Anda di halaman 1dari 4

Siapakah Auditor yang

Dimaksud dalam Standar Audit


Intern Pemerintah Indonesia?

Oleh: Hajar Setiawan, SE, M.Ak


(Hajarsetiawan83@gmail.com)

Bicara tentang Auditor bagi sebagian kalangan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
diidentikkan dengan Jabatan Fungsional Auditor (JFA), bagaimana dengan Jabatan
Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD) apakah
bukan auditor? Apakah JFP2UPD tidak wajib mempedomani Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia? Apakah JFP2UPD memiliki pedoman atau standar tersendiri?

abatan Fungsional Auditor (JFA) lingkungan APIP tersebut meliputi BPKP,

J muncul pertama kali pada tahun 1996


melalui Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
Inspektorat Jenderal Departemen,
Inspektorat Utama/Inspektorat Kementerian/
LPND, dan unit kerja pemerintah lainnya
Nomor 19 Tahun 1996 tentang Jabatan yang melaksanakan tugas pengawasan
Fungsional Auditor dan Angka intern serta Badan Pengawas (Inspektorat)
Kreditnya. Instansi Pemerintah yang pertama Provinsi/Kabupaten/Kota.
kali menerapkan JFA adalah Badan Penerapan JFA mulai merambah ke
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan instansi pengawasan lain seperti di
(BPKP). Sebelum lahirnya JFA, di BPKP lingkungan Inspektorat Jenderal
telah dikenal adanya Pejabat Pengawas Departemen/LPND pada tahun 2000 dan
Keuangan dan Pembangunan (PKP) yang selanjutnya pada tahun 2003 mulai muncul di
telah dirintis sejak tahun 1983. lingkungan Badan Pengawasan Daerah
Berdasarkan Keputusan Menteri (Bawasda). Dengan penerapan JFA tersebut
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 diharapkan akan tercipta profesionalisme di
Tahun 1996, Badan Pengawasan Keuangan bidang pengawasan dan tercipta koordinasi
dan Pembangunan (BPKP) ditetapkan yang bersinergi dengan Badan Pemeriksa
sebagai Instansi Pembina JFA di lingkungan Keuangan (BPK) dalam pemeriksaan laporan
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah keuangan Pemerintah melalui kegiatan reviu.
(APIP). Ruang lingkup pembinaan JFA di Standar Audit APIP pertama kali dite-
tapkan melalui Peraturan Menteri man Pembinaan dan Pengawasan
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
PER/05/M/PAN/03/2008 tentang Standar disebutkan bahwa pengawasan terhadap
Audit APIP yang wajib dipergunakan sebagai urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan
acuan bagi seluruh APIP dalam oleh APIP, dimana dalam pelaksanaannya
melaksanakan audit. Standar Audit tersebut dilakukan oleh pejabat pengawas
merupakan tindak lanjut dari Instruksi pemerintah.
Presiden tentang Percepatan Pemberantas- Melalui Peraturan Menteri Negara
an Korupsi yang menginstruksikan kepada Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Negara agar menyiapkan rumusan kebijakan Pengawasan Penyelenggaraan Urusan
untuk penerapan prinsip-prinsip tata Pemerintahan di Daerah dan Angka Kredit-
kepemerintahan yang baik pada Pemerintah nya, dan Peraturan Bersama Menteri Dalam
Daerah, Lembaga Pemerintahan Non Negeri dan Kepada Badan Kepegawaian
Departemen, dan Departemen. Negara Nomor 22 dan 03 Tahun 2010
Dalam Standar Audit tersebut tentang Jabatan Fungsional Pengawas
menyebutkan bahwa Auditor adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
pegawai negeri sipil (PNS) yang Daerah dan Angka Kreditnya diresmikanlah
mempunyai jabatan fungsional JFP2UPD, sehingga sejak saat itu terdapat
auditor dan/atau pihak lain yang diberi dua jabatan fungsioal yang ada pada APIP,
yaitu JFA dan JFP2UPD.
tugas, wewenang, tanggung jawab
Hal inilah yang yang menjadi cikal bakal
dan hak secara penuh oleh pejabat adanya persepsi pemisahan antara JFA dan
yang berwenang melaksanakan P2UPD, ada yang beranggapan bahwa PP
pengawasan pada instansi No. 60/2008 tentang SPIP dan PER/05/M/
pemerintah untuk dan atas nama PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP
APIP. adalah acuan dan wajib dipedomani oleh JFA
Penyebutan JFA dalam Standar Audit bukan untuk JFP2UPD dan PP 79/2005
tersebut menjadi sebuah dilema tersendiri tentang Pedoman Pembinaan dan
dan mempersempit makna Auditor, Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah-
khususnya pada APIP di Daerah, sehingga an Daerah merupakan acuan dan wajib
Auditor identik dengan JFA, walaupun dipedomani oleh JFP2UPD dan bukan untuk
sebenarnya ada penyebutan pihak lain dalam JFA.
definisi Auditor. Hal tersebut yang menyebabkan
Belum lagi masalah penetapan adanya bias bagi APIP di daerah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 rangka pelaksanaan peran dan fungsinya
tentang Sistem Pengendalian Intern melakukan pengawasan intern, dimana APIP
Pemerintah, dimana dalam Pasal 51 Ayat (1) sebenarnya adalah institusi yang didalamnya
menyebutkan bahwa, pelaksanaan audit terdapat JFA dan JFP2UPD, sehingga
intern di lingkungan Instansi Pemerintah berdampak pula pada bias mengenai kata
dilakukan oleh pejabat yang mempunyai “audit” itu sendiri. “Audit” diidentikan pada
tugas melaksanakan pengawasan dan yang JFA dan “pemeriksaan” diidentikan pada
telah memenuhi syarat kompetensi keahlian JFP2UPD.
sebagai auditor. Lagi-lagi dua ketentuan Perdebatan mengenai hal ini sampai ke
tersebut bagi sebagian pihak menilai Pemerintah Pusat sebagai perumus dari
sasarannya lebih cenderung ke JFA. regulasi-regulasi tersebut, dan akhirnya
Sejak ditetapkannya Peraturan Peme- dilakukanlah pembaruan paradigma aparatur
rintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedo- pengawasan intern pemerintah, melalui peru-
musan peraturan yang lebih umum sehingga Untuk menjawab pertanyaan kedua,
dapat diterima bagi seluruh aparatur mari kita telaah kewajiban menggunakan
pengawasan intern pemerintah dan sekaligus Standar Audit AAIPI, 2014 menurut PP No.
menjawab seluruh pertanyaan dan 60 Tahun 2008, pada Pasal 53 Ayat (1),
perdebatan yang terjadi antara antara JFA bahwa Untuk menjaga mutu hasil audit yang
dan JFP2UPD antara lain mengenai: dilaksanakan aparat pengawasan intern
Pertanyaan pertama, apakah pemerintah, disusun standar audit; Ayat (2)
JFP2UPD bukan Auditor? menjelaskan bahwa Setiap pejabat
Untuk menjawab pertanyaan ini pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
kali kita lihat kata Auditor dalam Kamus (1) wajib melaksanakan audit sesuai dengan
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Auditor standar audit sebagaimana dimaksud pada
dalam KBBI bermakna “pengaudit” atau ayat (1); dan pada Ayat (3) menjelaskan
orang yang melakukan audit. bahwa Standar audit sebagaimana dimaksud
Peraturan Menteri Pendayagunaan pada ayat (1) disusun oleh organisasi profesi
Aparatur Negara Nomor PER/05/M/PAN/03/ auditor dengan mengacu pada pedoman
2008 tentang Standar Audit APIP dicabut yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam PP
dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan No. 60 Tahun 2008 telah jelas bahwa dalam
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pelaksanaan audit, APIP yang didalamnya
Nomor 10 Tahun 2016 dan diberlakukanlah bagi sebagian pihak adalah JFA wajib
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia mempedomani Standar Audit AAIPI, 2014.
yang dikeluarkan oleh Asosiasi Auditor Intern Bagaimana dengan JFP2UPD yang
Pemerintah Indonesia Tahun 2014, dimana lahir sejak ditetapkannya PP No 79 Tahun
didalamnya menjelaskan bahwa Auditor 2005, dimana PP tersebut telah dicabut dan
adalah Jabatan yang mempunyai ruang diganti dengan PP No. 12 Tahun 2017
lingkup, tugas, tanggungjawab, dan tentang Pembinaan dan Pengawasan
wewenang untuk melakukan pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan
intern pada instansi pemerintah, lembaga dalam ketentuan Pasal 10 Ayat (11) beserta
dan/atau pihak lain yang di dalamnya penjelasannya menyebutkan bahwa
terdapat kepentingan negara sesuai dengan Pengawasan umum dan teknis sebagaimana
peraturan perundang-undangan, yang dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan (7) dilakukan dalam bentuk reviu, monitoring,
hak dan kewajiban yang diberikan secara evaluasi, pemeriksaan, dan bentuk
penuh oleh pejabat yang berwenang. pengawasan lainnya, dimana dalam
Pengertian Auditor sebagaimana tersebut di penjelasan menyebutkan bahwa yang
atas mencakup JFA dan JFP2UPD. dimaksud dengan “pemeriksaan” adalah
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah proses identifikasi masalah, analisis, dan
sudah bahwa Auditor yang dimaksud dalam evaluasi bukti yang dilakukan secara
Standar Audit AAIPI, 2014 adalah pihak yang independen, obyektif dan profesional
melakukan audit dan didalamnya terdiri dari berdasarkan standar audit, untuk menilai
JFA dan JFP2UPD. kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
Pertanyaan kedua, mengga-
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
bungkan dari beberapa pertanyaan, Pemerintah. Berdasarkan penjelasan
yaitu apakah JFP2UPD tidak wajib tersebut, jelaslah bahwa PP No. 12 Tahun
mempedomani Standar Audit Intern 2017 mewajibkan dalam hal ini bagi sebagian
Pemerintah Indonesia? Apakah pihak adalah JFP2UPD dalam melaksanakan
JFP2UPD memiliki pedoman atau pemeriksaan wajib mempedomani Standar
Audit AAIPI, 2014.
standar tersendiri?
Berdasarkan kondisi di atas, semakin sebenarnya PP No. 60 Tahun 2008 adalah
jelaslah bahwa dalam PP No. 60 Tahun 2008 pedoman bagi APIP dalam melakukan
maupun PP No. 12 Tahun 2012 bahwa JFA audit/pemeriksaan dimana didalamnya
dan JFP2UPD yang disebut sebagai Auditor termasuk juga JFP2UPD yang memiliki
wajib mempedomani Standar Audit AAIPI, kewenangan dalam melakukan
2014 sebagai standar mutu atau kualitas pemeriksaan.
hasil audit/pemeriksaan yang dilakukan. PP No. 60 Tahun 2008 dan PP No. 12
Perlu diingat, dalam Standar Audit Tahun 2017 merupakan keterpaduan yang
menjelaskan bahwa pada setiap penugasan tidak dapat dipisahkan bagi APIP dalam
audit/pemeriksaan Auditor (JFA/JFP2UPD) melakukan pengawasan intern yang
wajib melakukan pengujian SPI, dimana menggambarkan sasaran dan bentuk
penjelasan mengenai pengujian dan kegiatan pengawasan intern, sedangkan
penilaian efektivitas SPI yang dilakukan oleh Standar Audit merupakan ukuran mutu atau
APIP pada Instansi Pemerintah dijelaskan kualitas dari hasil pengawasan intern yang
dalam PP No. 60 Tahun 2008, jadi dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai