Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

RESPON MASYARAKAT TERHADAP VAKSINASI COVID 19

DITINJAU DARI SEGI SOSIAL-BUDAYA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Dosen Pengampu : Sarwono,S.KM

Disusun Oleh :

1) Rani Puspitasari (A02020048)


2) Regita Wulan Cahyani (A02020049)
3) Rida Humairoh (A02020050)
4) Rif’at Nazihah (A02020051)
5) Riska Rahmawati (A02020052)
6) Ridho A Hidayat (A02020082)

Tingkat 1B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai
“Respon Masyarakat Terhadap Vaksinasi Covid-19 Ditinjau Dari Segi Sosial-Budaya”
ini dengan tepat waktu tanpa suatu halangan apapun.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga kami tetap berupaya dengan
maksimal untuk menghasilkan hasil yang terbaik dalam makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik saran yang membangun sangat
penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat
makalah yang lebih baik.

Gombong, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

BAB III KASUS ............................................................................................. 9

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Kasus Vaksinasi Covid- 19 ............................................. 12


B. Perencanaan Vaksinasi ........................................................................ 20
C. Pelaksanaan Pelayanan Vaksinasi ....................................................... 22
D. Prinsip Pelaksanaan Vaksinasi ............................................................ 22
E. Standar Pelayanan Vaksinasi ............................................................... 23

BAB V Penutup

A. Simpulan .............................................................................................. 25
B. Saran .................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang
menjadi sumber penularan COVID19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020).
Salah satu upaya untuk menekan angka kasus COVID-19 yang kian meningkat adalah
dengan penyediaan vaksin COVID-19 dari pemerintah. Meski masih dalam tahap uji
klinis, keberadaan vaksin ini diharapkan dapat melindungi masyarakat Indonesia dari
pandemi. Perlu kita ketahui bahwa pengertian dari Imunisasi adalah proses
menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun
dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif). Imunisasi aktif menstimulasi sistem
imun untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang melawan agen
penginfesi, sedangkan imunisasi pasif menyediakan proteksi sementara melalui
pemberian antibodi yang diproduksi secara eksogen maupun transmisi transplasenta
dari ibu ke janin. Vaksinasi yang merupakan imunisasi aktif ialah suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang
telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa.
Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi, maupun
sel memori.
Hingga saat ini, pemberian vaksin COVID-19 adalah solusi yang dinilai paling
jitu untuk mengurangi jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit
COVID-19.Vaksin merupakan suatu antigen atau benda asing yang dimasukkan ke
dalam tubuh untuk menghasilkan reaksi kekebalan tubuh terhadap penyakit

1
tertentu.Vaksin biasanya berisi mikroorganisme, misalnya virus atau bakteri, yang
sudah mati atau masih hidup tetapi dilemahkan. Vaksin juga bisa berisi bagian dari
mikroorganisme yang bisa merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali
mikroorganisme tersebut. Bila diberikan kepada seseorang, vaksin akan menimbulkan
reaksi sistem imun yang spesifik dan aktif terhadap penyakit tertentu, misalnya vaksin
flu untuk mencegah penyakit flu dan vaksin COVID-19 untuk mencegah infeksi virus
SARS-CoV-2. Biasanya, vaksin dimasukkan ke dalam tubuh manusia dengan cara
disuntik.
Namun, perlu diingat juga bahwa upaya pencegahan COVID-19 tersebut
tentunya tetap harus disertai protokol kesehatan, misalnya dengan selalu menjaga
jarak fisik, menjauhi kerumunan atau tempat yang ramai, mengenakan masker, dan
rajin mencuci tangan. Selain itu di kalangan masyarakat masih banyak penolakan
untuk di vaksin yang dikarenakan adanya ketakutan bahwa vaksin bisa menyebabkan
menjadi sakit, cacat atau bahkan sampai meninggal dunia selain itu pemahaman
masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang adanya vaksinasi covid-19
juga ikut mempengaruhi munculnya penolakan vaksinasi. Adanya penolakan-
penolakan tersebut di pengaruhi oleh beberapa hal yang berkaitan dengan sosial-
budaya masyarakat dan akan dibahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pemerintah menangani Covid - 19?
2. Bagaimana cara pencegahan Covid-19 dari sudut pandang masyarakat?
3. Mengapa bisa terjadi adanya penolakan Vaksin Covid-19 di kalangan
Masyarakat?
C. Tujuan
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, terdapat tujuan dari
masalah itu sendiri yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Antropologi Kesehatan pada program studi D3 Keperawatan di
STIKES Muhammadiyah Gombong
2. Tujuan Khusus

2
a. Dapat mengubah mind seet di kalangan masyarakat yang menolak vaksin
Covid-19
b. Dapat mengetahui bagaimana cara pemerintah menangani Covid - 19
c. Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan Covid-19 dari sudut
pandang masyarakat
d. Dapat mengatahui alasan terjadinya penolakan Vaksin Covid-19 di
kalangan Masyarakat
D. Manfaat
Manfaat dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagi Penyusun
Makalah ini digunakan untuk memperluas wawasan di bidang kesehatan yang
ditinjau dari segi sosial budaya khususnya mengenai vaksinasi covid-19 yang
kini sedang menjadi pembicaraan hangat dimana pun dan merupakan
implementasi dari mata kuliah Antropologi Kesehatan yang telah diajarkan
selama proses pembelajaran sehingga nantinya diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan penerapan nilai-nilai kemanusiaan (humanity values) dalam praktek
keperawatan.
2. Praktis
a. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang vaksinasi
covid-19 serta ikut serta mengkampanyekan agar setiap kalangan
masyarakat mau di vaksinasi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 telah menjadi pandemi
sejak awal 2020. Hingga Juni 2020 atau sekitar 6 bulan sejak pertama kali penyakit ini
diumumkan belum ada satu pun obat mujarab yang diterima secara luas oleh kalangan
medis. Remdesivir menjadi satu-satunya obat yang dilisensi oleh FDA di Amerika Serikat.
Remdesivir adalah obat yang awalnya ditujukan untuk virus Ebola, tetapi tidak cukup
berhasil. Beberapa obat lain seperti klorokuin dan hidroksik-lorokuin, lopinavir-ritonavir
yang biasa digunakan untuk virus HIV, oseltamivir yang dipakai pada kasus influenza, dan
faviprinavir yang juga ditujukan untuk influenza, tetapi tidak berhasil (di Jepang) belum
dapat menunjukkan manfaat yang bermakna. Beberapa obat baru yang belum pernah
digunakan sebelumnya (seperti tocilizumab) juga dikaji, tetapi memerlukan waktu untuk
menunjukkan keberhasilan. Secara umum, patofisiologi penyakit SARS-CoV-2
menyangkut disfungsi reaksi imunologi, maka unsur terapi yang menarget virus sama
pentingnya dengan yang mengendalikan respons inflamasi. Pada penyakit ini kemampuan
virus dan respons inang sama berkontribusi untuk keparahan penyakit. Pada minggu ketiga
Juni 2020, peneliti dalam grup Recovery Trial di Inggris mengumumkan keberhasilan
deksametason mengurangi kematian pada kelompok penderita berat dengan bantuan
pemapasan. Obat ini tidak bersifat pencegahan dan tidak diberikan untuk kelompok yang
bergejala ringan. Pemakaian steroid untuk SARS-CoV-2 telah dipikirkan sebelumnya dan
secara sporadis di berbagai institusi mempraktikkan, sekalipun hasil yang melalui
penelitian terstruktur barulah yang berasal dari Inggris. Ketika obat mujarab tidak ada,
harapan tertuju pada pengobatan lain seperti sel punca mesenkimal (mesenchymal stem
cell), plasma konvalesen dari penderita yang sudah sembuh, dan upaya pencegahan
melalui vaksin. Ketiga upaya yang terakhir ini seluruhnya juga sedang berada dalam tahap
penelitian.
Sebenarnya beberapa perusahaan vaksin dan lembaga penelitian telah melakukan
berbagai penelitian untuk memperoleh vaksin menghadapi kedua virus corona terdahulu.
Vaksin SARS tidak sempat diuji coba secara massal karena penyakit tersebut dapat
dikendalikan dan kemudian tidak muncul lagi. Vaksin MERS-CoV belum cukup berhasil
dan terus dikembangkan. Tabel 1 menampilkan platform atau metode vaksin yang
digunakan dalam penelitian kandidat vaksin SARS-CoV-2.

4
Tabel 1. Beberapa Metode dan Antigen yang pada kandidat vaksin SARS-CoV-2

Platform Imunogen

-Full length spike atau SI


DNA
-IM diikuti oleh electroporation

Vektor virus
-Full length spike atau SI
-Vektor: ChAd atau MVA
Subunit
-Full length spike, SI, RBD (receptor binding domain), atau nukleokapsid

-Diformulasi dengan berbagai adjuvan dan atau digabung dengan Fc


Virus-like particles
-RDB, S, atau co-expressing S1,M, danE

-Diproduksi di baculovirus
Inactivated
-Seluruh virus

-Inactivated dengan formalde- hid atau radiasi gaimna

Virus hidup -MERS-CoV mutan dan

dilemahkan (live SARS-CoV atau rekombinasi


attenuated virus) dengan virus hidup dilemahkan
lain

Ada beberapa metode yang digunakan dalam penelitian vaksin SARS-CoV-2.


Sebagian besar tim peneliti menggunakan pendekatan protein sebagai dasar. Hal ini sejalan
dengan situasi mayoritas vaksin yang sekarang ada di dunia.

Penelitian yang dilakukan oleh Armanto Makmun1, Siti Fadhilah Hazhiyah Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (2020). Penelitian berjudul “Tinjauan Terkait
Pengembangan Vaksin Covid-19”. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana
pengembangan vaksin covid 19.Metode yang digunakan yaitu metode review article.
Hasil penelitian ini adalah mengenai pengembangan terkini terkait vaksin untuk
covid-19 maka terdapat 4 jurnal yang mencakup keseluruhan varibel dalam penelitian ini.
Variable pada penelitian ini meliputi: spikes protein, animal model, uji klinis manusia pada
vaksin covid-19, masalah keamanan, Vaksin DNA, vaksin mRNA, vaksin mati dan
dilemahkan, subunit vaksin, vaksin vector hidup dan vaksin peptide sintesis.Tahapan dalam
pembuatan sebuah vaksin memang melalui beberapa tahap sampai vaksin tersebut dapat
diproduksi dan diterima secara global, begitupun dengan pengembangan vaksin COVID-19.
Vaksin sebagai cara yang paling efektif dan ekonomis untuk mencegah penyakit menular

5
membuat pengembangan dari vaksin untuk memerangi infeksi SARS-CoV-2 sangat
diperlukan.
Sejauh ini lebih dari 40 perusahaan farmasi dan lembaga akademis di seluruh dunia
telah meluncurkan program pengembangan vaksin mereka melawan SARS-CoV-2. Sejauh ini
mRNA vaksin adalah jenis vaksin yang paling banyak digunakan dalam program
pengembangan vaksin Covid-19. Moderna Inc adalah perusahaan bioteknologi yang berbasis
di Cambridge, Massachusetts yang merupakan salah satu perusahaan bioteknologi yang juga
berfokus pada mRNA dari virus SARAS CoV-2. Moderna Inc telah mengembangkan vaksin
mRNA untuk Covid-19 yang disebut mRNA-1273. Hingga saat ini kandidat vaksin dari
Moderna Inc adalah kandidat vaksin yang pertama mencapai tahapan uji klinis dibandingkan
program vaksin lainnya.Vaksin dari Moderna Inc telah menyelesaikan Fase 1 dari Uji Klinis
terhadap manusia pada 15 Maret 2020 dan fase ke-2 masih dalam persiapan, untuk hasil pada
Fase 1 belum dirilis karena uji klinis masih berlangsung sampai akhir April pada 20-25
sukarelawan yang sehat. Meskipun demikian, perlu diketahui bahwakerja sama berbagai
institusi, akademisi, pemerintah, dan perusahaan diberbagai dunia diharapkan mampu
menciptakan vaksin Covid-19, mengingat semua keterlibatan inilah yang kemudian mampu
mengidentifikasi SARSCoV-2 dalam waktu tidak lebih dari 3 bulan. Hal ini pun yang
menjadi harapan bagi dunia untuk menciptakan vaksin virus SARS-CoV-2, sehingga
pendemi dari COVID-19 dapat segera berakhir.
Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) bertindak sebagai
koordinator upaya penemuan vaksin SARS-CoV-2 di seluruh dunia yang melibatkan lebih
dari 100 lembaga. Semakin hari semakin banyak lembaga baru bergabung. Salah satu yang
dipertimbangkan oleh lembaga pengatur adalah cara mempercepat penelitian tanpa
mengorbankan aspek keselamatan dan etik. Human challenge, penggunaan penelitian payung
dengan 1 protokol untuk banyak vaksin, serta pembentukan hanya satu kelompok plasebo un-
tuk berbagai komparator adalah hal-hal yang muncul dalam diskusi panjang. Pengalaman
sebelumnya dengan vaksin malaria, HIV, dan TB tidak berhasil menentukan penelitian
payung dan ini menunjukkan sulitnya upaya koordinasi yang melibatkan banyak pihak dalam
urusan vaksin. Jika upaya penyatuan tidak berhasil, alternatif lain seperti penentuan tujuan
primer yang sama serta penetapan definisi kasus untuk efek samping yang terkoordinir
diharapkan dapat membantu. Pada tanggal 2 Juni 2020 WHO merilis hasil inventarisasi
vaksin SARS-CoV-2 di seluruh dunia. Tercatat ada 136 vaksin yang sedang diteliti. Sepuluh
vaksin di antaranya sudahmenjalani uji coba pada manusia. Vaksin yang paling jauh
melangkah dan sedang menjalani awal fase 3 adalah vaksin Universitas Oxford di Inggris.

6
Vaksin ini menunjukkan hasil menjanjikan pada penelitian hewan dengan tingkat keamanan
yang baik. Vaksin ini tidak mampu mencegah masuknya virus ke dalam tubuh, tetapi dapat
mencegah terjadinya penyakit yang berat. Universitas Oxford bahkan telah bekerja sama
dengan perusahaan farmasi di Eropa serta perusahaan vaksin Serum Institute di India untuk
rencana lanjutan guna kepentingan produksi masal.

Kandidat vaksin SARS-CoV-2 yang telah Memasuki Uji Klinik pada Manusia
No Nama Peneliti Metode Fase
1. ChAdOx1-S (AZD1222) Uni Oxford/Astra Non replicating 2b - 3
Zeneca
2. Adenovirus type 5 vector CanSino/Beijing viral vector 1–2
(Ad5-nCoV) Institute Biotech
3. LNP encapsulated mRNA Moderna/NIAID RNA 2–3
(mRNA-1273)
4. 3 LNP-mRNAs BioNTech/Fosun RNA 1–2
Pharma/Pfizer
5. BNT162) Inovio DNA 1
DNA plasmid vaccine Pharmaceuticals
6. Inactivated (Unnamed) Wuhan Institute of Inactivated 1–2
Biological Product/
Sinopharm
7. Inactivated (Unnamed) Beijing Institute of 1–2
Biological Product/
Sinopharm

Kandidat Vaksin SARS-CoV-2 per oral


No Vaksin Peneliti Motode Fase
1. Oral Ad5 Stabilitech Non replicating Preklinik
Biopharma
2. Oral vaccine platform Vaxart viral vector
3. Oral E.coli-based protein MIGAL Galilee Protein Subunit Preklinik
expression system of S and Research
N proteins Institute
4. Orally delivered, heat Applied
stable subunit Biotechnology
Institute Inc

7
Ada 4 lembaga di Indonesia yang juga meneliti vaksin SARS-CoV-2 yaitu Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Eijkmann, Universitas Indonesia, dan
Universitas Airlangga. Tiga lembaga berlokasi di Jakarta dan satu di Surabaya. Perusahaan
vaksin Indonesia, PT Bio Farma, juga sedang berada dalam proses penelitian vaksin bersama
SinoVac sebuah lembaga dari China untuk menjalankan studi fase 2 dan 3 di Indonesia.
PT Bio Farma tidak memulai dari awal, guna mempercepat proses penemuan vaksin.
Kandidat vaksin yang akan segera diujicobakan adalah vaksin mati (inactivated). Satu
perusahaan swasta di Indonesia, PT Kalbe Farma juga bekerja sama dengan Genexine dari
Korea Selatan untuk pengembangan vaksin DNA. Empat lembaga Indonesia lain memulai
proses dari awal. Sebenarnya masih ada satu lagi lembaga yang juga bekerja sama dengan
SinoPharm dari China untuk pengembangan dan uji klinik fase 1 dan 2 salah satu vaksin
inactivated lain, tetapi detail dan keterangan lain belum jelas. Pendekatan yang digunakan
oleh lembaga di Indonesia berbeda. Universitas Air langga menggunakan vaksin berbasis
vektor virus adeno. Potongan gen dari virus SARSCoV-2 dimasukkan ke dalam fragmen
virus adeno untuk kemudian disusupkan ke tubuh manusia. Hingga saat ini di dunia memang
belum ada vaksin dengan cara ini, tetapi metode yang sama telah digunakan untuk terapi
genetik di beberapa penyakit. Pada penyakit jantung tertentu diperoleh angka keberhasilan
yang menggembirakan. Vaksin SARSCoV-2 yang menggunakan cara serupa adalah Vaksin
Universitas Oxford, serta beberapa kandidat lain yang belum memasuki tahap uji
klinik pada manusia. Lembaga Eijkmann menggunakan vaksin protein rekombinan.
Pengerjaan sedang berlangsung dan diharapkan hasil sudah siap diproduksi pada sekitar
Februari 2021. Dari sekuensing genom virus yang telah dilakukan di Lembaga Eijkmann dan
Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga diketahui sudah ada virus dengan mutasi di
daerah tertentu (data dari www.gisaid.org. Gisaid = global initiative on sharing all influenza
data). Sebagian mutasi bahkan terjadi di protein S yang merupakan lokasi favorit yang
diprioritaskan untuk pembuatan vaksin. Mutasi akan memperbesar risiko vaksin menjadi
tidak efektif, apalagi jika disertai perubahan asam amino. Sebenarnya virus SARS-CoV-2
lebih stabil dari pada virus SARS-CoV yang lama, virus influenza, dan, tentu saja, virus HIV.
Secara teoritis lebih mudah menghasilkan vaksin bagi virus SARS-CoV-2 dibandingkan virus
influenza.

BAB III

KASUS

8
Keraguan pada Vaksin Covid-19, Bagaimana Masyarakat Harus Bersikap?
Di tengah kelahiran vaksin Covid-19, muncul pro dan kontra di masyarakat. Ada yang
mendukung vaksin, dan ada juga yang meragukan keefektifan dan keampuhan vaksin Covid-
19. Beberapa di antaranya bahkan menolak vaksin. Menurut Dr. Endang Mariani, M.Psi.,
pengamat dan praktisi Psikososial dan Budaya, lulusan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, fenomena ini merupakan suatu reaksi yang wajar. Ini mengingat pandemi Covid-
19 yang ditimbulkan oleh virus corona SARS-CoV-2 masih baru dan vaksin yang akan
diberikan tentunya masih baru. Beberapa vaksin bahkan masih dalam fase penelitian dan uji
coba. Kendati demikian, sebagian besar kalangan medis dan WHO meyakini bahwa vaksin
merupakan satu solusi yang diharapkan mampu menjadi upaya preventif maupun mitigasi
untuk mencegah, memutus, ataupun paling tidak memperlambat proses transmisi dan
penularan suatu penyakit, termasuk Covid-19. Endang yang juga menjadi Koordinator
Psikologi Bidang Medis Tim Koordinator Relawan Nasional Satgas Penanganan Covid-19
mengatakan bahwa berbagai penelitian di AS, Inggris, dan Indonesia menemukan bahwa
lebih dari 50-60 persen masyarakat bersedia divaksin. Namun dengan catatan, sudah ada
rekomendasi dari health care providers, keamanan vaksin terjamin, tidak membahayakan
kesehatan, efek samping sangat minimal, dam efektivitas vaksin telah teruji berdasarkan
bukti klinis. Menanggapi keraguan terhadap vaksin Covid-19, Endang yang juga tergabung
dalam associate researcher Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi UI mengatakan
bahwa sebagai awam tentunya kebingungan di tengah berbagai informasi baik yang berasal
dari kelompok anti vaksin maupun pro-vaksin merupakan respons yang wajar. "Apalagi
kedua kelompok juga menyertakan berbagai bukti penelitian yang meyakinkan," kata Endang
kepada Kompas.com, Selasa (22/12/2020). "Belum lagi disebutkan banyaknya jenis vaksin
yang siap diedarkan, semakin menambah kebingungan masyarakat," imbuhnya. Beberapa
pertanyaan yang mungkin muncul di masyarakat termasuk vaksin mana yang paling baik
efektivitasnya, vaksin jenis apa yang paling cocok dan paling tidak berbahaya bagi kesehatan
jangka pendek maupun jangka panjang, serta berbagai pertanyaan lain. "Saran yang mungkin
dapat saya sampaikan (kepada masyarakat) adalah tetap tenang. Tidak perlu panik. Sabar dan
bijaksana dalam menghadapi berbagai polemik seputar vaksin," ucap Endang.
Satu perusahaan vaksin tidak akan mampu memproduksi cukup dosis untuk memberi
vaksin pada 7,8 miliar orang dalam hitungan bulan. Dia menuturkan, kecemasan, ketakutan,
kebingungan, kemarahan dan berbagai emosi negatif yang muncul akibat kesimpangsiuran
informasi terkait vaksin, justru akan melemahkan imunitas tubuh. "Sambil menunggu
keyakinan terhadap vaksin terbentuk, sebaiknya tetap menjalankan protokol kesehatan,"

9
pesan Endang. Terlepas dari hal ini, Endang berkata, sebenarnya manusia telah dilengkapi
dengan kecerdasan tubuh alami (body intelligence) oleh Sang Pencipta. Misalnya bagaimana
tubuh secara otomatis mendeteksi apabila ada virus yang masuk dan bagaimana tubuh
bereaksi dengan membentuk antibodi alami untuk memeranginya, adalah hal yang telah
terbukti efektivitasnya. "Mungkin cara mengaktivasinya yang perlu dipelajari dengan
sungguh-sungguh," ucapnya. Bagaimana tubuh manusia bisa memproduksi hormon-hormon
baik dalam tubuh untuk meningkatkan imunitas sudah dibuktikan dengan berbagai penelitian.
Terbukti dalam proses penyembuhan Covid-19, ditemukan banyak kasus sembuh tanpa
diobati, meskipun telah terinfeksi. Tentunya ini berlaku bagi mereka yang memiliki gejala
ringan. Pengelola Promosi dan Pengembangan Usaha Taman Margasatwa Ragunan, Ketut
Widarsa mengatakan, tren wisatawan di Taman Margasatwa Ragunan selama pandemi
Covid-19 yaitu berolahraga. Ada yang berlari dan juga bersepeda. "Salah satu tips yang kerap
dibagikan adalah dengan memanage stress, sehingga tetap terkontrol dan tidak berlebihan,
menjaga kesehatan tubuh dengan istirahat cukup, mengonsumsi makanan dan minuman
bergizi, berolahraga teratur dan yang paling penting adalah berjemur sinar matahari di waktu
dan dengan teknik yang tepat. Selain itu, berdoa tentu menjadi yang utama," ujarnya
mengingatkan.
Saran penting lainnya, cari sumber informasi yang terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. "Jika membaca berita ataupun informasi di media,
jangan hanya membaca headlinenya saja, tapi tuntaskan dengan memahami konten dan
konteksnya. Dengan demikian, diharapkan dapat terhindar dari kesalahan persepsi dan
konsepsi yang mungkin ditimbulkan," paparnya.
Bagaimana Peran Pemimpin?
Sebagai seorang tokoh yang berdiri di depan, peran pemimpin menjadi penting. Namun
dalam di tengah pandemi ini, bukan hanya dibutuhkan keteladanan untuk ditiru. Lebih
penting dari itu, kepercayaan (trust) terhadap pemimpin menjadi faktor utama. "Sebaiknya
seorang pemimpin memberikan informasi yang benar, sebenar-benarnya, secara jujur,
sejujur-jujurnya. Tanpa ada yang ditutup-tutupi atau dikamuflase," katanya. "Hilangkan
berbagai kepentingan politik, dengan hanya mengedepankan keselamatan rakyat sebagai
prioritas utama, di atas semua kepentingan."Dia berkata, semua informasi harus disampaikan
secara bijaksana dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam
memilih apa yang terbaik bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Menurut Endang,
bagaimana memberikan informasi kebijakan secara tepat agar kesadaran masyarakat
terbentuk, merupakan faktor yang ikut menentukan. "Khusus untuk Indonesia, dengan

10
rentang keanekaragaman sosial dan budaya yang sangat bervariasi, meskipun perlu adanya
kebijakan yang bersifat nasional, penerapannya sebaiknya dilakukan secara kontekstual
dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Komunikasi publik dan pendekatan
psikososial dan budaya, tidak dapat diabaikan," tutup Endang.

BAB IV
PEMBAHASAN

11
A. Pembahasan Kasus
Upaya Pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran Virus Corona saat ini
yaitu dengan menyediakan Vaksin ke seluruh lapisn masyarakat. Upaya untuk
mendatangkan vaksin telah dilakukan oleh Menteri Kesehatan RI bersama-sama
dengan Menko Maritim dan Investasi, Menteri Luar Negeri dan Menteri BUMN
sehingga Indonesia mendapatkan akses terhadap kandidat vaksin Sinovac (RRT),
Sinopharm (RRT) dan Astra Zeneca (Inggris). Selain mekanisme kerja sama bilateral,
dalam mencari sumber-sumber vaksin, Pemerintah juga menggandeng
organisasi/aliansi internasional, yaitu Coalition for Epidemic Preparedness
Innovations (CEPI) dan Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI). Di
Indonesia sendiri, para Peneliti Indonesia juga sedang mengembangkan Vaksin Merah
Putih dengan menggunakan strain virus Indonesia. Dalam proses pengadaan vaksin
dan pelaksanaan vaksinasi memerlukan kehati-hatian dan penanganan yang betul-
betul teliti terlebih perubahan virus juga harus selalu diamati. Pemerintah dalam
upaya pengadaan vaksin benar-benar mempertimbangkan faktor keamanan vaksin
terutama dalam proses uji klinis vaksin.
Segala upaya dilakukan untuk menghadapi COVID-19 karena obatnya
memang belum ada. Memang vaksin bukanlah jalan keluar yang terbaik, tetapi upaya
mendatangkan vaksin merupakan upaya terbaik Pemerintah untuk melindungi dan
menyehatkan masyarakatnya. Di sisi lain, Pemerintah juga aktif mengkampanyekan
perilaku 3M guna memutus mata rantai penyebaran virus, yaitu Memakai masker,
Mencuci tangan dan Menjaga jarak. Selain perilaku 3M, masyarakat diminta juga
sadar diri untuk menghindari keramaian, tetap olahraga 30 menit setiap hari,
konsumsi gizi seimbang, dan mengelola stress.
Pada kasus yang dipaparkan pada bab sebelumnya membahas mengenai
keraguan dan kebingungan masyarakat mengenai informasi vaksin Covid-19.
Permasalahan dari segi sosial di atas adalah adanya polemik (perdebatan sengit)
seputar vaksin Covid-19 dimana ada yang pro atau mendukung adanya vaksin covid-
19 ini dan tak sedikit pula yang kontra atau menolak. Pada masyarakat umum yang
awam akan hal ini terdapat keraguan akan keefektifan vaksin covid-19 akibat dari
simpang siur informasi yang mereka terima dalam berbagai media yang kemungkinan
membuat mereka bisa menolak untuk divaksin. Salah satu informasi hoax yang
beredar tentang vaksin Covid-19 di kalangan masyarakat yang berkaitan dengan

12
komposisi adalah bahwa vaksin Covid 19 mengandung bahan berbahaya diantaranya
boraks, formalin, sel vero, bahkan ada yang menyebutkan vaksin dibuat dari janin
bayi laki-laki. Adapun hoax tentang efek samping adalah kematian, kemandulan,
memperbesar alat vital pria, dan memodifikasi DNA manusia. Hoax pada penolakan
vaksin adalah tidak bersedianya Ikatan Dokter Indonesia selaku organisasi para dokter
tidak bersedia untuk divaksin untuk pertama kali. Disimpulkan bahwa terdapat berita
hoax tentang vaksin Covid 19 telah beredar di Indonesia pada kurun November 2020
sampai dengan Januari 2021.
Padahal fakta yang sebenarnya diungkap oleh Pihak Bio Farma Bandung
selaku produsen vaksin Sinovac yang menyatakan bahwa vaksin diproduksi tidak
menggunakan pengawet serta bahan lain misalnya boraks, formalin atau merkuri.
Vaksin Sinovac diproduksi menggunakan metode inactivated guna mematikan virus
Covid 19 sehingga vaksin tidak mengandung virus hidup maupun virus yang
dilemahkan. Berita hoax lain adalah bahwa vaksin Sinovac mengandung sel vero yang
berasal dari kera hijau Afrika serta tidak diuji kehalalannya. Pihak Bio Farma
menjelaskan bahwa sel vero diperlukan untuk media kultur virus yang digunakan
untuk proses perbanyakan virus. Seperti diketahui tanpa media kultur maka virus akan
mati dan akibatnya tidak dapat digunakan untuk pembuatan vaksin. Shalihah, N.F.
dan Nugroho, R.S. (2021) juga memberitakan bahwa ada berita hoax serupa yaitu
adanya vaksin Sinovac yang mengandung virus Covid 19 yang dilemahkan, dan berita
sudah diluruskan oleh Bio Farma yang menyatakan bahwa vaksin Sinovac tidak
mengandung virus hidup maupun virus yang dilemahkan. Fundrika,B.A. (2020). Juga
memberitakan bahwa Vaksin Oxford-Astrazeneca adalah salah satu vaksin Covid-19
cukup menarik dan menjanjikan yang saat ini ada.
Selain komposisi dari vaksin, dunia maya juga dihebohkan oleh adanya isu
chip yang dipasang pada vaksin Covid-19, dan dikabarkan erat hubungannya dengan
Bill Gates yang dituding menyisipkan microchip pada vaksin Covid-19, teori
konspirasi microchip tersebut muncul pertama kali pada Maret 2020. Berita tersebut
diperoleh dari adanya sebuah video yang diputar di Twiter pada 19 Januari 2021 yang
berupa potongan-potongan video dan salah satunya adalah tentang Erick Thohir
selaku Ketua Tim Penanganan Covid 19 yang tengah memberikan keterangan fungsi
barcode beliau menyebutkan bahwa fungsi barcode pada vaksin adalah sebagai
penunjang sistem yang berisikan data dari penerima vaksin (CNN Indonesia, 2021).
Keterangan dari Erick Thohir diperkuat oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19

13
Prof. Wiku Adisasmito dalam konferensi pers di YouTube BNPB, pada Selasa
(19/1/2021). Dikatakan bahwa kode yang disinyalir ada pada vaksin, kode tersebut
ada pada barcode yang menempel pada botol cairan vaksin dan tidak akan menempel
pada orang yang divaksin." lanjutnya. Dijelaskan pula bahwa fungsi barcode yang
diisukan ditempelkan pada orang yang selesai divaksin adalah untuk pelacakan
pendistribusian vaksin dan tidak bisa difungsikan untuk melacak keberadaan
masyarakat yang sudah divaksin. Data yang sudah diberikan masyarakat pada saat
melakukan vaksinasi akan dijamin kerahasiannya, sesuai pasal 8 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019, yang menyatakan bahwa kementerian/lembaga
dan badan hukum Indonesia yang mendapatkan data pribadi penduduk atau data
kependudukan dilarang menggunakan lebih dari kewenangannya
Selain itu, ada beberapa informasi yang menyatakan bahwa vaksinasi covid
bisa membuat orang tersebut meninggal. Wijayanto (2021) memberitakan bahwa telah
beredar foto anggota TNI yang disebut-sebut sebagai Kasdim Gresik, Mayor Inf.
Sugeng Riyadi, disertai keterangan bahwa yang bersangkutan meninggal dunia usai
disuntik vaksin Sinovac. Namun berita tersebut dipastikan adalah berita hoax karena
hingga saat ini, Kasdim Gresik dalam keadaan sehat wal afiat
Agiesta, F.S (2020), memberitakan jika telah beredar di media sosial bahwa
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menolak menjadi institusi pertama yang menggunakan
vaksin Covid 19, dan menurut orang yang menyebarkan informasi tersebut, yang
seharusnya menjadi pengguna vaksin Covid-19 adalah presiden. Berdasarkan
penelusuran merdeka.com, informasi IDI menolak menjadi pengguna pertama vaksin
Covid-19 adalah hoax. Dalam artikel yang dimuat dalam merdeka.com dengan judul
“IDI: Vaksin Alat Terbesar Turunkan Serendah-rendahnya Penularan Covid-19” pada
14 Desember 2020, dijelaskan bahwa IDI siap menjadi instiusi pertama yang
menggunakan vaksin Covid-19. Ketua Umum Ikatan Dokter lndonesia dr Daeng M.
Fafih menyatakan bahwa para dokter anggota IDI siap menjadi penerima pertama
suntikan vaksin Covid-19 yang penggunaannya sudah memperoleh izin dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurut beliau berita yang menyatakan
bahwa IDI menolak vaksinasi Covid 19 dapat berpengaruh terhadap kepercayaan
publik terhadap program vaksinasi pemerintah.
Berkenaan dengan adanya informasi, berita akan penolakan terhadap vaksin,
maka tersebar isu yang menyatakan bahwa masyarakat yang tidak besedia divaksin
akan dikenakan denda. Oleh karena itu salah satu anggota Komisi IX DPR RI, Aliyah

14
Mustika Ilham meminta Kementerian Kesehatan untuk mengatasi berbagai berita
yang dapat membuat masyarakat risau.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak terdapat kelompok yang juga
menolak akan adanya vaksinasi terhadap semua lapisan kelompok masyarakat.
Kelompok-kelompok yang menolak akan adanya program vaksinasi memiliki
berbagai latar belakang alasan, mulai dari alasan kekhawatiran kesehatan hingga
alasan agama. Dimulai dari alasan kekhawatiran kesehatan, yang mana terdapat
beberapa kelompok yang memiliki latar belakang berbeda. Yang pertama adalah
dikarenakan adanya kekhawatiran akan meningkatnya jumlah kematian atau korban
dari vaksin. Hal ini dikarenakan oleh adanya kekhawatiran akan kurang baiknya tubuh
dalam menghadapi vaksin  yang justru akan menyerang balik orang yang disuntikkan
vaksin sehingga menimbulkan penyakit hingga kematian. Yang kedua, adanya alasan
bahwa penyakit yang ingin dicegah sebenarnya sudah tidak ada lagi di kelompok
masyarakat, yang mana dibuktikan dengan tidak adanya lagi kasus dari penyakit
tersebut di tengah masyarakat. Ada pula yang mengkhawatirkan akan over load pada
sistem imunitas tubuh dikarenakan beragamnya vaksin yang diberikan pada tubuh.
Hal ini belum termasuk dengan kekhawatiran yang muncul dari berbagai teori
konspirasi terkait isu politik, hanya untuk kepentingan korporat obat-obatan, hingga
isu genosida (Poland & Jacobson, 2001). Gerakan anti vaksin ini sendiri bukanlah hal
baru, yang mana tercatat sudah ada sejak 1800-an. Gerakan ini semakin meningkat
terutama pada 1998 terdapat satu dokter di London yang menerbitkan laporan secara
tidak tepat terkait dengan dampak vaksin yang dianggap mampu menyebabkan
autisme dan penyakit usus pada vaksin tertentu (Hughes, 2019).
Selain alasan di atas, terdapat pula penolakan dengan dasar agama. Dalam
beberapa kelompok Kristen di negara Barat, adanya penolakan vaksin berasal dari
penolakan ide pengetahuan ilmiah di atas nilai agama, mengingat banyak berjalannya
paham sekularisme yang mereka anggap semakin menyudutkan posisi agama dalam
masyarakat. Beberapa kelompok ini kemudian menentang pengetahuan ilmiah sebagai
bentuk simbolis superioritas nilai agama dibanding nilai lainnya. Ilmu pengetahuan
dianggap sebagai ancaman bagi nilai tradisional yang dimiliki. Lebih lanjut,
kelompok ini juga melihat bahwa institusi berbasis pendidikan yang menjalankan
kebijakan intervensi juga dianggap sebagai institusi yang memiliki motif di
belakangnya, peranan tokoh agama juga sangat penting, di mana untuk tokoh agama

15
yang memberikan pandangan negatif pada vaksin akan turut meningkatkan penolakan
pada program vaksinasi yang dijalankan pemerintah (Whitehead & Perry, 2020)
Selain Kristen, kita juga melihat hal yang sama di dalam kelompok Muslim, di
mana terdapat beberapa kelompok yang juga menolak keberadaan dari vaksin itu
sendiri. Gerakan beberapa kelompok Muslim ini paling banyak didorong oleh
gelombang penolakan vaksin meningitis yang diwajibkan bagi orang yang hendak
pergi ibadah haji atau umrah pada 2010 (Nashrullah, 2010). Hal ini kemudian
mendorong pada penolakan-penolakan vaksin lain seperti vaksin campak dan rubela
(MR) yang diberikan pada anak-anak melalui program vaksinasi nasional. Gelombang
penolakan tersebut muncul dikarenakan adanya keraguan sifat kehalalan vaksin
tersebut. Beberapa vaksin tersebut ditengarai mengandung enzim babi yang secara
otomatis membuatnya bersifat haram. Meski begitu, MUI kemudian mengeluarkan
fatwa bahwa vaksin tersebut boleh dipergunakan dengan mengingat kemaslahatan
umum yang lebih besar agar tidak menimbulkan wabah penyakit yang membahayakan
kesehatan umum (Aminondi, 2018).
Mengaca dari perkembangan isu vaksin di atas, tentu hal ini sangat relevan
dengan kondisi yang kita hadapi saat ini. Dengan tersebut luasnya pandemi COVID-
19 yang telah merenggut jutaan jiwa di dunia, merupakan suatu kewajiban bagi kita
untuk menjaga kesehatan baik untuk diri maupun untuk lingkungan sekitar. Hal ini
termaktub dalam sabda Rasulullah  “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di
suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu
tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (HR Bukhari
dan Muslim) yang ditunjukkan dengan upaya isolasi mandiri maupun dengan berbagai
protokol kesehatan yang perlu kita jalankan selama pandemi ini berlangsung. Tentu
pandemi ini kemudian semakin menyulitkan kita ketika hingga saat ini masih belum
ditemukan obat yang dianggap mampu secara efektif mengobatinya.
Di sini, vaksin merupakan salah satu cara yang dianggap mampu mempercepat
normalisasi kondisi sehingga kita mampu menjalani kehidupan kembali seperti sedia
kala. Meski begitu, bukan berarti tidak ada solusi lain. Vaksinasi merupakan salah
satu upaya lain yang dapat dijalankan, yaitu dengan memberikan kekebalan tubuh
terhadap penyakit, termasuk COVID-19. Dengan semakin banyak orang yang kebal
terhadap virus tersebut, diharapkan ke depannya akan tercipta herd immunity, atau
imunitas kelompok yang mana semua orang sudah memiliki kekebalan dan tidak lagi
mentransmisikan virus tersebut kepada orang lain. Vaksinasi ini sendiri merupakan

16
upaya untuk menghentikan wabah penyakit seperti dalam sabda Rasulullah “wahai
hamba-hamba Allah, berobatlah, sesungguhnya Allah tidak membuat penyakit
melainkan membuat pula penyembuh untuknya [atau ia mengatakan obat] … … …
(HARI Abu Isa Tirmidzi).
Solusi vaksinasi ini tentu saja kembali menimbulkan polemik bagi sebagian
kalangan masyarakat. Pertama karena adanya keraguan pada pengembangan vaksin
yang dilakukan dengan periode waktu yang cukup cepat, yaitu sekitar 1 tahun saja.
Hal ini berbanding terbalik dengan vaksin-vaksin lain yang masa pengembangannya
memakan waktu bertahun-tahun. Ini kemudian menimbulkan kekhawatiran dari
sebagian masyarakat terhadap efek samping atau dampak dari vaksin tersebut
terhadap yang menerimanya (Pranita, 2020). Selain itu, ada pula yang meragukan sifat
kehalalan dari vaksin yang dikembangkan dan diproduksi. Serupa dengan vaksin-
vaksin sebelumnya, ada kecurigaan pengembangan vaksin yang mengandung unsur
babi yang membuatnya menjadi haram (Wirawan, 2020).
Terkait hal ini, MUI sebenarnya telah mengeluarkan fatwa tentang imunisasi
pada tahun 2016. Memang di dalam ketentuan umumnya, MUI menjelaskan bahwa
wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci. Namun di sisi lain, MUI juga
membolehkan penggunaan vaksin haram dengan beberapa ketentuan, yaitu digunakan
pada kondisi al-dlarurat (keterpaksaan) atau al-hajat (keterdesakan), belumditemukan
bahan vaksin yang halal dan suci, serta adanya keterangan tenaga media yang
kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal. Bahkan dalam fatwa
tersebut disebutkan pula hukum vaksin menjadi wajib apabila penyakit tersebut dapat
menyebabkan kematian, penyakit berat, maupun kecacatan permanen (MUI, 2016).
Dari keterangan di atas, sudah terlihat bahwa kita perlu mengutamakan
kondisi ad-dlarurat dan al-hajat dari kondisi pandemi yang melanda dunia saat ini.
Untuk wilayah D.I. Yogyakarta saja, saat ini sudah ada lebih dari 10.000 orang yang
terinfeksi COVID-19, di mana 226 diantaranya telah meninggal dunia (DIY, 2020).
Penambahan penderita terinfeksi virus ini pun semakin cepat menyebar, yang mana
hanya pada 24 Desember lalu saja tercatat penambah 253 kasus baru dalam satu
hari (Tribun Jogja, 2020). Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan dan mendesak
untuk dilakukan penanganan dalam mencegah penyebaran virus ini lebih lanjut.
Cepatnya persebaran virus yang diikuti dengan banyaknya korban jiwa menjadi alasan
kuat bagi kita untuk mendukung upaya vaksinasi ini. Memang vaksin ini bukanlah hal
yang paling efektif di dalam mengatasi pandemi ini. Hal ini dikarenakan belum ada

17
vaksin yang 100% memberikan kekebalan terhadap virus COVID-19. Vaksin juga
bukan obat untuk menyembuhkan penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut. Dari
sisi agama, juga belum ada pengetesan terkait status kehalalan dari vaksin itu sendiri.
Namun, vaksin merupakan salah satu solusi terbaik yang dimiliki saat ini. Bukan
dengan menyembuhkan, namun dengan menciptakan herd immunity guna mencegah
penyebaran lebih lanjut dari COVID-19, sehingga lambat laun virus ini dapat hilang
dengan sendirinya dalam masyarakat.
Meski begitu, perlu diingat bahwa dengan vaksin bukan berarti secara
otomatis COVID-19 akan hilang secara cepat. Diperlukan waktu untuk vaksinasi
seluruh penduduk, yang mana Indonesia sendiri terdiri atas lebih dari 230 juta
penduduk. Realisasi distribusi vaksin akan memiliki tantangan tersendiri dengan
kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan beragam tipografi
wilayahnya. Ketersediaan vaksin sendiri juga menjadi salah satu kunci, yang mana
terkait dengan kapasitas produksinya, yang juga akan mempengaruhi waktu produksi
vaksin sejumlah penduduk Indonesia.
Apa yang menjadi ketakutan di masyarakat mengenai vaksinasi tidak terlepas
dari peran media yang menyajikan framing (Framing adalah membingkai sebuah
peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan media massa ketika menyeleksi isu dan
menulis berita) itu sebagai momok. Hal ini menunjukkan nalar kritis audiens maupun
masyarakat atas sajian itu pun seolah bungkam dan menerima itu apa adanya atas
realitas yang dinarasikan sedemikian rupa melalui sudut framingtersebut. Hal ini
sebenarnya tidak membantu apa-apa atas proses vaksinasi, justru semakin
memunculkan kekhawatiran-kekhawatiran berlebih dari realitas semu yang di framing
tersebut.
Kaitannya dengan kekhawatiran berlebih akan dampak yang ditimbulkan oleh
penyebaran virus tersebut, lalu masyarakat merespons itu dengan kepanikan yang
menyebabkan mereka seolah merasa perlu mengambil tindakan cepat untuk
mengatasi itu, salah satunya dengan merespon penolakan vaksinasi secara cepat.
Panik yang muncul dari efek pemberitaan menjadikan masyarakat kita semakin
khawatir akan dampak yang akan terjadi alih-alih untuk semakin waspada. Hal ini
menjadi pemicu atas ketidaksadaran masyarakat sehingga berupaya mempersiapkan
apa-apa yang menurut mereka perlu sebelum terjadinya kemungkinan terburuk. Tetapi
bukannya bersikap wajar, malah masyarakat kita semakin terprovokasi untuk semakin

18
mengindahkan aturan pemerintah untuk tetap melakukan 5M. Modernitas yang
menciptakan masyarakat risiko menjadikan nalar kritis masyarakat justru terbelenggu
mengikuti apa yang disajikan kapitalisme untuk menangkal risiko-risiko yang di
khawatirkan. Dikontekstualisasikan dengan fenomena wabah corona saat ini,
menjadikan menjadikan masyarakat kita terselubung dalam panik atas penjejajalan
media terkait vaksinasi tersebut. Sehingga kepanikan itu pun semakin mengukuhkan
kultur risiko dalam masyarakat yang di baliknya termasuk modernitas teknis yang
menyelubungi kesadaran kita yang hanya menerima apa adanya atas sajian media dan
persepsi masyarakat lain tentang vaksinasi covid-19.
Tentunya, hal ini berkaitan dengan segi sosial dan budaya yang terdapat pada
kasus yaitu dengan kesimpangsiuran informasi ini, masyarakat yang awam sebaiknya
memahami keseluruhan konten dan konteks dari informasi yang dibaca baik dari
berita atau media lainnya agar terhindar dari kesalahan persepsi dan konsepsi terhadap
vaksin Covid-19. Ada juga peran bagi seorang pemimpin dalam memberikan
informasi sebaiknya informasi tersebut harus benar sebenar-benarnya dan jujur
sejujur-jujurnya serta memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam
memilih apa yang terbaik untuk mereka, keluarga mereka dan masyarakat sekitar.
Dengan begitu, terbentuk kesadaran pada masyarakat terhadap vaksin covid-19 dan
mampu memilih mana pilihan terbaik bagi mereka. Jadi, bukan hanya wabah sebagai
risiko yang menjadi kekhawatiran, krisis humanisme di balik risiko itu pun
semestinya menjadi titik Fokus untuk kita waspadai dan tentunya kita lawan untuk
mengembalikan kesadaran masyarakat kita dalam upaya kebersamaan dan keadilan.
Karena perasaan panik bisa membahayakan seluruh masyarakat kita entah itu
keluarga dekat, tetangga atau orang lain disekitar kita, panik boleh saja namun jangan
membunuh sifat kemanusiaan dan sosialisasi kita terhadap sesama manusia. Memang,
mengubah budaya masyarakat yang kurang sesuai dengan perinsip kesehatan
bukanlah perkara yang mudah. Namun perubahan itu perlu dimulai dan terus
dilakukan, agar secara perlahan terbentuk sebuah kesadaran dan diharapkan menjadi
kebiasaan.
Terlepas dari segala polemik yang ada, sebelum adanya kepastian diharapkan
semua masyarakat tetap tenang dan tetap menjalankan protokol kesehatan serta
menjalani aktivitas dengan beberapa tips seperti memanage stres, menjaga kesehatan
tubuh, istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi,

19
berolahraga teratur, berjemur di bawah matahari pada waktu dan dengan teknik yang
tepat, dan berdoa pada Yang Maha Esa sesuai keyakinan masing-masing.

B. Perencanaan Vaksinasi Covid-19


Dalam upaya peningkatan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata melalui
peningkatan akses terhadap layanan vaksinasi yang berkualitas dansesuai standar,
termasuk dalam rangka pelaksanaan pelayanan vaksinasi Covid-19 dibutuhkan proses
perencanaan yang komprehensif. Proses penyusunan perencanaan pelaksanaan
vaksinasi dilakukan oleh masing-masing jenjang administrasi. Dengan perencanaan
yang baik, kegiatan pelayanan vaksinasi diharapkan dapat berjalan dengan baik pula.
Dalam melaksanakan kegiatan pemberian vaksinasi Covid-19, perencanaan disusun
dengan memperhitungkan data dasar (jumlah fasilitas pelayanan kesehatan/pos
pelayanan vaksinasi, tenaga pelaksana, daerah sulit,dll).
1. Pentahapan kelompok prioritas penerima vaksin
Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dalam 4 tahapan mempertimbangkan
ketersediaan, waktu kedatangan dan profil keamanan vaksin. Kelompok
prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia
yangberusia ≥ 18 tahun. Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun
dapatdiberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin
yangmemadai dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency
useauthorization) atau penerbitan nomorizin edar (NIE) dari Badan Pengawas
Obatdan Makanan. Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Tahap 1 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten
tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang
menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
b. Tahap 2 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 2 adalah:
1) Petugas pelayanan publik yaitu Tentara
NasionalIndonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat
hukum,dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi
petugas dibandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan,

20
perusahaanlistrik negara, dan perusahaan daerah air minum, serta
petugaslain yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan
kepadamasyarakat.
2) Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
c. Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan dari
aspek geospasial, sosial, dan ekonomi.
d. Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022
Sasaran vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat dan pelaku
perekonomian lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan
ketersediaan vaksin.

Prioritas yang akan divaksinasi menurut Roadmap WHO StrategicAdvisory Group


of Experts on Immunization (SAGE) adalah;

a. Petugas kesehatan yang berisiko tinggi hingga sangat tinggi untuk terinfeksi
dan menularkan SARS-CoV-2 dalam komunitas.
b. Kelompok dengan risiko kematian atau penyakit yang berat
(komorbid).Indikasi pemberian disesuaikan dengan profil keamanan
masingmasing vaksin
c. Kelompok sosial / pekerjaan yang berisiko tinggi tertular dan menularkan
infeksi karena mereka tidak dapat melakukan jaga jaraksecara efektif
(petugas publik).

2. Pendataan sasaran
Pendataan sasaran penerima vaksin dilakukan secara top-down melalui Sistem
Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 yang bersumber dari
Kementerian/Lembaga terkait atau sumber lainnya meliputi nama,
NomorInduk Kependudukan, dan alamat tempat tinggal sasaran. Melalui
Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 dilakukan penyaringan data
(filtering) sehingga diperoleh sasaran kelompok penerima vaksin COVID-19
sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Penentuan jumlah sasaran per kelompok
penerima vaksin dilakukan melalui pertimbangan Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). Penetapan jumlah
sasaran per kelompok penerima vaksin untuk tingkat provinsi dan

21
kabupaten/kota akan menjadi dasar dalam penentuan alokasi serta distribusi
vaksin dan logistik vaksinasi dengan juga mempertimbangkan cadangan sesuai
kebutuhan.

C. Pelaksanaan Pelayanan Vaksinasi covid-19 Distribusi vaksin, Peralatan


Pendukung dan Logistic
Pemerintah Pusat, melalui badan usaha tertentu yang ditugaskan atauditunjuk sesuai
ketentuan perundang-undangan, mendistribusikan vaksin,peralatan pendukung dan
logistik lainnya ke Dinas Kesehatan Provinsi. DinasKesehatan Provinsi
mendistribusikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,lalu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mendistribusikan ke Puskesmas danfasilitas pelayanan kesehatan lain
di wilayahnya. Pendistribusian vaksin, peralatan pendukung dan logistik lainnya
harusdilakukan dan dikelola sesuai dengan prosedur yang ditetapkan untukmenjamin
kualitas yang baik. Pada tingkat puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
petugas disarankan memantau ketersediaan vaksin dan logistik, meninjau kapasitas
peralatan rantai dingin, serta memastikan manajemen penyimpanan vaksin dan
logistik lainnya sesuai dengan SOP yang berlaku. Distribusi harus disertai dengan
dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival
Report (VAR). Seluruh proses distribusi vaksin sampai ke tingkat pelayanan harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan
yang optimal kepada sasaran.

D. Prinsip Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19


Prinsip dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yaitu:
1. Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang
memiliki kompetensi.
2. Pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 tidak menganggupelayanan
imunisasi rutin dan pelayanan kesehatan lainnya;
3. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaransebelum
dilakukan pemberian vaksinasi;
4. Menerapkan protokol kesehatan; serta
5. Mengintegrasikan dengan kegiatan surveilans COVID-19 terutama dalam
mendeteksi kasus dan analisa dampak.

22
E. Standar Pelayanan Vaksinasi Covid-19
Pelayanan vaksinasi COVID-19 harus menerapkan protokol kesehatan,meliputi
pengaturan ruangan, pengaturan waktu layanan dengan mempertimbangkan jumlah
sasaran maksimal per sesi serta ketersediaan tenaga. Pemerintah Daerah dapat
membentuk tim pengawas pelaksanaan layanan vaksinasi COVID-19 ini agar tetap
berjalan sesuai dengan aturan protokol kesehatan.
1. Ketentuan Ruang
Ketentuan ruang pelayanan vaksinasi COVID-19 meliputi:
a. Menggunakan ruang/tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udarayang
baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan terbuka);
b. Memastikan ruang/tempat pelayanan vaksinasi bersih dengan
membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan
disinfektan;
c. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atauhand
sanitizer;
d. Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2meter.
e. Ruang tempat pelayanan vaksinasi hanya untuk melayani orang
sehat,apabila tidak memungkinkan ruangan terpisah maka harus
dilakukandengan waktu/jadwal yang terpisah;
f. Sediakan tempat duduk bagi sasaran untuk menunggu sebelum vaksinasi
dan 30 menit sesudah vaksinasi dengan jarak aman antar tempat duduk
1–2 meter. Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan
sebelum Vaksinasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk
menunggu 30 menit sesudah vaksinasi di tempat terbuka
2. Alur Pelayanan Vaksinasi COVID-19
Mekanisme/alur pelayanan baik di puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya maupun pos pelayanan vaksinasi. Pengaturan ruang/tempat pelayanan
Vaksinasi dapat disesuaikan dengan situasi di fasilitas pelayanan kesehatan
masing-masing dengan menerapkan prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1 – 2
meter. Sekurangkurangnya terdapat 1 vaksinator, 2 nakes lainnya dan 2 kader
yang menjadi tim pelaksana Vaksinasi.
3. Ketentuan Waktu Pelayanan Vaksinasi
a. Pelayanan di puskesmas tidak mengganggu jadwal pelayananimunisasi
rutin. Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khususvaksinasi COVID-19

23
di puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatanlainnya dan pos pelayanan
vaksinasi.
b. Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayanidalam
satu kali sesi pelayanan (1 sesi pelayanan maksimal 10-20sasaran).
c. Untuk layanan vaksinasi COVID-19 di fasyankes lainnya seperti
diRS/Klinik baik milik pemerintah maupun swasta jadwal layanan
dapatdiatur dan disesuaikan dengan memperhatikan jadwal
layanankesehatan lainnya, pengaturan ruang dan alur pelayanan serta
tetapmemperhatikan protokol kesehatan dengan ketat.
4. Dosis dan Cara Pemberian Vaksinasi COVID-19
Dosis dan cara pemberian harus sesuai dengan yang direkomendasikanuntuk
setiap jenis vaksin COVID-19.Vaksin COVID-19 diberikan melalui suntikan
intramuskular di bagian lengan kiri atas dengan menggunakan alat suntik
sekali pakai (Auto Disable Syringes/ADS). Beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian:
a. Pastikan petugas kesehatan dalam kondisi sehat (tidak demam,
batuk,pilek, dan lain-lain)
b. Membawa vaksin, ADS, Safety Box, perlengkapan anafilaktik,
danlogistik vaksinasi lainnya, seperlunya, dengan memperhatikan
jumlahsasaran yang telah terdata
c. Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama
pelayananberlangsung dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan
Vaksinasi Pada Masa Pandemi COVID-19.

BAB III
PENUTUP

24
A. Simpulan
Dari segala hal yang dibahas pada halaman atas, dapat disimpulkan bahwa
Vaksinasi merupakan langkah berikutnya yang bisa kita lakukan untuk
berkontribusi dalam menekan laju persebaran virus Covid-19 ini dengan
meningkatkan kekebalan imunitas tubuh sehingga kita tidak
menjadi transmitter dari virus tersebut akan tetapi masih banyak masyarakat yang
mengalami kekhawatiran akan vaksinasi covid-19 seperti yang ada pada kasus,
mereka ragu akan keefektifan vaksin terebut yang bisa menyebabkan mereka ragu
bahakan enggan untuk divaksin. Hal ini ditambah oleh simpang siur informasi
yang beredar di berbagai media yang belum tentu valid sehingga menambah
kebingungan pada masyarakat terutama mereka yang awam akan hal ini.
Sebenarnya manusialah yang berperan penting dalam proses vaksinasi penanganan
Covid-19 ini. Yang perlu diperhatikan bagaimana manusia dapat memperlakukan
alam dengan semestinya. Manusia sendiri lah yang dapat menghalangi penularan
virus Covid-19 ini. Dari kesadaran diri dan kesadaran akan lingkungan dapat
menghalangi dan menjaga diri dari kuman maupun virus. Tidak mencemari
lingkungan, melakukan budaya hidup sehat, dan yang terpenting tetap di rumah
saja maka kita akan jauh dengan yang namanya pendemi Covid-19.

B. Saran
Adapun saran dari kami adalah kita harus membaca dari sumber yang
terpercaya dan sudah tentu valid serta kita harus teliti memahami keseluruhan
informasi tersebut jika kita menemukan informasi di media yang belum terpercaya
atau media sosial

DAFTAR PUSTAKA

25
Armanto Makmun.,Siti Fadhilah Hazhiyah.2020.Tinjauan Terkait Pengembangan
Vaksin Covid-19.Molucca Medica.13(2)

Dana Riksa Buana.2020.Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia Menghadapi


Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan
Jiwa.7(3).217-226

Idah Wahidah,et al.2020.Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah


dan masyarakat dalam berbagai upaya pencegahan.11(3).179-1888

Rochani Nani Rahayu.,Sensusiyati,.2021.Vaksin Covid-19 Di Indonesia :Analisis


Berita Hoax.2(7)

Sajuni.2020.Vaksinasi Measles, Mumps dan Rubella (MMR) sebagai prophylaxis


Terhadap Covid-19

Dominicus Husada.2020.Vaksin SARS-Cov-2:Tinjauan Kepustakaan.70

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2020/12/23/16000002
3/keraguan-pada-vaksin-covid-19-bagaimana-masyarakat-harus-
bersikaphttps://covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/2021/Januari/Final
%20SK%20Dirjen%20Juknis%20Vaksinasi%20COVID-19%2002022021.pdf

https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/12/28/vaksin-dan-pandemi-covid-19/

26

Anda mungkin juga menyukai