Anda di halaman 1dari 13

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN DI DAERAH (JFP2UPD) DAN JABATAN FUNGSIONAL


AUDITOR (JFA)

Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com)


Widyaiswara Madya
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Abstrak – Dengan diresmikannya Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan


Urusan Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD) melalui Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan
Angka Kreditnya, maka kini terdapat dua jabatan fungsional yang ada pada Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Selama ini pelaksana pengawasan intern di
daerah dilakukan oleh auditor yang menyandang Jabatan Fungsional Auditor.Tulisan
ini membahas tentang kedua jabatan fungsional tersebut: pengertian dan
kedudukannya; tugas pokok; rumpun jabatan; jenjang jabatan dan pangkat; serta
perangkat profesinya.

Kata Kunci: Pengawas Pemerintahan, Auditor, audit intern, APIP

Pendahuluan

Pasal 218 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan


Daerah menyebutkan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dilaksanakan oleh Pemerintah yang meliputi: (a) pengawasan atas
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah; dan (b) pengawasan terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.Selanjutnya, UU tersebut juga
mengatur bahwa pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah
dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan.

Sebagai pelaksanaan UU 32/2004 tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan


Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pasal 24 PP 79/2005 menyebutkan bahwa
APIP adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

1
Pasal yang sama mengatur bahwa pelaksanaan pengawasan tersebut dilakukan
oleh Pejabat Pengawas Pemerintah yang ditetapkan oleh Menteri/Menteri
Negara/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen di tingkat pusat, oleh
Gubernur di tingkat provinsi, dan oleh Bupati/Walikota ditingkat kabupaten/kota.

Atas dasar PP 79/2005, Menteri Dalam Negeri menerbitkan berbagai peraturan


berkaitan dengan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu:

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman


Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
telah diubah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun
2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pemeriksaan Dalam Rangka Berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masysrakat di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah.

Berkaitan dengan jabatan fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD) diterbitkan peraturan-peraturan berikut ini:

1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun


2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawasan Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah.

Berikut ini bahasan tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan


Urusan Pemerintahan di Daerah dikaitkan dengan Jabatan Fungsional Auditor.

2
Pengertian danKedudukan

Berdasarkan pasal 1 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor 15 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya, Jabatan
Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (P2UPD) didefinisikan
sebagai jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab,
dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan
teknis urusan pemerintahan di daerah, di luar pengawasan keuangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
Sedangkan Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah, disebut
sebagai Pengawas Pemerintahan, didefinisikan sebagai Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan teknis
urusan pemerintahan di daerah sesuai dengan peraturan perundangan.

Kedudukan Pengawas Pemerintahan dinyatakan dalam pasal 3 Permen PAN


15/2009yang menyatakan bahwa Pengawas Pemerintahan berkedudukan sebagai
pejabat fungsional di bidang pengawasan penyelenggaraan teknis urusan
pemerintahan di daerah pada instansi pemerintah pusat dan daerah dan merupakan
jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Pasal 24 PP
79/2005 mengatur bahwa pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah
dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya dan pelaksanaan pengawasan tersebut dilakukan oleh Pejabat
Pengawas Pemerintah. Jadi dapat juga disimpulkan bahwa Pengawas
Pemerintahan berada pada APIP, yang kalau di daerah adalah Inspektorat Provinsi
untuk Pemerintah Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Pemerintah
Kabupaten/Kota.

Jauh sebelum peraturan perundang-undangan tersebut diterbitkan, pelaksana


pengawasan atas instansi pemerintah telah dilakukan oleh auditor. Ketentuan
mengenai jabatan fungsional auditor ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996 tentang Jabatan Fungsional
Auditor dan Angka Kreditnya yang telah beberapa kali diubah, terakhir melalui
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

3
51 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan
Aparatur Negara Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008Tentang Jabatan Fungsional
Auditor Dan Angka Kreditnya. Pasal 1 Kepmen PAN 19/1996 menyatakan bahwa
auditor adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pengawasan pada instansi pemerintah. Pengertian ini diperbaharui melalui Permen
PAN 220/2008 yang menyatakan bahwa Auditor adalah Jabatan yang mempunyai
ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan
intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan
secara penuh oleh pejabat yang berwenang.Permen PAN 220/2008 juga
menyatakan bahwa Jabatan Fungsional Auditor berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional bidang pengawasan di lingkungan Aparat Intern Pemerintah.

Dengan demikian, sejak disahkannya jabatan Pengawas Pemerintahan tersebut,


terdapat dua jabatan fungsional yang melakukan pengawasan intern pada instansi
pemerintah di daerah, baik pada pemerintah provinsi maupun maupun pemerintah
kabupaten/kota.Kedudukan kedua jabatan tersebut sama-sama sebagai pelaksana
teknis fungsional pengawasan intern di bawah Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP), dalam hal ini Inspektorat.

Tugas Pokok

Tugas pokok Pengawas Pemerintahan diatur pada pasal 4 Permen PAN


15/2009yang menyatakan bahwa tugas pokok Pengawas Pemerintahanadalah:

1. melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan teknis urusan


pemerintahan di daerah di luar pengawasan keuangan, yang meliputi:
a. pengawasan atas pembinaan pelaksanaan urusan pemerintahan,
b. pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan,
c. pengawasan atas peraturan daerah dan peraturan kepala daerah,
d. pengawasan atas dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
e. pengawasan untuk tujuan tertentu
2. melaksanakan evaluasi penyelenggaraan teknis pemerintahan di daerah.

4
Pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan didefinisikan sebagai
proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pelaksanaan teknis
pemerintahan berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat
Pengawas Pemerintahan disebutkan bahwa ruang lingkup pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri atas pemeriksaan, evaluasi, dan
monitoring atas suatu rancangan kebijakan daerah, kebijakan daerah, kebijakan
lainnya, tugas dan fungsi SKPD, DPRD, program, pelaksanaan kegiatan, organisasi
dan sumber daya pendukungnya.

Pasal 2 Permendagri 23/2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menyatakan ruang lingkup pengawasan
yang dilakukan oleh Pengawas Pemerintahan meliputi:

1. Administrasi umum pemerintahan, yang dilakukan terhadap:


a. Kebijakan daerah;
b. Kelembagaan;
c. Pegawai daerah;
d. Keuangan daerah; dan
e. Barang daerah
2. Urusan pemerintahan, yang dilakukan terhadap:
a. Urusan wajib;
b. Urusan pilihan;
c. Dana dekonsentrasi;
d. Tugas pembantuan; dan
e. Kebijakan Pinjaman Hibah Luar Negeri

Sedangkan tugas pokok Auditor sesuai dengan Permen PAN 220/2008 adalah
melaksanakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan teknis,
pengendalian, dan evaluasi pengawasan. Permen PAN tersebut mendefinisikan
pengawasan, dalam konteks pengawasan intern, adalah seluruh proses kegiatan
audit, evaluasi, reviu, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain, seperti
konsultansi (consultancy), sosialisasi, asistensi, terhadap penyelenggaraan tugas
dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
(assurance) bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah

5
ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kelola/kepemerintahan yang baik (good governance). Meskipun
dalam Peraturan Menteri PAN tidak secara spesifik disebutkan, tetapi dari definisi
pengawasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pengawasan yang
bisa dilakukan oleh seorang auditor tidak terbatas hanya pada masalah akuntansi
dan keuangan, tetapi seluruh penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

Dapat disimpulkan, bahwa baik Pengawas Pemerintahan maupun Auditor sama-


sama mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan intern atas instansi
pemerintah.Permendagri 23/2007 dan 28/2007 tidak membatasi ruang lingkup
pengawasan intern yang bisa dilakukan oleh Pengawas Intern hanya pada teknis
pemerintahan saja, tetapi Permen PAN15/2009 secara tegas membatasi ruang
lingkupnya pada teknis urusan pemerintahan di daerah di luar pengawasan
keuangan. Sayangnya, baik Mendagri maupun Menteri PAN tidak membuat definisi
tentang “teknis urusan pemerintahan di daerah” tersebut.

Di sisi yang lain, Permen PAN 220/2008 tidak membatasi ruang lingkup
pengawasan oleh auditor hanya pada masalah akuntansi dan keuangan saja, tetapi
juga mencakup teknis pemerintahan. Salah satu tugas pokok auditor adalah
melakukan audit kinerja, yang menurut pasal 50 PP 60/2008 didefinisikan sebagai
audit atas pengelolaankeuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsiInstansi
Pemerintah yang terdiri atas aspekkehematan, efisiensi, dan efektivitas.

Dengan demikian timbul pertanyaan, bagaimanakah membedakan ruang lingkup


pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Pemerintahan dan Auditor?Apakah
Pengawas Pemerintahan hanya melakukan pengawasan intern hanya pada “teknis
pemerintahan” saja sedangkan Auditor hanya pada “akuntansi dan keuangan” saja?

Rumpun Jabatan

Pasal 2 Permen PAN 15/2009 menyatakan bahwa Jabatan Fungsional


Pengawas Pemerintahan termasuk dalam rumpun politik dan hubungan luar negeri.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999
Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, Rumpun Politik dan
Hubungan Luar Negeri adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang

6
tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep,
teori dan metode operasional, pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan
dengan perumusan,pengevaluasian, penganalisisan serta penerapan kebijaksanaan
dibidang politik, pemerintahan danhubungan internasional. Sedangkan menurut
pasal 2 Permen PAN 220/2008, Jabatan Fungsional Auditor pada APIP termasuk
dalam rumpun jabatan akuntansi dan anggaran yang menurut Keppres 87/1999
adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya
berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan
metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pemberian saran,
penyeliaan atau melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan akuntansi
anggaran dan manajemen keuangan.

Apakah dengan pembedaan rumpun tersebut telah cukup untuk membedakan


ruang lingkup pengawasan intern yang dilakukan oleh masing-masing
jabatan?Bagaimana dengan pengawasan intern di tingkat pemerintah pusat?Sampai
saat ini belum ada Jabatan Fungsional Pengawas Pemerintahan Urusan Pemerintah
di Pusat.

Jenjang Jabatan dan Pangkat

Pasal 7 Permen PAN 15/2009 menyatakan bahwa jenjang Jabatan Pengawas


Pemerintahan dan jenjang pangkat Pengawas Pemerintahan dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jenjang Jabatan Jenjang Pangkat Golongan Ruang


Pengawas Pemerintahan Pertama Penata Muda III/a
Penata Muda Tingkat I III/b
Pengawas Pemerintahan Muda Penata III/c
Penata Tingkat I III/d
Pengawas Pemerintahan Madya Pembina IV/a
Pembina Tingkat I IV/b
Pembina Utama Muda IV/c

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa jabatan dan pangkat tertinggi yang
dapat dicapai oleh Pengawas Pemerintahan adalah Pengawas Pemerintahan
Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, sehinggatidak

7
adaPejabat Pengawasan yang bisa mencapai pangkat tertinggi dalam sistem
kepangkatan Aparatur Sipil Negara, yaitu Pembina Utama golongan ruang IV/e.

Adapun jenjang jabatan dan pangkat untuk Jabatan Fungsional Auditor


berdasarkan Permen PAN 220/2008 adalah sebagai berikut:

Jenjang Jenjang Jabatan Jenjang Pangkat Golongan


Fungsional Ruang
Auditor Terampil Auditor Pelaksana Pengatur II/c
Pengatur Tingkat I II/d
Auditor Pelaksana Lanjutan Penata Muda III/a
Penata Muda Tingkat I III/b
Auditor Penyelia Penata III/c
Penata Tingkat I III/d
Auditor Ahli Auditor Pertama Penata Muda III/a
Penata Muda Tingkat I III/b
Auditor Muda Penata III/c
Penata Tingkat I III/d
Auditor Madya Pembina IV/a
Pembina Tingkat I IV/b
Pembina Utama Muda IV/c
Auditor Utama Pembina Utama Madya IV/d
Pembina Utama IV/e

Dengan demikian, seorang auditor bisa mencapai puncak karier dengan


mendapatkan pangkat Pembina Utama dengan golongan ruang IV/e.

Permen PAN 220/2008 juga mengatur bahwa dalam hal penugasan Auditor
berbentuk tim mandiri, susunan tim adalah sebagai berikut:

a. Pengendali Mutu;
b. Pengendali Teknis;
c. Ketua Tim; dan
d. Anggota Tim.

Berdasarkan jenjang jabatan dan pangkat tersebut, maka masalah yang timbul
adalah apakah penugasan kedua jabatan fungsional tersebut dipisahkan? Jika
dipisahkan, betapa repotnya pihak yang diawasi harus melayani dua tim yang
berbeda. Namun jika disatukan, siapa yang akan menjadi ketua tim, pengendali
teknis maupun pengendali mutu? Permen PAN 15/2009 tidak mengatur susunan tim
untuk Pengawas Pemerintahan.

8
Perangkat Profesi

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pengawas


Pemerintahan telah dibekali dengan perangkat-perangkat yang diperlukan bagi
sebuah profesi.Perangkat-perangkat tersebut adalah Norma Pengawasan dan Kode
Etik Pejabat Pengawas Pemerintah yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat
Pengawas Pemerintah.

Permendagri 28/2007 mendefinisikan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah


sebagai seperangkat prinsip moral atau nilai yang dipergunakan oleh pejabat
pengawas pemerintah sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan tugas
pengawasan. Kode Etik tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengertian dan
penjabaran mengenai aturan perilaku sebagai pejabat pengawas pemerintah yang
profesional dan sebagai pedoman bagi aparat pengawas dalam berhubungan
dengan lembaga organisasinya, sesama pejabat pengawas pemerintah, pihak yang
diawasi, pihak lain yang terkait dan masyarakat, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja
yang sehat dan terlaksananya pengendalian pengawasan. Dengan demikian dapat
terwujud kinerja yang tinggi dalam mempertahankan profesionalisme, integritas,
obyektivitas dan independensi serta memelihara citra organisasi dan masyarakat.
Ruang lingkup Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah ini meliputi: tata pikir, tata
sikap, tata wicara dan tata laku pejabat pengawas dalam berinteraksi dengan
lembaga pengawasan, sesama pejabat pengawas pemerintah, para pihak yang
diawasi dan pihak lain yang terkait serta masyarakat.Pelanggaran atas Kode Etik
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan setelah
mempertimbangkan rekomendasi dari Tim Kehormatan Kode Etik.

Pasal 1 Permendagri 28/2007 tersebut mendefinisikan Norma Pengawasan


sebagai patokan, kaidah atau ukuran yang harus diikuti oleh pejabat pengawas
pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan dan pihak/pejabat lain
yang terkait dengan pengawasan.Tujuan Norma Pengawasan adalah untuk
menjamin mutu pengawasan, mutu laporan hasil pengawasan, persamaan
pandangan dan pendapat berkaitan dengan manfaat pengawasan. Disamping itu
norma pengawasan ini juga dimaksudkan sebagai dasar pertanggungjawaban
pelaksanaan pengawasan bagi pejabat pengawas pemerintah.Norma Pengawasan

9
digunakan sebagai pedoman oleh seluruh pejabat pengawas pemerintah pada
semua strata pemerintahan.Norma Pengawasan meliputi: (1) norma umum; (2)
norma pelaksanaan; dan (3) norma pelaporan.

Selain Norma Pengawasan, perangkat lainnya adalah pedoman tata cara


pengawasan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.Permendagri 23/2007 jo Permendagri
8/2009 menyatakan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
oleh Pejabat Pengawas Pemerintah dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan,
monitoring dan evaluasi. Untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan, Pengawas
Pemerintah telah dibekali dengan Daftar Materi Pemeriksaan yang tercantum pada
Lampiran I Permendagri 23/2007 yang telah diperbaharui melalui Permendagri
8/2009.

Di sisi yang lain, PP 60/2008 mewajibkan auditor menaati Kode Etik yang
disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah. PP tersebut juga mewajibkan auditor untuk
melaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang disusun oleh organisasi
profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
Menindaklanjuti PP 60/2008 ini, telah dibentuk Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI) yang juga telah menerbitkan Kode Etik Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (KE-AIPI) dan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI).
Pasal 1 ayat (3) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga AAIPI menetapkan
bahwa pengertian auditor mencakup Jabatan Fungsional Auditor dan Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (P2UPD) yang berkedudukan
sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan di lingkungan APIP.
Dengan demikian, baik KE-AIPI dan SAIPI berlaku juga bagi Pengawas
Pemerintahan.Padahal Permendagri 28/2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode
Etik Pejabat Pengawas Pemerintah belum dicabut.Jadi, Kode Etik dan
Standar/Norma Pengawasan mana yang harus diikuti oleh Pengawas
Pemerintahan?

10
Simpulan dan Saran

Pemerintah, melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, telah


menetapkan Jabatan Fungsional Pejabat Pengawas Urusan Pemerintahan di
Daerah untuk melakukan pengawasan atas penyelenggaraan teknis urusan
pemerintahan di daerah, di luar pengawasan keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sebelum ditetapkannya jabatan fungsional baru tersebut,
Pemerintah, melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, juga telah
menetapkan Jabatan Fungsional Auditor yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi
pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di dalamnya terdapat kepentingan
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian terdapat dua jabatan fungsional yang melakukan tugas dan
mempunyai tanggungjawab yang sama untuk melakukan pengawasan intern pada
pemerintah daerah. Ruang lingkup pengawasan yang dapat dilakukan oleh Auditor
tidak dibatasi pada aspek akuntansi dan keuangan saja, sedangkan untuk
Pengawas Pemerintahan dibatasi hanya pada penyelenggaraan teknis urusan
pemerintahan di daerah di luar pengawasan keuangan.Kalau mendasarkan pada
Permendagri, maka tidak ada pembatasan atas ruang lingkup pengawasan yang
dilakukan oleh Pengawas Pemerintahan.
Masing-masing jabatan fungsional mempunyai jenjang jabatan dan jenjang
pangkat yang berbeda. Bahkan jabatan fungsional Pengawas Pemerintahan tidak
mempunyai jenjang kedudukan dalam suatu tim yang mandiri.
Selain itu, masing-masing jabatan fungsional juga mempunyai Kode Etik dan
Standar/Norma Profesi yang berbeda, meskipun dengan berdirinya Asosiasi Auditor
Intern Pemerintah Indonesia, perbedaan Kode Etik dan Standar/Norma tersebut
telah disatukan. Sayangnya, peraturan tentang Kode Etik dan Norma Pengawasan
serta Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas PenyelenggaraanPemerintahan
Daerah belum dicabut.
Atas permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelaahan kembali berbagai
peraturan yang mengatur tentang pengawasan intern pada pemerintah daerah.
Sinkronisasi berbagai peraturan diperlukan untuk menghindari kerancuan dan
kebingungan pelaksanaan pengawasan intern di pemerintah daerah.

11
Daftar Pustaka:
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
4. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996
tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata
Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang telah
diubah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pemeriksaan Dalam Rangka Berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masysrakat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri
dan Pemerintah Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah.
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.
11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya yang telah diubah melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 51 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya.

12
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Daerah dan Angka Kreditnya.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah.
15. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia, 2013.
16. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai