Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

WAHAM

Dosen Pembimbing:

Disusun oleh Kelompok :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul “Waham” dapat selesai
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Keperawatan jiwa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kediri, 13 Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU
Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa,
social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis.
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya(
PEMONS, 1972).
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress
(misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan keyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan
ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Depkes RI,
1994).
B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control. Waham merupakan
keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien
tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA,
1998). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten
dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993)
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak
dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain
1987)serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.

B. Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep
diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.Faktor predisposisi yang
mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah:
a. Biologis:
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang menimbulkan:
1). Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
2). Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus
dan kanak-kanak.
b. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan
kekerasan.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti
kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta
kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik
umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan
kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi,
permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.

C. Proses Terjadinya Waham


Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain

D. Jenis-jenis waham
Jenis-jenis waham antara lain,
1. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali,
orang kaya.
2. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok
orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
3. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
4. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.
Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
5. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
6. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya
yang membusuk, otak yang mencair.
7. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau
kekuatan
8. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan
antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau
menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih
ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa
tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik
tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
9. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.

E. Tanda dan gejala waham


1. Kognitif :
 Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
 Tidak mampu mengambil keputusan
 Individu sangat percaya pada keyakinannya
 Sulit berfikir realita
2. Afektif
 Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
 Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
 Mengancam secara verbal
 Hipersensitif
 Curiga
 Depresi
 Ragu-ragu
 Aktifitas tidak tepat
 Streotif
 Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
4. Fisik
 Muka pucat
 Sering menguap
 Higiene kurang
 BB menurun
F. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham yaitu:

1. Waham dengan perawatan minimal

 Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.


 Bersosialisasi dengan orang lain.
 Mau makan dan minum.
 Ekspresi wajah tenang.
2. Waham dengan perawatan parsial

 Iritable.
 Cenderung menghindari orang lain.
 Mendominasi pembicaraan.
 Bicara kasar.
3. Waham dengan perawatan total

 Melukai diri dan orang lain.


 Menolak makan / minum obat karena takut diracun.
 Gerakan tidak terkontrol.
 Ekspresi tegang.
 Iritable.
 Mandominasi pembicaraan.
 Bicara kasar.
 Menghindar dari orang lain.
 Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
 Perilaku bazar.
 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Mudah tetersinggun

G. Penatalaksanaan

Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan


dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi
farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi
somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi
yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan
skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai