Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

PEMBAHASAN

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang sering kali

tidak terdeteksi karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya

ditemukan dalam tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan

kecacatan atau kematian dini .PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian

faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan

konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap

faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM (Kemenkes RI,

2009).

A. Distribusi karakteristik Responden

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa mayoritas

responden di Puskesmas Wates Kota Mojokerto Tahun 2020

berusia 40-49 tahun, yaitu sebesar 31,6% (42 responden). Sejalan

dengan penelitian Sigarlaki, 2006, umur merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi organ organ vital dalam tubuh yang

berkaitan dengan penyakit tidak menular seperti tekanan darah

tinggi (hipertensi), Diabetes mellitus. Semakin tua seseorang maka

semakin besar resiko terserang hipertensi (Khomsan, 2003). Hal ini

terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap

32
denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit

daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Begitu

juga terjadi penurunan fungsi dari organ pankreas yang

menghasilkan insulin terkait usia sehingga terjadi peningkatan gula

dalam darah.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa mayoritas

responden di Puskesmas Wates Kota Mojokerto Tahun 2020

berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 55,6% (74 responden).

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tekanan darah (Rosta, 2011). Berdasarkan hasil

penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013), perempuan cenderung

menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada penelitian tersebut

sebanyak 27,5% perempuan mengalami hipertensi, sedangkan

untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%. Perempuan akan mengalami

peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah

menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum

menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan

mengakibatkan tekanan darah tinggi (Anggraini dkk, 2009).

33
3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi

tingginya angka kejadian Penyakit Tidak Menular. Tingkat

pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup seperti aktifitas fisik

seringnya olahraga, pola konsumsi serta kebiasaan seperti merokok

ataupun minum minuman alkohol. Berdasarkan hasil penelitian,

didapatkan bahwa mayoritas responden di Puskesmas Wates Kota

Mojokerto Tahun 2020 berpendidikan terakhir SMA, yaitu sebesar

36,1% (48 responden) dan yang memiliki tingkat pengetahuan

mengenai PTM yang baik, yaitu sebesar 71,4% (95 responden). Hal ini

sejalan dengan Hasil Riskesdas tahun 2013 dalam Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan (2013) menyatakan bahwa penyakit

hipertensi (tekanan darah tinggi) cenderung tinggi pada pendidikan

rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan.

Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah,

kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada

seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit

atau lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh

petugas sehingga berdampak pada perilaku/pola hidup sehat

(Anggara dan Prayitno, 2013 ).

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa mayoritas

responden ke di Puskesmas Wates Kota Mojokerto Tahun 2020

34
bekerja, yaitu sebesar 79,7% (106 responden). Menurut Wawan dan

Dewi (2010) dalam Santoso (2016) menyatakan bahwa pekerjaan

adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja tentu sangat erat

hubungannya terhadap kemauan untuk memeriksakan diri ke

puskesmas dimana berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa

mayoritas responden di Puskesmas Wates Kota Mojokerto Tahun

2020 bersedia melakukan pemeriksaan PTM, yaitu sebesar 68,4%

(91 responden). Adanya kecenderungan seseorang yang bekerja

lebih aktif mencari pelayanan kesehatan dibandingkan dengan yang

tidak bekerja, disebabkan karena disamping pengetahuannya lebih

tinggi, juga karena mereka lebih mandiri secara ekonomi. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji

Lestari dan Soeharyo Hadisaputro yang meneliti beberapa faktor

yang berperan terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu di

kota Bantul. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan yang

signifikan antara pekerjaan lansia dengan keaktifan lansia

mengunjungi posyandu dengan nilai p=0,002.

B. Hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat mengenai

deteksi dini PTM dengan kesediaan melakukan pemeriksaan.

Berdasarkan hasil olah data penelitian, didapatkan responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 71,4% dan responden

35
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebesar 28,6%. Dari

71,4% responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik,

didapatkan 52,6% responden bersedia melakukan pemeriksaan PTM.

Pengetahuan mengenai PTM menjadi salah satu faktor yang

menentukan seseorang datang ke puskesmas untuk pemeriksaan dini.

Jika pengetahuan masyarakat mengenai PTM kurang, maka

masyarakat tersebut akan cenderung lebih memilih untuk berdiam saja

di rumah karena tidak mengetahui tentang PTM. Oleh sebab itu, bila

masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai PTM, maka

masyarakat tersebut akan mempunyai sikap motivasi yang positif dan

preventif mengenai PTM, sehingga masyarakat mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada di wilayahnya.

Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian Handayani (2012)

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan pemanfaatan pelayanan posbindu lansia (ρ = 0,000 OR =

61,5). Banyak responden yang baru mendengar PTM. Hal ini

menunjukkan bahwa informasi yang didapatkan masyarakat masih

sangat kurang. Hanya sebagian kecil responden yang mengetahui

informasi mendasar tentang PTM. Bahkan beberapa responden

menyatakan hanya mengetahui tentang adanya pemeriksaan kesehatan

gratis. Padahal yang dimaksud dalam hal itu adalah tindakan preventif

untuk mengurangi kasus PTM.

36
C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti

sendiri maupun keterbatasan instrument yang ada, berikut ini adalah

keterbatasan yang ada pada penelitian:

1. Segi design study

Penelitian yang digunakan adalah Cross-Sectional memiliki

kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat

yang jelas, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan saja

meskipun demikian, design penelitian ini dipilih karena paling

sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu,

biaya, dan tenaga peneliti.

2. Waktu

Saat kegiatan deteksi dini PTM berlangsung waktunya bersamaan

dengan jam kerja masyarakat kelurahan Wates oleh karena itu

masyarakat tidak dapat ikut serta dalam deteksi dini PTM.

3. Kuisioner

Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuisioner

yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak

menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.

37
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan karakteristik responden di dalam wilayah kerja

puskesmas wates kota mojokerto tahun 2020 didapatkan bahwa

mayoritas berusia 40-49 tahun yaitu sebesar 31,6%.

b. Berdasarkan kesediaan masyarakat dalam melakukan pemeriksaan

deteksi dini dari PTM di puskesmas wates kota mojokerto tahun 2020

didapatkan bahwa responden yang bersedia melakukan pemeriksaan

PTM sebesar 68,4% dan yang tidak bersedia sebesar 31,6%.

c. Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat di dalam wilayah kerja

puskesmas wates kota Mojokerto tahun 2020 didapatkan bahwa

mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik

mengenai PTM yaitu sebesar 71,4% sedangkan yang berpengetahuan

kurang sebesar 28,6%.

d. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat mengenai

deteksi dini penyakit tidak menular dengan kesediaan melakukan

pemeriksaan PTM di puskesmas Wates kota Mojokerto tahun 2020.

38
B. Saran

a. Bagi masyarakat

Memberikan kampanye agar masyarakat mengetahui faktor resiko

yang dapat terjadi pada kondisi kesehatannya agar tidak terjadi resiko

keparahan akibat keterlambatan dalam deteksi dini PTM. Selain itu,

memberikan edukasi kepada masyarakat agar meluangkan waktunya

untuk datang ke booth PTM dan memeriksakan kesehatannya supaya

tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut dan dapat pula menjadi

sarana silaturrahmi yang baik antar warga kelurahan Wates.

b. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam kebijakan

meningkatkan program deteksi dini PTM, dengan cara memberikan

penyuluhan kepada masyarakat seperti :

1) Memodifikasi jadwal penyuluhan agar masyarakat dapat mengikuti

jadwal kegiatan tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat

bekerja pada waktu siang hari.

2) Meningkatkan metode seperti menambahkan program acara agar

masyarakat tertarik untuk ikut serta dalam penyelenggarakan

deteksi dini di booth PTM, contohnya mengikutsertakan karang

taruna dan juga kader dalam melakukan program kegiatan.

3) Menentukan lokasi yang strategis di area terdekat atau lingkungan

masyarakat sekitar agar dapat dengan mudah dijangkau.

39
c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini agar dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut

faktor-faktor yang dapat menyebabkan tingginya kasus PTM dan

rendahnya minat masyarakat kelurahan Wates untuk melakukan

pemeriksaan dini di booth PTM.

40
Lampiran

41
42

Anda mungkin juga menyukai