengan laju

konstant.

2. Uji permeabilitas total atau gross permeability test

Uji permeabilitas total dilakukan untuk mengetahui transien

tekanan setelah laju aliran diubah-ubah. Dengan menganalisa data

tersebut besarnya permeabilitas total dapat ditentukan.

3.3.2 Uji Produksi

Pada dasarnya prinsip uji produksi yang dilakukan di lapangan panas bumi

sama dengan deliverability test yang sering dilakukan di lapangan gas yakni

mengukur laju alir pada beberapa harga tekanan yang berbeda-beda.

Perbedaannya, pada lapangan gas yang diukur adalah tekanan alir dasar sumur

(pwf) dan laju alir volume pada kondisi standard (qsc) sedangkan pada sumur panas

bumi yang diukur adalah tekanan alir kepala sumur (pwh) dan laju alir masa (M).

Pengukuran kemampuan sumur produksi panas bumi disamakan dengan

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
21

pengukuran sumur minyak dan gas. Biasanya digunakan minimal empat data uji

produksi untuk bisa menghitung laju alir dari sumur tersebut.

Secara teori, pengukuran laju alir masa (M) pada sumur-sumur uap dapat

dilakukan dengan dua metode uji produksi, yaitu:

 Uji tegak dengan metode lips Pressure

 Uji datar dengan metode orifice plate

3.3.2.1 Uji Tegak

Uji tegak merupakan uji produksi yang dilakukan dengan mengalirkan

fluida panas bumi secara vertikal melalui suatu pipa sembur (James Tube) yang

bervariasi ukuran diamerter pipanya antara 6”, 8”, 10”, disesuaikan dengan

kemampuan sumur, dan memiliki panjang 1.5-3 meter. Untuk dapat menghitung

laju alir massa sumur, pipa sembur dilengkapi oleh alat ukur tekanan pada bagian

bibirnya. Metode pengukuran ini diperkenalkan oleh Russel James. Selain untuk

mengetahui kemampuan produksi suatu sumur, uji tegak juga bertujuan untuk

membersihkan sumur dari sisa-sisa pemboran dan mendapatkan gambaran

mengenai kualitas uap.

Dalam prakteknya, uji tegak sudah tidak pernah dilakukan di lapangan

Wayang Windu karena alasan pencemaran lingkungan dimana lapangan Wayang

Windu berada dilingkungan kebun teh dan hutan sehingga resiko limpasan uap

yang terkondensasi dan membawa unsur logam berat yang dapat membahayakan

tumbuhan sekitarnya. Disamping itu karena alasan keselamatan kerja, selain

tetesan air panas hasil kondensasi uap berpotensi menyebabkan luka bakar

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
22

terhadap pekerja disekitarnya, disamping itu tingkat kebisingan yang tinggi

berpotensi merusak fungsi pendengaran manusia.

Gambar 3.4

Ilustrasi Uji Tegak Dilapangan Kamojang

3.3.2.2 Uji Datar

Uji datar merupakan uji produksi yang dilakukan dengan mengalirkan

fluida secara horizontal melalui pipa sembur (Gambar 3.5). Alat ukur yang

digunakan biasanya berupa orifice plate yang dipasang pada pipa uap horizontal,

orifice plate berfungsi memberikan halangan terhadap aliran uap dimana karena

adanya halangan tersebut terjadi perbedaan tekanan sebelum dan sesudah orifice

plate. Tekanan uap sebelum melewati orifice plate atau tekanan up stream (pu)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
23

dan perbedaan tekanan sebelum dan sesudah orifice plate (∆p) direkam oleh alat

yang disebut Barton, dimana tampilan grafiknya disebut Barton Chart.

Ilustrasi uji datar pada lapangan Wayang Windu dapat dilihat pada gambar

dibawah ini

Gambar 3.5

Ilustrasi Uji Datar Di Lapangan Wayang Windu

Pengukuran laju alir massa pada uji datar dilakukan pada beberapa harga

tekanan kepala sumur. Pada setiap harga tekanan kepala sumur tertentu fluida

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
24

dialirkan hingga diperoleh tekanan kepala sumur yang stabil. Untuk mencapai

kestabilan tekanan kepala sumur dibutuhkan waktu yang bervariasi, sangat

dipengaruhi oleh permeabilitas batuan.

Untuk menghitung laju alir massa pada uji datar pada beberapa sumur dua

fasa di Lapangan Panas bumi Wayang Windu digunakan gabungan antara metode

orifice plate dan James Tube, yang dihitung dengan excel spreadsheet yang telah

dikembangkan sebelumnya. Pengujian ini tidak dibahas lebih lanjut karena tidak

dipergunakan didalam penulisan ini.

3.4 Kehilangan Tekanan Pada Aliran Uap Melalui Lubang Sumur

Persamaan dasar aliran fluida dalam pipa dapat dikembangkan dengan

menurunkan persamaan kesetimbangan energi. Bentuk dasar persamaan

kesetimbangan energi dapat dituliskan sebagai berikut:

2 2
mv mgz1 mv mgz2
U1  1   p1V1  Q  W  U 2  2   p2V2 .................(3.6)
2 gc gc 2 gc gc

dimana:

U = energi dalam , joule

pV = energi ekspansi atau kompresi, joule

mv 2
= energi kinetik, joule
2 gc

mgz
= energi potensial, joule
gc

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
25

Q = energi panas yang masuk atau meninggalkan sistim, joule

W = kerja yang dilakukan kepada dan atau oleh fluida, joule

Dengan menurunkan persamaan (3.6) dapat diperoleh persamaan dasar

untuk perhitungan gradien tekanan total, yaitu:

dp g fv 2 vdv
  cos    ..................................................................(3.7)
dz g c 2 g c d g c dz

Gambar 3.6

Konfigurasi Aliran9)

Dimana :

g = percepatan gravitasi, ft/s2

gc = konstanta konversi gravitasi, 32.17 ft lbm / lbf s2

ρ = densitas , lbm/ft 3

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
26

ϴ = sudut kemiringan , 0

g
 cos  merupakan gradien tekanan yang diakibatkan oleh elevasi.
gc

Untuk aliran vertikal (θ = 0 o, cos 0o =1) maka gradien tekanan yang diakibatkan

g
elevasi adalah .
gc

f = friction factor, dimesionless

v = fluid velocity, ft/s

d = inside diamter, ft

fv 2
merupakan gradien tekanan yang diakibatkan oleh friksi. f
2g c d

merupakan faktor gesekan. Besar gradien tekanan akibat friksi ini sangat

dipengaruhi oleh kecepatan fluida di dalam pipa.

vdv
merupakan gradien tekanan akibat akselerasi. Pada aliran
g c dz

incompressible dalam pipa berdiameter konstan, gradien tekanan akibat akselerasi

sama dengan nol. Pada aliran uap akan terjadi penambahan kecepatan seiring

dengan berkurangnya tekanan sehingga gradien tekanan akibat akselerasi perlu

diperhitungkan.

Persamaan (3.7) dapat digunakan untuk menganalisa kehilangan tekanan

pada aliran satu fasa. Untuk menganalisa kehilangan tekanan pada aliran dua fasa

(uap dan air), persamaan (3.7) harus dimodifikasi terlebih dahulu dan penentuanya

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
27

sangat bergantung pada pola aliran yang terjadi. Berbagai pola aliran yang dapat

terjadi pada lubang sumur dapat terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.7

Pola Aliran Pada Aliran Dua Fasa Vertikal9)

Secara garis besar pola aliran pada sistem dua fasa (uap dan air) yang

dapat terjadi pada aliran vertikal adalah bubble, slug, transition, annular mist

(Gambar 3.7). Beberapa korelasi telah dikembangkan untuk menganalisa

kehilangan tekanan pada aliran dua fasa vertikal, beberapa diantaranya adalah

korelasi Hagedorn dan Brown, Duns dan Ros, Orkiszewski. Pada aliran bubble

fasa cair bersama dengan gelembung-gelembung uap bergerak ke atas. Pada aliran

slug jumlah gelembung fasa uap semakin banyak dan bergabung menjadi

gelembung uap yang lebih besar namun belum kontinyu (terpisah oleh kolom

cairan). Ketika gelembung-gelembung besar mulai membentuk pola acak seperti

riak maka pola aliranya adalah transition. Pada aliran annular fasa uap telah

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
28

mengalir secara kontinyu di dalam pipa dan fasa cairnya membentuk lapisan tipis

yang berada pada dinding pipa.

Faktor gesekan (f) merupakan salah satu besaran yang mempengaruhi

gradien tekanan akibat friksi. Faktor friksi pada aliran turbulen merupakan fungsi

dari kekasaran relatif (ε/d) dan Bilangan Reynold (NRe) sedangkan pada aliran

laminer hanya merupakan fungsi dari NRe.

NRe digunakan sebagai parameter untuk membedakan antara aliran

laminer dan turbulen dan didefinisikan sebagai:

vd
NRe = ..............................................................................................(3.8)

dimana:

Nre = Reynold number, dimensionless

ρ = densitas, kg/m3

v = velocity, m/s

d = inside diameter, m

µ = viskositas, Pa.s

Aliran laminer terjadi jika NRe < 2000 dan turbulen jika NRe > 4000.

Daerah transisi antara turbulen dan laminer terjadi pada 2000 < NRe < 4000.

Untuk aliran laminer faktor gesekan dapat didefinisikan sebagai f = 64/ NRe.

Faktor gesekan pada aliran turbulen mengikuti korelasi yang dikembangkan oleh

Chen yaitu:

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
29

f =4* ….(3.9)

Dimana :

f = friction factor

= Roughness (kekasaran pipa) , meter

d = inside diameter pipa , meter

Re = Reynold number

3.5 Pressure Temperature Spinner (PTS) Survey

PT Spinner adalah alat pengukur bawah permukaan yang merekam data

tekanan, Temperature dan laju alir massa melalui putaran baling-baling (Spinner)

secara simultan. Alat ini dikembangkan dari kebutuhan industri migas, dimana

pada beberapa sumur migas terdapat beberapa zona produktif, akan tetapi tidak

diketahui zona mana yang memproduksikan minyak dan gas, dan dimana letak

zona non produktif (thief zone).

Hasil interpretasi dari survey PT Spinner umumnya dipadukan dengan

wellbore simulation. Kecocokan antara hasil simulasi dan hasil observasi

diperlukan untuk menentukan lokasi dan kontribusi dari setiap feedzone berupa

laju alir massa dan enthalpy. Kontribusi dari tiap feedzone biasanya terlihat dari

peningkatan pada kurva kecepatan fluida dan temperature dan dihitung dengan

dua metode yaitu kalibrasi spinner dan menggunakan wellbore simulation.

Frekuensi putaran Spinner atau RPS berbanding lurus terhadap kecepatan fluida di

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
30

dalam sumur dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah sumur

dipenuhi oleh fluida yang tidak memiliki viskositas, bearing Spinner tidak

memiliki factor gesekan mekanis dan alat tidak punya hambatan karena luasannya

(scaling).

3.5.1 Deskripsi Alat PT Spinner

Alat PT Spinner umumnya berdiameter antara 1.75 – 2” dengan panjang

sekitar 1.5 m. Total berat rangkaian alat PT Spinner umumnya sekitar 100 kg.

Dengan mengambil contoh alat PT Spinner buatan Kuster type K-10 PTS-SRO.

Pada saat diturunkan ke lubang bor juga dipasang centralizer dengan tujuan

menempatkan alat pada kondisi tepat ditengah lubang bor. Dalam pelaksanaannya

di lapangan, alat ini diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan wireline

dengan spesifikasi tertentu.

Gambar 3.8

Alat Pressure Temperature Spinner6)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
31

Pada awal pengembangannya ketiga data tadi dicatat secara otomatis pada

memori yang terpasang didalam alat tersebut, tetapi dengan kemajuan teknologi

pada kabel penghantar alat ke dalam lubang sumur beberapa tahun sebelumnya,

maka dikembangkan electronic line (e-line) dimana hasil pembacaan sensor

temperature, tekanan dan Spinner dapat dibaca pada saat yang sama di atas

permukaan (read-on-surface) karena sensor mendeteksi adanya perubahan kondisi

di lubang sumur. Kelemahan dari e-line ini adalah keterbatasan Temperature

operasional yang kurang dari 300 oC.

3.5.2 Perencanaan Survey Pressure Temperature Spinner

Prekondisi sumur untuk menerapkan prosedur pelaksanaan di lapangan

akan berbeda tergantung apakah survei PT Spinner akan dilakukan saat sumur

diinjeksi, di produksikan atau shut-in. Prekondisi untuk pelaksanaan PT Spinner

pada sumur yang sedang produksi, maka sumur harus dikondisikan berproduksi

pada laju alir yang konstan selama 1 - 2 hari sebelum pelaksanaan survey.

Pelaksanaan PT Spinner survey ini membutuhkan biaya yang mahal, baik

yang dilakukan oleh perusahaan sendiri terlebih apabila survey dilakukan oleh

pihak ketiga. Investasi untuk pembelian per unit alat PT Spinner ini mencapai

harga sekitar US$ 75,000 menurut harga tahun 2010, belum termasuk peralatan

winch unit dan wireline-nya, sedangkan apabila dilakukan oleh pihak ketiga dapat

mencapai biaya sekitar US17,000 per sumur untuk sekali survey menurut harga

tahun 2009. Belum termasuk kerugian produksi sumur yang harus di-offline-kan

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
32

untuk tujuan survey. Dengan alasan-alasan ini, maka perencanaan kegiatan survey

harus memberikan hasil yang optimum.

Terjadi konflik obyektif dalam hal ini, yaitu untuk mendapatkan hasil yang

baik dimana dibutuhkan laju alir maksimum dari masing-masing feedzone dapat

berkontribusi terhadap laju alir total di kepala sumur, sementara total berat alat PT

Spinner yang hanya sekitar 100 kg dengan diameter sekitar 2”, seringkali tidak

memungkinkan alat untuk turun karena faktor gaya apung fluida (buoyancy

factor) yang besar dan yang lebih beresiko adalah pada saat alat melewati

feedzone, maka alat akan terdorong kearah sebaliknya. Sedangkan apabila alat

diturunkan dengan laju alir uap yang sesuai dengan berat alat maka potensi

feedzone tidak terbuka seluruhnya.

Prekondisi survey PT Spinner pada sumur injeksi, maka air dingin harus

diinjeksikan kedalam sumur pada laju alir yang tinggi dan dalam waktu yang lama

untuk meyakinkan bahwa Temperature sumur sudah dingin dan homogen

diseluruh kedalaman. Khususnya untuk sumur dengan beberapa feedzone,

Temperature pada feedzone yang lebih dangkal dimungkinkan tidak dapat

terdinginkan karena air jatuh ke dasar sumur dan membentuk kolom air untuk

mendinginkan feedzone bagian bawah. Aliran uap dari feedzone bagian atas akan

terkondensasi sewaktu masuk ke lubang sumur dan jatuh ke dasar sumur.

Apabila PT Spinner diturunkan maka pada saat melewati feedzone bagian

atas, pembacaan Spinner tidak akan representative karena masih ada aliran uap

yang masuk kedalam lubang bor sehingga menyulitkan pada saat analisa. Data

yang dapat dianalisa hanya profil Temperature dan tekanan saja, yang

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
33

menunjukkan adanya inflow dari feedzone dangkal, profile Spinner tidak bisa

dianalisa karena response yang sangat fluktuatif. Untuk memastikannya maka

sebelum dilakukan survei PT Spinner maka bisa didahului dengan survey

Pressure Temperature (PT) saja. Konsep ini juga bisa diterapkan untuk sumur

yang baru saja selesai dibor dan akan dilakukan uji komplesi.

Prekondisi untuk pelaksanaan survei PT Spinner di sumur shut-in setelah

berproduksi, sumur ditutup dan dibiarkan tidak berproduksi selama 1-2 hari

sebelum pelaksanaan untuk meyakinkan bahwa kondisi reservoir sudah kembali

ke kondisi pseudo steady. Konsep yang sama juga dapat diterapkan pada sumur

yang sedang heating-up setelah dilakukan uji komplesi.

Survey PT Spinner didesain untuk mengukur perubahan kondisi tekanan,

Temperature dan laju alir di feedzone, oleh karena itu alat ukur direncanakan

untuk diturunkan sampai kedalaman maksimum. Sebelum alat ukur diturunkan,

biasanya didahului dengan penurunan alat ukur tiruan (dummy tool) dengan

diameter, panjang dan berat yang sama dengan alat ukur total.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan alat ukur yang asli

dan lebih mahal tersangkut didalam lubang bor karena kondisi casing dan lubang

bor. Kemampuan alat turun sampai kedalaman maksimum disebut Maximum

Clearance Depth (MCD), apabila dalam perjalanan ke bawah dummy tool

mengalami hambatan atau hambatan terjadi pada titik MCD, maka alat ukur asli

nantinya harus dihentikan sekitar 5 – 10 meter di atas MCD.

Alat ukur kemudian diturunkan (log down) dengan kecepatan yang stabil

(Vtdown) sampai kedalaman aman yang disepakati dan dibiarkan statis di titik itu

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
34

sekitar 10 - 15 menit untuk mendapatkan nilai pseudo steady dengan tujuan

menvalidasi kurva respon Spinner. Setelah itu alat ukur dinaikan ke kedalaman

sekitar 10 m diatas top of liner (TOL) (log up) dengan kecepatan naik alat yang

stabil(Vtup) dan dibiarkan mendapatkan nilai pseudo steady di titik itu sekitar 10 -

15 menit. Tujuan dari log down dan log up ini adalah mengukur kondisi tekanan,

Temperature dan perubahan laju alir massa (Vf) terhadap kedalaman.

Pada saat run up, alat diletakkan diatas TOL dengan tujuan mengetahui

laju alir total yang masuk kedalam casing produksi. Setiap rangkaian log down

dan log up disebut satu pass, dan umumnya dalam satu kali pengukuran PT

Spinner dilakukan minimum dua kali pass.

3.6 Perhitungan PT Spinner Injection dan Flowing

Pada pengoperasian PT Spinner diperlukan suatu laju aliran fluida, oleh

karena itu maka umumnya survey ini harus dilakukan pada saat sumur

diproduksikan atau diinjeksi air. Dalam beberapa sumur, walaupun dalam kondisi

shut-in, tetapi karena terjadi interzone flow maka pengukuran dengan PT Spinner

juga dapat dilakukan

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
35

3.6.1 PT Spinner injection

Perhitungan PT Spinner injection Untuk menentukan parameter reservoir

menggunakan prinsip kesetimbangan panas dengan mengasumsikan volume air

sama dengan masa air yaitu:

Gambar 3.9

Aliran Fluida Didalam Sumur

Berdasarkan gambar 3.9 maka

(M1.H1) + (M2.H2) = (M3.H3)……………………………..……….(3.10)

M3= M1 + M2………………………………..……………………....(3.11)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
36

Sehingga jika disubsitiusi maka persamaan 3.10 menjadi:

(M1.H1) + (M2.H2) = ((M1 + M2).H3)…………………..………….(3.12)

Dimana:

M = Massrate dari fluida (Kg/s)

H = Entalphy ( Kj/Kg)

Setelah perhitungan massrate maka dapat dilakukan perhitungan injectivity

index dan productivity index dari masing masing feedzone dimana persamaan

yang digunakan adalah

PI = ………………………………….…….(3.13)

II= ………………………………………..(3.14)

Dimana :

PI = Productivity Index (Kg/S.Bar)

II = Injectivity Index (Kg/S.Bar)

Pres = Tekanan reservoir ( Bar)

Pinj = Tekanan injeksi (Bar)

Pwf = Tekanan alir sumur (Bar)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
37

3.6.2 PT Spinner Flowing

Perhitungan PT Spinner flowing menggunakan kalibrasi terhadap data

spinner dengan cara melakukan plot dari frekuensi (radian per second) dengan

cable velocity ( meter per second). Data spinner dan cable velocity yang diplot

harus lengkap dari masing-masing log up maupun log down. Lengkap disini

maksudnya adalah dari log up maupun log down harusnya mempunyai nilai

frekuensi (RPS) dan cable velocity( m/s). Setelah diplot dari kedua data tersebut

kemudian mencari kemiringan (slope) per kedalaman tersebut, kemudian nilai-

nilai slope tersebut dicari nilai dari average slope tersebut.

Setelah didapat nilai dari slope maka dilakukan perhitungan fluid velocity

dengan persamaan:

FV = …………..…………..………..(3.15)

Dimana :

FV = Fluid velocity (m/s)

RPS = response spinner (rps)

Setelah mendapat nilai fluid velocity kemudian nilai tersebut dikalikan

dengan 1.05. Ini merupakan koreksi terhadap alat tersebut yang besarnya

ditentukan oleh pihak perusahaan yang melakukannya. Setelah itu kemudian

dilakukan perhitungan massrate untuk tiap kedalaman dengan persamaan:

M= ………………………..………………….….(3.16)

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
38

Dimana :

M = Massrate (Kg/s)

FV = Fluid Velocity ( m/s)

ρ = Densitas (Kg/m3)

A = Luas Penampang ( m2)

Luas penampang yang digunakan disini adalah luas penampang lingkaran

dimana

A = ………………………...……(3.17)

Dimana :

ID = Inside Diameter (meter)

3.7 Wellbore Simulation

Wellbore simulation adalah metode yang digunakan untuk matching hasil

perhitungan keadaan aktual pada saat di survey. Konsep dari wellbore simulation

ini adalah dengan inisiasi besarnya laju alir massa dan entalphy dari setiap

feedzone dengan trial dan error. Pendekatan yang dilakukan pada simulasi ini

adalah dengan mengasumsi aliran homogeneous. Kemudian setelah menebak

dilakukan perhitungan terhadap kehilangan tekanan dari lubang sumur tersebut.

Setelah dilakukan perhitungan maka akan didapat pressure, temperature dan

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
39

massrate yang kemudian harus dimatching dengan hasil yang didapat dari survey.

Step – step dalam menghitung wellbore simulation yaitu:

1. Tentukan Temperature fluida menggunakan program steam table

dengan persamaan T = T f(Po, ho) dimana Temperature yang didapat

adalah fungsi dari tekanan awal dan entalphy dari trial dan error

2. Hitung dryness (x) menggunakan program steam table dengan

persamaan X = X f(Po, ho) dimana dryness yang didapat merupakan

fungsi dari tekanan dan enthalpy

3. Hitung densitas campuran (ρ) dengan persamaan:

……………………….. …………...…………(3.18)

Dimana ρv adalah densitas vapour, kg/m3 dan ρl adalah densitas liquid,

kg/m3 Atau menggunakan program steam table dengan persamaan

ρ = ρ f(Po,ho)

4. Hitung luas area pipa dengan menggunakan persamaan 3.17

5. Hitung velocity (m/s) dengan persamaan:

V = M / (ρ.A) ………………………...............………….…… (3.19)

Dimana M adalah massrate (Kg/s), ρ adalah densitas (kg/m3) dan A

adalah luas area (m2)

6. Hitung viscosity dengan persamaan

µg + (1-x)µl ………………………………….….…….…(3.20)

Dimana µg adalah viskositas vapour, (Pa.s), µl adalah viskositas liquid,

(Pa.s) Atau dengan menggunakan program steam table dengan

persamaan

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
40

µ (Pa.s) = µ f(Po, ho)

7. Hitung Reynold Number dengan persamaan 3.8

8. Hitung friction factor (f) dengan persamaan 3.9

9. Hitung penurunan tekanan (dP) total dengan persamaan:

( )
.......................................................................(3.21)
( )

dimana g adalah gravitasi (m/s2), ρ adalah densitas (kg/m3), ϴ adalah

sudut kemiringan (0), f adalah friction factor, v adalah kecepatan fluida

(m/s), p adalah tekanan (Pa).

10. Hitung tekanan di titik berikutnya (P1)

P1 = Po - dPtotal ............................................................................... (3.22)

11. Hitung densitas campuran menggunakan program steam table dengan

persamaan:

ρ1 = ρ f (P1, ho) .............................................................................. (3.23)

12. Hitung velocity dengan persamaan 3.19 tetapi harus diingat yang

digunakan adalah densitas yang didapat langkah ke 11:

13. Hitung Enthalpy dengan persamaan :

h1 = ho + (Ek1 – Ek0) + (Ep1 – Ep0) ............................................... (3.24)

14. Ulangi langkah 1 – 13 sampai dengan permukaan

Setelah didapat matching antara hasil simulation dengan observasi maka

trial and error tersebut dihentikan dan dicatat hasil trial and error tersebut untuk

kemudian dihitung parameter reservoir seperti Productivity Index (PI) dan

Injectivity Index (II).

ANALISA DATA HASIL PRESSURE TEMPERATURE SPINNER (PTS) SURVEY INJECTION DAN FLOWING
UNTUK MENENTUKAN ZONA FEEDZONE DAN PRODUKTIVITASNYA SUMUR “X” LAPANGAN WAYANG WINDU, Marten Pangestu
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2015, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194

Anda mungkin juga menyukai