NIM : 7101420280
ASET TAKBERWUJUD
- Goodwill
2. Penilaian
Aset takberwujud yang dibeli
Perusahaan mencatat sebesar biaya perolehan atas aset takberwujud yang dibeli dari
pihak lain. Biaya perolehan sudah termasuk biaya akuisisi ditambah pengeluaran
untuk membuat aset tersebut siap untuk digunakan. Biaya perolehan umumnya
termasuk harga pembelian, biaya jasa (fee) hukum, dan biaya insidental lainnya.
Kadang-kadang perusahaan memperoleh aset takberwujud melalui pertukaran dengan
saham atau aset lainnya. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan aset takberwujud
adalah nilai wajar dari aset yang dipertukarkan atau nilai wajar dari aset takberwujud
yang diterima, mana yang lebih jelas. Dalam pembelian beberapa aset takberwujud
atau pembelian aset berwujud dan aset takberwujud secara bersamaan, perusahaan
harus mengalokasikan biaya perolehan atas dasar nilai wajar. Pada dasarnya,
perlakuan akuntansi untuk pembelian aset takberwujud mirip dengan aset berwujud
yang dibeli.
Beban Kapitalisasi
Viabilitas Ekonomi
3. Amortisasi
Amortisasi merupakan alokasi biaya perolehan aset takberwujud secara sistematis. Aset
takberwujud dapat memiliki umur manfaat yang terbatas maupun umur manfaat tidak
terbatas.
Aset takberwujud dengan umur manfaat terbatas
Perusahaan mengamortasi aset takberwujud yang umur manfaatnya terbatas melalui
pembebanan sistematis atas biaya perolehan selama umur manfaat aset. Umur
manfaat harus mencerminkan periode dimana aset tersebut akan memberikan
kontribusi pada arus kas perusahaan. Misalnya, perusahaan Walt Disney (AS)
mengamortasi aset tak berwujud yang masa manfaatnya terbatas (hak cipta atas film
dan lisensi terkait dengan produk bermerek Disney). Walt Disney mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut dalam menentukan umur manfaat:
a. Penggunaan aset yang diharapkan oleh perusahaan.
b. Dampak dari keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor ekonomi lainnya.
Contohnya seperti stabilitas industri, kemajuan teknologi, perubahan saluran
distribusi yang diharapkan.
c. Setiap ketentuan (hukum, peraturan, dan kontrak) yang memungkinkan
pembaruan atau perpanjangan umur manfaat hukum atau kontrak atas aset
tanpa harus mengeluarkan biaya yang signifikan.
d. Tingkat pengeluaran pemeliharaan yang diperlukan untuk memperoleh arus
kas masa depan yang diharapkan dari aset.
e. Setiap ketentuan (hukum, peraturan, dan kontrak) yang mungkin membatasi
umur manfaat.
f. Umur manfaat yang diharapkan dari aset lain atau kelompok aset yang
mungkin berhubungan dengan umur manfaat aset takberwujud, seperti hak
sewa studio.
Jumlah beban amortisasi untuk aset takberwujud yang umur manfaatnya terbatas
harus mencerminkan pola dimana perusahaan mengonsumsi atau menggunakan aset,
jika perusahaan dapat menentukan pola itu dengan andal. Misalnya, Second Wave,
Inc. membeli lisensi untuk menyediakan produk genetik yang dinamakan Mega
dalam jumlah tertentu. Second Wave harus mengamortisasi biaya lisensi dengan
mengikuti pola penggunaan Mega. Jika lisensi Second Wave menentukan bahwa
perusahaan harus menyediakan 30 persen dari total pada tahun pertama, 20 persen
pada tahun kedua, dan 10 persen per tahun sampai izin berakhir, maka perusahaan
mengamortisasi biaya lisensi menggunakan pola tersebut. Jika tidak dapat
menentukan pola produksi atau konsumsi, Second Wave harus menggunakn metode
garis lurus untuk amortisasi. Ketika Second Wave mengamortisasi lisensi ini,
perusahaan harus menunjukan biaya tersebut sebagi beban, Second Wave
mengkreditkan akun aset yang sesuai atau akun akumulasi amortisasi terpisah.
Jumlah aset takberwujud yang diamortisasi harus sama dengan biaya perolehan
dikurangi nilai residu. Nilai residu diasumsikan nol kecuali pada akhir masa pakainya
aset takberwujud memiliki nilai bagi perusahaan lain.
IFRS mengharuskan perusahaan untuk menilai estimasi nilai residu dan umur manfaat
aset takberwujud setidaknya sekali dalam setiap tahun. Jika umur manfaat aset
takberwujud tersebut berubah, jumlah tercatat yang tersisa harus diamortisasi selama
sisa umur manfaat yang telah direvisi. Perusahaan juga harus mengevaluasi aset
takberwujud yang umur manfaatnya terbatas setiap tahunnya untuk menentukan
apakah terdapat indikasi penurunan nilai, maka uji penurunan nilai akan dilakukan.
Rugi penurunan nilai harus diakui sejumlah jumlah tercatat aset takberwujud
dikurangi jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi
antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai.
Perusahaan juga harus menguji penurunan nilai atas aset takberwujud yang umur
manfaatnya tidak terbatas setidaknya setiap tahun. Uji penurunan nilai atas aset
takberwujud yang umur manfaatnya tidak terbatas serupa dengan uji untuk aaset
takberwujud yang umur manfaatnya terbatas. Artinya, rugi penurunan nilai harus
diakui sebesar nilai yang jumlah tercatat aset takberwujud dengan umur manfaat tidak
terbatas kurang dari jumlah terpulihkan.
Ilustrasi perlakuan akuntansi untuk aset tak berwujud adalah sebagai berikut:
*Tidak memasukan biaya langsung, seperti biaya legal, dan biaya pengembangan setelah
memenuhi kriteria pengakuan
1. Mengidentifikasi R&D
Perbedaan biaya penelitian dan pengembangan dari biaya lain dan sejenis adalah sebagai
berikut:
Aktivitas R&D tidak termasuk perubahan rutin atau berkala atas peroduk yang sudah ada,
lini produksi, proses manufaktur, dan operasi yang sedang berlangsung lainnya,
meskipun perubahan ini merupakan perbaikan dari kondisi sebelumnya. Misalnya, upaya
rutin untuk memperbaiki, memperkaya, serta meningkatkan kualitas produk yang sudah
ada tidak dianggap sebagai aktivitas R&D.
d. Pertanyaan Konseptual
Persyaratan bahwa perusahaan membebankan dengan segera semua biaya penelitian
dan biaya pengembangan sebelum viabilitas ekonomi dicapai (serta biaya persiapan)
adalah sebuah solusi praktis yang konservatif. Mereka berpendapat bahwa karena
sifat berkelanjutan dari aktivitas R&D sebagian besar perusahaan, jumlah biaya R&D
yang dibebankan pada setiap periode akuntansi adalah sama, apakah dibebankan
secara langsung atau dikapitalisasi dan diamortisasi berikutnya.
Sementara pihak lain percaya bahwa laporan posisi keuangan harus melaporkan aset
tak berwujud terkait dengan pengeluaran yang memiliki manfaat dimasa depan.
Dengan mencegah praktik kapitalisasi biaya penelitian, maka hal ini akan menghapus
aset perusahaan yang paling berharga dari laporan posisi keuangan. Standar ini
merupakan salah satu dari banyak trade-off yang dibuat antara relevensi, penyajian
yang tulus atau jujur, dan pertimbangan biaya manfaat.
e. Bermerek
Bagi sebagian besar perusahaan, mengembangkan citra merek yang kuat sama
pentingnya dengan mengembangkan produk yang dijual. Sekarang ini, perusahaan
dapat melihat kekuatan dari sebuah merek yang kuat, yang ditopang oleh investasi
iklan yang signifikan dan efektif.