SKRIPSI
Oleh:
NIM. B93215098
JURUSAN DAKWAH
2019
i
vi
ii
iii
o KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SI]RABAYA
r\lM
bscrh ]l. ngkr l,xn8 diDc ulr. orl2 r). Denljin rrxk ltcbr R.liki Nrh tikstusia rni
?(illurrltkn UrN Sun/fl rmtd Suflr.\x tr!'htrr mef,).imtxn, ,n!.lditr-nrdix/f.mrir krn,
men!.l.,h.rr dilxm b..rult tr.gkitxn J i (Jdibij..), ncndislriLuik.f,nF, rxn
ncnamtillti / frcmptrblibsi[inr,r i di Iftcfid xhD mrd;i hin s.cxn ,,/r.k u.1!t [acnl.A3n
.(,J.1 r ., f. 1 tr r. ,i. ' -
' ',a
|!ntrr. nq,. rn rl.f. rru.!n!rLn L n(b!Frf,!lr rm.
S,Ia bcAcdix untuk n.nangsung sccxr pribxdi, h.ti ncllb km pitrxtt pc,jrurtrkxrn UIN
Sunrn ]\n|fl Su(b:M. seS:1. b.dlu[ lunuin hukum FnS rimbut xtis rchnA$nn a], (:tnu
(tahm kd. ilmiah si\r if,i.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Positive Parenting, Anak Tunagrahita
vii
ix
Tabel 1.1 Spesifikasi Produk Pengembangan Pola Asuh Orang Tua Berbasis
Modul Positive Parenting di Era Milenial untuk Meningkatkan Sikap
Kemandirian Belajar Anak Tunagrahita
Tabel 1.2 Keterangan Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.1 Profil Subjek
Tabel 3.2 Identitas Peneliti
Tabel 3.3 Identitas Penguji I
Tabel 3.4 Identitas Penguji II
Tabel 3.5 Identitas Penguji III
Tabel 3.6 Uji Ahli I Produk
Tabel 3.7 Uji Ahli II Produk
Tabel 3.8 Uji Ahli III Produk
Tabel 3.9 Hasil observasi keseharian subjek sebelum pelatihan hypnoparenting
Tabel 3.10 Hasil observasi keseharian subjek setelah pelatihan hypnoparenting
xi
Tabel 3.1 Gambar Proses Pengembangan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Modul
Positive Parenting di Era Milenial
Tabel 3.2 Gambar Desain Modul Positive Parenting di Era Milenial
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Chabib Thoha, pola asuh orang tua merupakan suatu cara
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
dikutip oleh Chabib Thoha bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua
yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang
kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-
anaknya. 1
terjadinya pembuahan dan menjadi janin di dalam rahim seorang ibu lalu
1
1
Chabib Thoha, Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 109
(tunagrahita).
program pendidikkan seperti anak pada umumnya oleh karena itu, anak-
yang akan meneruskan kehidupan dimasa yang akan datang. Selain itu
lebih tua mendidik dan mengarahkan pada hal yang positif. Tidak hanya
2
T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2007),
hal. 115
anak yang normal saja yang memerlukan bimbingan akan tetapi anak yang
tanpa tergantung pada orang lain, percaya diri sendiri, mampu mengambil
melepaskan diri secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua,
3
Gea, Antonius Atokashi, Character Building I Relasi Dengan Diri Sendiri edisi revisi,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2003), hal.195
Jika berbicara tentang kemandirian cakupannya sangat luas salah satu yang
Maka pola asuh orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus sangat
penting, orang tua harus melakukan kegiatan pengasuhan secara Full Time
problem yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
yang cenderung fisik yaitu berupa gangguan yang ditandai sakit kepala,
secara fisik, kebosanan, mudah cemas, mudah putus asa, sulit beradaptasi,
tunagrahita yang memiliki pola asuh orang tua yang berbeda, anak
suka mengandalkan jawaban teman ketika ada tugas dari sekolah karena
4
M. Ali & M. Asrori, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), Hal. 107
5
Kompas.com, “Dua Kunci Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus,”
http:edukasi.kompas.com/read/2014/09/15/20583841/Dua.Kunci.Mendampingi.Anak.Berkebutuha
n.Khusus, pada tanggal 9 Oktober 2018 pukul 23:45
sementara ini, peneliti merasa tertarik membahas tentang pola asuh orang
tua yang terjadi pada anak tunagrahita yang pertama. Peneliti bertujuan
tersebut tak dapat terdeteksi dan dijelaskan dengan baik tanpa adanya
penelitian lebih lanjut. Hal inilah yang membuat peneliti merasa perlu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis
penelitian.
2. Aspek Praktis
a. Bagi Peneliti
E. Definisi Konsep
asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik
pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh
yang efektif selalu biasa ditemukan dalam hubungan yang kuat antara
orang tua dan anak. Pada kenyataannya, ada keterkaitan yang sangat
pola asuh orang tua dalam penelitian ini adalah orang tua yang selalu
anak agar orang tua dapat lebih mudah memahami anak yaitu dengan
tindakannya. 8
8
M. Ali & M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hal. 110
9
Desmita El-Idhami, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Remaja
Rosdaya Karya), hal.185
siswa sebagai peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri dari
10
Umar Tirtahardja & La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
hal. 50
mengerjakannya.
b. Anak Tunagrahita
1) Kategori ringan
2) Kategori sedang
Pada jenis ini, penderita dapat dideteksi sejak lahir karena pada
3) Kategori berat
rutin.
11
Aqila Smart, ANAK CACAT BUKAN KIAMAT, (Jogjakarta: KATAHATI), hal. 49
F. Spesifikasi Produk
tujuan dan prosedur modul. Hal ini dapat diketahui dengan cara
anaknya
Tabel 1.1
Spesifikasi Produk Pengembangan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Modul Positive
Tunagrahita
b) Ketepatan rumusan
c) Kejelasan rumusan
materi
tenaga
Parenting di Era
Milenial terhadap
pengembangan pola
mendidik anak:
1. Bentuk Modul
2. Isi
Isi atau materi Modul Positive Parenting di Era Milenial ini terdiri
3. Pelaksanaan
a. Pendahuluan
b. Materi
G. Metode Penelitian
Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah orang tua
pola asuh orang tuanya di rumah oleh karena itu lokasi penelitian ini
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA,
2015), hal. 297.
3. Tahapan Penelitian
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada penelitian ini, tahapan-
1) Merumuskan tujuan
tua
rancangannya.
a. Jenis Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta dan angka
akan kurang valid jika tidak ditemukan jenis data dan sumber
1) Data primer
Data primer adalah data pokok dari penelitian ini, yaitu data
2) Data sekunder
13
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hal. 209.
b. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling penting dalam sebuah
dokumentasi
a. Observasi
dirumah
14
Cholid Narbuka & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
hal: 70.
dengan sumber data, yaitu dengan anak tunagrahita, orang tua anak
mendapatkan data yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam
berikut:
mengenai latar belakang anak, riwayat anak dari kecil hingga saat
ini, kepribadian anak menurut keluarga serta pola asuh orang tua
ketika dirumah
anaknya.
c. Dokumentasi
Keterangan lebih jelas tentang jenis data, sumber data, dan teknik
Tabel 1.2
15
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1996), hal. 202.
Keterangan:
W : Wawancara
O : Observasi
D : Dokumentasi
d. Angket (Kuisioner)
assesment dan hasil penilaian dari para uji ahli produk. Kuisioner ini
diberikan kepada tim uji ahli untuk mengetahui apakah modul sudah
orang tua yang berguna sebagai alat pengukur potensi dan dampak
data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis melalui cara sebagai
berikut:
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2015), hal. 199.
dilaksanakan.
c. Revisi Produk
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga
macam, yaitu :
a. Memperpanjang Keikutsertaan
b. Triangulasi
mantap tidak hanya dari satu cara pandang sehingga bisa diterima
pelengkap. 17
17
Himatul Mukarromah, “Paket Pelatihan Konseling Keluarga Islami untuk
Meningkatkan Pola Asuh Orang Tua dalam Mendidik Anak”, (Skripsi, Fakultas Dakwah UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2017), hal. 22-24.
H. Sistematika Pembahasan
Bagian inti, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi
kajian tentang Pola Asuh Orang tua, Sikap Kemandirian Belajar Anak
Relevan
Pola Asuh Orang tua Berbasis Modul Positive Parenting di Era Milenial
KAJIAN PUSTAKA
kelak. Model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung
akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Anak akan meniru sikap dan tutur
kata orang tuanya oleh karena itu, orang tua juga perlu memahami anak
metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak yang
Chabib Thoha, pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat
Pola asuh orang tua secara umum dapat diartikan sebagai proses
29
interaksi orang tua dan anak. Orang tua memberikan dorongan bagi anak
dianggap tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta
Pola asuh adalah cara yang digunakan orang tua dalam mencoba
harus dimiliki anak saat dewasa nanti. 4 Tujuan mengasuh anak dapat
Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung pada sikap
3
Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2014), hal. 5
4
Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakarta: Arcan Noor, 1994), hal. 139
5
Departemen RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta Timur: CV Pustaka Al-Kautsar, 2009),
hal. 560
maka hal ini cenderung untuk diperhatikan karena sikap orang tua terhadap
yang lebih besar. Pesan-pesan kontrol positif seperti pemberian alasan dan
empat mata dengan setiap anak. Melalui cara ini, dapat membicarakan
tadi pagi dia dimarahi sopir bus sekolah, orang tua bisa mengatakan
mereka dipahami oleh orang lain selain dirinya. Ketika orang tua
tanyakan kepada anak, “Apa yang harus kamu lakukan supaya tidak
dimarahi lagi sama pak sopir?” jika anak merasa dipahami, maka dia
perilaku yang buruk dapat membuat orang tua sedih, marah, jengkel dan
“Ketika kamu mengucapkan kata jorok seperti itu, ibu merasa sedih” 8
halnya orang tua dulu menerapkan pola asuh terhadap anaknya seperti
yang diajarkan oleh orang tua jaman dulu turun temurun. Dalam
asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh yang terlihat lebih dominan
waktu.Adapun tipe-tipe pola asuh orang tua anak menurut Baumrind yaitu
sebagai berikut :
orang tua juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa
8
Steven Dowshen MD, Cerdas Menjalin Komunikasi dengan Anak, (Yogyakarta: Pionir Media, 2009),
hal. 111
menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. 9Pola asuh ini memiliki
mandiri, memiliki kontrol diri, percaya diri, dan patuh. Hal ini sesuai
ciri-ciri :
1) Menyediakan waktu
9
C. Drew Edwards, Ketika Anak Sulit Diatur, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006), hal. 78-79
10
Departemen RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta Timur: CV Pustaka Al-Kautsar, 2009),
hal. 71
3) Menghargai anak
4) Mengerti anak
menjadi lebih erat dan apabila anak memiliki masalah mudah untuk
diselesaikan.
5) Mempertahankan hubungan
orang tua yang selalu menjaga hubungan yang baik dengan anak dan
orang tua dan anak maka anak akan mengutarakan isi hatinya dengan
terbuka. 11
6) Menerima kritik
Pola asuh Otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan adanya
dari orang tuanya. Hal ini berdampak buruk kepada anak yaitu anak
3) Bersikap mengomando
4) Bersikap kaku
5) Cenderung emosional
baik, sehingga tidak perlu lagi anak di mintai pertimbangan atas semua
11
Mary Go Setiawan, Menerobos Dunia Anak, ,(Bandung: Yayasan Kalam Kehidupan, 2000), hal. 69
12
Elizabeth B. Hurloch, Developmen, Terjemahan oleh Mitasari Tjandrasa, Perkembangan Anak, Jilid
2, (Jakarta: Erlangga, 1979), hal. 93
Pola asuh Permisif adalah pola asuh yang ditandai dengan kebebasan
menyalahkan anak. Orang tua memiliki sikap yang hangat kepada anak
awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan
atau kata benda karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka
tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rongers
disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari
kemandirian. 15
alaminya. 16
pada orang lain. Oleh karena itu, individu yang mandiri adalah individu
16
Hasan Basri, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hal. 53
17
Anita Lie & Sarah Prasasti M. Hum, 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak,
(Usia Balita sampai Remaja), (Jakarta: Gramedia, 2004), hal. 2
18
M. Ali & M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara) hal. 110
19
Desmita El-Idhami, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Remaja Rosdaya Karya)
hal.185
anak tidak mau hidup mandiri, seperti misalnya harus disuapi saat
mandiri merupakan naluri setiap orang sejak masih bayi. Bayi akan
terus dan terus melakukan apa yang ingin dilakukannya. Saat jatuh, ia
akan terus berusaha untuk bangun walaupun jatuh kembali. Begitu pun
seorang pencemas dan penakut. Hal yang dapat dilakukan orang tua
20
Umar Tirtahardja & La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 50
Banyak orang tua lupa bahwa anak juga memiliki hak dan
Berikan reward baik berupa pujian atau hadiah setiap kali anak
yang luar biasa bagi anak. Ia akan mengulang lagi perbuatan tersebut
b. Aspek-aspek Kemandirian
1) Kemandirian emosional
jawab.
3) Kemandirian nilai
dan salah, tentang apa yang penting dan yang tidak penting.
c. Ciri-ciri kemandirian
sebagai berikut:
21
Supardi MM, Ide Ide Kreatif Mendidik Anak bagi Orang tua Sibuk, (Jogjakarta: KATA HATI,
2013), hal. 48
dirinya sendiri,
kelamin lain. 22
Sikap mandiri merupakan pola pikir dan sikap yang lahir dari
22
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal.122-123
23
Hadari Nawai, Pendidikan dalam Islam, (Surabaya: AL-Ikhlas, 1993), hal. 340-376
menghargai waktu. 24
dibedakan dari dua arah , yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar.
Faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usia
24
Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:
Diva Press, 2011), hal. 92-93
anak.
sejak awal, maka perilaku mandiri itu akan berkembang lebih awal.Dari
2. Anak Tunagrahita
25
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 124-125.
26
Sutjiati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Grafika Aditama, 2006), hal. 103
b. Ciri-ciri Tunagrahita
1) Tunagrahita ringan
2) Tunagrahita sedang
shop)
3) Tunagrahita berat
dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus
30.28
27
Aip Sjarifuddin, Olahraga Pendidikan untuk Anak Lemah Ingatan, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1980), h.2.
28
Tamsih Udin AM dan E. Tejaningsih, Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa SPG/SPO/KPG,
(Bandung : Epilson Group, 1988), hlm 42-44.)
1) Kategori ringan
2) Kategori sedang
Pada jenis ini, penderita dapat dideteksi sejak lahir karena pada masa
3) Kategori berat
Banyak penderita yang memiliki cacat fisik dan kerusakan saraf. Tak
1) Lemah Ingatan
29
Aqila Smart, ANAK CACAT BUKAN KIAMAT, (Jogjakarta: KATAHATI), hal. 49
2) Imbesil/Sedang
keadaan ini lebih baik dari tingkatan anak-anak yang berada dalam
sendiri. Jadi mereka masih dapat dilatih dalam beberapa bantuk dan
macam latihan yang berguna bagi dirinya dan secara terbatas pula
lembaga khusus.
3) Idiot
kelainan tingkah laku yang sangat rendah sekali dan sangat berat.
4) Kesulitan Belajar
3 SD.
30
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h, 248.
6 tahun.
Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi
orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi
dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri
atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-
saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di
rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu
yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah
saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya
atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan
bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki
(satu rumah) dari rumah-rumah (ini) hendaknya kamu memberi salam
kepada penghuninya (yang berarti memberi salam kepada dirimu
sendiri), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi
baik.”
dan pendidikkan untuk dapat mengenal dan bergaul dengan orang lain
1. Modul
lainnya.Modul sebagai salah satu bahan ajar berbentuk cetak sangat baik
31
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan Artinya, (Yogyakarta: UII Press, 2000)
dengan tujuan agar pembaca dapat belajar secara mandiri tanpa arahan
Isi yang ada dalam modul tentu saja dilengkapi dengan informasi.Ini
buku lain, fungsi modul sebagai rujukan dan referensi dapat dibenarkan
tersebut.
tentunya tidak akan berarti jika orang tua sendiri tidak mengenal pola atau
anak diperlukan cara khusus dan upaya tertentu yang akan membuat anak
saja, akan tetapi membutuhkan waktu dan proses. Selain itu, orang tua juga
harus sabar dalam menghadapi sikap anak yang mungkin susah diatur.
Anak yang mandiri akan memiliki rasa percaya diri yang kuat dimanapun
anak yang dilakukan oleh orang tua.Dalam pendekatan ini, orang tua
secara konstruktif. 32
dengan cara memberitahunya mana perilaku yang salah dan mana yang
anak berperilaku baik. Salah satu metode dalam rangka membawa anak-
32
“Positive Parenting”, diakses dari http://www.anakku.net/positive-parenting.html, pada tanggal 17
April 2019 pukul 09.49
kalimat positif yang mampu membuat anak percaya diri. Pada penelitian
ini, orang tua memberikansugesti positif dan hal itu sama dengan ketika
berupa kalimat positif yang diucapkan berulang ulang. Proses tersebut bisa
hypnoparenting yaitu:
sadar anak.
diinginkan orang tua. Jika selama ini kondisi sang anak jauh dengan
harapan orang tua, bisa jadi selama ini kita pula sebagai orang tua yang
33
Lanny Kuswandi, “Cara Mendidik Anak yang Baik dengan Hypnoparenting” diakses pada https:
//www.ibudanbalita.com/artikel/hypnoparenting-cara-mendidik-anak-yang-baik, pada tanggal 17 April 2019
pukul 10.26
menganggap diri orang tua sebagai yang paling benar dan segala-
d. Membantu orang tua untuk menjadi lebih sabar, tenang, fokus dan
anak. 34
petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat
timbul pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada
oleh orang tua. Orang tua dapat membantu untuk mengatasi masalah anak
dengan cara yang benar dan wajar. Pemberian Modul Positive Parenting di
Era Milenialini, peneliti melibatkan peran serta aktif dari ibu karena ibu lebih
34
Ali Akbar Navis, Menjadi Orang Tua Idaman dengan Hypnoparenting, (Yogyakarta: Kata Hati), hal.
155-156.
teladan bagi anak. Tapi, semua itu harus disesuaikan kembali kepada
karakter, komitmen dan tujuan ayah dan ibu dalam membentuk keluarga dan
Peran orang tua sangat penting karena pengasuhan memiliki peranan yang
tua perlu memahami prinsip-prinsip pengasuhan yang baik agar anak menjadi
pribadi yang memiliki perkembangan yang baik sesuai dengan harapan orang
tua. Peran modul sangat penting untuk mendampingi orang tua dalam
tahapan terapi secara konsisten terhadap proses dan kebutuhan subjek. 35 Pada
penelitian ini, jenis modul yang dianggap paling cocok dengan kebutuhan
subjek dan menunjang proses pengembangan pola asuh orang tua adalah
fungsi dan peran setiap unit di sistem keluarga untuk meningkatkan pola asuh
anak melalui penguatan kepekaan terhadap diri (sense of self) melalui 6 cara.
35
Samuel T. Gladding & Debbie W. Newsome, “Art in Counseling”, Handbook of Art, hal. 244-245.
sekedar basa basi dengan anak tetapi orang tua harus bisa menyelami
perasaan anak baik itu senang, sedih, marah maupun keluh kesah anak.
3. Ibu harus bisa mengenali bahasa tubuh dari anak. Apabila orang tua
5. Orang tua harus menjadi pendengar yang aktif karena anak-anak umumnya
cenderung ingin didengarkan dan anak akan tahu bahwa orang tua
upaya mengembangkan pola asuh orang tua adalah sebagai media atau
36
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Hal 121-122
Yogyakarta 2016.
anak Tunagrahita
Surabaya 2018.
Development
Perbedaan: Penelitian ini memakai objek orang tua yang memiliki anak
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
produk baru.
menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien atau menciptakan produk baru
yaitu:
61
produk)
ada)
Metode dan model ini dipilih karena bertujuan untuk menghasilkan produk
pengasuhan positif.
1
Sugiyono, Metode Penlitian & Pengembangan, (Bandung: Alfabeta, 2015),
hal.33
1. Identitas Subjek
a. Profil Subjek
Agama Islam
berkeluarga pindah ke Bogor tetapi untuk saat ini ada di luar negeri
karena suaminya sedang ada kerjaan di luar negeri lalu untuk adik
ibu Wati ada di Bondowoso dan belum menikah. Anak ibu Wati
chef. Pulang dari Abu dabi masih sekitar 2 tahun lagi sedangkan
anak terakhirnya masih berumur 19 tahun. Anak kedua ibu Wati ini
Wati bekerja sebagai HRD di PT. Suparma namun saat ini ibu Wati
sudah tidak lagi bekerja karena sudah pensiun. Ibu Wati sudah
pensiun sejak Agustus 2010. Saat ini ibu Wati menjalani tugas
kekuatan ibu Wati adalah keluarga yaitu suami dan anak anaknya.
ibunya.
Pola asuh yang baik itu diawali dengan mendidik anak di rumah
lingkungan rumahnya. Hal itu disampaikan oleh ibu Wati, ibu Wati
anaknya masih SD, ibu Wati mencari sekolah yang ada program
jelas. Waktu anaknya masih SD, ibu Wati berjuang keras untuk
akhirnya itu semua tidak bertahan lama karena tidak ada hasil yang
baca tulis. Menurut suami ibu Wati, ibu Wati merupakan ibu yang
sekarang harus sendiri dengan alasan agar anak bisa mandiri dan
2. Identitas Peneliti
SMPN 2 Taman
SMAN 1 Taman
UINSA Surabaya
BBN UINSA
di Jawa Timur
Tahapan
Tahapan Penyebaran
Pengembangan dan Tahapan
Tahapan Implementasi
Perancangan
Tahapan
Pendefinisian
Gambar 3.1 Proses Pengembangan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Modul
yang membahas tentang pola asuh positif yang efektif yang bisa
tua. Pada tahap ini peneliti mulai merancang produk berupa Modul
mendidik anak dengan cara efektif dan hipnosis yang biasa dikenal
anak tunagrahita.
terutama di era milenial ini agar menerapkan pola asuh yang positif
sampul depan, daftar isi, dan sampul belakang. Isi dari modul ini
yaitu;
membacanya.
3) Bagian isi yang ketiga dari modul ini membahas tentang tahapan
memahaminya.
dan keberhasilannya.
Produk ini di kemas bukan hanya berupa modul saja tapi juga
pun juga suka dengan musik dan akhir akhir ini dia juga sedang
masukan ahli. Uji coba dilakukan oleh para ahli uji produk dengan
1) Penguji I
Tabel 3.3
Identitas Penguji I
No. HP 085850414494
Konseling Indonesia)
PABKI 2016
Komunikasi UINSA
2) Penguji II
Tabel 3.4
Identitas Penguji II
No. HP 081252515198
UINSA SBY
3) Penguji III
Tabel 3.5
Sidoarjo
No. HP 081331378731
Riwayat Pendidikkan
Pengalaman Organisasi
rekapitulasi uji ahli pada lembar angket uji ahli produk yang diberikan
oleh peneliti, produk yang ditulis peneliti ini dapat dikatakan tepat dan
hasil dari angket uji ahli yang menyetujui ketepatan isi dari materi
penilaian produk ini juga diberikan kepada subjek yang gunanya untuk
Adapun pendapat dan rekomendasi dari tim uji ahli terhadap produk
1) Penguji 1
Tabel 3.6
Tepat Tepat
Ketepatan √
objek
Ketepatan √
rumusan
tujuan dan
prosedur
Layak Layak
Prosedur √
praktis
Keefektifan √
waktu
Pemakai √
Produk
Dampak √
Produk
Pendapat:
hypnoparenting ini
Kelebihan:
Produk ini sudah baik dan unik karena peneliti membahas teknik pola
asuh orang tua yang jarang diketahui oleh orang lain. Teknik ini
modul
Kekurangan:
Produk ini kurang di lengkapi dengan buku manual yang ditujukan oleh
2) Penguji II
Tabel 3.7
Tepat Tepat
Ketepatan objek √
Ketepatan √
rumusan tujuan
dan prosedur
Kesesuaian √
gambar
Layak Layak
Prosedur praktis √
Keefektifan waktu √
aat
Pemakai Produk √
Dampak Produk √
Pendapat:
Produk modul ini sangat membantu orang tua dalam pola asuh yang
tepat untuk anak milenial dan yang perlu dipertegas dan diperjelas
Kelebihan:
Kekurangan:
Sebaiknya di modul ini diberi teladan dari para nabi dalam pola asuh
3) Penguji III
Tabel 3.6
Tepat Tepat
Ketepatan objek √
Ketepatan √
rumusan tujuan
dan prosedur
Kesesuaian √
gambar
Layak Layak
Prosedur praktis √
Keefektifan waktu √
aat
Pemakai Produk √
Dampak Produk √
Pendapat:
dikaitkan di modul ini serta peneliti perlu memiliki hasil tes IQ anak
tunagrahita
Kelebihan:
Modul ini mudah dipahami oleh orang tua karena didalam modul ini
Kekurangan:
berupa deskripsi perlu dikemas lagi desainnya agar menarik dibaca oleh
uji ahli serta produk yang telah di revisi kepada orang tua anak
rumah dan bertanya pendapat subjek terhadap pola asuh yang baik serta
kesempatan berikutnya.
hingga akhir.
bahwa judul modul itu berkaitan dengan isi modul yaitu di dalam modul
itu berisi tentang pola asuh orang tua yang positif dan efektif terutama
sekarang itu banyak orang tua yang masih belum menerapkan pola asuh
yang positif dan efektif seperti memarahi anak dengan nada bentakan
ketika anak salah, tidak menjalin komunikasi dengan anak setelah itu
verbal yang positif disertai dengan tindakan yang positif pula. Setelah
perubahan tingkah laku anak akan menetap tetapi apabila subjek tidak
subjek bahwa tahapan dalam hypnoparenting ini ada 5 tahap yaitu Pre
Talk. Pre Talk merupakan tahap dimana orang tua mengerti kondisi
adalah tahap penerimaan anak terhadap sikap dan ucapan orang tua
yang telah dilakukan. Dalam tahap ini orang tua bisa mengakhirinya
Peneliti menjelaskan tentang hal hal yang perlu diketahui orang tua
menjawab bahwa dia mengakui ada yang belum dilakukan. Selain itu
era milenial ini agar menerapkan pola asuh yang positif seperti
Setelah produk diuji kepada uji ahli, produk berupa Modul Positive
revisi modul ini berubah menjadi modul bergambar yang tampak seperti
poster. Kemudian untuk isinya pun juga berubah yang tadinya pada
dengan musik klasik biasa kini CD itu berisi tentang lagu sholawat.
Milenial :
Gambar. 3.2
LUAR
DALAM
PENDAHULUAN
Image
Era Milenial tersebut. Subjek sudah menerapkan apa yang ada di modul
seminggu 2 kali pada hari senin dan rabu pagi. Kemajuan terlihat ketika
mulai merubah mindset dan meyakini pada diri sendiri agar selalu
untuk benar dan tidaknya, serta konseli kini menahan kata “tidak” dan
“jangan“ agar tidak terucap dan mengganti dengan kalimat yang lain
Jadi ketika anaknya tantrum, si subjek mencoba untuk sabar dan tidak
kemudian apabila ada waktu yang tepat baru subjek memberitau mana
yang benar untuk dilakukan dan mana yang tidak benar. Hal ini terbukti
Tabel 3.9
0 1 2 3
1 Berfikir positif √
dengan anak
menyentak
anak
Tabel 3.10
0 1 2 3
1 Berfikir positif √
harinya
dengan anak
menyentak
anak
Era Milenial ini dapat memberikan dampak yang positif. Menurut hasil
ANALISIS DATA
Development (R &D)
1
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), hal. 247
93
Metode dan model ini dipilih karena bertujuan untuk menghasilkan produk
b. Analisis subjek
2
Sugiyono, Metode Penlitian & Pengembangan, (Bandung: Alfabeta, 2015),
hal.38
d. Analisis Tujuan
Milenial yang dapat digunakan dalam penerapan pola asuh orang tua.
dilakukan uji coba dan hasil validasi akan digunakan untuk melakukan
disusun kemudian akan dinilai oleh dosen uji ahli produk, sehingga
tersebut layak diterapkan atau tidak. Hasil dari validasi ini digunakan
Setelah uji coba produk telah direvisi, tahap selanjutnya adalah tahap
orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Setelah itu baru tahap
Pada sesi pertama ini juga meliputi indentifikasi masalah yang dialami
oleh subjek. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan ini peneliti dapat
mengetahui masalah atau potensi subjek. Sesi pertama pada pelatihan ini
memiliki judul besar yakni pendahuan dan selayang pandang. Proses yang
berlangsung pada sesi pertama ini dapat dikatakan sesuai dengan tahapan
dialami oleh subjek dapat dilihat dari lembar angket pretest yang sebelum
pelatihan telah peneliti catat dan hasil observasi sesuai dengan hasil
wawancara tentang keadaan subjek hal ini sesuai dengan tahapan dalam
proses konseling karena dari hasil yang didapat dari pre-test tersebut
tahap selanjutnya.
Pada sesi kedua, merupakan inti dari proses pelatihan. Bila dikaitkan
dengan tahapan konseling, pada sesi kedua ini termasuk pada tahapan
diagnosis dan prognosis, hal ini dikarenakan pada sesi ke-dua ini materi
yang disampaikan yaitu mengenai fenomena pola asuh yang terjadi pada
pelatihan ini berjalan sesuai dengan bentuk pelatihan pada umumnya dan
dapat dikatakan berjalan dengan efektif. Sesi kedua dalam pelatihan ini
berjalan dengan lancar, dimana pada tahapan ini subjek dapat bekerjasama
dengan peneliti. Bila dikaitkan dengan ranah konseling, pada sesi kedua
tadi, pada sesi kedua ini peneliti telah dapat mendiagnosis permasalahan
yang dialami oleh subjek serta menetapkan permasalahan dan potensi yang
Sesi ketiga ini juga merupakan inti dari proses pelatihan, pada sesi
ketiga ini sudah memasuki pada tahapan treatment. Hal ini bertujuan agar
pada tahap ketiga ini dapat dikatakan inti kedua pada penerapan
yang ada pada Modul Positive Parenting di Era Milenial. Bila dikaitkan
dengan ranah konseling, sesi ketiga dalam pelatihan ini berjalan sesuai
seperti tahap konseling pada umumnya yang mana pada sesi ketiga ini
dilakukan.
dikatakann cukup efektif dan memberikan pengaruh yang positif pada diri
subjek
adalah ibu wati mulai membiarkan anak terakhirnya itu untuk melakukan
apa apa sekarang harus sendiri dengan alasan agar anak bisa mandiri dan
bercerita bahwa konseli mulai merubah mindset dan meyakini pada diri
sekolah untuk benar dan tidaknya, serta subjek kini menahan kata “tidak”
dan “jangan“ agar tidak terucap dan mengganti dengan kalimat yang lain
kemudian subjek juga sudah mencoba untuk mencari waktu yang tepat
yang tepat baru subjek memberitau mana yang benar untuk dilakukan dan
mana yang tidak benar. Hal ini terbukti dengan adanya form identifikasi
observasi yang diisi oleh peneliti. Observasi dilakukan oleh peneliti pada
keseharian subjek.
0 1 2 3
1 Berfikir positif √
anak
menyentak
anak
tanggung jawabnya
terlihat ketika peneliti datang ke rumah subjek dan subjek bercerita bahwa
subjek mulai merubah mindset dan meyakini pada diri sendiri agar selalu
dan tidaknya, serta subjek kini menahan kata “tidak” dan “jangan“ agar
tidak terucap dan mengganti dengan kalimat yang lain walaupun agak
subjek juga sudah mencoba untuk mencari waktu yang tepat dalam
tepat baru subjek memberitau mana yang benar untuk dilakukan dan mana
yang tidak benar. Hal ini terbukti dari hasil observasi juga oleh peneliti
dikeseharian subjek.
0 1 2 3
1 Berfikir positif √
harinya
dengan anak
menyentak
anak
Era Milenial ini dapat memberikan dampak yang positif. Menurut hasil
mengetahui apa yang harus dilakukan dalam mendidik anak terutama pada
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
hasil yang sesuai dengan data yang kongkrit. Pembuatan tidak semena-
melewati berbagai tahap uji coba dan revisi yang kemudian didapatkan
B. Saran
104
dalam penelitian ini, oleh karenanya perlu adanya penelitian lanjutan dan
lebih mendalam agar hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan bagi para
para orang tua. Kedua, kepada pembaca, jika pembaca menenemukan hal
yang mungkin kurang berkenan baik terkait dengan isi modul maupun
referensi terkait yang sudah peneliti sediakan pada halaman daftar pustaka
termasuk bagian orang tua yang paling berhak untuk berbahagia, karena
anda telah berusaha untuk menjadi ibu yang baik bagi anak anda.
Media Komputindo
Antonius Atokashi Gea. Character Building I Relasi Dengan Diri Sendiri edisi
Cholid Narbuka & Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. 1997. Jakarta: Bumi
Aksara
Pustaka Al-Kautsar
Rosdaya Karya
Drew Edwards C. Ketika Anak Sulit Diatur. 2006. Bandung: PT Mizan Pustaka
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. 1996.
http:edukasi.kompas.com/read/2014/09/15/20583841/Dua.Kunci.Mendampin
gi.Anak.Berkebutuhan.Khusus
mendidik-anak-yang-baik.
Kehidupan,
Aditama
ALFABETA
Cipta
Yulia Ningsih D. Gunarso. Azaz Psikologi Keluarga Idaman. 2000. Jakarta: BPR
Gunung Mulia