Makalah Skala Pengukuran
Makalah Skala Pengukuran
SKALA PENGUKURAN
Disusun oleh :
Ezha Fericko Y C1B014011
Sheila Permata Ayuni C1B014012
Lutfi May Sutanti C1B014013
Dea Palensa C1B014014
Indah Widyastuti C1B014016
Ginadya Nureni C1B014017
Riyanto C1B014019
Entika C1B014021
Denny Prabowo C1B014022
Kejadian empiris mrupakan sejumlah cirri-ciri dari objek, individu atau kelompok
yng diamati. Dapat diamati mengandung arti bahwa setiap orang dapat menngkap, tau
setidaknya menyimpulkan, bahwa suatu objek, individu, atau kelompok mempunyai cirri-ciri
tertentu. Sebagai contoh, bila kita ingin mempelajari hubungan antara jenis kelamin
administrator dan kepuasan kerja bawahan-bawahannya, maka langkah pertama yag harus
dilakukan adalah engidentifikasi unit analisis, yaitu : objek, individu, atau kelompok yang
kita amati. Dalam kasus ini, unit analisis adaah individu administrator dan bawahannya.
Setelah objek empiris utama berhsil di pusat perhatian, yang dalam hal ini adalah jenis
kelamin administrator dan tingkat kepuasan kerja bawahannya. Inilah konsep-konsep yang
perlukita ukur.
Komponen terakhir yang penting dari setiap pengukuran adalah sejumlah aturan
pemetaan, yaitu pernyataan yang menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris.
Misalnya, dalam kasus diatas, aturan pemetaan mengenai jenis kelamin administrator
memberikan angka 1 bila pria angka 2 bila wanita. Sementara untuk kepuasan kerja bawahan
aturan pemetaan adalah -2 bila sangan tidak puas, -1 bila tidak puas, 0 bila netral (puas/tidak
puas), 1 bila puas, dan 2 bila sangat puas. Aturan-aturan ini menggambarkan dengan
gamblang ciri-ciri apayang kita ukur. Aturan-aturan pemetaan disusun oleh peneliti untuk
tujuan studi.
Agar lebih jelas memahami tiga komponen yang diperlukan dalam pengukuran maka
disajikan tabel berikut. Dalam contoh, diasumsikan hanya ada dua administrator (Sumi dan Soma),
yang masing-sing mengawasi dua orang bawahan (Johan dan Rena, Andi dan Sekar). Kemudian kita
menaksir kejadian empiris (jenis kelamin administrator dan kepuasan kerja bawahan) untuk masing-
masing individu dan member angka menurutaturan pemetaan yang telah digariskan oleh peneliti.
Jenis kelamin Angka 1 1 atau 2 -2, -1, 0, -2 bila sangat Kepuasan kerja
administrator jika pria 1, 2 tidak puas bawahan
Angka 2 -1 bila tidak
jika wanita puas
0 bila netral
1 bila puas
2 bila sangat
Puas
-2
-1
0
1 1 JOHAN
2
SOMA
-2
2 -1
0
1 RENA
2
-2
-1
0 ANDI
1 1
2
SUMI
-2
2 -1
0 SEKAR
1
2
B. PROSES PENGUKURAN
Sampai taraf ini proses pengukuran nampaknya amat jelas. Namun dalam praktek
bisanya peneliti akan berhadapan dengan berbagai teori yang mendasari definisi konstitutif
dan operasional. Misalnya, tentang konsep kinerja pekerjaan (job performance). Konsep ini
dapat diartikan sebagai hasil sukses atau sidak sukses dari suatu tugas; namun peneliti lain
barangkali mengartikan kinerja pekerjaan sebagai reaksi karyawan terhadap konsekuensi
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Disini, peneliti dan manajer harus menyetujuai asensi
konsep (definisi konstitutif) untuk meyakinkan bahwa kedua belah pihak mempunyai
persepsi yang sama mengenai kinerja pekerjaan. Setalah tercapai kesepakatan mengenai
defiisi konseptual dari suatu konsep, peneliti harus memilih beberapa alternatif definisi
operasi. Sebagai contoh, bila definisi konstitutif dari kinerja pekerjaan adalah tingkat dimana
seorang karyawan mampu enyelesaikan tugas-tugasnya pada jabatan tertentu, maka konsep
ini dapat dioperasionalkan menjadi beberapaalternatif, seperti proporsi hari kerj dimana si
karyawan tidak absen, kuantitas produksi, kualitas produk yang diukur dengan tingkat
kesalahan, atu bahkan tingkat keterlambatan atau kecerobohan.
C. SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran amat bervariasi. Skala sederhana (simple scale) adalah suatu
skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakterisitik. Misalnya “ apakah anda laki-
laki atau perempuan?” skala yang kompleks adalah skala yang beragam. Yang digunakan
untuk mengukur beberapa karaketristik. Misalnya, bagaimana tanggapan anda tentang
pemberantasan penyakit AIDS di kompleks lokasi pelacuran: sangat tidak setuju, tidak
setuju, tidak peduli, setuju, sangat setuju.
Kendati kompleksitas dan variasi alat pengukuran amat beragam, setiap skala
mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkatan sekala dalam pengukuran
dalam riset bisnis yaitu: nominal, ordinal, interval, rasio.
Sekal nominal
Adalah sekala yang hanya digunakan untuk memeberikan kategori saja. Sifat
kategori bersifat mutually exclusive. Artinya jika satu indicator sudah masuk pada satu
kategori maka tidak mungkin masuk kedalam kategori lainnya. Sekala nominal merupakan
sekala yang memiliki tingkat yang paling rendah dalam sebuah riset.
Contoh :
Wanita 1
Laki-laki 2
Dari nilai diatas berarti tidak berarti bahwa laki laki lebih tinggi dari perempuan Karena bernilai
2, atau sebaliknya. Angka diatas hanya diguankan untuk membedakan jenis kelamin saja,
sekala Ordinal
adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar
tingkatan. Akan tetapi jarak antau interval antar tingkatan belum jelas. Sekala ordinal memeiliki
tingkatan yang lebih tinggi dinadingak dengan sekala nominal Karena tidak hanya menyatakan
kategori saja. Tetapi sudah dapat menyatakan peringkat.
Contoh :
1.Bagaimana penilaian anda terhadap tempat parkir super market di Dieng Plateau ?
Baik score 4
Cukup score 3
Baik score 4
Cukup score 3
3. Menurut anda diantara supermarket dieng plateau denga dieng jaya, supermarket mana yang
memiliki tempat parkir paling baik ?
Jawaban :
Dari jawaban tersebut responden memberikan tanggapan yang sama untuk dua
supermarket yaitu memeberikan tanggapan baik dengan score 4. Tetapi ketika dilanjutkan ke
pertanyaan yang ketiga responden menjawab kondisi tempat parkir supermarket dieng plateau
yang lebih baik. Hal ini bisa terjadi Karena tingkatan antar jawaban belum memiliki jarak
interval yang pasti.dalam hal ini, jawaban baik dengan score 4 bukan berarti memiliki kondisi 2
kali lebih baik jika responden menjawab tidak baik dengan score 2.
Skala interval
Sekala interval adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan
peringkat antar tingkatan. Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas. Tetapi
belum memiliki nilai 0(nol) yang mutlak. Skala interval memiliki tingkatan yang lebih tinggi
dibandingkan sekla ordinal Karena selain menyatakan peringkat, jarak antar tingkat sudah jelas.
Contoh :
Skala rasio
Adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan. Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas dan memiliki nilai
0 mutlak . sekala rasio memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekala interval
Karena disamping dapat menyatakan peringkat, jarak antar tingkatan sudah jelas dan sudah
memiliki niai nol mutlak. Nilai nil mutlak memiliki arti bahwa nol benar- benar menyatakan
tidak ada.
Contoh:
berat badan FAKHRUN 30 KG sedangkan berat badan Jevi 60 kg denga demikian dapat
diakatakan bahwa selisih berat badan jevi dengan berat badan fakhrun 30 kg .juga dapat
dikatakan bahwa berat badan jevi dua kali lebih berat dibandingkan berat badan fkhrun. Apabila
berat suatu barang adalah 0 maka barng tersebut memang benar benar tidak memiliki berat.
Tipe sekala pengukuran juga sangat berkaitan dengan alat analisis data yagn diguknakan
jika sekala pengukuran yang digunakan adalah sekala nominal dan ordinal maka alat analisi
stastistik yang digunakan adalah statisitk non-parametik akan tetapi, jika sekala pengukuran yang
digunakan adalah interval dan rasio maka alat analisis ststistik yang diguanakan adalah non
parametirik.
Setelah variabel yang menjadi perhatian diidentifikasi dan didefinisikan secara
konseptual,suatu jenis sekala harus dipilih. Pemilihan sekala amat tergantung dari ciri-ciri
yang mendasari konsep dan antisipasi peneliti terhadap penggunaan variabel yang digunakan
dalam tahap analisi data. Dengan kata lain, untuk memilih skala yang sesuai, peneliti harus
memilih peralatan yang dapat mengukur secara tepat dan konsisten apa yang harus diukur
untuk mencapai tujuan penelitian. Proses ini disebut evalusai mengenai skala pengukuran.
Dalam mengevalusai skala pengukuran, harus diperhatikan dua hal (1) validitas dan (2)
reliabelitas
D. VALIDASI
Sutau skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak
bermanfaaat bagi peneliti Karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya
dilakukan.
E. REHABILITAS
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan
perhatian pada masalah kosistensi, sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah
ketepatan. Dengan demikian, realibilitas mencakup dua hal utama yaitu; stabilitas ukuran dan
konsistensi internal ukuran (Sekaran, 2000:207-7)
F. STABILITAS UKURAN
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau
tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat membuktikan
kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep. Terdapat dua jenis uji
stabilitas, yaitu test-retest realibility dan realibilitas bentuk paralel (paralel-form realibility).
Test-Retest Realibility, yaitu koefisien realibilitas yang diperoleh dari
pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan. Yaitu ketika
kuisioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama diberikan kepada
responden pada saat ini dan diberikan kembali pada responden yang sama dalam waktu yang
berbeda (misalnya, 2 minggu – 6 bulan). Kemudian korelasi antar skor yang diperoleh dari
responden yang sama dengan dua waktu yang erbeda inilah yang disebut dengan koefisien
test-retest. Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest realibility, sehingga semakin
stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda.
Realibilitas Bentuk Paralel ( Parallel-Form Realibility), terjadi ketika respons
dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruks yang sama memiliki
korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan format
respons yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan urutan
pertanyaan. Yang ingin diketahui di sini adalah kesalahan variabilitas (error variability) yang
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan. Jika
dua bentuk pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang tinggi (katakanlah 0,8 atau
lebih) maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan kesalahan
varian minimal karena faktor penyusunan kalimat dan ukuran pertanyaan.
Jenis-Jenis Validitas
Validitas Deskripsi
a. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan
atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain:
1. Sangat setuju 1. selalu
2. Setuju 2. sering
3. Ragu-ragu 3. kadang-kadang
4. Tidak setuju 4. tidak pernah
5. Sangat tidak setuju
Jawaban
No. Pertanyaan
SS ST RG TS STS
1. Sekolah ini akan menggunakan √
teknologi informasi dalam
pelayanan administrasi dan
akademik.
.............................................
2.
20 orang menjawab SS
40 orang menjawab ST
5 orang menjawab RG
20 orang menjawab TS
STS TS RG ST SS
b. Pernah
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga
dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu
dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak
setuju diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.
Pernyataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam
skala pengukuran interval dikotomi.
Contoh :
1. Apakah sekolah anda dekat jalan Protokol ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda punya ijazah sarjana ?
a. Tidak
b. Punya
c. Semantic Defferensial
Contoh :
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
d. Rating Scale
Contoh 1:
Jumlah skor hasil pengumpulan data= 818. Dengan demikian kualitas tata ruang kelas
lembaga lembaga pendidikan A menurut presepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari
kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut.
Nilai 818 termasuk dalam kategori interval “kurang baik dan cukup baik”. Tetapi lebih
mendekati cukup baik.
Contoh 2:
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan sesudah
mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai berikut.
Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan
Pengetahuan Pengetahuan
sebelum sesudah
Mata pelajaran
mengikuti mengikuti
diklat diklat
0 1 2 0 1 2
Komunikasi
3 4 3 4
0 1 2 Tata ruang 0 1 2
3 4 kantor 3 4
0 1 2 Pengambilan 0 1 2
3 4 keputusan 3 4
Sistem
0 1 2 0 1 2
pembuatan
3 4 3 4
laporan
0 1 2 0 1 2
Pemasaran
3 4 3 4
0 1 2 0 1 2
Akuntansi
3 4 3 4
0 1 2 0 1 2
Statistik
3 4 3 4
Dengan dapat diketahuinya pegetahuan sebelum dan sesudah mengikuti diklat, maka
pengaruh pendidikan dan latihan dalam menambah pengetahuan para pegawai yang mengikuti
diklat dapat dikenali.
Data dari pengukuran sikap dengan skala sikap dan pengukuran tata ruang adalah
berbentuk data interal. Tetapi data hasil dari pengukuran penambahan pengetahuan seperti di atas
menghasilkan rasio.
Selain instrument seperti yang di atas, ada instrument penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data nominal dan ordinal.
Contoh:
Misalnya murid bernama E adalah yang paling baik prestasinya, maka murid tersebut diberi
rangking 1.
Pada tabel 6.3 diberikan contoh instrument untuk mendapatkan data ordinal. Dengan
instrumen tersebut responden diminta untuk mengurutkan rangking 23 faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Misalnya sistem pembinaan karir merupakan
faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas, maka faktor no 10 diberi
rangking 1.
TABEL 6.3
Prestasi
Prestasi kerja
……… 14. kejelasan apa yang
dikerjakan
……… 15. kreativitas
kerja karyawan
……… 16. kebersihan ruangan
……… 17. cahaya ruangan
karyawan
……… 18. sirkulasi udara
……… 19. waktu istirahat
……… 20. alat-alat kerja
……… 21. kesehatan kerja
……… 22. harapan yang dipenuhi
……… 23. disiplin kerja
I. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat dinamakan dengan membuat
laporan daripada melakukan penelitian.
Begitu masalah penelitian telah dirumuskan dan desain penelitian telah dipilih untuk
memecahkan masalah, tugas peneliti selanjutnya adalah memilih teknik pengukuran
(measurement) dan mendesain instruen penelitian. Teknik pengukuran pada dasarnya
membicarakan mengenai aturan dan prosedur yang digunakan untuk menjembatani antara
apa yang terjadi pada dunia nyata. Misalnya jika peneliti ingin mengukur kepuasan kerja
karyawan Perumka, teknik pengukuran akan berusaha meyakinkan bahwa tingkat kepuasan
kerja benar-benar dapat diukur dengan skala pengukuran tertentu.
Proses pengukuran amat berkaitan dengan desain instruen. Desain instrument dapat
didefinisikan sebagai p enyusunan instrument pengumpulan data (biasanya berupa suatu
kuisioner) untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan masalah penelitian.