Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN An.

W DENGAN DIAGNOSA

MEDIS TYPHOID FEVER DI BANGSAL AL-IKHLAS

RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

DISUSUN OLEH :

MUHSHANAH

203203050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN An. W DENGAN TYPHOID FEVER

DI BANGSAL AL-IKHLAS RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun Oleh:
MUHSHANAH

203203022

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing


Klinik
A. Definisi

Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut


yangdisebabkan oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015)

Tifoid termasuk infeksisistemik dengan gejala yang khas yaitu demam. Adapun
demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya memiliki
pola khusus dengan suhu yangmeningkat (sangat tinggi) naik-turun. Hal ini terjadi
pada sore dan malam hari sedangkandi pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal
inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita
(Dinkes, 2013).

B. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphii A,
dan Salmonella Paratyphii B, Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada
suhu15-41⁰ C (Optimum 37⁰ C) dan pH pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah, 2012).
C. Patofisiologi
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis.
Di usus, bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui barier usus yang
melibatkan mekanisme membrane ruffling ,actin rearrangement , dan internalisasi
dalam vakuolaintraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid
mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia
primer terjadi padatahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah
biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-
14 hari.Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan
berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikulo endotelial, yakni di hati, limpa,
dansumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah
periodereplikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam system peredaran darah
danmenyebabkan bakteremia. sekunder sekaligus menandai berakhirnya
periodeinkubasi.Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit
kepala,dan nyeri abdomen.Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap
dalam organ-organ sistemretikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi
kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa
kuman atau carrier (CKD 2012).
D. Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
12. Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosi]
(Nurarif & Kusuma, 2015)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan LeukositMenurut buku – buku disebutkan pada demam typoid
terdapat leucopenia danlimfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah
sering dijumpai. Padakebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada batas- batas normal, malahan kadang-kadang terdapat
leukositosis. Walaupun tidakada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu,
pemeriksaan jumlah leukosittidak berguna untuk diagnosis demam typoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke normal setelah


sembuhnyademam typoid. kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.

3. Biakan Darah

Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah


negatifmenyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah
bergantung pada beberapa factor antara lain :
a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil


satulaboratorium biasa berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan, karena jumlah kuman
yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah,
makauntuk keperluan pembiakan. Pada anak – anak 2 – 5 ml. Bila darah yang
dibiakterlalu sedikit hasil biakan biasa negative,terutama pada orang yang
sudahmendapat pengobatan spesifik .Selain ini darah tersebut harus langsung
dikirimke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat
demam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit

Pada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi terutama positif pada
minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktukambuh biakan bias positif lagi.

c. Vaksinasi dimasa lampau

Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan antibody


dalamdarah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia.

4. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody, aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typoid pada
orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi
terhadap demam typoid.Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah laboratorium. Maksud uji widal
adalah menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita demam typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuat anti bodi
(aglutini),yaitu:

a. Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari


tubuhkuman).

b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).


c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi kuman). Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin besar kemungkinan pasien
menderita demam typoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal
akanmeningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5
hari.

Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 ,1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). -
Titer1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikantiter. Jika ada, maka dinyatakan (+).Jika 1 x pemeriksaan langsung
1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis
khas.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :
1. Pemberian antibioticTerapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab
demam tifoid. Obat yangsering dipergunakan adalah:
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
d. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6 hari;
ofloxacin600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).
2. Istirahat dan perawatanLangkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Penderitasebaiknya beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu
setelah bebas dari demam.Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
keadaan penderita. Mengingatmekanisme penularan penyakit ini, kebersihan
perorangan perlu dijaga karenaketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan
air kecil.
3. Nonfarmakologi dan Diet
a. Diharuskan untuk Bedrest
b. Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan
berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih
padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya.Pemberian kadar gizi dan mineral perlu dipertimbangkan agar
dapatmenunjang kesembuhan penderita (Widoyono, 2011)
G. Pencegahan
Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah :
1. Dari sisi manusia :
a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit
inidilakukan vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang
disuntikanatau diminum dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3
tahun.
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene, sanitasi, personal hygiene.
2. Dari sisi lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c. Pemberantasan lalat
d. Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual
makanan(Akhsin Zulkoni, 2011).
Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada demam tifoid
adalah :
1. Hindari tempat yang tidak sehat
2. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
3. Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak/panaskan
sampai 57⁰ beberapa menit dan secara merata
4. Salmonella thypi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57⁰ untuk
beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi
5. Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
6. Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol
7. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman
8. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
9. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek samping
10. Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala tersebut
11. Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan
12. Vaksin demam tifoid
13. Buang sampah pada tempatnya(Nurarif & Kusuma, 2015)
H. Komplikasi
1. Komplikasi demam typoid terbagi atas dua, yaitu :
a. Komplikasi Intestinal
Pendarahan usus,perforasi usus.
b. Komplikasi Ekstra Intestinal
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, noregister, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis dan penanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual ,
muntah,diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri
otot, lidah kotor,gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid
atau pernahmenderita penyakit lainnya?
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam
typoid atau penyakit keturunan?
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Biasanya badan lemah
b. TTV : peningkatan suhu,perubahan nadi, respirasi
c. Kesadaran : Dapat mengalami penurunan kesadaran.
5. Pemeriksaan Head To toe
a. Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi
rambut meratadengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera
tidak ikterikkonjungtiva kemerahan / tidak anemis. Reflek pupil
terhadap cahaya baik.
c. Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
peradangan.
d. Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
tanda-tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat
pernafasan cuping hidung takaada epistaksis.
e. Mulut dan gigi
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan,
mukosamulut/bibir kemerahan dan tampak kering.
f. Leher
Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.
g. Dada
Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada
sesak., tidakada batuk.
h. Abdomen
Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nyeri
tekan,bising usus12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa
i. Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan
bawah,tidak terdapatfraktur,genggaman tangan kiri dan kanan
sama kuat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hypertermi b.d proses infeksi
2. Nyeri akut b.d proses peradangan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
anadekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang anadekuat dan
peningkatan suhutubuh
5. Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal (penurunan
motilitasusus)
6. Defesiensi pengetahuan b.d kurang

Anda mungkin juga menyukai