PENDAHULUAN
kesehatan baik secara global, regional, maupun di Indonesia walaupun dari tahun
Secara global 23% dari kematian neonatal dikaitkan dengan asfiksia neonatorum
(Waqar dan Haque, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), setiap
tahunnya 120 juta bayi lahir didunia, secara global 4 juta (33 per 1000) bayi lahir
mati dan 4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal
lanjut). Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia neonatorum,
Indonesia mempunyai 200 juta penduduk dengan angka kelahiran 2,5% per tahun
sehingga diperkirakan terdapat 5 juta kelahiran per tahun. Jika angka kejadian
asfiksia 3-5% dari seluruh kelahiran, diperkirakan 250 ribu bayi lahir dengan
Secara umum cakupan Angka Kematian Bayi (AKB) di enam tahun terakhir
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2015, AKB sebesar 12 per 1000
kelahiran hidup, dengan penyebab terbesanya asfiksia yaitu sebanyak 25%. Kota
Banda Aceh memiliki AKB terendah yaitu sebesar 3 per 1000 penduduk
sedangkan Aceh Barat terbesar yaitu 27 per 1000 penduduk (Dinkes Aceh, 2016).
1
2
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum
Dampak yang ditimbulkan dari asfiksia sangat banyak, antara lain enselopati
dampak jangka panjang pada anak dapat menyebabkan kelainan neurologis dan
Januari 2011 sampai Juni 2011 didapatkan sebanyak 73,0% dari jenis persalinan
persalinan tindakan mempunyai risiko 5,471 kali lebih besar terhadap kejadian
Neonatus yang dilahirkan dengan SC (Sectio Caesaera), terutama jika tidak ada
tandanya persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengeluaran cairan paru dan
persisten. Jadi, neonatus yang lahir dengan SC mengandung cairan yang lebih
banyak dan udara yang lebih sedikit di dalam parunya selama enam jam pertama
kondisinya. Lamanya rawatan antara satu bayi dengan bayi yang lain berbeda
seperti faktor ibu, faktor bayi, faktor persalinan dan faktor plasenta. Pada
penelitian ini akan difokuskan pada faktor persalinan yaitu jenis persalinanan
(pervaginam baik itu spontan, induksi maupun dengan bantuan alat ataupun SC.
Di rumah RSUD Dr. M Soewandhi Surabaya, rata rata perawatan bayi asfiksia
selama 7 hari, akan tetapi apabila disertai kondisi lainnya lama rawatannya bisa
Hasil survei awal peneliti di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
berdasarkan 1 tahun terakhir yaitu, pada bulan Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018 ada sebanyak 298 neonatus yang mengalami asfiksia dengan
pembagian 196 bayi lahir secara SC dan 102 secara pervaginam (Medical Record
RSUDZA).
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh bahwa neonatus yang mengalami asfiksia yang
lahir secara SC memerlukan hari rawatan yang lebih lama dibandingkan yang
asfiksia dengan persalinan pervaginam dan sectio caesarea di NICU Rumah Sakit
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang maka dapat
dengan sectio caesarea di NICU Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh?”
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
dengan sectio caesarea di NICU Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
pada neonatus di NICU Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
asfiksia di NICU Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
1. Peneliti
statistik serta teknik pembuatan laporan penelitian yang baik dan benar.
2. Institusi Pendidikan
3. Perawat
di NICU rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
5. Pasien
umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sehingga pasien dapat
dengan persalinan pervaginam dan sectio caesarea di NICU Rumah Sakit Umum
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh belum pernah diteliti sebelumnya. Namun, ada
adalah umur ibu, perdarahan anterpartu, berat badan lahir, ketuban pecah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b.1.1 Pengertian
Lamanya rawatan atau lamanya hari rawat atau LOS (Length of Stay) adalah
menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu periode
perawatan. Satuan untuk lama rawat adalah hari, sedangkan cara menghitung lama
rawat adalah dengan menghitung selisish antara tanggal pulang (keluar dari rumah
sakit, baik hidup ataupun meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit.
Umumnya data tersebut tercantum dalam formulir ringkasan masuk dan keluar di
dikenal istilah yang lama dirawat (LD) yang memiliki karakteristik cara
berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan.
selisih antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, hidup maupun mati) dengan
tanggal masuk rumah sakit. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar
pada hari yang sama – lama dirawatnya dihitung sebagai 1 hari dan Pasien yang
belum pulang atau keluar belum bisa dihitung lama dirawatnya (Indradi, 2007;
Lama hari rawat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan medis
yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien (quality of patient care).
Dimana :
X : Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan mati) di rumah sakit
Y : Jumlah pasien rawat inap yang keluar ( hidup dan mati ) di rumah sakit pada
rumah sakit bisa mempengaruhi terjadinya penundaan pulang pasien. Ini akan
2. Jenis Operasi
7. Umur pasien
8. Pekerjaan
b.2.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan
karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 2012). Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernapas spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,
2010).
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-
akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
adalah bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan sehingga
dibutuhkan penanganan segera setelah bayi lahir agar tidak menimbulkan akibat
b.2.2 Klasifikasi
Menurut Mochtar (2015), klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam,
a. Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit
kebiru- biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif,
b. Asfiksia Pallida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat,
tonus otot sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung
Berikut ini adalah tabel APGAR score untuk menentukan asfiksia (Ghai,
2010).
Nilai 0 1 2
Menurut Mochtar (2015) setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai
APGAR, tabel tersebut di atas dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau
derajat asfiksia, apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat dengan klasifikasi
sebagai berikut:
b.2.3 Patofisilogi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada
masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia
ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang
yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita
asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode
(bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas
(flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik,
13
kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa (squele)
b.2.4 Penanganan
Resusitasi dapat dilihat dariberat ringannya derajat asfiksia, yaitu dengan cara
diingat adalah :
lingkungan suhu yang baik pada bayi, pembersihan jalan napas bagian
14
Agar saluran napas bebas, bayi diletakan dalam posisi dorsofleksi kepala.
bikarbonat 7,5% dengan dosis 2-4 cc/kg berat badan bersama dektrose
40% sebanyak 1-2 cc/kg berat badan dan diberikan melalui umbilikalis.
sambil memompa jalan nafas dengan ambu bag. Berikan oksigen 4-5
tube), selanjutnya bersihkan jalan nafas melalui lubang ETT. Bila bayi
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc dan dektrose 40% sebanyak 4cc.
Bila asfiksia berkelanjutan, maka bayi masuk ICU dan infus terlebih
dahulu.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir (Prawiroharjo, 2005). Beberapa faktor
tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya faktor Ibu, faktor plasenta, faktor bayi, dan faktor persalinan.
a. Faktor ibu
Yang termasuk dalam faktor ibu antara lain, umur ibu terlalu muda atau
b. Faktor plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam
bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral dan zat lain dan membuang
sisa metabolisme janin dan O2. Pertukaran gas antara ibu dan janin
janin berubah menjadi anaerob dan akhirnya asidosis dan PH darah turun
(Mochtar, 2015). Dapat terjadi pada situasi lilitan tali pusat, tali pusat
c. Faktor Bayi
2. BBLR
3. Kelainan kongenitas
d. Faktor persalinanan
b.3.1 Pengertian
berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu, baik itu induksi,
vakum atau metode lainnya, dengan persentasi belakang kepala maupun bokong
2012).
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan belakang kepala berlangsung
17
dalam 18 – 24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin
(Winkjosastro, 2005).
Manuaba (2012).
1. Teori Estrogen-Progestero
progesteron turun.
2. Teori Oksitosin
Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan
5. Teori Prostaglandin
18
dapat dikeluarkan.
pleksus frankenhauser
diantaranya:
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan,
2. Power
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power
rotundum
3. Passanger
a. Janin
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala
persalinan.
b. Sikap (habitus)
c. Letak janin
sejajar dengan dengan sumbu panjang ibu; ini bisa letak kepala,
d. Presentasi
e. Posisi
21
f. Placenta
4. Psikis (psikologis)
5. Penolong
pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan
kira-kira 10 cm.
4. Pengeluaran cairan
23
waktu 24 jam.
terasa tegang pada saat his dan dapat mengalami ruptur. Ruptura
7. Mekanisme Persalinan
a. Engagement
24
b. Penurunan (decent)
kedua persalinan
c. Fleksi
e. Ekstensi
sejajar
b.4.1 Pengertian
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. (Mochtar,
2015) .
b.4.2 Klasifikasi
Hampir 99% dari seluruh kasus seksio sesarea dalam praktek kedokteran
b. Seksio sesarea klasik (corporal), yaitu insisi pada segmen atas uterus atau
korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak
dapat dicapai dengan aman (misalnya karena perlekatan yang erat pada
segmen bawah uterus atau karsinoma serviks invasif), bayi besar dengan
kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Charles, 2013).
Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian yaitu, kesembuhan luka insisi
setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan
tindakan lain, pada uterus miomatousus yang besar dan atau banyak, atau
27
pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan (Cunningham
dkk, 2005).
ke dalam rongga uterus. Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam
b.4.3 Indikasi
persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu),
psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor
dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika
1. Indikasi Ibu
a. Usia
b. Tulang Panggul
2. Indikasi Janin
c. Letak sungsang
lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan
keduanya, atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan
Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin
sehingga dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea.
Dalam hal ini adanya gangguan mekanisme pembekuan darah ibu, persalinan
b.4.5 Komplikasi
Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya
(Bobak, 2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan
seksio sesarea berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan
tromboemboli dan perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba,
38,50C (Heler, 2007). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan
febris merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio
darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan
mencapai homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat
Asfiksia
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).
hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian (Saryono & Setiawan, 2011).
Asfiksia Pada
Persalinan pervaginam Lamanya rawatan
neonatus yang mengalami
Asfikisa Pada Sectio asfiksia
Caesarea
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asfiksia pada persalinan pervaginam
Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011) dan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah lamanya rawatan neonatus yang
mengalami asfiksia.
Hipotesa adalah jawaban yang bersifat sementara dari rumusan masalah atau
dapat diamati atau diukur (Saryono & Setiawan, 2011). Adapun definisi
Asfiksia Asfiksia yang Wawancara APGAR Score 7-10 : Bayi normal Ordinal
Pada terjadi pada bayi atau asfiksia ringan
Persalinan yang lahir 4-6 : Asfiksia
pervaginam melalui vagina sedang
baik secara 0-3 : Asfiksia berat
spontan, induksi
maupun
menggunakan
alat
Asfiksia Asfiksia yang Wawancara APGAR Score 7-10 : Bayi normal Ordinal
Pada Sectio terjadi pada bayi atau asfiksia ringan
Caesarea yang lahir 4-6 : Asfiksia
melalui melalui sedang
suatu insisi pada 0-3 : Asfiksia berat
dinding perut
dan dinding
rahim
Dependen
Lamanya Jumlah hari Perhitungan Rekam medis Lamanya rawatan Rasio
rawatan rawatan neonatus yang
neonatus neonatus yang mengalami
yang mengalami asfiksia.
mengalami asfiksia di NICU
asfiksia dari awal masuk
sampai pulang.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
asfiksia dengan persalinan pervaginam dan sectio caesarea di NICU rumah sakit
4.2.1 Populasi
yang mengalami asfiksia yang dirawat di NICU terhitung mulai Januari 2017 s/d
Desember 2017 di rumah sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sebanyak 298
pasien.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
penelitian ini adalah non probability sampling. Non probability sampling adalah
sesuai dengan tujua penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah neonatus yang
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
yaitu:
Keterangan :
minimal dalam penelitian ini adalah 38 responden, yaitu 19 neonatus yang lahir
Lokasi penelitian ini di NICU rumah sakit Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,
dengan waktu pengumpulan datanya dilakukan pada tanggal 10 Juni s/d 15 Juli
2019.
dengan cara mendapatkan izin dari ketua progam studi D-IV Keperawatan
dan izin pengambilan data dari Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dan penanggung jawab lainnya akan
melakukan penelitian.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
neonatus.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat satu file program SPSS berisi
5. Cleaning data adalah pembersihan data hasil entry data agar terhindar
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini dilakukan dengan uji statistik
objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum, cara penyajian
Keterangan
P = presentase
= frekuensi teramati
alpha 0,05. Dikatakan signifkan apabila ada perbedaan yang bermakna jika p-
value ≤ 0.05 maka Ho ditolak dan jika nilai p-value > 0.05 maka Ho diterima.
39
dari penelitian jauh melebihi efek samping yang ditimbulkan (Dharma, 2011).
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai
1) Prinsip Manfaat
to full disclosure)
c. Informed consent
treatment)
penelitian.
41
Pada penelitian ini, peneliti sudah melewati semua tahapan etika penelitian
responden bebas dari penderitaan, bebas dari eksploitasi dan bebas dari resiko.
consent pada orang tua pasien, sedangkan dalam prinsip keadilan peneliti telah
menjamin bahwa responden mendapatkan hak yang sama dalam hal pengobatan
dan semua hasil penelitian ini bersifat rahasia dan hanya dapat diakses oleh
peneliti.