Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI


PADA KURANG KALORI PROTEIN (KKP)

OLEH :
KELOMPOK 12 KELAS 4A

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Hotijah 1130018058
2. Khotimatul Chusna M 1130018105

FASILITATOR :
Firdaus, S.Kep., Ns., M.Kes.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal
Bedah I yang berjudul “Asuhan Keperawatan dan Patofisiologi Gangguan Nutrisi
pada KKP” dapat selesai seperti waktu yang telah direncanakan. Tersusunnya
makalah ini tentunya ridak lepass dari peran berbagai pihak yang memberikan
bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak I Firdaus,
S.Kep,Ns,.M.Kes.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat


agar makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak
ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka
pintu selebar-lebarya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang, dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan dihati
pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 27 Februari 2010

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Hemofilia 4
2.2 Klasifikasi Hemofilia 4
2.3 Etiologi Hemofilia 6
2.4 Patofisiologi & Way Of Caution Hemofilia 6
2.5 Manifestasi Klinis Hemofilia 9
2.6 Komplikasi Hemofilia 10
2.7 Pemeriksaan diagnostik pada Hemofilia 10
2.8 Penata laksanaan Hemofilia 11
2.9 Konsep asuhan keperawatan pada Hemofilia 13
BAB 3 APLIKASI TEORI 21
BAB 4 PEMBAHASAN 22
BAB 5 PENUTUP 23
4.1 Kesimpulan 23
4.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bellamy (dalam Sodikin, 2011) menyebutkan bahwa anak 40-60%
anak-anak didunia tidak mendapat cukup pangan. Anak yang kekurangan gizi
akan mengalami perkembangan yang lebih lambat. Pertumbuhan pada
jaringan otak akan terpengaruh, yang akan berpengaruh pula dalam semua
fungsi mental anak. Hal ini akan tampak pada usia SD, dimana anak akan
memiliki tingkat kecerdasan yang kurang, koordinasi sensorik dan
motoriknya sangat buruk, dan kelak akan memiliki kesulitan berkonsentrasi
disekolah. Malnutrisi dapat diakibatkan karena masukan makanan tidak
memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau dapat juga diakibatkan oleh
gangguan dari penyerapan makanan yang tidak cukup, serta kelainan
metabolism tertentu dapat pula menjadi penyebab malnutrisi (Sodikin,
2011). Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan
berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan
terkhir. Kriteria lain yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat
badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan (Rani,
2011). Malnutrisi Energi Protein (MEP) atau Kurang Kalori Protein (KKP)
dapat terjadi jika kebutuhan tubuh terhadap kalori, protein, atau keduanya
(kalori-protein) tidak tercukupi dengan diet. Kurang kalori protein (KKP)
termasuk suatu rentang kondisi patologis akibat kekurangan protein dan
kalori dalam berbagai bandingan (Sodikin, 2011).

Di seluruh dunia, malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama


morbiditas dan mortalitas pada masa kanak-kanak. Keadaan ini lebih banyak
diderita oleh bayi, anak-anak muda, dan juga berhubungan dengan
infeksi(Sodikin, 2011) Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut
Riskesdas tahun 2013 tercatat sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di

1
Indonesia mengalami gizi buruk dan kurang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat jumlah balita yang
mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah menurun
0,18% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249 (Dinkes Prov Jateng,
2012).
Terdapat empat faktor yang melatar belakangi terjadinya KKP yait
masalah sosial, ekonomi, biologi, ang lingkungan. Kemskinan merupakan
salah satu dari banyak determinan sosial-ekonomi, merupakan sumber
masalah paling dasar sebagai penyebab ketidaksedsiaan panga, tempat tinggal
yang padat yang padat, kumuh dan tidak sehat, serta ketidakmampuan
mengakses fasilitas kesehatan (Sodikin,2011).
Saat ini malnutrisi masih merupakan masalah yang perlu ditangani
secara serius, maka usaha pencegahan harus terus digalakkan sejak dini
dengan cara memberikan makanan dan pelayanan kesehatan sebelun efek dari
malnutrisi semakin meningkat, selain itu pemerintah perlu membuat
kebijakan dan menjalankan langkah-langkah praktis untuk menyediakan
fasilitas layanan yang mudah dijaungkau oleh segenap lapisan masyarakat
Sodikin, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1 Apakah definisi dari Kurang Kalori Protein (KKP) ?
2 Apakah etiologi dari Kurang Kalori Protein (KKP) ?
3 Apakah manifestasi klinis dari Kurang Kalori Protein (KKP) ?
4 Bagaiamanakah patofisiologi dari Kurang Kalori Protein (KKP ?
5 Bagaimana susunan WOC dari Kurang Kalori Protein (KKP) ?
6 Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada Kurang
Kalori Protein (KKP) ?
7 Bagaimana penatalaksanaan dari Kurang Kalori Protein (KKP) ?
8 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Teori Kurang Kalori Protein
(KKP) ?

2
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami teori asuhan keperawatan dan
penatalaksanaan gangguan nutrisi pada Kurang Kalori Protein (KKP).
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui definisi dari Kurang
Kalori Protein (KKP).
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui etiologi dari Kurang
Kalori Protein (KKP).
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui manifestasi klinis Kurang
Kalori Protein (KKP).
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofisiologi dari Kurang
Kalori Protein (KKP).
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui susunan WOC dari
Kurang Kalori Protein (KKP).
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan diagnostik
dari Kurang Kalori Protein (KKP).
7. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan dari
Kurang Kalori Protein (KKP).
8. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan
Teori dari Kurang Kalori Protein (KKP).

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kurang Kalori Protein (KKP).

2.2 Etiologi Kurang Kalori Protein (KKP).

2.3 Manifestasi Klinis Kurang Kalori Protein (KKP).

2.4 Patofisiologi Kurang Kalori Protein (KKP).

2.5 WOC Kurang Kalori Protein (KKP).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik pada Kurang Kalori Protein (KKP).

2.7 Penatalaksanaan Kurang Kalori Protein (KKP).


1. Penatalaksanaan Medis
2. Pentalaksanaan keperawatan

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Teori Pada Kurang Kalori Protein (KKP).
2.8.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
susku/bangsa, alamat, tgl MRS, dan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Utama
1) Perdarahan dalam jangka waktu lama
2) Epitaksis
3) Memar, khusunya pada eksermitas bawah

4
4) Bengkak dan nyeri pada sendi; sendi juga terasa hangat akibat
perdarahan jaringan lunak dan hemoragi pada sendi
5) Pada hemofilia C biasanya disertai perdarahan spontan
6) Perdarahan pada sistem gastrointestinal
a.Riwayat penyakit sekarang
Klien mangatakan nyeri pada kaki. Nyeri dirasakan hilang timbul
seperti tertusuk-tusuk dan nyeri bertambah saat berjalan dan berkurang
bila istirahat. Pasien mengeluh terjadi pendarahan lama, epitaksis,
bengkak yang nyeri, pendarahan spontan, pendarahan sistem GI track.
b. Riwayat penyakit terdahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami pendarahan yang tidak
henti-hentinya serta apakah klien mempunyai penyakit menular atau
menurun seperti, hipertensi, TBC.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga klien ada yang mendarita hemofilia pada laki-
laki atau carrier pada wanita.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan Umum
Pada pemeriksaan umum klien hemofilia bisanya didapatkan keadaaan
lemah dan kesadaran compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
Biasanya pada penderita hemofilia tekanan darah normal 120/80
mmHg, frekuensi nadi takikardi >110x/menit, frekuensi nafas
normal/meningkat 28x/menit, suhu normal 36,5oC - 37,5 oC.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi : Pada pasien hemofilia umumnya mengalami frekuensi
nafas normal/maningkat
b) Palpasi : pada pasien hemofilia biasanya normal
c) Perkusi : pasien hemofilia umumnya suara sonor
d) Auskultasi : pada pasien hemofilia Suara nafas Vesikuler
2) B2 (Bleeding)

5
a) Inspeksi : Pada pasien hemofilia umumnya terjadi perdarahan terus-
menerus dan adanya luka memar di dekat area perdarahan.
b) Palpasi : Umumnya CTV > 2 detik
c) Perkusi : pada umumnya tidak ada pergeseran jantung
d) Auskultasi : pada pasien hemofilia Suara jantung normal (S1 dan
S2) dan tidak ada suara jantung tambahan (S3 dan S4)
3) B3 (Brain)
Inspeksi : Pasien mengeluhkan Pusing
4) B4 (Bledder)
Inspeksi : sistem perkemihan normal
5) B5 (Bowel)
a) Inspeksi : Mengkaji pola makan pasien apakah sebelumnya
pesien mengkonsumsi asupan nutrisi harian secara pas atau
kurang.
b) Palpasi : terdapat pembesaran hati atau limfa.
6) B6 (Bone):
Palpasi : umumnya penderita hemofilia mengalami nyeri
persendian dan tulang

c. Activity Daily Life (ADL)


- Pola nutrisi : anoreksia
- Pola eliminasi : hematuria, feses hitam
- Pola personal hygine : kurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan dini
- Pola aktivitas : kelemahan dan adanya pengawasan ketat
dalam beraktivitas
- Pola istirahat tidur : kebutuhan untuk tidur terganggu karena
nyeri

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut (D.0077)

6
Definisi pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik.
2. Gangguan integritas jaringan (D.0129)
Definisi Kerusakan jaringan ( membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kampsul sendi dan/ ligament. Gangguan
integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
kekurangan volume cairan.
3. Resiko cedera (D.0136)
Definisi beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam
kondisi baik. Resiko Cedera dibuktikan dengan ketidaknormalan profil
darah.
4. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0023)
Definisi berisiko peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial/intraselular. Risiko ketidakseimbangan cairan
dibuktikan dengan trauma/perdarahan.
5. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Definisi keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan musculoskeletal.

2.9.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Risiko Setelah dilakukan Manajemen cairan
ketidakseimbangan tindakan Kode:L.03098
cairan keperawatan 3 x 24 1. Monitor status

7
jam diharapkan hidrasi(tekanan darah)
ketidakseimbangan R/ mengetahui
cairan dapat teratasi. perkembangan tekanan
Kode: L.03020 darah px
1. Haluaran Urin dari 2. Monitor hasil
skala 2(cukup pemeriksaan Labotarium
menurun) menjadi (Hematokrit)
4(cukup R/ mengetahui
meningkat) perkembangan
hematokrit px
2. Kelembaban 3. Catat intake –output
membran mukosa dan hitung balance
dari skala 2 (cukup cairan 24 jam
menurun) menjadi R/ membantu
4(cukup mengontrol
meningkat) keseimbangan cairan
tubuh pasien
3. Tugor kulit dari 4. Berikan asupan cairan
skala 2 (cukup R/membantu
memburuk) meminimalkan
menjadi 4 (cukup terjadinya kekurangan
membaik) volume cairan
5. Kolaborasi pemeberian
diuretic
R/ meminimalkan
terjadinya kekurangan
cairan akibat
perdarahan yang
dialami pasien

8
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
tindakan karakteristik, durasi,
keperawatan 3 x 24 frekuensi, kualitas,
jam diharapkan intensitas nyeri.
tingkat nyeri akut R/ membantu dalam
dapat teratasi mengatasi masalah
Kode: L.08066 pasien
1. keluhan nyeri dari 2. Identifikasi skala nyeri
sakala 2 (cukup R/ agar mengetahui
meningkat) tingkat skala nyeri
menjadi 4 ( cukup pasien.
menurun) 3. Identifikasi respons
2. meringis dari nyeri non verbal
sakala 2 (cukup R/ mengetahui respon
meningkat) yang dilakukan
menjadi 4 ( cukup 4. Identifikasi faktor yang
menurun) memperberat dan
3. sikap protektif memperingan nyeri
dari sakala 2 R/ membantu pasien
(cukup faktor-faktor nyeri
meningkat) 5. Berikan teknik
menjadi 4 ( cukup nonfarmakologis untuk
menurun) mengurangi rasa myeri
4. gelisah dari (kompres hangat)
sakala 2 (cukup R/ meningkatkan
meningkat) vasokonstriksi,
menjadi 4 ( cukup penumpukan resepsi
menurun) sensori yang
selanjutnya akan
menurunkan nyeri
6. Jelaskan penyebab,

9
periode, dan pemicu
nyeri
R/ supaya pasien
mengetahui apa
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
R/ agar saat dirumah
pasien bisa melakukan
teknik nonfarmakologis
8. Kolaborasi pemberian
analgetik.
R/ meminimalkan
terjadinya kekurangan
cairan akibat
perdarahan yang
dialami pasien

3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya


fisik tindakan nyeri atau keluhan fisik
keperawatan 3 x 24 lannya.
jam diharapkan R/ Dapat mengetahui
Gangguan mobilitas identifikasi adanya
fisik dapat teratasi nyeri
Kode: L.05042 2. Identifikasi toleransi
1. Pergerakan fisik melakukan
ekstermitas dari pergerakan
skala 2 (cukup R/ meningkatkan fungi
menurun) sendi, kekuatan otot,

10
menjadi 4 (cukup dan stamina umum
meningkat) 3. Libatkan keluarga
2. Kekuatan otot untuk membantu pasien
dari skala 2 dalam meningkatkan
(cukup pergerakan
menurun) R/ memudahkan pasien
menjadi 4 dalam meningkatkan
(cukup pergerakan
meningkat) 4. Jelaskan tujuan dan
3. Rentang gerak prosedur mobilisasi
ROM dari skala R/ pasien dapat
2 (cukup mengetahui tujuan dari
menurun) mobilisasi
menjadi 4
(cukup
meningkat)

2.9.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi ialah langkah ke empat dalam tahap proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi atau tindakan
keperawatan yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan.

2.9.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam asuhan keperawatan.
Keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat antara lain hal-hal berikut:
1. Nyeri berkurang.
2. Melakukan upaya pencegahan berdarah.
3. Mampu menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup.
4. Tidak mengalami komplikasi.

BAB 3

11
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hemofilia adalah gangguan pendarhan perifer yang dapat timbul
pada defisiensi atau gannguan fungsional factor pembekuan plasma yang
manapun, kecuali factor XII, prekalikrwin, dan kininogen berat molekul
tinggi (HMWK). Hemofilia ialah kelainan pendarahan herediter terikat
resesif yang dikarakteristikan oleh defisiensi factor pembekuan esensial.
Klasifikasi dari hemofila terbagi atas dua jenis, yaitu hemofilia A
dan hemofilia B. klasifikasi hemofilia menurut berat ringannya penyakit
dapat dibedakan menjadi 4 yaitu defisensi berat, defisiensi ringan,
defisiensi sedang, dan subhemofilia.
Penyebab hemofilia adalah mutasi genetic yang didapat (acquered)
atau diturunkan (herditer), hemofilia A disebabkan kurangnya factor
pembekuan VII dan hemofilia B disebabkan kurangnya factor pembekuan
IX (Plasma Tromboplastic Antesenden).
Sedangkan manifestasi klinis dari hemofilia diantaranya adalah
perdarahan hebet setelah trauma ringan, hematom pada jaringan lunak,
hematrosis (pendrahan sendi) dan kontraktur sendi, hematuria, pendarahan
serebal, terjadinya pendarahan yang dapat menyebabkan takhikardi,
takipnea dan hipotensi.

4.2 Saran
Hemofilia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat di cegah
maka untuk penderita hemophilia kami sarankaan agar tetap sabar dan
berusaha untuk pengobatan rutin. Dan berusahasa agar menjaga kesehatan
dan mencegah dampak dari hemophilia. Bagi mereka yang memiliki
gejala-gejala hemofilia, disarankan segera melakukan tes darah untuk
mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya rutin berolahraga, tapi
pilih yang bermanfaat untuk menguatkan otot dan melindungi persendian.
DAFTAR PUSTAKA

12
Betz, C. L., & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi
5.Jakarta: EGC.
Galih, Chandra. 2011. Menikmati Hidup Bersama Hemofilia. Solo: Metagraf.
Handayani, W., & Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Hoffbrand,A. V., and Moss, P.A. H. 2013. Kapita Selekta HEMATOLOGI.
Jakarta: EGC.
Jitowiyono, Sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU
LeMone, Priscila. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan
Kardiovaskular,Ed. 5.Jakarta: EGC
Ngatiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal bedah Ed.12. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI

13

Anda mungkin juga menyukai