Anda di halaman 1dari 45

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan salah satu penyakit kronis (jangka panjang) yang

paling umum dan menyerang antara 100 sampai 150 juta orang di seluruh

dunia, lebih dari 5,2 juta orang di Inggris menderita asma (Bull, 2007).

Sekitar 5 persen orang dewasa dan 8 persen anak-anak di Amerika Serikat

menderita asma, dan diperkirakan bahwa 15 juta penduduk Amerika Serikat

menderita asma (Brashers, 2008).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita

asma di dunia pada tahun 2007 mencapai 300 juta orang. Angka ini

diperkirakan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025.

Penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian di dunia dan

diperkirakan 250.000 orang mengalami kematian setiap tahunnya

dikarenakan asma. Sedangkan di Indonesia, diperkirakan sekitar 10 persen

penduduk menderita asma. Menurut Pratyahara (2011), penyakit asma di

Indonesia masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire khususnya untuk

wilayah Pustu Bumi mulia pada tahun 2018 sebanyak 5 jiwa, dan pada tahun

2019 meningkat menjadi 10 jiwa.

1
12

Asma adalah penyakit kronis (jangka panjang), suatu kondisi ketika

saluran udara tersumbat atau menyempit. Gejala asma dipicu oleh benda-

benda yang ada disekitar, gejala ini bervariasi pada masing-masing individu,

tetapi penyebab umumnya adalah udara dingin, kegiatan fisik berlebihan,

alergen (hal-hal yang menyebabkan alergi) seperti debu, tungau, jamur,

serbuk sari, bulu binatang, atau debu kecoa, dan beberapa jenis infeksi Virus.

Apabila salah satu penyebab asma terhirup bersama udara, jaringan didalam

bronkhiolus meradang (mengalami inflamasi), pada saat yang sama, otot-otot

di bagian luar saluran pernafasan mengetat sehingga saluran pernafasan

menyempit (bronco konstriksi). Sementara itu, lendir pekat (mukus atau

sputum) berproduksi secara berlebihan dan memenuhi bronkhiolus yang

menjadi bengkak (Pratyahara, 2011).

Meninjau kasus Asma tersebut maka, Pemerintah Perlu melakukan

pencegahan kepada masyarakat dengan melakuakan promotif dan

preventif lewat Dinas terkait lainnya. Selain pencegahan yang di lakuakan

oleh pemerintah tersebut, Dinas Kesehatan Nabire juga melakukan melalui

Puskesmas dengan mendeteksian penderita asma melalui pemeriksaan

Laboratorium agar pengobatan Asma berjalan dengan efektif. Selain itu

asma bisa mengganggu pola aktivitas dan pola tidur.

Berdasarkan kasus tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk

mendalami kasus dengan judul ‘’Asuhan Keperawatan Keluarga dengan

kasus Asma Bronchial di Pustu Bumi Mulia SP C Kabupaten Nabire”.

2
13

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan

Keperawatan Keluarga dengan kasus Asma Bronchial di Pustu Bumi Mulia

SP C Kabupaten Nabire ?”

C. Tujuan penulisan

a). Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan

Kasus Asma Bronchial.

b). Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini adalah :

1). Mampu melakukan pengkajian keluarga data pada Penderita Asma

Bronchial

2). Mampu menganalisa data pada Penderita Asma Bronchial

3). Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan keluarga pada

Penderita Asma Bronchial

4). Mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga pada

Penderita Asma Bronchial

5). Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada Penderita

Asma Bronchial

3
14

D. Manfaat Penulisan

a). Pendidikan

Sebagai masukan untuk memperluas pengetahuan atau wawasan

mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan dan

memberikan konstribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik

keperawatan dan pemecahan masalah dalam bidang atau profesi

keperawatan.

b). Profesi Kesehatan

Hasil penulisan semoga dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam

meningkatkan kualitas tenaga kesehatan.

c). Keluarga

Menambah wawasan atau pengetahuan bagi keluarga agar mampu

merawat anggota keluarga yang dengan kasus Asma bronchial

dirumah.

E. Keaslian Penilitian

1. Diteliti oleh : Wardani (2012). Hubungan antara pengetahuan umum

asma pasien dengan tingkat kontrol asma di RSUD Dr. Moewardi.

Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional. Data diolah dengan uji korelasi pearson menggunakan

windows SPSS 17. Data diperoleh dari pengisian kuisioner Ashtma

General Knowledge Questionnaire dan kuisioner Asthma Control Test.

4
15

Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan umum asma dan tingkat kontrol asma ditunjukkan 6

secara statistik dengan p< 0,05 dan nilai korelasi 0,376 (korelasi

positif dan kekuatan korelasi lemah). Perbedaan dengan penelitian

tersebut terletak pada subjek, tempat penelitian, variabel penelitian

serta penelitian ini lebih menekankan pada kekambuhan asma akibat

tingkat pengetahuan asma yang rendah.

2. Diteliti oleh : Maryono (2008). Hubungan antara faktor lingkungan

dengan kekambuhan asma bronkhiale pada klien rawat jalan di Poliklinik

Paru Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jenis

penelitian ini deskriptif kuantitatif, non eksperimen dengan rancangan

penelitian yang digunakan adalah crosssectional. Analisa data

menggunakan teknik Chi square dengan sampel penelitian sebanyak

45 pasien. Hasil penelitian menunjukkan kondisi lingkungan responden

rata-rata buruk, tingkat kekambuhan responden rata-rata ringan dan sedang,

dan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan

terhadap kekambuhan asma bronkhiale pada klien yang berkunjung di

Poliklinik Paru Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek, tempat penelitian dan

variabel penelitian ditambah dengan mengkaji pengetahuan tentang asma.

5
16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asma Bronchial

1. Pengertian Asma Bronchial

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang

mempunyai ciri broncospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran

napas) terutama pada percabangan trakeobronchial yang dapat di

akibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal,

endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi (Somantri, 2009). Dan

menurut Davey (2008), asma merupakan keadaan inflamasi kronis yang

menyebabkan obstruksi saluran pernapasan reversible dan gejala berupa

batuk, mengi atau wheezing, dada terasa terikat dan sesak napas.

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran

napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga

apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi

tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,

sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).

2. Etiologi

Menurut Muttaqin (2008) dan Widjaya (2010) faktor-faktor yang dapat

menimbulkan serangan asma meliputi :

a. Genetik,

6
17

b. Alergen Infeksi saluran pernapasan,

c. Tekanan Jiwa,

d. Olahraga atau kegiatan berlebih,

e. Obat-obatan,

f. Iritan,

g. Lingkungan kerja

3. Klasifikasi Asma Bronchial

a. Berdasarkan Etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan

menjadi 3 tipe, yaitu

1). Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang

disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti

debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic

dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering

dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik

terhadap alergi

2). Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non

alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik

atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga

disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan

emosi.

3). Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini

mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.

7
b. Berdasarkan Keparahan Penyakit

1). Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu,

2). Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1

minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari,

3). Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari,

eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma

malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu,

4). Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi,

eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering

terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan

PEV1 <60%.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Plottel (2012) Ringel (2012) dan Saputra (2010)

manifestasi klinis Asma Bronkhial yaitu : Batuk, bising mengi (wheezing),

napas pendek, dada terasa terikat atau sesak napas (dipsneu), pernapasan

yang tidak nyaman, peningkatan produksi mucus.

5. Patofisiologi

Menurut Firshein (2008), ketika proses bernapas mengalami

gangguan selama asma seringkali diawali dengan faktor pemicu, seperti

allergen, ketika hal tersebut terjadi maka tubuh akan merespon dengan

suatu reaksi sel peradangan yang kuat untuk melawan. Sel-sel tersebut

seperti eosinofil, sel mast, getah bening, basofil, neutrofil, dan makrofag,

sel-sel ini memberikan respon dengan mengeluarkan sejumlah zat kimia


8
seperti protein-protein dan peroksida beracun yang dimaksudkan

meyerang faktor pemicu, namun juga merusak beberapa jaringan yang

melapisi paru. Lama kelamaan serangan asma seringan sekalipun terbukti

mampu menjadi penyebab atau menjadi rentan terhadap rangsangan.

Sebagai respon kejadian tersebut, jaringan yang melapisi jalan pernapasan

menjadi bengkak dan udara tidak dapat lagi bergerak cepat, produksi

mukus meningkat untuk melindungi jaringan yang rusak, akan tetapi akan

menutupu jalan napas, dan mengurangi kemampuan paru meyerap

oksigen. Saraf simpatis yang terdapat di bronkus, ketika terganggu atau

terangsang maka terjadi bronkokontriksi yang menyebabkan sulit

bernapas, hasilnya adalah gejala khas dari asma, yaitu mengi, napas yang

pendek, batuk, berdahak, dan dada terasa sesak.

6. Komplikasi

Menurut Widjaya (2010), komplikasi yang berhubungan terjadi

pada penyakit Asma adalah :

a. Pneumo thoraks ;

b. Pneumomediastinum

c. Emfisema subkutis

d. Ateleltaksis

e. Aspergilosis

f. Gagal nafas

9
7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Pratyahara,( 2011) dan Almazini, P. (2012.) adalah;

a. Pemeriksaan sputum

b. Pemeriksaan darah

c. Foto rontgen

d. Pemeriksaan faal paru

e. Elektrokardiografi

8. Penatalaksanaan menurut (Firshein, Richard N. 2010.)

a. Pengobatan non farmakologik

1) Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien

tentang penyakit asma

2) Menghindari faktor pencetus

3) Fisioterapi

b. Pengobatan farmakologik

1) Agonis beta

Contohnya : Alupent, metrapel

2) Metil Xantin

Contohnya : Aminophilin dan Teopilin

3) Kortikosteroid

Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis 800  empat

kali semprot tiap hari.

10
4) Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-

anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

5) Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

6) Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik,

diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.

c. Pengobatan selama serangan status asthmatikus    

1) Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam

2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

3) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20

menit dilanjutka drip RL atau D5 mentenence (20 tetes/menit)

dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.

4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

5) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

6) Antibiotik spektrum luas.

11
B. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Menurut Sayekti (1994) dalam Setiadi (2008) keluarga adalah suatu

ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa

yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau

seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Menurut Murray dan Zentner (1997) dalam Achjar (2010) keluarga

adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup

bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau

tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama,

mempunyai generasi penerus, saling pengertian, dan saling menyayangi.

Menurut Spredly dan Allender (1996) dalam Setyowati dan Murwani

(2008) keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interelasi sosial, peran dan tugas.

2. Tipe Keluarga

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu, dan anak-anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

sanak saudara.

12
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga Berkomposisi adalah keluarga yang perkawinnnya

berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga Kabitas adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan

tetapi membentuk satu keluarga.

3. Peran Keluarga

Menurut Harmoko (2012), peran keluarga meliputi: Pendorong,

pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, pencari nafkah, perawatan

keluarga, penghubung keluarga, pionir keluarga, sahabat penghibur dan

coordinator, pengikut dan sanksi.

4. Keperawatan Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat kesehatan masyarakat

yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau salah satu kesatuan yang

dirawat dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai

sasaran (Friedman, 2010).

13
5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Suprajitno (2004), sesuai dengan fungsi pemeliharaan

kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu

dilakukan meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dan masalah kesehatan

meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang

mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan lusnya masalah,

apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami,

takut dari akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sifat negative

terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau masalah fasilitas

kesehatn yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi

masalah.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui

tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota

keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik,

psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.

14
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.

Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui

pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antara anggota keluarga.

e. Manfaat fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,

memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Asma Bronkhial

1. Pengkajian

Dalam pengkajian keluarga menurut Friedman (2010), terdiri dari :

a. Data identitas,

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga,

c. Data lingkungan,

d. Struktur keluarga,

e. Fungsi keluarga,

f. Stress dan koping keluarga,

g. Harapan keluarga.

15
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga

atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan

analisis cermat, memberikan dasar untuk menentukan tindakan-tindakan dimana

perawat bertanggung jawab melaksanakan (Friedman, 2010).

Komponen diagnosis keperawatan meliputi :

a. Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

(individu) keluarga.

b. Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan

masalah yang mengacu pada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah,

mengambil keputusa yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara

lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif yang diperoleh perawat

dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan

penyebab.

Sedangkan tipologi dari diagnosis keperawatan, yaitu :

a. Diagnosis actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga

memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosis

keperawatan actual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau

16
faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Sedangkan factor tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu:

1). Patofisiologi (Biologi atau Psikologi)

2). Tindakan yang berhubungan

3). Situasional (lingkungan, personal)

4). Maturasional

b. Diagnosis resiko tinggi (Ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi

tanda tersebut dapat menjadi data actual apabila tidak segera

mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.

c. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau “wellness)

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Setelah data dianalisa kemudian perawat dapat menemukan lebih dari satu

masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, yang mana masalah tersebut

tidak dapt ditangani sekaligus mengingat kondisi dan sumber daya yang

dimiliki keluarga atau petugas. Mengingat situasi tersebut maka perawat

kesehatan masyarakat dapat menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai

dengan prioritasnya. Proses scoring menggunakan skala yang telah

dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya, 1978.

17
Tabel 2.1
Kriteria, skore dan bobot scoring masalah
NO Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah :
Tidak / kurang sehat 3 1
Ancaman Kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah :


Dengan mudah 2 2
Hanya Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat dicegah
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : (Bailon dan Maglaya, 1978)
Proses skoring untuk setiap diagnosis keperawatan :

a). Tentukan Skore untuk setiap diagnosis keperawatan

b). Selanjutnya skore dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan

dengan bobot.

Skore
X Bobot
Angka tertinggi

18
c). Jumlahkan Skore untuk semua kriteria, skore tertinggi adalah 5, sama

dengan seluruh bobot.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau

mengatasi maslah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah

diidentifikasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan

keperawatan keluarga (Mubarak, 2006) yaitu :

a. Rencana keperawtan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh tentang

masalah atau situasi keluarga.

b. Rencana yang baik harus realistic, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai

dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk

keluarga

e. Sebaiknya keperawatan dibuat bersama keluarga bukan untuk keluarga.

Langkah – langkah dalam mengembangkan rencana keperawatn keluarga

(Mubarak, 2006) yaitu :

a. Menentukan sasaran atau goal

Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan

dicapai melalui segala upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa

sasaran harus ditentukn bersama keluarga.

19
b. Menentukan tujuan atau objektif

Tujuan merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci

tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan.

c. Melakukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan

ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab yang

mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan

tugas-tugas kesehatan. Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan

dalam rangka menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah

atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan :

1). Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga

2). Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang

ada

3). Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah

ditentukan

4). Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah

perawat dalam menolong keluarga agar dapat menentukan keputusan

yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalahnya, dapat melakukan

tindakan antara lain :

a) Mendiskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak

melakukan tindakan

20
b) Memperkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan

yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk

melaksanakan alternatif tersebut

c) Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing-

masing alternatif atau tindakan

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan

tindakan antara lain :

1). Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan.

2). Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada di rumah keluarga

3). Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan keluarga atau

mencari pertolongan kepada tim kesehatann yang ada

Perawat dapat meningkatan kemampuan keluarga dalam rangka

menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga antara lain

dengan cara :

1). Membantu mencari cara untuk menghindarkan adanya ancaman

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

2). Membantu kelurga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang

sudah ada.

3). Menghindarkan ancaman psikologi dalam keluarga antara lain

dengan cara memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas

masing-masing anggota dan lain-lain

21
4). Mengembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka penemuan

kebutuhan psikososial.

Agar perawat dapat membantu kelurga dalam rangka memanfaatkan

kesehatan yang ada. Sumber-sumber yang terdapat di masyarakat antara lain

: instansi-instansi kesehatan, program-program peningktan kesehatan,

organisasi-organisasi masyarakat.

d. Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk mengukur

pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan tingkat performance

yang digunakan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan

tindakan keperawatan telah tercapai.

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi


kegiatan yang bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
Intervensi:
1. Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor
pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
3. Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat
Intervensi:
1. Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
2. Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang
tepat

22
3. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan tindakan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang mengalami asma

Intervensi:
1. Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
2. Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
3. Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
4. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
5. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga
Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
proses penyembuhan dan pencegahan asma.
Intervensi:
1. Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk
menunjang proses penyembuhan asma
2. Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang
dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
3. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengobati penyakit asma
Intervensi: Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada
untuk pemeriksaan dan pengobatan Asma

4. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga

23
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendapat kesempatan untuk membangkitkan

minat keluarga untuk mengadakan perbaikan kea rah perilaku hidup sehat.

Dalam kondisi ini untuk membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku

hidup sehat, maka perawat harus memahami tindakan- tindakan motivasi.

Tindakan keluarga (Mubarak, 2006) mencakup hal-hal di bawah ini.

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara : memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga,

mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara : mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

obat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga

melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menentukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara menentukan sumber-sumber yang

dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan

keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfatkan fasilitas kesehatan yang ada,

dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

24
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP

yang operasional dengan pengertian S, adalah ungkapan perasaan dan

keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan. O, adalah keadaan objektif yang dapat

diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan setelah dilakukan

implementasi keperawatan. A, merupakan analisis perawat setelah

mengetahui respons subjektif dari keluarga yang dibandingkan dengn

kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada rencana

keperawatan keluarga. P, adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat

melakukan analisis. (Suprajitno, 2004).

Langkah-langkah dalam mrengevaluasi pelayanan keperawatan yang

diberikan baik kepada individu maupun keluarga (Mubarak, 2006) adalah :

a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana

keluarga mengatasi masalah tersebut

b. Tentukan bagaiman rumusan tujuan perawat yang akan dicapai

25
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat

berhubungan dengan sumber-umber proses dan hasil, tergantung

kepada dimensi evaluasi yang diinginkan.

d. Tentukan metode atau tekhnik evaluasi yang sesuai serta sumber-

sumber data yang diperlukan.

e. Bandingkan keadaan yang nyata (sesuai perawatan) dengan kriteria dan

standar untuk evaluasi.

f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau

pelaksanaan yang kurang memuaskan.

Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga

sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan

keluarga.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma

diharapkan :

1. Keluarga mampu mengenal masalah Asma

2. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan

yang tepat

3. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota

keluarga yang sakit

4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang

penyembuhan dan pencegahan penyakit Asma

5. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat

untuk penatalaksanaan Asma

26
BAB III

HASIL PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

1. Struktur Dan Sifat Keluarga

a. Kepala Keluarga

1). Nama : Tn.W

2). Umur : 74 Tahun

3). Jenis Kelainin : Laki-laki

4). Alamat : SP-C

5). Pendidikan : SD

6). Agama : Islam

7). Pekerjaan : Swasta

b. Susunan Anggota Keluarga

Tabel 3.1.

No Nama Umur Sex Hub.Dgn. Pendidika Pekerjaa Ket.

KK n n
27
1. Ny. P 52 Th P Istri SD IRT Sehat

c. Genogram
Genogram 3 Generasi pada keluarga Tn.W

--------------- ----------------

X 54
X 74

----------------------------

----------------------------------------------------

Keterangan : Keluarga Inti

: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal
x x

: Sakit

: Tinggal serumah

d. Tipe Keluarga

28
Keluarga Tn. W adalah keluarga Inti ( nuclear family ) yang terdiri dari

suami Istri.

e. Pola Pengambilan Keputusan

Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara

musyawarah. Yang paling dominan dalam pengambilan keputusan adalah

Tn. W sebagai kepala keluarga dan keluarga mampu menyelesaikan

masalah sendiri walaupun tanpa bantuan orang lain.

f. Hubungan Anggota Keluarga

Hubungan antar anggota keluarga Tn. W cukup harmonis. Anggota

keluarga yang paling dipercaya kepala keluarga untuk membantu

masalah kesehatan yang ada dalam keluarga adalah istri.

2. Kebutuhan Dalam Hidup Sehari-Hari

a. Kebutuhan Nutrisi

1). Makan

Keluarga makan 3 x sehari dengan makanan pokok yang di konsumsi adalah

nasi. Keluarga Tn. W memiliki kebiasaan makan Sendiri – sendiripada siang

hari. Pengadaan makanan keluarga sehari-hari dengan memasak sendiri.

Jenis makanan yang dikonsumsi berupa protein (nabati/hewani) dan sayur,

serta , sedangkan buah dan susu kadang-kadang.

2). Cara mengolah makanan

29
Makanan yang di konsumsi setiap hari oleh keluarga diolah dengan cara

dipotngbaru di cuci. Dan untuk airminum mereka selalu mengkomsumsi air

galon.

3). Cara Penyajian

Cara menyajikan makanan dalam keluarga dilakukan secaraa tertutup.

a. Kebiasaan Tidur

Keluarga Tn. W meiniliki kebiasaan tidur pada siang hari. Untuk tidur

malamnya, keluarga Tn. W mulai tidur pada pukul 21.00 dan bangun puku!

05.00 pagi. Namun ketika asma kambuh tidak pernah tidur siang

b. Kebutuhan Eliminasi

Keluarga buang air besar (BAB) 1 x sehari, sedangkan buang air kecil

(BAK) setiap anggota keluarga tidak sama, sesuai aktivitas masing-masing.

c. Rekreasi Atau Penggunaan Waktu Senggang

Kegiatan sehari-hari digunakan untuk mengojek. Dan waktu luang

digunakan untuk berkumpul bersama keluarga atau berinteraksi dengan

tetangga. Keluarga Tn. W memiliki kebiasaan rekreasi tidak pernah

d. Aktivitas Dan Olah Raga

30
Olah raga yang paling di senangi keluarga adalah jalan pagi.

e. Kebersihan Diri

Kebersihan diri untuk setiap anggota keluarga umumnya mandi 3 x sehari

dan sikat gigi setelah selesai makan, sedangkan cuci rambut 2 x seininggu.

f. Pola Asuh Anak

Keluarga mengasuh anak dengan bebas terbatas. Dan keluarga berharap

anak untuk selalu dapat berbakti kepada orang tua dan mandiri.

3. Faktor Lingkungan

a. Perumahan

Luas tanah yang di tempati (25 m x 100 m) milik sendiri, luas rumah (7 m x

10 m), jenis rumah tersendiri dan jenis bangunan semi permanen. Terdiri dari

3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 ruang keluarga, dapur, WC,

dan kamar mandi. Lantai pelesteran, pengaturan perabot rumah kurang rapi

dan bersih, ventilasi > 10 % luas lantai, cahaya dapat masuk pada siang hari

penerangan pada malam hari menggunakan listrik. Di, serta sampah

berserakan di pojok belakang rumah

Denah Rumah Keluarga Tn.W

Ket :

R.Tamu

: pintu

31
K.Tidur : Jendela

: : wc
K. Tidur K. Tidur

: Sumur

R.keluarga
K. Mandi : Bak Air

WC R.Dapur

Bak Air

b. Pengelolaan Sampah

Tempat sampah keluarga berada di belakang rumah, namun tidak terawat dan

berserakan. Pengolahan sampah dengan cara dibakar.

c. Sumber Air

Keluarga menggunakan air sumur sebagai sumber air untuk mandi dan. Air

tersebut ditampung dalam sebuah bak air yang terbuka.

d. Jamban Keluarga

WC keluarga berada di dalam rumah dan berbentuk Leher Angsa.

e. Pembuangan Air Limbah

Air limbah keluarga dibuang melalui parit yang ada di semping rumah.

Kondisi parit banyak ditumbuhi rumput sehingga alirannya tidak terlalu

lancar.

f. Fasilitas Kesehatan Dan Fasilitas Sosial

Fasilitas kesehatan yang terdekat dengan keluarga yaitu Pustu yang dapat

dijangkau dengan menggunakan motor, jaraknya ± 500 m dan rumah keluarga

32
Tn. W. keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan hanya jika ada keluarga

yang sakit.

4. Faktor Psikologis

a. Status Emosi

Keluarga bangga jika ada salah satu anggota keluarga yang berhasil. Terhadap

kehilangan keluarga selalu pasrah dan percaya segalanya kehendak dan

Tuhan.

b. Konsep Diri

Keluarga yakin manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga

dengan kekurangan dan kelebihan itu manusia menjadi sempurna dan

berharga.

c. Pola Interaksi

Keluarga tidak meiniliki konflik dalam berinteraksi. Dan interaksi dapat

terjadi kaparapun dan dalam situasi apa saja dalam bentuk diskusi/sharing

perasaan.

d. Pola Komunikasi

Bahasa yang sehari-hari digunakan oleh keluarga adalah bahasa

lndonesia.Yang paling doiminan berbicara dalam keluarga adalah Tn. W dan

33
setiap anggota keluarga selalu terbuka dalam setiap masalah yang dihadapi.

Komunikasi yang diterapkan yaitu komunikasi langsung.

e. Pola Pertahanan

Jika salah satu anggota keluarga ada yang bermasalah, keluarga membantu

mencari jalan keluar bersama-sama dan selalu mencari jalan keluar tanpa

putus asa jika terjadi masalah yang sulit.

5. Derajat Kesehatan

a. Kejadian Kesehatan

Tn. W saat ini sedang menderita sakit Asma brongchial.

b. Perilaku Keluarga Dalam Penanggulangan Sakit

Keluarga kurang mampu mengenal masalah tentang penyakit Asma

brongchial hal ini ditunjukkan dengan keluarga sering bertanya apa penyebab

dan penyaki Asma. Keluarga juga tidak tahu bahwa penyakitnya merupakan

penyakit kronik yang dapat kambuh kapan pun juga. Kemampuan keluarga

dalam mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui

secara luas tentang masalah yang terjadi pada penyakit asma . Keluarga tidak

mengetahui langkah-langkah dalam menangani dan menghindari bertambah

berat penyakitnya. Jika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga berobat di

Puskesmas atau dokter praktek yang terdekat.

c. Kejadian Cacat

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami cacat fisik maupun cacat mental.

d. Kejadian Kematian Dalam 1 Tahun Terakhir

34
Dalam satu tahun terakhir ini tidak ada kejadian kematian dalam keluarga.

6. Masalah Kesehatan Fisik

Tabel 3.2

Pemeriksaan Fisik

No Variable Nama anggota keluarga

Tn.W Ny.P

1 TD 140/90 mmHg 120/80 mmHg

ND 80 x/m 86 x/m

RR 28 x/m 20 x/m

SB - -

TB 163 cm 160

BB 60 55

2 Kepala Tidak ditemukan Tidak ditemukan

adanya kelainan adanya kelainan

3 Mata Fungsi penglihatan Fungsi penglihatan

kurang baik, tidak baik, tidak ditemukan

ditemukan adanya adanya kelainan

kelainan

35
4 Hidung Fungsi penciuman Fungsi penciuman

baik, tidak ditemukan baik, tidak ditemukan

adanya kelainan adanya kelainan

5 Telinga Fungsi pendengaran Fungsi pendengaran

berkurang, tidak baik, tidak ditemukan

ditemukan adanya adanya kelainan

kelainan

6 Mulut Fungsi pengecapan Fungsi pengecapan

kurang, tidak dapat baik, dapat menelan

menelan dengan baik dengan baik, tidak

karena giginya tidak ditemukan adanya

utuh, kelainan

7 Leher Tidak ditemukan Tidak ditemukan

adanya kelainan adanya kelainan

8 Dada Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris

kiri kanan, pola kiri kanan, pola

pernafasan tidak pernafasan normal,

normal, tidak ditemukan

adanya kelainan

9 Abdomen Tidak ditemukan Tidak ditemukan

adanya kelainan adanya kelainan

10 Ekstermitas Pergerakan baik, tidak Pergerakan baik, tidak

atas ditemukan adanya ditemukan adanya

kelainan kelainan

11 Genetalia Tidak dilakukan Tidak dilakukan

36
pemeriksaan pemeriksaan

12 Ekstermitas Pergerakan baik, tidak Pergerakan baik, tidak

bawah ditemukan adanya ditemukan adanya

kelainan kelainan

13 Keadaan Lemah Baik

umum

14 Keluhan Sering merasa sesak, Tidak ada keluhan

batuk, gelisah,

berkeringat dingin .

B. KLASIFIKASI DATA

Tabel 3.3

Klasifikasi Data

Data Subyektif Data Obyektif

Tn . W mengatakan : Tn.W tampak :

1. Lemah 1. Lemah

2. Sering merasa sesak, 2. Rumahnya berlantai plesteran

3. Gelisah, 3. Ventilasi rumahnya cukup lebih

4. Berkeringat dingin dari >10, pada pagi dan siang hari

5. Tidak bisa tidur siang cahaya yang masuk cukup.

4. Kondisi kebersihan rumah secara

keseluruhan berdebu.

5. Terdapat lawa – lawa

6. TD : 140/90 mmHg

7. ND : 80 x/m

37
8. RR : 28 x/m

9. SH : -

38
C. TIPOLOGI / DIAGNOSA MASALAH KESEHATAN

Tabel 3.4

Tipologi masalah kesehatan keluarga

No Daftar masalah kesehatan

Kurang/tidak sehat

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan 5 Fungsi tugas masalah
1
kesehatan keluarga.

Ancaman kesehatan

2 Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan sehubungan dengan Ketidakmampuan

keluarga memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.

D. ANALISA DATA

39
Tabel 3.5
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subyektif : 1. Ketidak tahuan Bersihan jalan
Tn. W mengatakan : keluarga mengenal napas tidak
1. Lemah
masalah kesehatan efektif
2. Sering merasa keluarga
2. Ketidak sanggupan
sesak,
memutuskan
3. Batuk saat terkena
tindakan kesehatan
debu, yang tepat bagi
keluarganya
4. Gelisah,
3. Ketidak mampuan
5. Berkeringat dingin.
merawat keluarga
yang mengalami
Data Obyektif :
Tn. W tampak : gangguan kesehatan
1. Lemah 4. Ketidak mampuan
2. Batuk berlendir memodifikasi
lingkungan keluarga
3. TD : 140/90 mmHg
untuk menjamin
4. ND : 80 x/m kesehatan keluarga
5. RR : 28 x/m 5. Ketidak mampuan
memanfaatkan
6. SH : -
fasilitas pelayanan
kesehatan
disekitarnya bagi
keluarga

40
2 Data Subyektif : Ketidakmampuan Resiko Tinggi
Tn. W mengatakan : Memodifikasi Terjadi
1. Lemah
lingkungan keluarga Kekambuhan
2. Sering merasa untuk menjamin
kesehatan keluarga
sesak,

3. Batuk saat terkena

debu,

Data Obyektif :
Tn. W tampak :
1. Lemah

2. Batuk berlendir

3. Rumahnya berlantai

plesteran

4. Ventilasi rumahnya

cukup, pada pagi dan

siang hari cahaya

yang masuk cukup.

5. Kondisi kebersihan

rumah secara

keseluruhan berdebu.

6. Terdapat lawa – lawa

41
E. SKORING

Tabel 3.6
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan 5 fungsi tugas
masalah kesehatan keluarga.

No Kriteria Perhitungan Skoring Pembenaran


1 Sifat Masalah: Tn. W sering merasa
Tidak/Kurang sesak, batuk saat terkena
3/3 x 1 1
Sehat debu.
 
2 Kemungkinan Tn. W mengatakan sesak,
Masalah Dapat batuk saat terkena debu.
Diubah: Dan kondisi Rumahnya
½x2 1
Sebagian berlantai tanah.
 
 
3 Potensi 3/3 x 1 1 Keluarga Ny.P sanggup
Masalah memodifikasi lingkungan

42
Untuk rumah
Dicegah:
Tinggi
4 Mononjolnya Tn. W, mengatakan
Masalah : sakitnya mengganggu
Masalah tidak 2/2 x1 1 aktivitasnya. Kadang –
dirasakan kadang bila terkena debu
Tn. W batuk – batuk.
Jumlah skor 4

Tabel 3.7
Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan penyakit berhubungan dengan
Ketidakmampuan Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga

No Kriteria Perhitungan Skoring Pembenaran


1 Sifat Masalah: Bila tidak dilakukan
Ancaman 1 perawatan yang benar,
2/2 x 1
akan terjadi resiko
kekambuhan penyakit
2 Kemungkinan ½x2 1 Latar Belakang
Masalah Dapat pendidikan Tn. W
Diubah: adalah SMP dan Tn. W
Sebagian sehingga untuk
  menerima informasi
  tidak mudah. Bila
Tn.W mendapat
serangan Asma
penanganan yang

43
dilakukan hanya minum
obat dari Puskesmas.
3 Potensi Keluarga mempunyai
Masalah kesibukan yang cukup
Untuk tinggi namun merawat
2/3 x 1 2/3
dicegah: lingkungan rumah
Cukup adalah kewajiban
keluarga.
4 Mononjolnya Keluarga tidak
Masalah : memahami kalau
Masalah Tidak lingkungan yang kotor
2/2 x 0 0
Di Rasakan dapat mengancam jiwa
Tn. W, apabila tidak
segera tangani.
Jumlah skor 2
2
3

F. PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan 5 Fungsi tugas

masalah kesehatan keluarga.

2. Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan penyakit berhubungan dengan

Ketidakmampuan Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

44
45

Anda mungkin juga menyukai