Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM REPRODUKSI II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


VULVOVAGINITIS”
Dosen Pembimbing : Siti Muniroh S. Kep.,Ners.

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. M . Khoirul Umam (7311019)
2. Nurlaila Sofiana (7311026)
3. Yuni Anitasari (7311034)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG, 2014

1
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Sistem Reproduksi II

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Vulvovaginitis”


Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum
Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. M . Khoirul Umam (7311019)
2. Nurlaila Shofiana (7311026)
3. Yuni Anitasari (7311034)

disetujui dan disahkan pada April 2014

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

Siti Muniroh S. Kep.Ners.

2
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah " Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Vulvovaginitis " ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pedoman maupun
petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Siti Muniroh S. Kep.,Ners. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Sistem Reproduksi dan kepada segenap pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan
dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.
Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena pengalaman
kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jombang, April 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI........................................................................................................iviv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................i
1.1. Latar Belakang..............................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Umum...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Definisi..........................................................................................................3
2.2. Etiologi..........................................................................................................4
2.3. Klasifikasi ………………………………………………………………......6
2.4. Manifestasi Klinis............................................................................................9
2.5. Patofisiologi dan PNP....................................................................................10
2.6. Komplikasi....................................................................................................11
2.7. Penatalaksanaan..........................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................15
3.1. Pengkajian...................................................................................................16
3.2. Diagnosa keperawatan....................................................................................17
3.3. Intervensi Keperawatan..................................................................................19
3.4. Evaluasi........................................................................................................19
BAB IV PENUTUP...............................................................................................20
4.1. Kesimpulan.................................................................................................20
4.2. Saran ………………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Vaginitis adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal
bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang
berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vulvitis
adalah suatu peradangan pada vulva ( organ kelamin luar wanita ). Sedang vulvovaginitis
adalah peradangan pada vulva dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal apabila jumlah
cairan yang keluar sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri.
Cairan yang keluar secara tidak normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan
yang normal dan cairan vagina atau keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning
seperti warna keju, kuning kehijauan bahkan kemerahan.
Pada tahun 2005 di Jakarta prevalensi infeksi saluran reproduksi yang terjadi yaitu
candidiasis 6,7%, tricomoniasis 5,4% dan bacterial vaginosis 5,1%. Menurut data tahun 2007
di Indonesia prevalensi infeksi saluran reproduksi sebagai berikut bacterial vaginosis 53%
serta vaginal kandidiasis 3%. Tahun 2008 prevalensi infeksi saluran reproduksi pada remaja
putri dan wanita dewasa yang disebabkan oleh bacterial vaginosis sebesar 465, candidia
albicans 29%, dan tricomoniasis 12%  (Elistyawaty, 2009).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi vaginitis diantaranya adalah
tingkat pendidikan, pengetahuan tentang infeksi vagina atau vaginitis, perilaku penggunaan
pembersih vagina, kebersihan alat kelamin, cakupan air bersih, berganti-ganti pasangan
seksual dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Sebenarnya di dalam vagina terdapat 95 % bakteri baik dan 5 % bakteri jahat atau
bakteri pathogen. Agar ekosisterm di dalam vagina tetap seimbang, dibutuhkan tingkat
keasaman ( pH balance ) pada kisaran 3,8 – 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut,
laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu
atau keruh kekuningan dan berbau anyir/amis. Setelah melakukan aktivitas seksual dan
kemudian mencuci vagina dengan sabun biasa, bau cairannya semakin menyengat karena
terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
Vulva ( organ kelamin luar wanita ) terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur
menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit
tampak merah dan terasa kasar. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita yang memiliki
penyakit diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena trichomonas
vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan
dengan bau yang tidak sedap.
Infeksi atau gejala dari tanda-tanda keputihan yang tidak normal haruslah menjadi
perhatian anda dalam menjaga kebersihan dan kesehatan organ kewanitaan dari segala bentuk
penyebaran penyakit. Karena infeksi pada vagina tidak disebabkan oleh virus atau jamur saja,
infeksi pada vagina juga disebabkan dari pola hidup manusia yang tidak sehat, riwayat
penyakit, sedang menjalani proses penyembuhan dengan obat-obat medis. Jika sampai
terdapat luka terbuka tanpa rasa nyeri disebabkan oleh kanker atau sifilis. Jangan lupa kutu
kemaluan atau kuman-kuman yang berada disekitar kemaluan anda juga dapat menyebabkan
gatal-gatal di daerah vulva.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.      Apa yang dimaksud dengan infeksi vulvovagina ?
2.      Apa penyebab infeksi vulvovagina?
3.      Apa tanda dan gejala infeksi vulvovagina?
4. Bagaimana patofisiologi dan PNP infeksi vulvovagina?
5.     Bagaimana asuhan keperawatan infeksi vulvovagina?
6.     Bagaimana pengobatan infeksi vulvovagina?

1.3     TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi vulvovagina
2.  Penyebab infeksi vulvovagina
3. Tanda dan gejala infeksi vulvovagina
4.  Patofisiologi dan PNP infeksi vulvovagina
5.   Asuhan keperawatan infeksi vulvovagina
6. Pengobatan infeksi vulvovagina

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1   DEFINISI
Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya (Universitas
Padjadjaran.1981)
Vulvitis adalah inflamasi vulva akut (sinklair,Webb.1992)
Vulvitis adalah infeksi pada vulva sebagian besar dengan gejala keputihan atau
leukorea dan tanpa infeksi lokal (Manuaba. 2001. Hal: 550)
Vulvitis pada infeksi bekas sayatan episiotomi/ luka perineum jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, dan luka yang
terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus. (Wikniosastro. 2007. Hal: 692)
Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit atau jamur (Manuaba, 2001. Hal: 551)
Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara langsung pada vagina
atau melalui perineum (Wikniosastro. 2007. Hal: 629)
Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina (Taber. 1994. Hal: 485)
Vulvavaginitis karena infeksi dengan kandida albikans menyebabkan loukorea
berwarna keputih- putihan dan perasaan sangat gatal. (Wikniosastro.1999. Hal: 278)
Vulvovaginitis adalah akibat dan tidak adanya bagian lemak pada labia dan rambut
pubis untuk proteksi genetalia eksternal. (Nelson, 2000. Hal: 1896)
  Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina.Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).Vulvovaginitis adalah peradangan pada
vulva dan vagina.

Anatomi system reproduksi “ vulva dan vagina”


2.2 ETIOLOGI
Vaginitis & Vulvitis disebabkan oleh:
1.      Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di
sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-
kuningan dengan bau yang khas. Jamur (misalnya: candida), terutama pada penderita
diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik

2.      Bakteri
Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardanerella vaginalis dan keputihannya disebut
bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan
beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti
pasangan, penggunaan alat KB spiral atau IUD dan lain sebagainya. Bakteri (misalnya:
chlamidia trachomatis, gonococus, nisseria gonorhoae)

3.      Virus
Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids,
condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus
herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang
vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada
banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu hamil .Virus
(misalnya: virus papiloma manusia dan virus herpes).
8
4.      Parasit
Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang menular
dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan
bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa
menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki
kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya. Protozoa (misalnya: Trichomonas vaginalis)

(Menurut Univ Padjajaran 1981 ) Penyebab vaginitis adalah :


a.       Vulvovaginitis pada anak : Sering disebabkan oleh gonorhea atau corpus allineum
b.      Kolpitis Senilis :Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi
c.       Kolpitis pada masa reproduktif
1. Masturbasi
2. Corpus allienum : Pessarium, obat atau alat kontrasepsi kapas
3. Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

Menurut Sinklair, Webb (1992) penyebab vulvitis adalah :


a. Infeksi jamur terutama pada orangtua, Penderita DM, dan setelah terapi antibiotik.
b. Trichomonas vaginalis i. Pedikularis pubis
c. Penyakit kelamin j. Cacing kremi
d. Warts (kulit) k. Trauma
e. Herpes genitalis l. Hygiene buruk
f. Alergi terhadap parfum, sabun, bedak dsb.
g. Karsinoma
h. Kelainan kulit, seperti : dermatitis kontak, psoriasis dsb
Penyebab lainnya (Zat atau benda yang bersifat iritatif) :
a. Pembilas/ pembersih vagina
b. Spermisida, pelumas, kondom, diaragma, penutup serviks dan spons.
c. Sabun cuci dan pembalut
d. Deodoran
e. Cairan antiseptik untuk mandi
f. Pakaian dalam yang ketat, tidak berpori dan tidak menyerap keringat
g. Kertas tisu toilet berwarna
h. Tumor ataupun jaringan abnormal lainya
i. Obat-obatan
j. Terapi penyinaran
k. Perubahan hormonal

2.3 KLASIFIKASI
1.   Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans

Penyebab :
a. Hygiene yang kurang
b. Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang tinggi, dan
pemberian antibiotik berspektrum luas.
Tanda dan Gejala :
a. Pruritus vulvae
b. Nyeri vagina yang hebat
c. Terdapat keputihan kental bergumpal
d. Terasa sangat gatal
e. Pada daging vagina sering dijumpai membrane putih yang bila dihapuskan dapat
menimbulkan perdarahan
10
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh trichomonas vaginalis

Penyebab : Hubungan seksual


Tanda dan gejala :
a. Secret banyak dan bau busuk
b. Disuria eksterna dan interna
c. Pruitus vulva
d. Edema vulva
3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh  Gardrenella Vaginalis

Penyebab :
a. Hygiene yang kurang
b. Hubungan seksual
Tanda dan gejala :
a. Vagina berbau busuk dan amis
b. Sekret encer, kuning sampai abu – abu
4.      Vaginitis atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi estrogen
Penyebab : Pasca menopause rentan terhaadap infeksi
Tanda dan gejala :
a. Perdarahan pervaginam
b. Disuria eksterna
c. Pruitus
d. Permukaan vagina merah muda, pucat, halus.
Menurut manuaba (2001).
1.      Vulvitis
a.       Infeksi kulit berambutnya
1. Terjadi perubahan warna
2. Membengkak
3. Terasa nyeri
4. Kadang – kadang tampak bernanah
5. Menimbulkan kesukaran bergerak
b.      Infeksi Kelenjar bartolini
1. Terletak dibagian bawah kulit
2. Warna kulit berubah
3. Membengkak
4. Terjadi timbunan nanah didalam kelenjar
5. Penderita sukar berjalan / duduk karena sakit
2.      Vaginitis
a. Vaginitis trichomonas vaginalis
Disebabkan oleh trichomonas vaginalis yang mempunyai bentuk kecil, berambut
getar dan lincah bergerak. Gejala utamanya :
1. Terdapat keputihan encer sampai kental
2. Kekuning – kuningan
3. Gatal dan terasa membakar
4. Berbau
5. Pada pemeriksaan bidan akan menjumpai : terdapat keputihan, encer sampai kental
dan terdapat bintik pada dinding vagina
b. Vaginitis kandidiasis
Infeksi ini disebabkan oleh jamur kandida albicans . vaginitis kandidiasis sering
dijumpai pada wanita hamil, karena terdapat perubahan asam basa. Gejala vaginitis
kandidiasis adalah terdapat keputihan kental bergumpal, terasa sangat gatal dan
mengganggu, dan pada dinding vagina sering dijumpai membran putih yang bila
dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan.

12
2.4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda gejala secara umum:
a. Gatal (pruritus)
b. Sering kencing
c. Disuria
(Nelson, 2000. 1897)
Menurut Universitas Padjajaran (1981) :
1. Vulvitis
a. Perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing
b. Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh gerakan
c. Gangguan koitus
d. Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh secret
2. Vaginitis
a. Leukorea yang kadang – kadang berbau (anyir).
b. Perasaan panas / pedih pada vagina
c. Perasaan gatal pada vagina
Menurut Sinklair dan webb (1992), tanda dan gejala vulvitis dan vaginitis :
1. Akut
b. Pruritus
c. Panas
d. Eritema
e. Edema
f. Perdarahan
g. Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan, duduk dan retensi urine
urine akut )
h. Ulserasi dan vesikel
2. Kronik
a. Inflamasi hebat dengan edema minimal
b. Pruitus hebat    ekskoriasi    Infeksi sekunder
c. Daerah yang terserang : monspubis, Perineum< paha yang berdekatan, anus, sekitar
paha.
d. Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma
e. hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva
2.5. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya.
Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan
ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu,
Candida sp. juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu
menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya
kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga
menimbulkan gejala pada penjamu. Selain candida masih banyak penyebab vulvavagina
lainnya yaitu bisa disebabkan karena zat atau benda yag bersifat iritatif, tumor atau
jaringan abnormal, terapi penyinaran, obat-obatan dan perubahan hormonal.

14
2.6.   PATHWAY
2.7.  KOMPLIKASI
1.      Endometrititis

Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena perubahan PH,
bisa menyebabkan peningkatan angka endometritis.
2.      Salpingitis

Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke tuba uterine
4. Servisitis

Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar ke serviks


Gejala: terdapat keputihan(leukorea), mungkin terjadi kontak berdarah.

2.8. PENATALAKSAAN
a. Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa
membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati
secara khusus sesuai dengan penyebabnya.
b. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus,
tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini
tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko
terjadinya peradangan panggul.

16
c. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel
satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
d. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi menular
seksual (IMS), untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati
pada saat yang sama.
e. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen.
Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang
dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Pengobatan Umum Untuk Vaginitis, Vulvitis, dan Vulvovaginitis
Jenis infeksi Pengobatan
Jamur  Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau
terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
 Fluconazole atau ketoconazole< (tablet)
Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina)
atau metronidazole (tablet).
Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan
suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trikomonas Metronidazole (tablet)
Virus papiloma Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg
manusia (kutil berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil
genitalis) (dioleskan ke kutil)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)
1.      Infeksi bacterial
Diberikan antibiotika Candidiasis seperti :
Nistatin : 100.000 2 kali per hari selama 7-10hari
Ikonazol : 7gram 1-2kali per hari selama 3,5-7hari
Klotrimazol : 100 gram tablet atau 7 gram krim 1-2 kali perhari selama 3,5 – 7 hari
Asam borat : 600mg 2 kali perhari selama 7hari
2.      Infeksi dengan trichomonas
Metronidazole : 2 gram dalam dosis tunggal, juga terapi pasangan seksual laki –
lakinya (tahap I)
Metronidazole : 500 mg 2 kali perhari selama 7 hari terapi seksual pasangan laki9 –
lakinya (tahap rekurens)
3.      Vaginitis non spesifik
Metronidazole : 500 mg 2 kali perhari selama 7 hari
Ampicillin : 500 mg 4 kali perkali selama 7 hari
4.      Vaginitis atroficans
Cream estrogen : 1kali per hari selama dua minggu kemudian selang sehari selama dua
minggu
5.      Infeksi dengan jamur
Diberi nystatin biasanya diberi dalam bentuk ovula
6.      Kolpitis senilis
Selain dari antibiotika atau antibiotika diberi salep yang mengandup estrogen selama 20
hari.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak
terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat
dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). Untuk
mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau
berendam dengan air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim
atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir
diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
Pencegahan
a. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering
b. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air bersih
(gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara pembersihan dengan
gerakan dari depan ke belakang
c. Hindari penggunaan bahan kimia atau parfum yang biasanya terdapat pada sabun
pembersih kewanitaan atau sabun mandi
d. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume
e. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya
f. Vulvavaginitis bila didiamkan akan menjalar sampai ke tulang panggul dan
mengganggu reproduksi sehingga susah punya anak.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLEIN
DENGAN VULVOVAGINITIS
18
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, umur: 15- 19 tahun dan usia reproduksi, jenis kelamin: perempuan, pekerjaan,
alamat.
2. Keluhan Utama
a. Gatal
b. Luka
c. Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
b. Dahulu
Pemberi Penggunaan penyemprotan vulva atau pembilas, kosmetik atau
kontrasepsi jelly atau krem dapat menyebabkan iritasi kimiawi. Riwayat diabetes,
terapi antibiotik atau kehamilan memberi kesan kemungkinan kandidasi.
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Bagian Luar
Bakteri:
1. Vagina mengeluarkan cairan bewarna putih, keabuan/ kekuningan.
2. Berbau amis.
Jamur:
1. Kulit tampak merah dan terasa kasar.
2. Vagina mengeluarkan cairan bewarna kental seperti keju.
3. Cairannya berbau.
Trichomonas (Protozoa):
1. Vagina mengeluarkan cairan berbusa bewarna putih, hijau keabuan/kekuningan.
2. Cairannya berbau.
3. Virus
4. Adakah lesi
5. Bagaimana frekuensi gatalnya
b. Pemeriksaan Bagian Dalam
Inspeksi
Rambut pubis: distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
Kulit dan area pubis:adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan ulkus,
keluaran dan nodul.
Palpasi
Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula.
Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan.
Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas.
Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Mikrobiologi
Sampel sekret vagina dapat diperoleh untuk asupan pewarnaan gram, biakan dan
sediaan basah untuk mengidentifikasi candida atu trichomonas
2. Tes sitology vagina/biopsy
Diindikasikan apabila dicurigai adanya neoplasia
3. Pemeriksaan dengan selaput selulosa
Area penanda terhadap teluer cacing kremi dapat membantu , pemeriksaan ini
harus dilakukan pada pagi hari dan bila perlu diulangi pada hari berikutnya.
4. Foto pelviks
Dapat membantu mengidentifikasi suatu benda yang radiopak, pada kasus
cedera(rudapaksa)
5. Pielogram intravena
Kelainan congenital saluran reproduksi sering disertai dengan kelainan
congenital/ traaktus urinarus, pielogram intravena dapat menyingkapkan
keadaan patologik traktus urinarius.

1.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Infeksi b/d masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif
2. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kenyaman (gatal)
3. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
4. Ganggoun pola tidur b/d sering terbangun sekunder akibat dysuria.
5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.

20
1.3. INTERVENSI
1. Infeksi b/d masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif
a. Kriteria hasil: Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas
dari proses infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan pengetahuan
tentang fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan pencegahan
yang tepat.
b. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Teknik antiseptik untuk Agar pasien terhindar dari infeksi
membersihan alat genetalia nasokomial
2. Amati terhadap manefestasi Agar tidak terjadi manifestasi klinis yang
kliniks infeksi berkelanjutan pada klien.
3. Infomasikan kepada klien dan Keluarga mengetahui konsep
keluarga mengenai penyebab, perkembangan infeksi dan penularannya
resiko-resiko pada kekuatan
penularan dari infeksi
4. Terapi antimikroba sesuai resep Agar pasien terhindar dari mikroba
dokter

2. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kenyamanan (gatal)


a. Kriteria hasil: Dapat mempertahankan intergritas kulit dalam keadaan
normal
b. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1.Beri obat sesuai penyebab infeksi yg Agar penanganan infeksi teratasi dan
dialami (baqkteri,jamur,virus) dll. tidak berkelanjutan
2.Pantau tanda klinis infeksi luka Kulit tidak mengalami infeksi luka
3.Informasikan pada klien agar tidak Tidak terjadi lesi atau kerusakan kulit
menggosok area yang gatal atau yang lebih lanjut.
kemerahan
4.Bersihkan jaringan nikrotik Kulit mengalami regenerasi dan
(kolaborasi dengan dokter) kembali normal

3. Ketidakefektifan pola seksualitas b/d perubahan kesehatan seksual


a. Kriteria hasil: Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual,
mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual.
Melaporkan keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual
b. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Gunakan pengobatan nyeri sabelum memulai Tidak merasakan nyeri saat
aktivitas seksual. hubungan seksual
2.Merencanakan aktivitas seksual untuk individu Agar merasa nyaman saat
pada saat yang paling segar. hubungan seksual

3.Lakukam penyuluhan kesehatan sesuai Mencegah PMS karena


indikasi(pemakaian kondom) bakteri,jamur penyebab
vulvovaginitis
4.Dorong bertanya.Bila diperlukan, rujuk pada Untuk mengetahui adanya
ahli urologi/spesialis lain. komplikasi agar mendapat
penanganan yang sesuai

4. Gangguan pola tidur b/d sering terbangun sekunder akibat disuria


a. Kriteria hasil: Klien mampu menunjukkan tidur dengan nyaman dan tidak
mengalami disuria
b. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1.Menyusun rutinitas relaksasi untuk Merasa rileks menjelang waktu
persiapan tidur. tidur
2.Kaji waktu tidur rutin bersama individu Mengetahui pola kebiasaan dan
maupun keluarga lama tidur klien
3.Jelaskan pada individu maupun orang Klien merasa lebih nyaman
terdekat penyebab gangguan tidur dan karena mengetahui dan berusaha
kemungkinan cara untuk menghindarinya. mengatasi gangguan tidurnya.
4.Bila pil tidur diperlukan untuk beberapa Klien dapat tidur dengan nyaman
hari anjurkan untuk konsul (kolaborasi tanpa menimbulkan gangguan
dokter) kesehatan baru.

5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan


kebutuhan pengobatan.
a. Kriteria hasil: Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis,
mampu menunjukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasional dari
tindakan dan pasien ikut serta dalam program pengobatan
b. Intervensi dan Rasional

22
Intervensi Rasional
1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa Klien mampu mengatasi
depan penyakitnya sesuai dengan
prosedur dan mampu
menjelaskan rasional dari
tidakan.
2. Berikan informasi mengenai terapi obat- Agar klien memahami akan
obatan, interaksi, efek samping dan proses penyakit dan
pentingnya pada program. prognosisnya.
3. Tinjau faktor-faktor resiko individual dan Agar klien terhindar dari faktor
bentuk penularan/tempat masuk infeksi penyebab infeksi.
4. Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan Agar klien terhindar dari faktor
lingkungan. penyebab infeksi.

3.4. EVALUASI
a. Menjaga infeksi tetap terkontrol melalui praktik teknik higienis dan minum obat
sesuai yang diharapkan
b. Tidak ada gangguan intregitas kulit.
c. Pola seksualitas dapat berfungsi secara normal.
d. Klien bisa istirahat dengan nyaman dan tidak disuria
e. Mendapatkan pengetahuan dan mengerti tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.

BAB 4
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Vulvovaginitis adalah akibat dan tidak adanya bagian lemak pada labia dan rambut
pubis untuk proteksi genetalia eksternal. (Nelson, 2000). Atau bisa disebut juga peradangan
pada vulva dan vagina. Dimana penyakit ini disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur,
protozoa, virus), zat atau benda yang bersifat iritatif (sabun cuci, pembersih vagina, dll),
tumor, obat-obatan, terapi penyinaran, dan perubahan hormonal. Yang ditandai dengan
adanya gatal, sering kencing, dan disuria. Bila tidak dilakukan penatalaksanaan yang baik
maka dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti: Ketidaknyamanan yang tidak hilang,
Infeksi kulit (dari garukan), Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi
kandida). Dengan ini sebagai perawat dapat melakukan implementasi keperawatan
berdasarkan NIC, NOC dan NANDA.

4.2. SARAN
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori
beserta asuhan keperawatan pada pasien dengan vulvovaginitis, agar dilapangan dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan profesional, sehingga secara tidak langsung dapat
mengurangi mortalitas pada masyarakat sehingga mampu mempertahankan generasi yang
sehat dan mampu menerapkan konsep tentang penyakit vulvavaginitis pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddarth. 2001. Buku ajar keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Bobak.(2004).Buku ajar keperawatan maternitas Edisi 4.Jakarta :ECG
Hacker and Moore. 2001. Esensi Obstetri dan Ginekologi Ed. 2. Jakarta: Hipokrates
Helen and verney. 2006. Buku Ajar Asuhan kebidanan Ed. 4 Vol. 1. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus.(2001).Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan, Jakarta:ECG
Myles. 2009. Buku Ajar Bidan Ed. 14. Jakaarta: EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 3. Jakarta: EGC
Padjajaran, Universitas.(1981). Ginekologi. Bandung:Elstar Offset
Price, Sylvia Anderson. 2012. Patofisiologi. Jakarta: EGC

24
Sinklair,C.C.R.,Webb,J.B.(1992)>Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk
pemula.Jakarta:Binarupa Aksara.
Scott, James R. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Taber, Ben-zion. 1994. Kedaruratan Obstetri danGinekologi. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Tridarsa Printer
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka
http://irmawijiastuti.blogspot.com/2012/09/askeb-nifas-vulvitis-dan-vaginitis.html
/minggu/21.33 wib
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001899/ 6-4-2014/ hari ahad / 08.37 wib
26

Anda mungkin juga menyukai