NAMA KELOMPOK :
- Control Infeksi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
5. Kegiatan Pembelajaran
a. Materi pembelajaran (terlampir)
b. Metode yang digunakan : Ceramah dan tanya jawab
c. Media yang digunakan : LCD proyektor
d. Langkah kegiatan dan estimasi waktu
No. Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5menit 1. Mengucapkan 1. Menjawab Salam
salam pembuka 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan
diri dan menyapa
peserta
3. Menjelaskan
tujuan
penyuluhan
2. Pelaksanaan 20menit 1. Memberikan 1. Mendengarkan
materi materi yang
penyuluhan dijelaskan
2. Memberikan 2. Memperhatikan
kesempatan materi yang
untuk bertanya disampaikan
mengenai hal-hal
yang belum jelas
3. Memberikan
pertanyaan pada
peserta mengenai
materi yang
disampaikan
3. Penutup 5menit 1. Mengevaluasi 1. Aktif bertanya
peserta dan percaya diri
2. Salam Penutup menjawab
pertanyaan
2. Menjawab salam
penutup
6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur : Peserta sangat siap saat akan dimualainya penyuluhan, tempat
sudah dipersiapkan dengan baik, materi dan media juga sudha disiapkan dengan
baik, penyaji sudah siap dengan materinya.
b. Evaluasi Proses : Peserta sangat antusias mendengarkan materi penyuluhan, tidak
ada peserta yang meninggalkan tempat duduknya, beberapa peserta mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik.
c. Evaluasi Hasil : pengetahuan peserta bertambah, sikap dan perilaku peserta sangat
kondusif, jumlah peserta 32orang.
7. Referensi
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
MATERI
INFEKSI SALURAN KEMIH
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infectin (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infansi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bacteria pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
B. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisi)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing yang tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman
penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia , sepsis
dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan – keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesikouretal obstruksi, atoni
kadung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatis.
2) Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organism virulen seperti proateus spp yang memprodusi
urease.
C. Etiologi
1. Jenis – jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
b) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c) Enterobakter, staphylococcus epididimis, enterococci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a) Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif.
b) Mobilitas menurun.
c) Nutrisi yang sering kurang membaik.
d) System imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
e) Adanya hambatan pada aliran urin.
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak lansung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu :
- Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih , antara lain : factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadi ISK lebih
tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam traktus
urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
Secara hematogen yaitu : sering terjadi pada pasien yang sistim imunnya rendah sehingga
mempengaruhi strutur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen , yaitu ; adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-
lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
- Sisa urine pada kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
- Mobilitas menurun.
- Nutrisi yang sering kurang baik.
- Sistim imunitas yang menurun.
- Adanya hambatan pada saluran urine.
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invansi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain : adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah : jaringan parut ginjal, batu , neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
- Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif
bila terdapat lebih dari 5 leukosit / lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.
- Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit / LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan psikologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
2. Bakteriologi
- Mikroskopis
- Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organism spesifik
4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urine dari urine tamping
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengangguran nitrat). Tes esterase lekosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urine normal
menjadi nitrit.
- Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organism menular secara seksual (missal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simpliek).
- Tes –tes Tambahan
Urogam intravena (IVU) pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa
renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
H. Penatalaksanaan
Penangan Infeksi Saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang sevara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal
dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
- Terapi antibiotika dosis tunggal
- Terapi antibiotika konvensional : 5 – 14 hari
- Terapi antibiotika jangka lama : 4 – 6 minggu
- Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kuasatif (mis : batu, abses),
jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urine, terapi
preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim /
sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan,
tetapi E. coli talah resisten terhadap bakteri ini. Prydium, suatu analgesic urinarius juga dapat
digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya:
- Gangguan absorbs dalam alat pencernaan
- Interansi obat
- Efeksamping obat
- Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal :
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiap saat dievaluasi keefektifannya dan hendaknya
selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut :
- Apakah obat – obat yang diberikan benar – benar berguna / diperlukan?
- Apakah obat yang diberikan menyebabkkan keadaan lebih baik atau malah membahayakan?
- Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
- Dapatkah sebagian obat dikurangi dosisnya atau dihentikan?